Rofiq, M. (2018). Peranan Filsafat Ilmu Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan. FALASIFA : Jurnal Studi Keislaman, 9(1), 161-175. https://doi.org/10.36835/falasifa.v9i1.112 Page 2
FALASIFA FALASIFA : Jurnal Studi Keislaman
Editorial Team ISSN (print): 2085-3815 |
ILMU | FILSAFAT |
mengkaji bidang yang terbatas | mengkaji pengalaman secara menyeluruh, bersifat inklusif |
ilmu lebih bersifat analitis dan deskriptif dalam pendekatannya | bersifat sintetis dan sinoptis |
ilmu menggunakan observasi, eksperimen dan klasifikasi data pengalaman indra | pertanyaan kenapa dan bagaimana dalam mempertanyakan masalah hubungan antara fakta khusus dengan skema masalah yang lebih luas |
berupaya untuk menemukan hukum- hukum atas gejala- gejala | mengkaji hubungan antara temuan-temuan ilmu dengan klaim agama, moral, dan seni. |
kebenarannya sepanjang pengalaman | Kebenarannya sepanjang pemikiran |
Dengan memperhatikan paparan tersebut nampak bahwa filsafat mempunyai batasan yang lebih luas dan menyeluruh ketimbang ilmu, ini berarti bahwa apa yang sudah tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat berupaya mencari jawabannya, bahkan ilmu itu sendiri bisa dipertanyakan atau dijadikan objek kajian filsafat (Filsafat Ilmu), namun demikian filsafat dan ilmu mempunyai kesamaan dalam menghadapi objek kajiannya yakni berpikir reflektif dan sistematis, meski dengan titik tekan pendekatan yang berbeda.
Dengan demikian, ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat empiris dan dapat dibuktikan, filsafat mencoba mencari jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh ilmu dan jawabannya bersifat spekulatif, sedangkan Agama merupakan jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh filsafat dan jawabannya bersifat mutlak/dogmatis. Menurut Sidi Gazalba (1976). Pengetahuan ilmu lapangannya segala sesuatu yang dapat diteliti (riset dan/atau eksperimen); batasnya sampai kepada yang tidak atau belum dapat dilakukan penelitian. Pengetahuan filsafat: segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh budi (rasio) manusia yang alami (bersifat alam) dan nisbi; batasnya ialah batas alam namun demikian ia juga mencoba memikirkan sesuatu yang diluar alam, yang disebut oleh agama “Tuhan”. Sementara itu Oemar Amin Hoesin (1964) mengatakan bahwa ilmu memberikan kepada kita pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmat. Dari sini nampak jelas bahwa ilmu dan filsafat mempunyai wilayah kajiannya sendiri-sendiri.
Meskipun filsafat ilmu mempunyai substansinya yang khas, namun dia merupakan bidang pengetahuan campuran yang perkembangannya tergantung pada hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat dan ilmu, oleh karena itu pemahaman bidang filsafat dan pemahaman ilmu menjadi sangat penting, terutama hubungannya yang bersifat timbal balik, meski dalam perkembangannya filsafat ilmu itu telah menjadi disiplin yang tersendiri dan otonom dilihat dari objek kajian dan telaahannya.
D. Pengertian Filsafat Ilmu
Defenisi filsafat ilmu tidak terlepas dari kata filsafat dan ilmu filsafat adalah berfikir secara mendalam tentang sesuatu tanpa melihat dogma dan agama dalam mencari kebenaran sedang ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang(pengetahuan) yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang itu. Sebagaimana yang di rumuskan para ahli Sebagaimana yang dikutip A. Susanto dalam Filsafat Ilmu sebagai berikut :
1. Menurut Berry Filsafat Ilmu adalah penelaahan tentang logika intern dan teori – teori ilmiah dan hubungan – hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah. Bagi Berry, filsafat ilmu adalah ilmu yang di pakai untuk menelaah tentang logika, teori – teori ilmiah serta upaya pelaksanaannya untuk menghasilkan suatu metode atau teori ilmiah.
2. May Brodbeck, Filsafat ilmu adalah suatu analis netral yang secara etis dan falasafi, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu menurut Brodbck, ilmu itu harus bisa menganalisis, menggali, mengkaji bahkan melukiskannya sesuatu secara netral , etis dan filosofis sehingga ilmu itu bisa di manfaatkan secara benar dan relevan.
3. Lewis White, Filsafat ilmu atau philosophy of science adalah ilmu yang mengkaji dan mengevaluasi metode – metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.Lebih jauh Lewis menjelaskan Filsafat ilmu adalah ilmu yang mempertanyakan dan menilai metode – metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan. Melalui filsafat ilmu ini kita akan mampu memahami dan menetapkan akan arti pentingnya usaha ilmiah, sebagai suatu keseluruhan.
4. A. Cornelius Benyamin, mengemukakan bahwa filsafat ilmu adalah studi sistematis mengenai sifat dan hakikat ilmu, khususnya yang berkenaan dengan metodenya, konsepnya, kedudukannya di dalam skhema umum disiplin intelektual. Benyamin lebih melihat sifat dan hakikat ilmu ditinjau dari aspek metode, konsep, dan kedudukannya dalam disiplin keilmuan.
5. Robert Ackermann filsafat ilmu adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat – pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap pendapat – pendapat lampau yang telah dibuktikan atau dalam rangka ukuran – ukuran yang dikembangkan dari pendapat – pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu demikian jelas bukan suatu cabang ilmu yang bebas dari praktik ilmiah senyatanya .
6. Jujun S, Suriasumantri menjelaskan bahwa filsafat ilmu merupakan suatu pengetahuan atau epistemologi yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar gejala alamiah tak lagi merupakan misteri, secara garis besar, Jujun menggolongkan pengetahuan menjadi tiga kategori umum, yakni 1) pengetahuan tentang yang baik dan yang buruk yang disebut juga dengan etika 2) pengetahuan tentang indah dan jelek, yang disebut dengan estetika atau seni 3) pengetahuan tentang yang benar dan salah, yang disebut dengan logika.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, baik ditinjau dari segi ontologis, epistemologis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu.
E. Filsafat Ilmu sebagai Landasan Pengembangan Ilmu
Banyak pendapat mengenai fungsi filsafat ilmu yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain memberi landasan filosofis untuk memahami berbagai konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu maupun membekali kemampuan membangun teori ilmiah. Jadi, filsafat ilmu sangat berperan dalam memahami konsep atau teori ilmu untuk membangun toeri ilmiah melalui landasan filosofis melalui kajian filsafat.
Ruang lingkup bidang kajian filsafat ilmu mengalami perkembangan secara terus menerus, hal ini tidak terlepas dengan interaksi antara filsafat dan ilmu yang makin intens. Bidang kajian yang menjadi telaahan filsafat ilmu pun berkembang dan diantara para ahli terlihat perbedaan dalam menentukan lingkup kajian filsafat ilmu, meskipun bidang kajian induknya cenderung sama. Perbedaannya lebih terlihat dalam perincian topik telaahan.
Dalam ilmu pendidikan, filsafat ilmu menempati posisi secara analog dengan ilmu pengetahuan yang lain dengan mengajukan permasalahan dalam bentuk pertanyaan. Pada dasarnya filsafat ilmu merupakan telahaan berkaitan dengan objek apa yang ditelaah oleh ilmu (ontologi), bagaimana proses pemerolehan ilmu (epistemologi), dan bagaimana manfaat ilmu (axiologi), oleh karena itu lingkup induk telaahan filsafat ilmu adalah:
1. Ontologi
2. Epistemologi
3. Axiologi
Memanfaatkan filsafat ilmu sebagai titik tolak membuat kita bisa menjelajah berbagai filsafat pengetahuan lainnya termasuk di dalamnya filsafat ilmu pendidikan. Filsafat di sini merupakan pengetahuan tentang hakikat. Substansi dari hakikat adalah paradigma dasar dari pengetahuan. Paradigma diartikan sebagai cara memandang sesuatu. Dalam ilmu pengetahuan dimaknai sebagai model, pola, ideal. Dari model-model ini fenomen yang dipandang dijelaskan. Juga diartikan sebagai dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan problem-problem riset.
Terkait dengan peranan filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pendidikan maka tidak lepas dari induk telaahannya yaitu ontologi. Ontologi berkaitan tentang apa obyek yang ditelaah ilmu pendidikan, dalam kajian ini mencakup masalah realitas pendidikan dan kenampakannya (reality and appearance). Realitas adalah „apa yang nyata atau ada eksistensinya, sedangkan kenampakan adalah yang „nampaknya saja nyata. Juga bagaimana hubungan kedua hal tersebut dengan subjek/manusia. Epistemologi dipandang identik dengan teori pengetahuan. Pada saat sekarang teori pengetahuan tidak mungkin diabaikan. Epistemologi ilmu pendidikan berkaitan dengan bagaimana proses diperolehnya ilmu pendidikan, bagaimana prosedurnya untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang benar. Axiologi berkaitan dengan apa manfaat ilmu pendidikan, bagaimana hubungan etika dengan ilmu, serta bagaimana mengaplikasikan ilmu pendidikan dalam kehidupan. Ruang lingkup telaahan filsafat ilmu sebagaimana diungkapkan di atas di dalamnya sebenarnya menunjukan hal-hal yang dikaji dalam filsafat ilmu. Masalah-masalah dalam filsafat ilmu pada dasarnya menunjukan topik-topik kajian yang dapat masuk ke dalam salah satu lingkup filsafat ilmu pendidikan. Adapun masalah-masalah tersebut adalah:
1. masalah-masalah metafisis
2. masalah-masalah epistemologis
3. masalah-masalah metodologis
4. masalah-masalah logis
5. masalah-masalah etis
6. masalah-masalah tentang estetika
Metafisika merupakan telaahan atau teori tentang yang ada, istilah metafisika ini terkadang dipadankan dengan ontologi, karena sebenarnya metafisika juga mencakup telaahan lainnya seperti telaahan tentang bukti-bukti adanya Tuhan. Epistemologi merupakan teori pengetahuan dalam arti umum baik itu kajian mengenai pengetahuan biasa, pengetahuan ilmiah, maupun pengetahuan filosofis, metodologi ilmu adalah telaahan atas metode yang dipergunakan oleh suatu ilmu, baik dilihat dari struktur logikanya, maupun dalam hal validitas metodenya. Masalah logis berkaitan dengan telaahan mengenai kaidah-kaidah berfikir benar, terutama berkenaan dengan metode deduksi. Problem etis berkaitan dengan aspek-aspek moral dari suatu ilmu, apakah ilmu itu hanya untuk ilmu, ataukah ilmu juga perlu memperhatikan kemanfaatannya dan kaidah-kaidah moral masyarakat. Sementara itu masalah estetis berkaitan dengan dimensi keindahan atau nilai-nilai keindahan dari suatu ilmu, terutama bila berkaitan dengan aspek aplikasinya dalam kehidupan masyarakat.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Secara etimologis kata filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia dari kata “philos” berarti cinta atau “philia” (persahabatan, tertarik kepada) dan “sophos” yang berarti kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman. praktis, intelegensi). Berfilsafat berarti penyelidikan tentang apanya, bagaimananya, dan untuk apanya. Dalam konteks ciri-ciri berfikir filsafat, yang bila dikaitkan dengan terminologi filsafat tercakup dalam ontologi (apanya), epistemologi (bagaimananya), dan axiologi (untuk apanya).
2. Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima – ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui, sementara itu secara istilah ilmu diartikan sebagai Idroku syai bi haqiqotih(mengetahui sesuatu secara hakiki). Dalam bahasa Inggeris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science(berasal dari bahasa lati dari kata Scio, Scire yang berarti tahu) umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang sama. Ilmu memang mengandung arti pengetahuan, tapi bukan sembarang pengetahuan melainkan pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu yang tersusun secara sistematis, dan untuk mencapai hal itu diperlukan upaya mencari penjelasan atau keterangan.
3. Ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat empiris dan dapat dibuktikan, filsafat mencoba mencari jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh ilmu dan jawabannya bersifat spekulatif, sedangkan Agama merupakan jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh filsafat dan jawabannya bersifat mutlak/dogmatis.
4. filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, baik ditinjau dari segi ontologis, epistemologis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu.
5. Terkait dengan peranan filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pendidikan maka tidak lepas dari induk telaahannya yaitu ontologi. Ontologi berkaitan tentang apa obyek yang ditelaah ilmu pendidikan, dalam kajian ini mencakup masalah realitas pendidikan dan kenampakannya (reality and appearance). Juga bagaimana hubungan kedua hal tersebut dengan subjek/manusia. Epistemologi dipandang identik dengan teori pengetahuan. Epistemologi ilmu pendidikan berkaitan dengan bagaimana proses diperolehnya ilmu pendidikan, bagaimana prosedurnya untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang benar. Axiologi berkaitan dengan apa manfaat ilmu pendidikan, bagaimana hubungan etika dengan ilmu, serta bagaimana mengaplikasikan ilmu pendidikan dalam kehidupan.
B. Penutup
Demikianlah makalah ini saya susun, dalam segala rangkaian kata-kata dari awal hingga akhir tentu masih banyak kekurangan dan kesalahan, untuk itu tidak ada usaha yang lebih berharga kecuali melakukan kritik konstruktif setiap elemen pembangun dalam makalah ini, demi perbaikan dan kebaikan semua pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan kepada pembaca pada umumnya. Aamiin Ya Rabbal Alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Hamdani Ali. 1986. Filsafat Pendidikan. Kota Kembang. Yogyakarta.
Bagus, Lorens, Op.cit., hlm. 779.