Jelaskan mengapa filsafat ilmu menjadi landasan dalam PENGEMBANGAN ilmu pengetahuan

Rofiq, M. (2018). Peranan Filsafat Ilmu Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan. FALASIFA : Jurnal Studi Keislaman, 9(1), 161-175. https://doi.org/10.36835/falasifa.v9i1.112


Page 2

FALASIFA

FALASIFA : Jurnal Studi Keislaman

Editorial Team

ISSN (print): 2085-3815
ISSN (online): 2527-87117
STAIFAS-PressInstitut Agama Islam al-Falah Assunniyyah Jember

Jl. Semeru No. 09 Kencong Jember

Email:

Before you Submit

Read the intsructions:
How to Register
How to Online Submission
How to Online Review

Jelaskan mengapa filsafat ilmu menjadi landasan dalam PENGEMBANGAN ilmu pengetahuan

Filsafat merupakan teori yang mendasari pada alam metafisika dan epistemologi yang mana termasuk kedalam cabang-cabang ilmu filsafat. Filsafat adalah pelajaran yang membahas seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen dan percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu lalu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut "filsuf".Filsafat secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, philosophia terdiri dari kata philos yang artinya cinta, dan sophia yang artinya kebijaksanaan atau hikmat. Cinta dapat dimaknai sebagai hasrat yang besar atau berkobar-kobar dan sungguh-sungguh. Kebijaksanaan merupakan suatu kebenaran yang hakiki atau kebenaran yang sesungguhnya. Filsafat secara harfiah memiliki makna kecintaan terhadap suatu kebijaksanaan. Filsafat merupakan hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh terhadap kebenaran sesungguhnya. Menurut pendapat para ahli antara lain John Dewey yang mengatakan bahwa filsafat merupakan pengungkapan usaha dan perjuangan manusia secara terus menerus, untuk melakukan penyesuaian berbagai tradisi, sehingga hasilnya dapat membentuk budi pekerti yang memiliki cita-cita politik serta kecenderungan ilmiah baru yang tidak sejalan dengan wewenang yang telah diakui. Sedangkan menurut Plato bahwa filsafat adalah ilmu yang diusahakan untuk mendapatkan pencapaian akan kebenaran yang sebenarnya. Lalu Aristoteles berpendapat bahwa filsafat adalah suatu ilmu yang berisi kebenaran. Unsur-unsur kebenaran meliputi ekonomi, metafisika, estetika, retorik, politik, dan logika. Filsafat juga mempelajari sebab dan asas segala sesuatu. Sedangkan Emmanuel Kant mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya ada empat persoalan yaitu: metafisika, etika,agama, dan antropologi.Berdasarkan beberapa pengertian filsafat yang telah diungkapkan oleh para tokoh filsafat, dapat disimpulkan bahwasanya filsafat merupakan cabang sebuah ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang kebenaran yang sesungguhnya. Hal ini menunjukkan bahwa berfilsafat merupakan cara dan upaya dalam melaksanakan penyelidikan yang meliputi tentang apa, bagaimana, dan untuk apa, dalam konteks berpikir, yang apabila dikaitkan dengan terminologi filsafat tercakup dalam aspek berikut ini, yaitu; ontologi yang mengkaji tentang apa, epistemologi yang mengkaji tentang bagaimana, dan aksiologi yang mengungkapkan untuk apa sebuah ilmu dipelajari.Jika dilihat dari aktivitasnya, filsafat merupakan cara berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu. Dalam hal ini dapat dipelajari berdasarkan pendapat para ahli berikut : (1) Sutan Takdir Alisjahbana (dalam Hamdani; 2011:72) : Syarat berpikir yang termasuk berfilsafat yaitu berpikir dengan teliti dan berpikir menurut aturan yang pasti. (2) Sidi Gazalba (1976,dalam Hamdani;2011:73): Ciri berfilsafat atau berpikir filsafat adalah radikal, sistematis dan universal. (3)Sudarto(1996,dalam Hamdani; 2011:73): Ciri berpikir filsafat meliputi : metodis, sistematis, koheren,rasional, komprehensif, radikal, universal.Sains atau ilmu pengetahuan merupakan ilmu yang sangat penting bagi kehidupan manusia yang berasal dari filsafat ilmu dan keduanya memiliki keterkaitan satu sama lain karena keduanya merupakan kegiatan manusia.Hal tersebut dapat diartikan dalam sebuah proses dan juga hasilnya. Keduanya merupakan hasil dari berpikir manusia secara sadar, dan apabila dilihat dari prosesnya membuktikan bahwa keduanya sama-sama berusaha untuk memecahkan masalah dalam kehidupan manusia dengan cara memperoleh kebenaran dan pengetahuanSains dan filsafat memiliki hubungan yang diibaratkan sebagai induk dan anak, filsafat yang diibaratkan sebagai induknya ilmu dan sains sebagai anak dari filsafat. Mengapa dikatakan demikian, karena sains objeknya terbatas dan hanya didalam bidang tertentu sedangkan filsafat objeknya universal atau menyeluruh. Filsafat dan sains bisa saling bertemu karena keduanya memakai metode pemikiran reflektif pada suatu usaha untuk menghadapi informasi-informasi global dan kehidupan. Keduanya memperlihatkan perilaku kritik, menggunakan pikiran terbuka dan kemauan yang tidak memihak, agar mengetahui hakikat kebenaran. Mereka berkepentingan untuk menerima pengetahuan yang teratur.Pengertian sains menurut Wahyana yaitu kumpulan ilmu pengetahuan tersusun secara sistematis dan dalam penggunaan secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, namun sains juga menggunakan cara dan sikap ilmiah. Colle dan Chiappetta juga mengatakan bahwa "Sains harus dipikir sebagai suatu cara berpikir dalam upaya memahami alam, sebagai suatu cara penyelidikan tentang gejala, dan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang didapatkan dari proses penyelidikan".Sains memiliki tiga poin utama yaitu konten, proses dan konteks. Konten yang berisi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan fakta, pengertian, konsep, model, teori dan istilah. Kemudian proses yang berkaitan dengan keterampilan untuk menemukan prinsip dan konsep. Dan konteks yang berisi mengenai tiga hal yaitu individu, masyarakat, dan lingkungan sekitar.Didalam kehidupan ini sains, memiliki berbagai kegunaan di dalam bidang. Kehidupan manusia yang selalu mengalami perubahan seiring perkembangan zaman, memerlukan banyak hal untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sesuai dengan pemahaman tersebut, sains memberikan kontribusi yang besar, pada beberapa sektor yang vital bagi manusia, salah satunya.Bidang Astronomi : memperkirakan terjadinya fenomena-fenomena alam yang mungkin terjadi seperti gerhana matahari, gerhana bulan, atau bahkan kemungkinan terjadinya kehidupan di planet lain. Dan masih banyak contoh lain yang merupakan bukti bahwa sains sangat penting dan diperlukan dalam kehidupan manusia.Perkembangan sains pada saat ini sangatlah nyata dan dapat kita rasakan. Perkembangan tersebut pada dasarnya di suatu sisi sangat menguntungkan manusia. Yang mana manusia dimanjakan dengan berbagai hasil dari kemajuan sains, sehingga terpenuhi sebagian besar kebutuhan manusia. Perkembangan yang begitu pesat ini, seringkali tidak disadari membawa pengaruh yang bersifat negatif bagi manusia, yang mungkin merupakan awal dari kemusnahan manusia. Sains terbebas dari moral, yang dapat dimaknai bahwa baik buruknya hasil perkembangan sains, tidak tergantung dari sains, tetapi tergantung pada manusia itu sendiri. Karena manusia pemegang peran utama dalam pengendalian, pengaturan, pengarahan perkembangan sains. Oleh karena itu,manusia khususnyailmuwan harus memegang teguh tiga komponen dalam sains dalam melakukan penelitian untuk mengembangkannya.

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini

Jelaskan mengapa filsafat ilmu menjadi landasan dalam PENGEMBANGAN ilmu pengetahuan

Serli Anggraini

Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang

Friday, 10 Dec 2021, 23:56 WIB

Saturday, 11 Dec 2021, 00:00 WIB

  Silakan Login untuk Berkomentar

Jelaskan mengapa filsafat ilmu menjadi landasan dalam PENGEMBANGAN ilmu pengetahuan

Jelaskan mengapa filsafat ilmu menjadi landasan dalam PENGEMBANGAN ilmu pengetahuan

Jelaskan mengapa filsafat ilmu menjadi landasan dalam PENGEMBANGAN ilmu pengetahuan

Jelaskan mengapa filsafat ilmu menjadi landasan dalam PENGEMBANGAN ilmu pengetahuan

Jelaskan mengapa filsafat ilmu menjadi landasan dalam PENGEMBANGAN ilmu pengetahuan

Jelaskan mengapa filsafat ilmu menjadi landasan dalam PENGEMBANGAN ilmu pengetahuan

FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU

Disusun Oleh:

Abdul Fatah, M.Pd.

BAB  I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk Tuhan yang sempurrna dan istimewa mempunyai ruh, jiwa, akal dan rasa. Dengan akalnya manusia mampu berpikir, bernalar, dan memahami diri serta lingkungannya. Pendayagunaan akal tersebut dapat dilakukan melalui filsafat, karena dengan filsafat sebagai manusia mampu berpikir dan bernalar. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya. Sedangkan objek dari filsafat adalah sesuatu yang menjadi bahan dari kajian dari suatu penelaahan atau penelitian tentang pengetahuan.

Manusia juga memiliki sifat ingin tahu terhadap segala sesuatu, sesuatu yang diketahui manusia tersebut disebut pengetahuan. Istilah “pengetahuan” (knowledge) tidak sama dengan “ilmu pengetahuan” (science). Pengetahuan seorang manusia dapat berasal dari pengalamannya atau dapat juga berasal dari orang lain. Beberapa pemikir filsafat menyimpulkan adanya empat gejala tahu, yaitu: manusia ingin tahu, manusia ingin tahu yang benar, obyek tahu ialah yang ada dan yang mungkin ada, dan manusia tahu  bahwa ia tahu. Jadi pengetahuan adalah hasil dari tahu.

Sedangkan ilmu adalah sebagian dari pengetahuan yang memiliki dan memenuhi persyaratan tertentu yang harus dipenuhi oleh pengetahuan untuk dapat masuk kategori sebagai ilmu pengetahuan, yaitu: sistematik, general, rasional, objektif, metode, dan dapat dipertanggungjawabkan. Jadi, ilmu adalah merupakan pengetahuan, tetapi pengetahuan belum tentu ilmu. Objek dari ilmu pengetahuan dapat dibagi menjadi dua yaitu materil adalah objek dari ilmu pengetahuan terhadap sesuatu yang dikaji (seperti manusia, alam, dll) dan formal adalah objek dari ilmu pengetahuan terhadap sudut pandang dari objek material.

Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dikemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain. Filsafat itu sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.

Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut.

B.  Rumusan Masalah

1.    Apa itu filsafat?

2.    Apa itu ilmu?

3.    Bagaimana hubungan filsafat dengan ilmu?

4.    Apa itu filsafat ilmu?

5.    Bagaimana filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu?



BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Filsafat

 Secara etimologis kata filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia dari kata “philos” berarti cinta atau “philia” (persahabatan, tertarik kepada) dan “sophos” yang berarti kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman. praktis, intelegensi). Dalam bahasa Inggris adalah philosophy. Filsafat boleh dimaknakan ingin mengerti dengan mendalam atau cinta dengan kebijaksanaan.

Secara harfiah, filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan. Hal ini menunjukkan bahwa manusia tidak pernah secara sempurna memiliki pengertian menyeluruh tentang segala sesuatu yang dimaksudkan kebijaksanaan, namun terus menerus harus mengejarnya. Filsafat adalah pengetahuan yang dimiliki rasio yang menembus dasar-dasar terakhir dari segala sesuatu. Filsafat menggumuli seluruh realitas, tetapi teristimewa eksistensi dan tujuan manusia.

Kecintaan pada kebijaksanaan haruslah dipandang sebagai suatu bentuk proses, artinya segala usaha pemikiran selalu terarah untuk mencari kebenaran. Orang yang bijaksana selalu menyampaikan suatu kebenaran sehingga bijaksana mengandung dua makna yaitu baik dan benar. Sesuatu dikatakan baik apabila sesuatu itu berdimensi etika, sedangkan benar adalah sesuatu yang berdimensi rasional, jadi sesuatu yang bijaksana adalah sesuatu yang etis dan logis. Dengan demikian berfilsafat berarti selalu berusaha untuk berfikir guna mencapai kebaikan dan kebenaran, berfikir dalam filsafat bukan sembarang berfikir namun berpikir secara radikal sampai ke akar-akarnya, oleh karena itu meskipun berfilsafat mengandung kegiatan berfikir, tapi tidak setiap kegiatan berfikir berarti filsafat atau berfilsafat. Sutan Takdir Alisjahbana menyatakan bahwa pekerjaan berfilsafat itu ialah berfikir, dan hanya manusia yang telah tiba di tingkat berfikir, yang berfilsafat.

Guna lebih memahami mengenai makna filsafat, berikut ini akan dikemukakan definisi filsafat yang dikemukakan oleh para filsuf:

1.    Plato salah seorang murid Socrates yang hidup antara 427 – 347 Sebelum Masehi mengartikan filsafat  sebagai pengetahuan tentang segala yang ada, serta pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.

2.    Aristoteles (382 – 322 SM) murid Plato, menurutnya, filsafat bersifat sebagai ilmu yang umum sekali yaitu ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika. Dia juga berpendapat bahwa filsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala benda.

3.    Cicero (106 – 43 SM). Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha mencapai hal tersebut.

4.    Al Farabi (870 – 950 M) adalah seorang Filsuf Muslim yang mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang alam maujud, bagaimana hakikatnya yang sebenarnya.

5.    Immanuel Kant (1724 – 1804). Mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan yaitu :

a.    Metafisika (apa yang dapat kita ketahui).

b.    Etika (apa yang boleh kita kerjakan).

c.    Agama (sampai dimanakah pengharapan kita)

d.    Antropologi (apakah yang dinamakan manusia).

6.    H.C Webb dalam bukunya History of Philosophy menyatakan bahwa filsafat mengandung pengertian penyelidikan. Tidak hanya penyelidikan hal-hal yang khusus dan tertentu saja, bahkan lebih-lebih mengenai sifat – hakekat baik dari dunia kita, maupun dari cara hidup yang seharusnya kita selenggarakan di dunia ini.

7.    Harold H. Titus dalam bukunya Living Issues in Philosophy mengemukakan beberapa pengertian filsafat yaitu :

a.    Philosophy is an attitude toward life and universe (Filsafat adalah sikap terhadap kehidupan dan alam semesta).

b.    Philosophy is a method of reflective thinking and reasoned inquiry (Filsafat adalah suatu metode berfikir reflektif dan pengkajian secara rasional)

c.    Philosophy is a group of problems (Filsafat adalah sekelompok masalah)

d.   Philosophy is a group of systems of thought (Filsafat adalah serangkaian sistem berfikir).

Dari beberapa pengertian di atas nampak bahwa ada pokok-pokok definisi dari para ahli yang menekankan pada:

1.    Subtansi, cakupan, dan upaya pencapaian dari apa yang dipikirkan dalam berfilsafat.

2.    Upaya penyelidikan tentang substansi yang baik sebagai suatu keharusan dalam hidup di dunia.

3.    Dimensi-dimensi filsafat dari mulai sikap, metode berfikir, substansi masalah, serta sistem berfikir.

Bila diperhatikan secara seksama, nampak pengertian-pengertian tersebut lebih bersifat saling melengkapi, sehingga dapat dikatakan bahwa berfilsafat berarti penyelidikan tentang apanya, bagaimananya, dan untuk apanya. Dalam konteks ciri-ciri berfikir filsafat, yang bila dikaitkan dengan terminologi filsafat tercakup dalam ontologi (apanya), epistemologi (bagaimananya), dan axiologi (untuk apanya).

B.  Pengertian Ilmu

Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima – ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui, sementara itu secara istilah ilmu diartikan sebagai Idroku syai bi haqiqotih(mengetahui sesuatu secara hakiki). Dalam bahasa Inggeris Ilmu biasanya  dipadankan  dengan  kata  science, sedang pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science(berasal dari bahasa lati dari kata Scio, Scire yang berarti tahu) umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang sama. Untuk lebih memahami pengertian Ilmu (science) di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian :

1.    Pengertian ilmu dapat didentifikasi bahwa salah satu sifat ilmu adalah koheren yakni tidak kontradiksi dengan kenyataan. Sedangkan berkenaan dengan metode pengembangan ilmu, ilmu memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat yang reliable, valid, dan akurat. Artinya, usaha untuk memperoleh dan mengembangkan ilmu dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang memiliki keterandalan dan keabsahan yang tinggi, serta penarikan kesimpulan yang memiliki akurasi dengan tingkat siginifikansi yang tinggi pula. Bahkan dapat memberikan daya prediksi atas kemungkinan-kemungkinan suatu hal.

2.    Aristoteles memandang ilmu sebagai pengetahuan demonstratif tentang sebab-sebab hal.

Sementara itu The Liang Gie menyatakan dilihat dari ruang lingkupnya pengertian ilmu adalah sebagai berikut :

1.    Ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebutkan segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai suatu kebulatan. Jadi ilmu mengacu pada ilmu seumumnya;

2.    Ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang mempelajari pokok soal tertentu, ilmu berarti cabang ilmu khusus.

Dari pengertian di atas nampak bahwa Ilmu memang mengandung arti pengetahuan, tapi bukan sembarang pengetahuan melainkan pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu yang tersusun secara sistematis, dan untuk mencapai hal itu diperlukan upaya mencari penjelasan atau keterangan. Lebih jauh dengan memperhatikan pengertian-pengertian Ilmu sebagaimana diungkapkan di atas, dapatlah ditarik beberapa kesimpulan berkaitan dengan pengertian ilmu yaitu :

1.    Ilmu adalah sejenis pengetahuan

2.    Tersusun atau disusun secara sistematis

3.    Sistimatisasi dilakukan dengan menggunakan metode tertentu

4.    Pemerolehannya dilakukan dengan cara studi, observasi, eksperimen.

Dengan demikian sesuatu yang bersifat pengetahuan biasa dapat menjadi suatu pengetahuan ilmiah bila telah disusun secara sistematis serta mempunyai metode berfikir yang jelas, karena pada dasarnya ilmu yang berkembang dewasa ini merupakan akumulasi dari pengalaman/pengetahuan manusia yang terus dipikirkan, disistimatisasikan, serta diorganisir sehingga terbentuk menjadi suatu disiplin yang mempunyai kekhasan dalam objeknya.

C.  Hubungan Filsafat dengan Ilmu

Secara historis antara ilmu dan filsafat pernah merupakan suatu kesatuan, namun dalam perkembangannya mengalami divergensi, dimana dominasi ilmu lebih kuat mempengaruhi pemikiran manusia, kondisi ini mendorong pada upaya untuk memposisikan ke duanya secara tepat sesuai dengan batas wilayahnya masing-masing, bukan untuk mengisolasinya melainkan untuk lebih jernih melihat hubungan keduanya dalam konteks lebih memahami khazanah intelektual manusia.

Harold H. Titus mengakui kesulitan untuk menyatakan secara tegas dan ringkas mengenai hubungan antara ilmu dan filsafat, karena terdapat persamaan sekaligus perbedaan antara ilmu dan filsafat, disamping dikalangan ilmuwan sendiri terdapat perbedaan pandangan dalam hal sifat dan keterbatasan ilmu, dimikian juga dikalangan filsuf terdapat perbedaan pandangan dalam memberikan makna dan tugas filsafat.

Adapun persamaan (lebih tepatnya persesuaian) antara ilmu dan filsafat adalah bahwa keduanya menggunakan metode berpikir reflektif dalam upaya menghadapi/memahami fakta-fakta dunia dan kehidupan, terhadap hal-hal tersebut baik filsafat maupun ilmu bersikap kritis, berpikiran terbuka serta sangat komitmen pada kebenaran, disamping perhatiannya pada pengetahuan yang terorganisir dan sistematis.

Sementara itu perbedaan filsafat dengan ilmu lebih berkaitan dengan titik tekan, dimana ilmu mengkaji bidang yang terbatas, ilmu lebih bersifat analitis dan deskriptif dalam pendekatannya, ilmu menggunakan observasi, eksperimen dan klasifikasi data pengalaman indra serta berupaya untuk menemukan hukum-hukum atas gejala-gejala tersebut, sedangkan filsafat berupaya mengkaji pengalaman secara menyeluruh sehingga lebih bersifat inklusif dan mencakup hal-hal umum dalam berbagai bidang pengalaman manusia, filsafat lebih bersifat sintetis dan sinoptis dan kalaupun analitis maka analisanya memasuki dimensi kehidupan secara menyeluruh dan utuh, filsafat lebih tertarik pada pertanyaan kenapa dan bagaimana dalam mempertanyakan masalah hubungan antara fakta khusus dengan skema masalah yang lebih luas, filsafat juga mengkaji hubungan antara temuan-temuan ilmu dengan klaim agama, moral, dan seni.

Perbedaan ilmu dan filsafat secara jelas dapat diamati pada tabel berikut.

ILMU

FILSAFAT

mengkaji bidang yang terbatas

mengkaji pengalaman secara menyeluruh, bersifat inklusif

ilmu lebih bersifat analitis dan deskriptif dalam pendekatannya

bersifat sintetis dan sinoptis

ilmu menggunakan observasi, eksperimen dan klasifikasi data pengalaman indra

pertanyaan kenapa dan bagaimana dalam mempertanyakan masalah hubungan antara fakta khusus dengan skema masalah yang lebih luas

berupaya untuk menemukan hukum- hukum atas gejala- gejala

mengkaji hubungan antara temuan-temuan ilmu dengan klaim agama, moral, dan seni.

kebenarannya sepanjang pengalaman

Kebenarannya sepanjang pemikiran

Dengan memperhatikan paparan tersebut nampak bahwa filsafat mempunyai batasan yang lebih luas dan menyeluruh ketimbang ilmu, ini berarti bahwa apa yang sudah tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat berupaya mencari jawabannya, bahkan ilmu itu sendiri bisa dipertanyakan atau dijadikan objek kajian filsafat (Filsafat Ilmu), namun demikian filsafat dan ilmu mempunyai kesamaan dalam menghadapi objek kajiannya yakni berpikir reflektif dan sistematis, meski dengan titik tekan pendekatan yang berbeda.

Dengan demikian, ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat empiris dan dapat dibuktikan, filsafat mencoba mencari jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh ilmu dan jawabannya bersifat spekulatif, sedangkan Agama merupakan jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh filsafat dan jawabannya bersifat mutlak/dogmatis. Menurut Sidi Gazalba (1976). Pengetahuan ilmu lapangannya segala sesuatu yang dapat diteliti (riset dan/atau eksperimen); batasnya sampai kepada yang tidak atau belum dapat dilakukan penelitian. Pengetahuan filsafat: segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh budi (rasio) manusia yang alami (bersifat alam) dan nisbi; batasnya ialah batas alam namun demikian  ia juga mencoba memikirkan sesuatu yang diluar alam, yang disebut oleh agama “Tuhan”. Sementara itu Oemar Amin Hoesin (1964) mengatakan bahwa ilmu memberikan kepada kita pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmat. Dari sini nampak jelas bahwa ilmu dan filsafat mempunyai wilayah kajiannya sendiri-sendiri.

Meskipun filsafat ilmu mempunyai substansinya yang khas, namun dia merupakan bidang pengetahuan campuran yang perkembangannya tergantung pada hubungan timbal balik dan saling pengaruh antara filsafat dan ilmu, oleh karena itu pemahaman bidang filsafat dan pemahaman ilmu menjadi sangat penting, terutama hubungannya yang bersifat timbal balik, meski dalam perkembangannya filsafat ilmu itu telah menjadi disiplin yang tersendiri dan otonom dilihat dari objek kajian dan telaahannya.

D.  Pengertian Filsafat Ilmu

Defenisi   filsafat  ilmu tidak terlepas dari kata filsafat dan ilmu  filsafat adalah berfikir secara mendalam tentang sesuatu tanpa melihat dogma dan agama dalam mencari kebenaran sedang ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang(pengetahuan) yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan  untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang itu. Sebagaimana yang di rumuskan para ahli  Sebagaimana yang dikutip A. Susanto dalam Filsafat Ilmu  sebagai  berikut  :

1.    Menurut  Berry  Filsafat  Ilmu  adalah penelaahan tentang  logika intern  dan  teori – teori  ilmiah  dan  hubungan – hubungan   antara  percobaan  dan teori,  yakni tentang  metode  ilmiah. Bagi  Berry, filsafat  ilmu  adalah  ilmu  yang  di pakai  untuk menelaah  tentang  logika, teori – teori  ilmiah  serta  upaya  pelaksanaannya  untuk  menghasilkan suatu metode atau  teori  ilmiah.

2.    May  Brodbeck, Filsafat  ilmu  adalah suatu  analis netral  yang  secara  etis  dan  falasafi, pelukisan  dan penjelasan  mengenai  landasan – landasan  ilmu  menurut  Brodbck, ilmu  itu  harus  bisa  menganalisis, menggali, mengkaji  bahkan melukiskannya  sesuatu  secara  netral , etis  dan filosofis  sehingga  ilmu  itu  bisa di  manfaatkan secara  benar dan relevan.

3.    Lewis  White, Filsafat  ilmu  atau  philosophy  of science  adalah  ilmu  yang  mengkaji  dan  mengevaluasi  metode – metode  pemikiran  ilmiah  serta  mencoba  menemukan dan pentingnya  upaya  ilmiah  sebagai  suatu  keseluruhan.Lebih jauh   Lewis menjelaskan   Filsafat  ilmu  adalah  ilmu  yang mempertanyakan  dan  menilai  metode – metode pemikiran  ilmiah  serta  mencoba menetapkan  nilai  dan pentingnya  usaha  ilmiah  sebagai  suatu  keseluruhan. Melalui  filsafat  ilmu  ini  kita  akan mampu  memahami  dan menetapkan  akan  arti  pentingnya  usaha  ilmiah, sebagai  suatu  keseluruhan.

4.    A. Cornelius  Benyamin, mengemukakan  bahwa filsafat  ilmu  adalah  studi  sistematis  mengenai  sifat  dan  hakikat  ilmu, khususnya  yang  berkenaan  dengan  metodenya,  konsepnya, kedudukannya  di  dalam skhema umum  disiplin intelektual. Benyamin lebih melihat  sifat  dan hakikat  ilmu  ditinjau  dari  aspek  metode, konsep, dan kedudukannya  dalam disiplin keilmuan.

5.    Robert  Ackermann filsafat  ilmu  adalah sebuah  tinjauan  kritis tentang  pendapat – pendapat  ilmiah  dewasa  ini dengan perbandingan  terhadap  pendapat – pendapat  lampau  yang  telah dibuktikan  atau  dalam  rangka  ukuran – ukuran  yang  dikembangkan   dari  pendapat – pendapat  demikian itu, tetapi  filsafat  ilmu  demikian  jelas  bukan  suatu  cabang  ilmu  yang  bebas  dari  praktik  ilmiah senyatanya .

6.    Jujun  S, Suriasumantri  menjelaskan  bahwa  filsafat  ilmu  merupakan  suatu pengetahuan  atau  epistemologi  yang  mencoba  menjelaskan  rahasia  alam  agar  gejala  alamiah  tak  lagi  merupakan  misteri, secara  garis  besar, Jujun  menggolongkan pengetahuan  menjadi  tiga  kategori  umum, yakni  1) pengetahuan  tentang  yang  baik dan  yang  buruk  yang  disebut juga  dengan  etika  2) pengetahuan tentang  indah  dan jelek,  yang  disebut  dengan estetika  atau  seni   3)  pengetahuan  tentang  yang benar  dan salah, yang  disebut  dengan  logika.

Berdasarkan beberapa pendapat  para  ahli diatas  dapat disimpulkan  bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan  yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, baik ditinjau dari segi ontologis, epistemologis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik  mengkaji  hakikat ilmu.

E.  Filsafat Ilmu sebagai Landasan Pengembangan Ilmu

Banyak pendapat mengenai fungsi filsafat ilmu yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain memberi landasan filosofis untuk memahami berbagai konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu maupun membekali kemampuan membangun teori ilmiah. Jadi, filsafat ilmu sangat berperan dalam memahami konsep atau teori ilmu untuk membangun toeri ilmiah melalui landasan filosofis melalui kajian filsafat.

Ruang lingkup bidang kajian filsafat ilmu mengalami perkembangan secara terus menerus, hal ini tidak terlepas dengan interaksi antara filsafat dan ilmu yang makin intens. Bidang kajian yang menjadi telaahan filsafat ilmu pun berkembang dan diantara para ahli terlihat perbedaan dalam menentukan lingkup kajian filsafat ilmu, meskipun bidang kajian induknya cenderung sama. Perbedaannya lebih terlihat dalam perincian topik telaahan.

Dalam ilmu pendidikan, filsafat ilmu menempati posisi secara analog dengan ilmu pengetahuan yang lain dengan mengajukan permasalahan dalam bentuk pertanyaan. Pada dasarnya filsafat ilmu merupakan telahaan berkaitan dengan objek apa yang ditelaah oleh ilmu (ontologi), bagaimana proses pemerolehan ilmu (epistemologi), dan bagaimana manfaat ilmu (axiologi), oleh karena itu lingkup induk telaahan filsafat ilmu adalah:

1.    Ontologi

2.    Epistemologi

3.    Axiologi

Memanfaatkan filsafat ilmu sebagai titik tolak membuat kita bisa menjelajah berbagai filsafat pengetahuan lainnya termasuk di dalamnya filsafat ilmu pendidikan. Filsafat di sini merupakan pengetahuan tentang hakikat. Substansi dari hakikat adalah paradigma dasar dari pengetahuan. Paradigma diartikan sebagai cara memandang sesuatu. Dalam ilmu pengetahuan dimaknai sebagai model, pola, ideal. Dari model-model ini fenomen yang dipandang dijelaskan. Juga diartikan sebagai dasar untuk menyeleksi problem-problem dan pola untuk memecahkan problem-problem riset.

Terkait dengan peranan filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pendidikan maka tidak lepas dari induk telaahannya yaitu ontologi. Ontologi berkaitan tentang apa obyek yang ditelaah ilmu pendidikan, dalam kajian ini mencakup masalah realitas pendidikan dan kenampakannya (reality and appearance). Realitas adalah „apa yang nyata atau ada eksistensinya, sedangkan kenampakan adalah yang „nampaknya saja nyata. Juga bagaimana hubungan kedua hal tersebut dengan subjek/manusia. Epistemologi dipandang identik dengan teori pengetahuan. Pada saat sekarang teori pengetahuan tidak mungkin diabaikan. Epistemologi ilmu pendidikan berkaitan dengan bagaimana proses diperolehnya ilmu pendidikan, bagaimana prosedurnya untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang benar. Axiologi berkaitan dengan apa manfaat ilmu pendidikan, bagaimana hubungan etika dengan ilmu, serta bagaimana mengaplikasikan ilmu pendidikan dalam kehidupan. Ruang lingkup telaahan filsafat ilmu sebagaimana diungkapkan di atas di dalamnya sebenarnya menunjukan hal-hal yang dikaji dalam filsafat ilmu. Masalah-masalah dalam filsafat ilmu pada dasarnya menunjukan topik-topik kajian yang dapat masuk ke dalam salah satu lingkup filsafat ilmu pendidikan. Adapun masalah-masalah tersebut adalah:

1.    masalah-masalah metafisis

2.    masalah-masalah epistemologis

3.    masalah-masalah metodologis

4.    masalah-masalah logis

5.    masalah-masalah etis

6.    masalah-masalah tentang estetika

Metafisika merupakan telaahan atau teori tentang yang ada, istilah metafisika ini terkadang dipadankan dengan ontologi, karena sebenarnya metafisika juga mencakup telaahan lainnya seperti telaahan tentang bukti-bukti adanya Tuhan. Epistemologi merupakan teori pengetahuan dalam arti umum baik itu kajian mengenai pengetahuan biasa, pengetahuan ilmiah, maupun pengetahuan filosofis, metodologi ilmu adalah telaahan atas metode yang dipergunakan oleh suatu ilmu, baik dilihat dari struktur logikanya, maupun dalam hal validitas metodenya. Masalah logis berkaitan dengan telaahan mengenai kaidah-kaidah berfikir benar, terutama berkenaan dengan metode deduksi. Problem etis berkaitan dengan aspek-aspek moral dari suatu ilmu, apakah ilmu itu hanya untuk ilmu, ataukah ilmu juga perlu memperhatikan kemanfaatannya dan kaidah-kaidah moral masyarakat. Sementara itu masalah estetis berkaitan dengan dimensi keindahan atau nilai-nilai keindahan dari suatu ilmu, terutama bila berkaitan dengan aspek aplikasinya dalam kehidupan masyarakat.



BAB III

KESIMPULAN

A.  Kesimpulan

1.    Secara etimologis kata filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia dari kata “philos” berarti cinta atau “philia” (persahabatan, tertarik kepada) dan “sophos” yang berarti kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman. praktis, intelegensi). Berfilsafat berarti penyelidikan tentang apanya, bagaimananya, dan untuk apanya. Dalam konteks ciri-ciri berfikir filsafat, yang bila dikaitkan dengan terminologi filsafat tercakup dalam ontologi (apanya), epistemologi (bagaimananya), dan axiologi (untuk apanya).

2.    Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima – ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui, sementara itu secara istilah ilmu diartikan sebagai Idroku syai bi haqiqotih(mengetahui sesuatu secara hakiki). Dalam bahasa Inggeris Ilmu biasanya  dipadankan  dengan  kata  science, sedang pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science(berasal dari bahasa lati dari kata Scio, Scire yang berarti tahu) umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu pada makna yang sama. Ilmu memang mengandung arti pengetahuan, tapi bukan sembarang pengetahuan melainkan pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu yang tersusun secara sistematis, dan untuk mencapai hal itu diperlukan upaya mencari penjelasan atau keterangan.

3.    Ilmu mengkaji hal-hal yang bersifat empiris dan dapat dibuktikan, filsafat mencoba mencari jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh ilmu dan jawabannya bersifat spekulatif, sedangkan Agama merupakan jawaban terhadap masalah-masalah yang tidak bisa dijawab oleh filsafat dan jawabannya bersifat mutlak/dogmatis.

4.    filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan  yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, baik ditinjau dari segi ontologis, epistemologis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik  mengkaji  hakikat ilmu.

5.    Terkait dengan peranan filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pendidikan maka tidak lepas dari induk telaahannya yaitu ontologi. Ontologi berkaitan tentang apa obyek yang ditelaah ilmu pendidikan, dalam kajian ini mencakup masalah realitas pendidikan dan kenampakannya (reality and appearance). Juga bagaimana hubungan kedua hal tersebut dengan subjek/manusia. Epistemologi dipandang identik dengan teori pengetahuan. Epistemologi ilmu pendidikan berkaitan dengan bagaimana proses diperolehnya ilmu pendidikan, bagaimana prosedurnya untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang benar. Axiologi berkaitan dengan apa manfaat ilmu pendidikan, bagaimana hubungan etika dengan ilmu, serta bagaimana mengaplikasikan ilmu pendidikan dalam kehidupan.

B.  Penutup

Demikianlah makalah ini saya susun, dalam segala rangkaian kata-kata dari awal hingga akhir tentu masih banyak kekurangan dan kesalahan, untuk itu tidak ada usaha yang lebih berharga kecuali melakukan kritik konstruktif setiap elemen pembangun dalam makalah ini, demi perbaikan dan kebaikan semua pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan kepada pembaca pada umumnya. Aamiin Ya Rabbal Alamin.



DAFTAR PUSTAKA

Hamdani Ali. 1986. Filsafat Pendidikan. Kota Kembang.  Yogyakarta.



Bagus, Lorens, Op.cit., hlm. 779.