Amanat dari puisi yang berjudul doa karya Chairil Anwar

Ekawati, D., & Isnatun, S. (2017). Bahasa indonesia 2 SMP/MTs kelas VIII. Bogor: Yudhistira.

Fatimah, N., Firmansyah, D., & Kusmiati, V. (2018). Analisis amanat dalam puisi “panggung sandiwara” karya Ika Mustika. Parole (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia), 1(5), 801-805.

Fauzi, Q. A., Sundari, Y. A., & Fauzia, S. D. (2018). Analisis penggunaan majas pada puisi berjudul memoir hitam, lagu hitam, dan selembar daun karya Soni Farid Maulana. Parole (Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia), 1(6), 951–956.

Juwati. (2017). Diksi dan gaya bahasa puisi-puisi kontemporer karya Sutardji Calzoum Bachri (sebuah kajian stilistik). Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Dan Pengajaran (KIBASP),.

Kosasih, E. (2012). Dasar-dasar keterampilan sastra. Bandung: Yrama Widya.

Ginanjar, D., Kurnia, F., & Nofianty. (2018). Analisis struktur batin dan struktur fisik pada puisi ibu karya D Zawawi Imron. Parole (Jurnal pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia), 1(5), 721–726.

Putri, B. T., Anggraeni, Y., & Sukawati, S. (2019). Analisis pengimaji pada puisi “ tugas hati ” karya ustadz Jefri Al Buchori. Parole (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia), 2(2), 285–290.

Ramdani, E., Martian, V., & Wuryani, W. (2018). Analisis makna yang terkandung dalam puisi karya Wiji Thukul yang berjudul “ peringatan ”. Parole (Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia). 1(5), 761–766.

Nurjannah, Y. Y., Agustina, C. A. P., Aisah, C., & Firmansyah, D. (2018). Analisis makna puisi “ tuhan begitu dekat ” karya Abdul Hadi W M dengan menggunakan pendekatan semiotik. Parole (Jurnal Pendidika Bahasa dan Sastra Indonesia). 1(4), 535–542.

Somad, Abdul. A. (2010). Mengenai berbagai karya sastra. Bekasi: Adhi Aksara Abadi Indonesia.

Sesuai dengan tema yang diangkatnya, puisi ”Doa” ini berisi amanat kepada pembaca untuk selalu mengingat Tuhan dalam keadaan apapun. Agar bisa melakukan amanat tersebut, pembaca bisa merenung (termenung) seperti yang dicontohkan penyair. Penyair juga mengingatkan pada hakikatnya hidup kita hanyalah sebuah ”pengembaraan di negeri asing” yang suatu saat akan kembali juga. Hal ini dipertegas penyair pada bait terakhir sebagai berikut:

Aku mengembara di negeri asing Tuhanku Di pintu-Mu aku mengetuk

Aku tidak bisa berpaling

Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah A. 

Selain berdasarkan struktur lahirnya, struktur yang tampak. Analisis puisi juga bisa didasarkan pada struktur batinnya. Analisis struktur batin ini digunakan untuk menemukan makna sebuah puisi. Dalam hal ini, analisis makna puisi berdasarkan struktur batinnya diterapkan untuk puisi yang berjudul 'Doa' karya Chairil Anwar. Sebelum melakukan analisis makna, kita perlu baca terlebih dahulu puisi Doa karya Chairil Anwar berikut ini:

Doa




Tuhanku

Dalam termangu

Aku masih menyebut nama-Mu

Biar susah sungguh

Mengigat Kau penuh seluruh

CayaMu panas suci

Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

Aku hilang bentuk

Remuk

Tuhanku aku mengembara di negara asing

Tuhanku

Di pintu-Mu aku mengetuk

Aku tidak bisa berpaling

 Analisis struktur batin sebuah puisi, bertujuan untuk menentukan tema, amanat, perasaan (feeling) penyair, dan suasana kebatinan puisi tersebut. Maka dari itu, untuk menentukan keempat hal tersebut, sebuah puisi bisa diparafrasekan terlebih dahulu. Berikut ini adalah salah satu bentuk contoh parafrase untuk Puisi Doa karya Chairil Anwar.
Amanat dari puisi yang berjudul doa karya Chairil Anwar
Potret Chairil Anwar - Sumber: Wikipedia
Doa


(Wahai) Tuhanku

(meski) Dalam (kesusahan dan terlihat) termangu

Aku masih (ingat dan) menyebut nama-Mu

Biar (keadaan) susah sungguh

(aku tetap) Mengigat Kau (dengan) penuh (keikhlasan dan) seluruh (kepercayaan)

Ca(ha)yaMu (yang bersinar) panas (penuh ke)suci(an)

(kini) Tinggal kerlip lilin (kecil) di kelam (malam yang) sunyi

Tuhanku

(kini) Aku hilang bentuk

(hidupku terasa) Remuk

Tuhanku aku (laksana) mengembara di negari asing

Tuhanku (aku bingung)

(hanya) Di pintu(maaf)-Mu aku mengetuk

(sungguh) Aku tidak bisa berpaling (dari kuasaMu)

Dari parafrase puisi Doa karya Chairil Anwar di atas, dapat kita simpulkan bahwa, tokoh 'Aku' dalam puisi tersebut sedang kebingunan, sedang merasakan kesunyian dalam dirinya. Seakan (atau sebenarnya) dia sedang ada pada titik lemah keimanan (tinggal kerdip lilin).

Pada saat seperti itu, justru dia kehilangan bentuk kepercayaan diri dalam menghadapi kenyataan. Di saat tersesat itu, tidak ada pintu pertolongan yang bisa dimintai pertolongan kecuali pertolongan tuhan.

Baca Juga: Rima dan Irama dalam Puisi Doa Karya Chairil Anwar Berdasarkan parafrase puisi Doa pada bagian sebelumnya, dapat disebut amanat puisi tersebut adalah: Kembalinya seorang hamba kepada Tuhannya. Jadi kembali mengingat Tuhan (tobat) ketika kondisi sedang dalam kesulitan. Adapun amanat yang terkandung dalam puisi tersebut adalah: - Kita harus tetap mengingat Tuhan dalam setiap keadaan. - Ketika dalam kesusahan, kita berdoa kepada Tuhan karena Tuhan itu Maha Penolong dan Maha Pengampun. Suasana puisi atau Feeling Penyair dalam puisi Doa tersebut tampak pada pilihan kata yang dapat menggambarkan keadaan penyairnya. Misalnya penggunaan kata remuk, hilang bentuk, asing. Menunjukkan suasana kebingungan.

Sementara penggunaan kata di kelam sunyi menunjukkan kesedihan yang sangat. Tapi di samping suasana sedih itu, suasana tetap punya keyakinan terhadap pertolongan Tuhan sehingga tetap 'mengetuk' pintu Tuhan.

Demikian penjelasan tentang analisis struktur batin makna puisi Doa karya Chairil Anwar dilihat dari analisis teori struktural puisi. Semoga bisa digunakan sebagai salah satu contoh analisis puisi. 

Amanat dari puisi yang berjudul doa karya Chairil Anwar

DO'A

Kepada pemeluk teguh

Tuhanku Dalam termangu

Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku aku hilang bentuk

remuk

Tuhanku
aku mengembara di negeri asing

Tuhanku di pintuMu aku mengetuk

aku tidak bisa berpaling

13 November 1943


Chairil Anwar merupakan nama yang tidak asing lagi bagi seorang sastrawan atau orang-orang pecinta literasi puisi, ia merupakan salah seorang maestro sastrawan angkatan 45 dan juga sudah lumrah dan terkenal diberbagai kalangan karena puisi-puisi digunakan dalam buku bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah untuk materi tentang sastra terutama puisi. 

Tidak hanya itu, puisi-puisi karya Chairil Anwar banyak disukai karena karyanya memiliki arti yang mendalam yang kebanyakan orang awam akan merasa sedikit kesulitan untuk memahaminya. 

Ia juga merupakan seorang sastrawan kenamaan Angkatan '45 tapi namanya tetap dikenang hingga masa sekarang. Chairil Anwar telah banyak menciptakan puisi, salah satuh puisi yang berjudul "aku" yang pastinya sudah banyak tahu puisi Chairil Anwar tersebut. 

Sebuah buku berjudul Deru campur debu (1950) merupakan bukti bahwa Chairil Anwar orang yang menyukai sastra puisi. Dalam buku tersebut memuat puisi-puisi karya Chairil Anwar. 

Puisi Chairil Anwar tidak semuanya membahas tentang percintaan seperti puisi kebanyakan, isi puisinya banyak menyiratkan sebuah perjuangan layaknya tahun 1945 yang merupakan tahun negara Indonesia merdeka.

Dalam salah satu puisinya yang berjudul Doa, tentunya dari judulnya kita telah mengetahui bahwa puisi yang ditulis oleh sang maestro adalah puisi dengan genre religi. Terdapat pesan keagamaan yang tersurat maupun tersurat yang disampaikan oleh Chairil Anwar dalam puisinya tersebut.

Kehidupan banyak menyimpan sebuah misteri yang harus kita hadapi, jika sewaktu-waktu datang menghampiri. Saat hidup berjalan seperti yang kita inginkan, banyak yang gelap mata dan malah melupakan Tuhan. Hingga Tuhan memberikan kita sebuah peringatan supaya kita lebih mendekatkan diri kepadanya, karena sesungguhnya Allah SWT itu pencemburu, ia cemburu melihat hambanya lebih memprioritasnya dunia atau makhluknya yang lain ketimbang Tuhannya. 

Seperti puisi yang berjudul Doa, yang menyiratkan bahwa seorang Hamba yang telah jauh dari Tuhannya untuk memohon ampun atas segala khilaf yang telah diperbuat. Dalam puisi tersebut memberikan kita gambaran sebuah penyesalan seorang hamba yang ingin memohon ampun kepada Tuhannya.

Pada puisi yang berjudul Doa yang ditulis oleh sastrawan kenamaan tahun 45, Chairil Anwar menuliskan puisi tersebut memberikan pesan atau makna bahwa seorang hamba yang telah jauh dari tuhannya karena sebuah dosa sehingga seorang hamba itu memohon ampun kepada Tuhan-Nya. 

Puisi ini seakan-akan memberikan pesan bahwa sejauh apapun kita pergi dan sebanyak apapun dosa yang telah diperbuat oleh seorang hamba, maka hamba tersebut akan datang kepada Tuhan-Nya dan memohon ampun serta meminta pertolongan pertolongan.

Pesan tersurat yang disampaikan oleh Chairil Anwar dalam puisi tersebut adalah menyebutkan bahwa tidak ada satu pertolonganpun yang bisa menolong kita kecuali karena kehendak Allah, karena kemanapun kita pergi, apapun yang kita lakukan, dan bagaimanapun keadaan kita. 

Pada saat ajal datang kita akan datang menghadap sang Kuasa. Dalam menghadapi masalah yang pelik seorang hamba akan banyak mendekatkan dirinya kepada sang pencipta.

Puisi yang begitu singkat tapi penuh dengan makna yang mendalam untuk kehidupan dalam beragama tentang hubungan Tuhan dengan hamba-Nya. Dalam puisi tersebut seorang hamba yang merasa hilang arah dan hidupnya tidak tenang karena jauh dari sang kuasa. 

Pesan yang disampaikan Chairil Anwar dalam puisi yang diberi judul "Do'a" memberikan pembaca sebuah pesan pentingnya untuk memprioritaskan Tuhan di atas segalanya.***