Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck novel tahun berapa?

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck novel tahun berapa?

85 Tahun Karam, Kapal Van Der Wijck Ditemukan Tim BPCB Jatim di Laut Jawa

Grid.ID – Cerita Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Buya Hamka memang telah melegenda.

Novel yang diterbitkan tahun 1938 tersebut ternyata ditulis berdasarkan kisah nyata di mana Kapal Van Der Wijk betul-betul karam pada tahun 1936.

Dalam novel tersebut menceritakan kisah cinta Zainudin yang diperankan oleh Herjunot Ali dan Hayati yang diperankan oleh Pevita Pearce yang terhalang adat Minangkabau yang begitu kental.

Baca Juga: Pantas Sempat Bikin Pangeran Cendana hingga Cucu Juragan Kapal Mabuk Kepayang, Intip Wajah Jadul Lulu Tobing 22 Tahun Silam, Tak Ada Bedanya dengan Sekarang?

Lama berpisah, Zainudin dan Hayati akhirnya dipertemukan kembali dalam suatu kesempatan namun Hayati telah bersuami sementara Zainudin sudah berhasil mengubah nasibnya menjadi seorang yang sukses.

Rasa cintanya kepada Hayati membuat Zainudin menyimpan dendam hingga membiarkan Hayati yang kala itu sudah bercerai dari suaminya kembali ke kampung halaman menaiki Kapal Van Der Wijck yang tak disangka mengalami kecelakaan.

Dalam kejadian nyata, Kapal Van Der Wijk memang dikabarkan mengalami kecelakaan dengan diperkuat adanya bukti berupa tugu peringatan sebagai ucapan terima kasih kepada nelayan yang telah menolong para korban saat Van Der Wijck mengalami kecelakan pada 19 Oktober 1936.

Baca Juga: Arti Mimpi Tentang Kapal Selam Berkaitan dengan Perspektif Baru untuk Menyelesaikan Masalah, Simak Selengkapnya!

Dilansir dari Kompas.com, tugu tersebut masih bisa dilihat sampai saat ini di halaman Kantor Perikanan Brondong, Lamongan.

Arkeolog meyakini keberadaan Kapal Van Der Wijck dari hasil eksplorasi sebuah bangkai kapal di perairan Brondong, Lamongan, Jawa Timur.

Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur (BPCB Jatim), Wicaksono Dwi Nugroho semakin meyakini hal itu melihat bukti-bukti foto dan video yang ia dapatkan.

Baca Juga: Mantan Suami Jelas Nyesel Sejadi-jadinya Tinggalkan Artis Pemilik Kapal Pesiar Hingga Rumah Sakit Ini, Yuk Intip Mewahnya Kamar di Rumah Artis Fairuz A Rafiq dan Sonny Septian yang Adem Banget Ini

"Secara pribadi saya meyakini 75 persen dari berbagai bukti yang ada, bahwa kapal yang kami eksplorasi ini adalah Kapal Van Der Wijck," kata Wicaksono saat presentasi hasil pelaksanaan eksplorasi bersama Bupati Lamongan, Kamis (21/10/2021) dikutip dari Tribun Banten.

Di samping itu, cerita masyarakat dan nelayan sekitar juga makin menguatkan hipotesis tersebut.

Kini eksplorasi masih terus dilakukan untuk memastikan bangkai kapal tersebut adalah benar Kapal Van Der Wijck yang melegenda.

(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck novel tahun berapa?

Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan.

Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.

tirto.id - Novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck merupakan karya dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau populer sebagai Buya Hamka, dan terbit pertama di tahun 1939.

Pada awalnya, cerita tersebut dimuat sebagai cerita bersambung di majalah Pedoman Masyarakat, tempat Buya Hamka bekerja sebagai pimpinan redaksi tahun 1938, di Medan.

Berlatar belakang kehidupan di Minangkabau, tanah asal Buya Hamka, dengan masalah adat yang berlaku pada saat itu perihal warisan, perjodohan dan kawin paksa, serta pertalian darah dan status sosial yang sangat kuat berakar.

Adat tersebut dianggap bertentangan dengan syariat agama Islam, demikian seperti dilansir laman Kemdikbud.

Novel ini laris di pasaran sejak cetakan pertamanya serta telah dicetak berkali-kali hingga saat ini.

Tenggelamnya Kapal van der Wijck bahkan menjadi bacaan sastra yang wajib bagi kalangan pelajar di Indonesia dan Malaysia, sebab novel tersebut juga diterbitkan dalam bahasa Melayu.

Melalui novel tersebut, Buya Hamka menyerukan persatuan bangsa untuk kaum pribumi, serta meninggalkan adat budaya yang tidak sesuai dan merugikan.

Walaupun di tahun 1962 sempat diterpa isu bahwa Buya Hamka melakukan plagiat dari novel karya Jean-Baptiste Alphonse Karr yang berjudul Sous les Tilleuls (1832), namun tudingan tersebut tidak benar.

Hamka disebut terinspirasi dari peristiwa tenggelamnya sebuah kapal di tahun 1936, dan memasukkan kejadian tragis tersebut sebagai bagian akhir atau klimaks dari cerita di dalam novelnya.

Baca juga:

  • Sinopsis Novel "Azab dan Sengsara" Karya Penulis Merari Siregar
  • Sinopsis Novel "Salah Asuhan" Karya Abdoel Moeis


Sinopsis Novel "Tenggelamnya Kapal van der Wijck"

Pendekar Sutan membunuh Mamaknya (saudara laki-laki ibunya) karena masalah warisan, sehingga ia harus dihukum dengan diasingkan ke luar dari Batipuh, Minangkabau dan dipenjara di Cilacap selama 12 tahun.

Usai menjalani hukuman tersebut, Sutan pun pergi merantau ke Makassar dan berjumpa dengan wanita bernama Daeng Habibah. Ia lalu menikahinya.

Mereka memiliki seorang putra yang dinamai Zainuddin. Namun tak lama setelah melahirkan, Daeng Habibah meninggal karena penyakit.

Sutan pun menyusul tak lama setelah istrinya meninggal. Zainuddin yang hidup sebatang kara lalu diasuh oleh Mak Base.

Setelah dewasa, Zainuddin memutuskan pergi ke tanah kelahiran ayahnya di Batipuh, Minangkabau.

Akan tetapi, bukannya disambut dengan baik oleh sanak keluarga sang ayah, Zainuddin malah diacuhkan.

Itu karena ia memiliki darah ibu dari luar suku Minangkabau, walau ayahnya berasal dari sana.

Ia dianggap sudah terputus darah dengan keluarganya di Batipuh, sebab daerah Minangkabau menganggap wanita lah yang menjadi kepala keluarga (matrilineal) dan menjadi penyambung keturunan.

Di tempat yang baru itu, Zainuddin memiliki seorang teman bernama Hayati, wanita asal Minang yang kerap jadi tempatnya berkeluh kesah melalui surat.

Keduanya kemudian lama kelamaan saling suka, karena Hayati merasa kasihan pada Zainuddin yang terlunta-lunta.

Namun, mamak Hayati menyuruh Zainuddin pergi keluar dari Batipuh karena tak suka dengan hubungan mereka. Zainuddin pun pergi ke Padang Panjang, meninggalkan Hayati yang berjanji untuk setia.

Mamak Hayati kemudian menjodohkan wanita itu dengan Azis, pria Minang yang berasal dari keluarga terpandang serta kaya. Hayati mau tidak mau menerima pinangan Azis dan menikah dengannya.

Zainuddin yang mengetahui bahwa kekasihnya Hayati sudah menikah dengan pria lain, kemudian memutuskan pindah ke Batavia bersama dengan temannya yang bernama Muluk.

Ia mulai menjadi penulis yang karya-karyanya disukai banyak orang. Setelahnya, ia kembali hijrah ke Surabaya, dan tinggal di sana dengan pekerjaan yang mapan.

Tak disangka, Azis pun pindah ke Surabaya bersama Hayati, istrinya. Namun karena sering bertengkar, rumah tangga Azis dan Hayati terpaksa berpisah.

Azis yang dipecat dari pekerjaannya tak bisa lagi sombong dan terpaksa menumpang di rumah Zainuddin. Ia dan Hayati tinggal sementara di rumah mantan kekasih Hayati itu, yang kini sudah menjadi penulis terkenal.

Karena frustasi, Azis memutuskan bunuh diri dan menuliskan surat wasiat untuk Zainuddin. Ia meminta Zainuddin menjaga Hayati.

Zainuddin menolak menerima Hayati kembali, karena sakit hati wanita itu sudah menghianati dirinya. Ia malah membelikan untuk Hayati sebuah tiket kapal Van Der Wijk yang berlayar dari Jawa ke Sumatera.

Dengan sedih karena suaminya meninggal dan Zainuddin menolaknya, Hayati pun pulang ke Minang.

Di perjalanan, kapal Van Der Wijk tenggelam namun sebagian penumpangnya berhasil diselamatkan di rumah sakit wilayah Tuban.

Zainuddin yang mendengar kabar tersebut segera berangkat ke Tuban untuk mencari Hayati.

Di rumah sakit, ia menemukan Hayati sedang sekarat dan kemudian meninggal dunia. Muluk, teman Zainuddin mengatakan bahwa Hayati sebenarnya masih mencintai Zainuddin.

Mendengar hal itu, Zainuddin menyesali dirinya. Setelah memakamkan Hayati, Zainuddin dilanda kesedihan panjang dan jatuh sakit pula.

Kondisi tubuhnya menjadi lemah, dan tak lama kemudian Zainuddin meninggal. Zainuddin dan Hayati dimakamkan berdampingan di tanah Jawa.

Biografi Haji Abdul Malik Karim Amrullah

Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau Hamka lahir pada 17 Februari 1908 di Nagari Sungai Batang, Agam, Sumatera Barat.

Ayahnya adalah seorang ulama, sehingga Hamka dibesarkan dengan nilai-nilai Islam yang kuat.

Hamka meneruskan sekolah agama di Diniyah School, yang membuatnya pandai berbahasa Arab.

Ia lalu melanjutkan sekolahnya ke Thawalib di Padang Panjang untuk menghapal kitab klasik, nahwu, dan shorof, juga syair berbahasa Arab.

Ia juga sempat belajar di Mekah namun kemudian kembali ke tanah air setelah tamat.

Namun sebagai remaja normal, Hamka dikisahkan juga suka menonton film di bioskop, demikian dikutip laman fkip.umri.ac.id.

Dari situ kecintaannya pada sastra makin besar. Selain piawai dalam bidang agama yang membawanya menjadi seorang tokoh agama yang disegani, Hamka dewasa juga adalah seorang sastrawan handal, sekaligus guru juga jurnalis.

Di tengah kecamuk penjajahan, Hamka lalu terjun pula di bidang politik dan menjadi anggota Partai Masyumi.

Setelah partai tersebut dibubarkan, Hamka aktif di Muhammadiyah serta sempat menjabat Ketua MUI yang pertama. Ketokohan Hamka membuat sebuah universitas milik Muhammadiyah memakai namanya, yakni Universitas Hamka.

Jasanya dalam bidang politik di saat pergerakan kemerdekaan membuat Hamka mendapat gelar Pahlawan Nasional.

Karya Novel Hamka yang paling populer adalah Di Bawah Lindungan Ka’bah serta Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.

Baca juga:

  • Kisah Buya Hamka dan Awka: Kakak Ulama, Adik Pendeta
  • Buya Hamka: Politikus tanpa Dendam, Modernis yang Serius Bertasawuf
  • Biografi Singkat Buya Hamka: Sejarah, Latar Pendidikan & Pemikiran

(tirto.id - Sosial Budaya)

Kontributor: Cicik Novita
Penulis: Cicik Novita
Editor: Dhita Koesno

Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck pada tahun berapa?

1938Tenggelamnya Kapal Van der Wijck / Terbitan Pertamanull

Dimana latar tempat cerita Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck?

Dengan latar belakang Minangkabau di awal abad 20, novel ini berkisah tentang Zainuddin dan Hayati yang berniat bersama mendirikan rumah tangga berdasar cinta kasih, namun terhalang karena macam-macam aturan tradisi Minangkabau, tapi lahir di Makassar: Pemuda ini dianggap orang asing.

Apakah novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck termasuk dalam novel sejarah?

Novel Tenggelamnya Kapal van der Wijk tergolong ke dalam novel sejarah pada bagian cerita yang berdasarkan pada peristiwa sejarah tragedi tenggelamnya Kapal van der Wijk pada tahun 1936.

Siapa tokoh dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck?

2) Tokoh dan perwatakan yang terdapat dalam novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka Tokoh utama adalah Zainuddin, berwatak sopan, baik budi. Hayati, pandai berterima kasih. Aziz, memiliki karakter kasar. Khadijah, senang mempengaruhi orang lain.