Masalah atau konflik dalam cerita kue Dumbek Paman Bas

"Ayah besok kita jadi ke tempat Bagas?"Dodok berlari membawakan tas Ayah yang baru tiba dari kantor. Ia sudah lama ingin mengunjungi sepupunya itu. Ayah tertawa sambil menepuk bahu Dodok. Ayah mengangguk. Wah, Dodok senang sekali. Ia melompat-lompat kegirangan.

Selain itu, Dodok juga ingin bertemu dengan Paman Bas, Ayah Bagas. Paman Bas Pintar memasak. Ia mempunyai toko kue. Dodok senang belajar membuat kur. Ia suka kue, terutama camilan tradisional. Paman Bas selalu menghidangkan kue yang berbeda-beda setiap kali mereka berkunjung. Ia tahu kalau Dodok suka Kue.

Dodok teringat kue yang dihidangkan Paman Bas di kunjungan mereka yang terakhir. Ia suka kue itu. Paman Bas bilang, itu kue buatannya sendiri. Ia masih teringat kue enak itu. Bentuknya pun lucu, seperti terompet. Ia ingin bisa membuatnya. Ia penasaran.

Sabtu pagi, Dodok membuat sarapan nasi goreng untuk ibu dan ayah. Ya, Dodok suka memasak nasi goreng setiap akhir pekan. Nasi goreng dan telur mata sapi sudah jadi kebiasaan mereka tiap sabtu atau Minggu.

Dodok bergegas menyelesaikan sarapannya. Ia ingin segera bertemu Bagas. Mereka bisa mengembala sapi bersama. Petualangan mereka saat mengembala selalu seru.

Bagas tingga di Tuban. Itu sekitar tiga jam perjalanan dari rumah mereka. Dodok ingin segera berangkat. Ia tak sabar.

Hari masih pagi saat mereka sampai ditujuan. Bagas tersenyum lebar saat bertemu dengannya. Ia langsung mengajak Dodok melihat sapi barunya. Sapi itu berwarna cokelat muda. Bagas memberinya nama Saco.

"Biar kedengaran gagah,"kata Bagas. Padahal, sapi betina. Dodok tertawa mendengarnya.

Bagas mengajak Dodok membawa sapinya ke ladang. Aduuuuh... sepanjang jalan si Saco tidak berhenti mengunyah. Dodok jadi ingat makanan. Ia ingat kue buatan Paman Bas. Ah, aku perlu menanyakan kue terompet itu, pikir Dodok.

Mereka duduk di pinggir ladang sambil mengawasi si Saco memakan rumput. Bagas mengeluarkan bungkusan yang disiapkan ibunya. "Lihat apa yang kubawa!Aku tahu kau suka kue ini."

"Hmmmm.... Pantas, sejak tadi aku mencium kue yang harum itu,"kata Dodok.

"Kue ini sangat khas harumnya, karena dibungkus dengan daun lontar,"Bagas menjelaskan. Mereka berdua menikmati kue itu, 

Kue itu manis. Terasa kenyal tapi lembut. Ah... aku ingin tahu cara membuatnya, pikir Dodok. Ia semakin penasaran.

Setelah makan siang, Dodok segera mendekati Paman Bas. "Aku suka kue terompet itu, paman. Bolehkah aku belajar membuatnya?"

"Tentu saja. Kebetulan Paman mau membuatnya sekarang. Nanti kamu boleh bawa pulang juga."

Dodok senang sekali, Paman Bas segera mengajaknya ke Dapur. Paman menunjukkan bahan-bahannya. Ada tepung beras, santan, dan gula jawa. Gula jawa ini berwarna cokelat. Itu sebabnya kue berwarna cokelat.

Paman Bas memasukkan bahan - bahan itu ke dalam Panci. "Merebusnya dengan api kecil supaya matangnya sempurna," paman Bas menjelaskan. Dodok mengangguk. Ia ikut mengaduk rebusan itu dengan senang hati. Adonan itu kemudian dimasukkan dalam pembungkus dari daun lontar. Daun lontar itudiambil dari pohon siwalan, yang banyak terdapat di Tuban.  Daun itu kemudian dipilin menjadi kerucut seperti terompet.

Dodok juga membantu Paman Bas memasukkan bungkusan itu ke dalam dandang. Adonan dalam daun lontar itu perlu dikukus dulu.

Dodok menghirup aroma khas daun lontar. Harum. Kuenya sudah matang. Mata Dodok berbinar-binar. Membuat kue itu menyenangkan. Ia tak sabar ingin segera mencicipi.

Sore itu, gerimis mulai turun. Udara menjadi sejuk. Mereka duduk di teras. "kuenya sudah matang. Ayo, dicicipi!"ujar paman Bas sambil membawa sepiring kue.

Ënak sekali, Paman!" seru Dodok. Kue yang manis dan gurih ini betul-betul lezat.

Dodok membuka lilitan daun lontar dari atas sampai bawah. Maknnya sedikit-demi sedikit. Dodok tertawa Geli.

Sayang, Dodok harus segera pulang. Paman Bas memberi Dodok sekotak kue Dumbek. Dodok senang. Ia dapat pengetahuan baru tentang kue tradisional.

Ia tak sabar untuk segera membutnya di rumah. Ia membayangkan betapa enaknya makan kue dumbek, sambil minum teh hangat di teras. Ah... kue dumbek memang lezat.


Page 2

1 ANALISIS TOKOH DALAM CERPEN MAJALAH BOBO TAHUN 2016 Neneng Sri Wulan 1), Nenden Sundari 2) Universitas Pendidikan Indonesia Abstrak Tokoh merupakan salah satu unsur intrinsik yang penting dalam sebuah cerita. Tokoh pada cerita anak penting untuk dianalisis karena dari unsur tersebut pembaca (anak) dapat mengapresiasi beragam sifat dan sikap orang melalui tokoh di dalam cerita. Anak sebagai pembaca, akan mendapatkan pengalaman mengetahui atau bahkan mempelajari beragam sikap dan sifat positif, bahkan negatif, melalui cerita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) penggambaran ciri khas fisik, psikis, pikiran, dan kultural tokoh pada cerpen anak dalam Majalah Bobo tahun 2016, (2) pengelompokan tokoh pada cerpen anak dalam Majalah Bobo tahun 2016, (3) jenis tokoh pada cerpen anak dalam Majalah Bobo tahun 2016; (4) teknik penghadiran tokoh pada cerpen anak dalam Majalah Bobo tahun Metode penelitian yang digunakan adalah content analisys, dengan sumber data berupa tujuh cerpen pada majalah Bobo edisi tahun Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 3 cerpen yang hanya menggambarkan ciri psikis saja dari tokoh-tokoh yang dihadirkan. Terdapat 3 cerpen yang menggambarkan ciri khas pikiran tokohnya, namun itu pun hanya satu tokoh untuk setiap cerita. Terdapat satu cerita yang menggambarkan ciri khas kultur tokoh-tokohnya. Di dalam cerpen majalah Bobo yang diteliti, terdapat tokoh protagonis dalam semua cerita, tidak ada tokoh antagonis pada semua cerita, terdapat tokoh tritagonis dalam semua cerita, dan terdapat peran pembantu dalam semua cerita. Sumber konflik berasal dari tokoh protagonis, yaitu konflik batin/ pikiran ketika menghadapi suatu permasalahan. Jenis tokoh dalam semua cerpen majalah Bobo yang diteliti adalah 1) berdasarkan realitas sejarah menampilkan tokoh rekaan, 2) berdasarkan wujudnya menampilkan tokoh manusia. Teknik penghadiran tokoh yang digunakan dalam semua cerpen adalah teknik langsung/showing. Karakterisasi yang dimunculkan dalam semua cerpen adalah penggunaan nama tokoh dan tuturan pengarang. Tidak ada cerpen yang memunculkan karakterisasi melalui penampilan tokoh. Kata Kunci: analisis tokoh, cerpen anak, majalah bobo. Abstract The character is one of the intrinsic elements that are important in a story. A character on the children's story is important for analysis because of the element of the readers (children) can appreciate the diverse nature and attitude of the people through a character in the story. Children as readers, will obtain the experience of knowing or even learn the diverse attitudes and positive nature, even negative, through stories. Children as readers, will obtain the experience of knowing or even learn the diverse attitudes and positive, negative, even through the story. The purpose of this research is to know (1) the depiction of the characteristic physical, psychic, cultural figures, and thoughts on the short stories of children in the year 2016, Bobo (2) grouping of figures on the short stories of children in the year 2016, Bobo (3) type of character in the short stories of children in Bobo year 2016; (4) the technique of attendance figures on the short stories of children in Bobo year The research method used was content analisys, with the data source in the form of seven short stories in magazines Bobo Edition year Based on the results of research, there are 3 short stories which only describe psychic from the figures presented. There are 3 short stories that describe the characteristics of the mind is a character, but it was only one character for each story. There is one story that illustrates the characteristic culture of his characters. Inside the magazine there were examined, the Bobo protagonist in all the stories, there is no antagonist at all those stories, there are figures of tritagonis in all the stories, and there is a supporting role in all stories. The source of conflict comes from the protagonist, namely inner conflict/mind when facing a problem. Type the characters in all the magazine researched Bobo is 1) based on the reality of history featuring fiction, 2) based on his showing human figures. Attendance figures of techniques that are used in all of the short stories is the technique of direct/showing. Characterization of which is presented in all the short stories is the use of the name of the 359

2 character and the author's speech. There is no short story that gave rise to characterization through the appearance of the character. Keywords: analysis of the characters, children s short stories, Bobo magazine. PENDAHULUAN Perkembangan sastra anak di Indonesia memang tidak sepesat negara-negara lain. Meskipun begitu, karya-karya sastra anak, khususnya cerpen, tetap bertahan hingga saat ini. Cerpen anak yang ada saat ini hadir dengan beragam media, misalnya majalah Bobo. Majalah Bobo merupakan majalah anak berwarna perrtama di Indonesia, yang terbit pertama kali tahun 1973 (Arifina Budi, 2017). Sebagai majalah yang eksistensinya lebih lama dibandingkan majalah serupa, sudah seharusnya majalah Bobo menghadirkan cerpen-cepen yang berkualitas, misalnya dilihat dari unsur instrinsik. Salah satu unsur instrinsik yang kuat di dalam cerpen adalah tokoh/ pelaku. Tokoh cerita dimaksudkan sebagai pelaku yang dikisahkan perkalanan hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur, baik sebagai pelaku maupun penderita berbagai peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro, 2005: 222). Lukens (Nurgiyantoro, 2005) berpendapat bahwa tokoh cerita dapat dipahami sebagai kumpulan kualitas mental, emosional, dan sosial yang membedakan seseorang dengan orang lain. Dari dua pendapat tersebut dapat terlihat bahwa tokoh cerita adalah pelaku yang diceritakan di dalam cerita. Hal mengenai tokoh yang diceritakan di dalam cerita bukan hanya satu aspek saja, tetapi berbagai aspek tokoh, seperti fisik, nonfisik, sosial, emosional, moral, dan lain-lain. Berdasarkan pemaparan tersebut, tampak bahwa tokoh menjadi salah satu aspek penting di dalam cerita, begitu pula dalam cerita anak. Pembaca dapat mengapresiasi beragam sifat dan sikap beragam orang melalui tokoh di dalam cerita, begitu pula pada cerpen anak. Anak sebagai pembaca, akan mendapatkan pengalaman mengetahui atau bahkan mempelajari beragam sikap dan sifat positif, bahkan negatif, melalui cerita. Berdasarkan pemaparan-pemaparan tersebut, peneliti tertarik untuk menganalisis penggambaran tokoh di dalam cerita, khususnya majalah Bobo. Penelitian ini dibatasi pada masalah analisis tokoh pada cerpen anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. penggambaran ciri khas fisik, psikis, pikiran, dan kultural tokoh pada cerpen anak dalam Majalah Bobo tahun 2016; 2. pengelompokan tokoh pada cerpen anak dalam Majalah Bobo tahun 2016; 3. jenis tokoh pada cerpen anak dalam Majalah Bobo tahun 2016; 4. teknik penghadiran tokoh pada cerpen anak dalam Majalah Bobo tahun Tokoh cerita dimaksudkan sebagai pelaku yang dikisahkan perkalanan hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur, baik sebagai pelaku maupun penderita berbagai peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro, 2005: 222). Lukens (Nurgiyantoro, 2005) berpendapat bahwa tokoh cerita dapat dipahami sebagai kumpulan kualitas mental, emosional, dan sosial yang membedakan seseorang dengan orang lain. Dari dua pendapat tersebut dapat terlihat bahwa tokoh cerita adalah pelaku yang diceritakan di dalam cerita. Hal mengenai tokoh yang diceritakan di dalam cerita bukan hanya satu aspek saja, tetapi berbagai aspek tokoh, seperti fisik, nonfisik, sosial, emosional, moral, dan lain-lain. Menurut Abrams (Nurgiyantoro, 2005: 223), tokoh cerita (character) dapat dipahami sebagai seseorang yang ditampilkan dalam teks cerita naratif (juga: drama) yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu sebagaimana yang diekspresikan lewat kata-kata dan ditunjukkan dalam tindakan. 1. Jenis Tokoh Nurgiyantoro (2005, 224) berpendapat bahwa jenis tokoh cerita fiksi anak dapat dibedakan ke dalam bermacam kategori tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Misalnya, jika dilihat berdasarkan realitas sejarah, tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh rekaan dan tokoh sejarah, berdasarkan wujudnya dapat dibedakan ke dalam tokoh manusia, binatang, atau objek lain, berdasarkan 360

3 kompleksitas karakter dapat dibedakan ke dalam tokoh sederhana dan tokoh bulat, dan lain-lain. 2. Teknik Penghadiran Tokoh Terdapat dua cara yang lazim digunakan untuk menghadirkan tokoh, yaitu teknik langsung dan tidak langsung. Sayuti (2000: 89) mengungkapkan bahwa ada yang menjadikannya cara analitik dan dramatic, ada yang membedakannya menjadi metode langsung dan tak langsung, ada yang membedakannya menjadi metode telling uraian dan showing ragaan, da nada pula yang membedakannya menjadi metode diskursif, dramatic, kontekstual, dan campuran. Pembedaan yang berlainan itu sesungguhnya memiliki esensi yang kurang lebih sama. Pada penelitian ini, teknik penghadiran tokoh yang akan dijadikan acuan adalah langsung dan tidak langsung. Minderop (2013), memaparkan bahwa metode langsung/ telling adalah pemaparan karakter tokoh yang dilakukan secara langsung oleh si pengarang. Teknik ini tidak terlepas dari metode karakterisasi yang mencakup 1) karakterisasi penggunaan nama tokoh, 2) karakterisasi melalui penampilan tokoh, 3) karakterisasi melalui tuturan pengarang. Metode tidak langsung/showing adalah metode yang mengabaikan kehadiran pengarang sehingga para tokoh dalam karya sastra dapat menampilkan diri secara langsung melalui tingkah laku. Pada metode ini, karakterisasi mencakup enam hal, yaitu karakterisasi melalui dialog,lokasi dan situasi percakapan, jati diri tokoh yang dituju oleh penutur, kualitas mental para tokoh; nada suara, tekanan, dialek, dan kosa kata; dan karakterisasi melalui tindakan para tokoh. 3. Ciri Khas Tokoh Selain hal-hal tersebut, seorang tokoh/pelaku dalam cerita memiliki ciri-ciri tersendiri yang membedakannya dari tokoh lain. Secara umum pokok informasi mengenai tokoh yang perlu diungkapkan kepada penonton adalah meliputi hal-hal sebagai berikut. a) Ciri khas fisik/ biologis Ciri khas fisik yang dimaksud meliputi nama, usia, tinggi dan bobot, kekhususan fisik, gerakan tubuh, dan ekspresi wajah. b) Ciri khas psikis Ciri khas psikis yang dimaksud mengenai kondisi psikis secara umum, yaitu watak, temperamen, kemampuan imajinasi, dan sensitivitasnya (kepekaan). c) Ciri khas pikiran Ciri khas pikiran yang harus diungkapkan pada tokoh meliputi tingkat kecerdasan, cara berpikir, kandungan pengetahuan dan kreatifitasnya. d) Ciri khas kultural Ciri khas kultural ini meliputi etnik dan lingkungan budaya yang sangat mempengaruhi tokoh tersebut, tata nilai kebudayaan yang dianutnya, dan falsafah kebudayaannya. Tokoh dalam drama bisa dikelompokkan menjadi: a) protagonis: peran utama yang menjadi pusat cerita, b) antagonis: peran lawan, sering juga menjadi musuh yang menyebabkan konflik, c) tritagonis: peran penengah, bertugas mendamaikan atau menjadi perantara protagonis dan antagonis, d) peran pembantu: peran yang tidak secara langsung terlibat di dalam konflik, tetapi diperlukan guna penyelesaian cerita. (Harrymawan, ). METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah content analysis. Analisis isi ini berpedoman pada semibilan tahap content analysis menurut Frenkel dan Wallen (2008, hlm. 474), yaitu determine objectives (menentukan tujuan), define terms (menegaskan batasan), specify the unit of analysis (menentukan bagian yang dianalisis), located relevant data (menentukan letak data yang relevan), develop a rationale (memperkuat alasan), develop a sampling plan (memperkuat rencana sampel), formulate coding categories (memformulasikan kategori kode), check reliability and validity (mengecek reliabilitas dan validitas), dan analyze data (menganalisis data). Sumber data penelitian ini adalah cerpencerpen anak dalam majalah Bobo tahun 2016 sebanyak tujuh cerpen, yang ditulis oleh beberapa pengarang. Data dalam penelitian ini 361

4 dikumpulkan dengan menggunakan metode pengumpulan data studi dokumentasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri fisik, psikis, pikiran, dan kultur tokoh dalam Cerpen Majalah Bobo tahun Hasil analisis terhadap cirik fisik, psikis, pikiran, dan kultur tokoh dalam Cerpen Majalah Bobo tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Hasil Analisis ciri fisik, psikis, pikiran, dan kultur tokoh dalam Cerpen Majalah Bobo tahun 2016 Judul Cerpen Ciri fisik Psikis Pikiran Kultu ral Benih Kejujuran Dag Dig Dug - - Ibu dan Baju Cinderella Kue Dumbek Paman Bas - Antara Nenek, Getah Jarak, dan Sakit Gigi - - Pameran Kostum Duta Hemat Air - - Berdasarkan tabel 1, tampak bahwa tidak semua cerpen menggambarkan ciri fisik, psikis, pikiran, dan kultur tokoh secara jelas. Terdapat 3 cerpen yang hanya menggambarkan ciri psikis saja dari tokoh-tokoh yang dihadirkan. Terdapat 3 cerpen yang menggambarkan ciri khas pikiran tokohnya, namun itu pun hanya satu tokoh untuk setiap cerita. Terdapat satu cerita yang menggambarkan ciri khas kultur tokohtokohnya, yaitu cerpen berjudul Kue Dumbek Paman Bas. Dalam cerita tersebut, kultur/budaya Jawa terlihat dalam tingkah laku dan pikiran para tokoh di dalam cerita. Harrymawan (1988) mengemukakan bahwa hal yang perlu diungkapkan kepada penonton/pembaca mengenai tokoh dalam cerita adalah ciri khas fisik, ciri khas psikis, ciri khas pikiran, dan ciri khas kultural. Berdasarkan teori tersebut, maka informasi-informasi yang diberikan kepada pembaca mengenai tokohtokoh dalam cerpen-cerpen majalah Bobo adalah kurang lengkap. Sebagian besar cerita hanya menyajikan ciri khas psikis saja. Tidak ada cerita yang menyajikan ciri khas fisik tokoh secara jelas. Analisis Pengelompokan tokoh dalam Cerpen Majalah Bobo tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Pengelompokan tokoh dalam Cerpen Majalah Bobo tahun 2016 Judul Cerpen Protago nis Antago nis Tritago nis Peran pembantu Datuk, Runi Pak Benih dan - Bu Guru Marno, Kejujuran Rudi Nadia, Adit Dag Dug Dig Ibu dan Baju Cinderella Kue Dumbek Paman Bas Antara Nenek, Getah Jarak, dan Sakit Gigi Pameran Kostum Duta Hemat Air Fayza Hiqmah - Pak Hardi Renata - Ibu Dodok - Paman Bas Aulia - Nenek Dodo - Om Deki Alin - Mama Dio Ayah, Diana, Lili, Agustin Ayah, Bagas Ibu, Tante Diana Bunda, Ayah Mimi, Rosi Berdasarkan tabel 2, tampak bahwa terdapat tokoh protagonis dalam semua cerita, tidak ada tokoh antagonis pada semua cerita, terdapat tokoh tritagonis dalam semua cerita, dan terdapat peran pembantu dalam semua cerita. Menurut Harrymawan (1988), tokoh dalam drama bisa dikelompokkan menjadi protagonis, antagonis, tritagonis, dan peran pembantu. Pada semua cerpen majalah Bobo yang diteliti, tidak terdapat tokoh antagonis di dalamnya. Tokoh antagonis adalah peran lawan, sering juga menjadi musuh yang menyebabkan konflik (Harrymawan, 1988). Hal tersebut membuktikan bahwa dalam sebuah cerita, khususnya cerita anak, tokoh antagonis dimungkinkan untuk tidak hadir. Hal tersebut membuktkan pula bahwa sumber konflik tidak harus selalu muncul dari tokoh antagonis. Konflik yang muncul dalam cerpen-cerpen majalah Bobo justru hadir dari tokoh protagonis. 362

5 Konflik yang muncul berasal dari konflik batin (dan pikiran) tokoh protagonis dalam menghadapi sesuatu. Tokoh-tokoh protagonis yang terdapat di dalam cerita, memiliki karakter yang hampir sama. Hampir semua tokoh digambarkan sebagai tokoh yang baik dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Hal tersebut sesuai dengan karakter anak yang biasanya memang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan ingin mencoba hal-hal yang baru. Meskipun terdapat beberapa tokoh yang memiliki sedikit karakter tidak baik, namun ketidakbaikan (kenakalan) tersebut masih dalam batas wajar sifat anak-anak, misalnya tidak mau menuruti nasihat ibu untuk menghemat air, kesal kepada nenek, dan lainlain. Analisis jenis tokoh dalam cerpen anak majalah Bobo tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3 Jenis tokoh dalam cerpen anak majalah Bobo tahun 2016 Judul Cerpen Realitas Wujud Sejarah Benih Kejujuran Rekaan Manusia Dag Dig Dug Rekaan Manusia Ibu dan Baju Rekaan Manusia Cinderella Kue Dumbek Paman Rekaan Manusia Bas Antara Nenek, Getah Rekaan Manusia Jarak, dan Sakit Gigi Pameran Kostum Rekaan Manusia Duta Hemat Air Rekaan Manusia Pada tabel 3 tampak bahwa jenis tokoh dalam semua cerpen adalah 1) berdasarkan realitas sejarah menampilkan tokoh rekaan, 2) berdasarkan wujudnya menampilkan tokoh manusia. Nurgiyantoro (2005, 224) berpendapat bahwa jenis tokoh cerita fiksi anak dapat dibedakan ke dalam bermacam kategori tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Misalnya, jika dilihat berdasarkan realitas sejarah, tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh rekaan dan tokoh sejarah, berdasarkan wujudnya dapat dibedakan ke dalam tokoh manusia, binatang, atau objek lain, berdasarkan kompleksitas karakter dapat dibedakan ke dalam tokoh sederhana dan tokoh bulat, dan lain-lain. Jenis tokoh dalam semua cerpen majalah Bobo yang diteliti adalah 1) berdasarkan realitas sejarah menampilkan tokoh rekaan, 2) berdasarkan wujudnya menampilkan tokoh manusia. Dari hal tersebut membuktikan bahwa jenis tokoh, berdasarkan wujudnya, di dalam cerita anak tidak harus selalu menampilkan binatang, seperti pada dongeng-dongeng si Kancil, Burung Gagak, dan lain-lain. Pada cerpen-cerpen majalah Bobo yang diteliti, semua tokohnya adalah manusia. Teknik penghadiran tokoh yang digunakan pada semua cerpen adalah teknik penghadiran secara langsung/showing. Minderop (2013), memaparkan bahwa metode langsung/telling adalah pemaparan karakter tokoh yang dilakukan secara langsung oleh si pengarang. Teknik ini tidak terlepas dari metode karakterisasi yang mencakup 1) karakterisasi penggunaan nama tokoh, 2) karakterisasi melalui penampilan tokoh, 3)karakterisasi melalui tuturan pengarang. Berdasarkan hasil analisis, karakterisasi yang dimunculkan dalam semua cerpen adalah penggunaan nama tokoh dan tuturan pengarang. Tidak ada cerpen yang memunculkan karakterisasi melalui penampilan tokoh. Semua cerpen yang diteliti, tidak ada yang menggunakan metode tidak langsung/showing adalah metode yang mengabaikan kehadiran pengarang sehingga para tokoh dalam karya sastra dapat menampilkan diri secara langsung melalui tingkah laku. Pada metode ini, karakterisasi mencakup enam hal, yaitu karakterisasi melalui dialog,lokasi dan situasi percakapan, jati diri tokoh yang dituju oleh penutur, kualitas mental para tokoh; nada suara, tekanan, dialek, dan kosa kata; dan karakterisasi melalui tindakan para tokoh. Pada cerita anak, metode tidak langsung sebenarnya dapat digunakan. Hal tersebut justru dapat menguatkan tokoh dan isi memperkaya cerita. PENUTUP Simpulan Tokoh merupakan unsur intrinsik yang memegang peranan penting dalam sebuah cerita. Tokoh dalam cerita merupakan pelaku atau bisa pula menjadi penderita. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 3 cerpen yang hanya menggambarkan ciri psikis saja dari tokoh-tokoh yang dihadirkan. Terdapat 3 cerpen yang 363

6 menggambarkan ciri khas pikiran tokohnya, namun itu pun hanya satu tokoh untuk setiap cerita. Terdapat satu cerita yang menggambarkan ciri khas kultur tokohtokohnya. Di dalam cerpen majalah Bobo yang diteliti, terdapat tokoh protagonis dalam semua cerita, tidak ada tokoh antagonis pada semua cerita, terdapat tokoh tritagonis dalam semua cerita, dan terdapat peran pembantu dalam semua cerita. Sumber konflik berasal dari tokoh protagonis, yaitu konflik batin/ pikiran ketika menghadapi suatu permasalahan. Jenis tokoh dalam semua cerpen majalah Bobo yang diteliti adalah 1) berdasarkan realitas sejarah menampilkan tokoh rekaan, 2) berdasarkan wujudnya menampilkan tokoh manusia. Teknik penghadiran tokoh yang digunakan dalam semua cerpen adalah teknik langsung/showing. Karakterisasi yang dimunculkan dalam semua cerpen adalah penggunaan nama tokoh dan tuturan pengarang. Tidak ada cerpen yang memunculkan karakterisasi melalui penampilan tokoh. Saran Tokoh di dalam cerita anak merupakan salah satu unsur instrinsik yang penting. Oleh karena itu, karakteristik tokoh, baik dari ciri khas fisik, psikis, pikiran, dan kulturnya harus digambarkan dengan lebih detail agar karakter tokoh menjadi lebih jelas dan lebih menarik. Teknik penghadiran tokoh merupakan salah satu cara yang dapat digunakan pengarang untuk menampilkan karakter tokoh dan menguatkan isi cerita. Oleh karena itu, teknik penghadiran tokoh tidak hanya bisa menggunakan teknik langsung saja, namun juga dapat menggunakan teknik tidak langsung/ showing, sehingga penghadiran tokoh menjadi lebih variatif dan menarik. Hasil penelitian ini masih terbatas karena hanya membahas salah satu unsur instrinsik cerita saja, yaitu tokoh. Namun begitu, hasil penelitian ini dapat menjadi penelitian awal bagi penelitian-penelitian lanjutan, baik yang membahas tokoh secara lebih detail/ menggunakan teori yang lain, maupun penelitian unsur instrinsik lainnya. DAFTAR PUSTAKA Budi Arifina. (2017). Majalah Anak-anak, Masa Lalu yang selalu Dirindu. [online]. tersedia: /majalah-anak-anak-masa-lalu-yang-selaludirindu. Diakses: April Fraenkel, J.R & Wallen, N.E (2008). How to Design and Evaluate Research in Education. New York: McGraw-Hill. Harymawan. (1988). Dramaturgi. Bandung: CV Rosda. Minderop, Albertine. (2013). Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus. Jakarta: Obor. Nurgiyantoro, Burhan. (2005). Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sarumpaet, Riris K. Toha. (2010). Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Sayuti, Suminto.(2000). Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media. 364