PENDAHULUAN Salah satu provinsi di pulau Kalimantan adalah Kalimantan Selatan (Kalsel). Hampir seluruh wilayah Kalsel dihuni oleh orang Banjar. Bahasa Banjar (BB) bagi masyarakat Banjar merupakan bahasa pengantar yang berfungsi sebagai alat komunikasi sehari-hari. Show
Kemiripan fonem dan kosakata antara BBDH dan BI, contohnya,
Berdasarkan pengamatan di atas, antara BBDH dan BI sama-sama mengenal vokal [a], [i], dan [u]. Selain itu, keminpan dari segi pengungkapan mengarah kepada fonem tertentu yang terdapat pada kosakata BBDH dan BI, contohnya makna 'han' yang dalam BI tulisan dan pengungkapannya 'han' sedang dalam BBDH 'an'.
Sebagian besar kosakata yang terdapat dalam BI memang tidak terdapat dalam BBDH begitu pula sebaiknya. Tentu saja perbedaan antara BBDH dan BI ini tidak terhitung banyaknya selain persamaan dan kemiripan yang juga tidak bisa diindahkan keberadaannya. Penulisan entri dalam kamus ini disusun secara alfabetis, berurutan dari kata dasar, kata berimbuhan, kata berulang, dan frasa (gabungan kata). Pemenggalan suku kata berdasarkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Ditambah dengan sebagian contoh penggunaan kosakatanya, serta penjeiasan secara singat mengenai fonologi dan morfologi BBDH. Bagi huruf yang dimasukkan ke dalam tanda kurung ( ... ) menunjukkan
bahwa huruf tersebut tidak dipakai dalam penulisan BBDH. Adapun abjadnya sebagai berikut,
Secara singkat fonem-fonem BBDH dapat kita lihat pada tabel berikut
Bahasa Banjar (Jawi: بهاس بنجر) adalah sebuah bahasa Austronesia yang dipertuturkan oleh suku Banjar di Kalimantan Selatan, Indonesia, sebagai bahasa ibu.[2][3][4] Bahasa Banjar termasuk dalam daftar bahasa dominan di Indonesia.[5] Bahasa Banjar merupakan anak cabang bahasa yang dijadikan bertambah sempurna dari Bahasa Melayu. Asal bahasa ini berada di provinsi Kalimantan Selatan yang terbagi atas Banjar Kandangan, Amuntai, Alabiu, Kalua, Alai, dan lain-lain. Bahasa Banjar dihipotesiskan sebagai bahasa Melayik, seperti halnya bahasa Minangkabau, bahasa Betawi, bahasa Iban, dan lain-lain.[6][7] Selain di Kalimantan Selatan, Bahasa Banjar yang semula sebagai bahasa suku bangsa juga dijadikan lingua franca di kawasan lainnya, yakni Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur serta di kawasan Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, sebagai bahasa penghubung antar suku.[8] Di Kalimantan Tengah, tingkat pemertahanan bahasa Banjar cukup tinggi tidak sekedar bertahan di komunitasnya sendiri, bahkan menggeser (shifting) bahasa-bahasa orang Dayak.[9][10] Bahasa Banjar juga sedang digunakan pada sebagian pemukiman suku Banjar di Malaysia seperti di Kampung (Desa) Parit Abas, Mukim (Kecamatan) Kuala Kurau, Kawasan (Kabupaten) Kerian, Negeri Perak Darul Ridzuan.[11] Bahasa Banjar jumlah dipengaruhi oleh bahasa Melayu, Jawa dan bahasa-bahasa Dayak.[12][13][14][15] Kecocokan leksikal bahasa Banjar terhadap bahasa lainnya yaitu 73% dengan bahasa Indonesia [ind], 66% dengan bahasa Tamuan (Malayic Dayak), 45% dengan bahasa Bakumpai [bkr], 35% dengan bahasa Ngaju [nij].[16] Hasil penelitian Wurm dan Willson (1975), hubungan kekerabatan selang Bahasa Melayu dan Bahasa Banjar mencapai angka 85 persen. Adapun kekerabatan dengan bahasa Maanyan sekitar 32 % dan dengan bahasa Ngaju 39 %, berdasarkan penelitian Zaini HD1.[17] Bahasa Banjar mempunyai hubungan dengan bahasa yang digunakan suku Kedayan (sebuah dialek dalam bahasa Brunei) yang terpisahkan selama 400 tahun dan bahasa Banjar sering pula dinamakan Bahasa Melayu Banjar.[18] Dalam perkembangannya, bahasa Banjar ditengarai merasakan kontaminasi dari intervensi bahasa Indonesia dan bahasa asing.[19] Bahasa Banjar berada dalam kategori cukup lepas sama sekali dari bahaya dari kepunahan karena sedang digunakan sebagai bahasa sehari-hari oleh warga Banjar maupun oleh pendatang.[20]. Walaupun terjadi penurunan penggunaan bahasa Banjar namun laju penurunan tersebut tidak sangat kentara.[21] Saat ini, Bahasa Banjar sudah mulai diajarkan di sekolah-sekolah di Kalimantan Selatan sebagai muatan lokal.[22] Bahasa Banjar juga memiliki sejumlah peribahasa.[23] PenyebaranPeta persebaran suku bangsa Banjar di berbagai kawasan. Meski suku Banjar bermigrasi ke berbagai kawasan, namun bahasa Banjar sedang tetap mereka angkat dan digunakan dalam dialog sehari-hari. Kawasan perantauan orang Banjar yang sedang menuturkan bahasa Banjar secara asli adalah di kawasan Sumatera dan Malaysia Barat. Secara geografis, suku ini pada mulanya menempati hampir seluruh wilayah provinsi Kalimantan Selatan sekarang ini yang kesudahan dampak perpindahan atau percampuran penduduk dan daya upaya budinya di dalam anggota waktu berabad-abad, maka suku Banjar dan bahasa Banjar tersebar bertambah luas hingga ke daerah-daerah pesisir Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, bahkan jumlah didapatkan di beberapa tempat di pulau Sumatera yang kebetulan dijadikan pemukiman perantau Banjar sejak lama seperti di Muara Tungkal, Tembilahan, dan Sapat. [24] Selain di pantai timur pulau Sumatera, bahasa Banjar bisa dijumpai juga pada perkampungan Suku Banjar[25]yang berada di pantai barat semenanjung Malaya di Malaysia Barat[26] (Perak Tengah, Krian, Pahang, Kuala Selangor, Batu Pahat, Kuala Lumpur[27], walaupun karena pertimbangan politik, suku Banjar di Malaya dinamakan sebagai orang Melayu, tetapi di luar wilayah Malaya, seperti di Sabah dan Sarawak misalnya di kawasan Tawau sedang menyebut dirinya suku Banjar.[28][29] Menurut Cense,[30] bahasa Banjar dipergunakan oleh penduduk sekitar Banjarmasin dan Hulu Sungai. Dampak penyebaran penduduk, bahasa Banjar hingga di Kutai dan tempat-tempat lain di Kalimantan Timur.[31] Sedangkan Den Hamer[30] melokalisasi bahasa Banjar itu di samping kawasan Banjarmasin dan Hulu Sungai hingga pula ke kawasan pulau Laut (Kalimantan Tenggara) dan Sampit yang secara administratif pemerintahan termasuk provinsi Kalimantan Tengah sekarang ini.[30] Dibandingkan dengan perantau-perantau dari kawasan lain yang umumnya sedang mempunyai ikatan yang cukup kuat dengan kawasan asal maupun kerabat dari kawasan asal seperti perantau Minang, Bugis dan Madura, maka pola merantau suku Banjar berbeda. Perantau Banjar cenderung merantau hilang, yakni tak lagi menjalin kontak dengan orang-orang kawasan asal, tak jumlah surat menyurat dan tak jumlah pulang ke kawasan asal, namun tidak sama sekali meninggalkan kebanjarannya. Ciri kebanjaran yang mencolok yang cenderung dipertahankan orang Banjar adalah bahasa Banjar yang bisa dipertahankan dengan cara membangun permukiman khusus komunitas orang yang bersumber dari kawasan Banjar di tanah rantau, sehingga di dalam rumah tangga maupun kampung yang baru, mereka bisa mempertahankan bahasa Banjar, maka kebanjaran orang Banjar terutama sekali terletak pada bahasanya dan tanah cairan orang Banjar adalah bahasa Banjar. Selama seseorang fasih memakai bahasa Banjar dalam kehidupan sehari-hari maka dia bisa dinamakan orang Banjar, tidak peduli apakah beliau kelahiran di Tanah Banjar atau bukan, berdarah Banjar atau bukan, dan sebagainya. Bahasa merupakan salah satu faktor kebanjaran disamping faktor lainnya seperti daya upaya budi dan lain-lain.[32] DialekBahasa Banjar no. 6 Kalau diamati pembicara-pembicara bahasa Banjar bisa diidentifikasi demikianlah keadaanya variasi-variasi dalam pengucapan ataupun perbedaan-perbedaan kosa kata satu golongan dengan golongan suku Banjar lainnya, dan perbedaan itu bisa dinamakan dialek dari bahasa Banjar yang mampu dibedakan selang dua dialek luhur[24][33] yaitu;
Dialek Banjar Kuala umumnya digunakan oleh penduduk asli sekitar kota Banjarmasin, Martapura dan Pelaihari. Sedangkan dialek Banjar Hulu adalah bahasa Banjar yang digunakan penduduk kawasan Hulu Sungai umumnya yaitu kawasan Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara (dan Balangan) serta Tabalong. Pemakai dialek Banjar Hulu ini jauh bertambah lapang dan sedang menunjukkan beberapa variasi subdialek lagi yang oleh Den Hamer[30] dinamakan dengan istilah dialek lokal yaitu seperti Amuntai, Alabiu, Kalua, Kandangan, Tanjung dan bahkan Den Hamer cenderung berpendapat bahwa bahasa yang digunakan oleh orang Bukit yaitu penduduk pedalaman pegunungan Meratus merupakan salah satu subdialek Banjar Hulu pula.[34][35] Dan mungkin subdialek sama berat Banjar Kuala maupun Banjar Hulu itu sedang jumlah lagi, kalau melihat jumlahnya variasi pemakaian bahasa Banjar yang sedang memerlukan penelitian yang bertambah cermat dari para pakar dialektrografi sehingga bahasa Banjar itu dengan segala subdialeknya mampu dipetakan secara cermat dan tepat. Berdasarkan pengamatan yang benar, pemakaian selang dialek luhur Banjar Kuala dengan Banjar Hulu bisa diamati paling tidak dari dua hal,[24] yaitu:
Bahasa Banjar Hulu merupakan dialek asli yang digunakan di wilayah Banua Enam yang merupakan kesan Afdelling Kandangan dan Afdeeling Amoentai (suatu pembagian wilayah pada zaman pendudukan Belanda) yang meliputi kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Balangan dan Tabalong pada pembagian adiministrasi saat ini. Puak-puak suku Banjar Hulu Sungai dengan dialek-dialeknya masing-masing relatif bersesuaian dengan pembagian administratif pada zaman kerajaan Banjar dan Hindia Belanda yaitu menurut Lalawangan atau distrik (Kawedanan) pada masa itu, yang pada zaman sekarang sudah berbeda. Puak-puak suku Banjar di kawasan Hulu Sungai tersebut misalnya : Kawasan Oloe Soengai dulu merupakan pusat kerajaan Hindu, di mana asal mula perkembangan bahasa Melayu Banjar. PerbedaanDialek merupakan variasi dari sebuah bahasa tertentu dan dibicarakan oleh sekumpulan warga bahasa tersebut. Dialek ditetapkan oleh fakor geografis (dialek kawasan) dan sosial (dialek sosial). Dialek sosial seperti bahasa baku, bahasa basahan (bahasa kolokial), bahasa resmi, bahasa tak resmi, bahasa istana, bahasa slanga (prokem), bahasa pasar, bahasa halus, bahasa kasar dan sebagainya. Dialek kawasan berbeda dari segi:
Banjar HuluDialek-dialek Bahasa Banjar Hulu[40] bersesuaian dengan kecamatan-kecamatan yang berpenduduk suku Banjar yang benar di Hulu Sungai, karena orang Banjar menyebut dirinya berdasarkan asal kecamatan atau banua masing-masing. Dialek-dialek tersebut selang lain : Mengingat orang-orang Banjar yang berada di Sumatera dan Malaysia Barat mayoritas bersumber dari wilayah Hulu Sungai (Banua Enam), maka bahasa Banjar yang digunakan merupakan campuran dari dialek Bahasa Banjar Hulu menurut asal usulnya di Kalimantan Selatan. Dialek bahasa Banjar Hulu juga bisa ditemukan di kampung-kampung (handil) yang penduduknya bersumber dari Hulu Sungai, seperti di kecamatan Gambut, Aluh Aluh, Tamban yang terdapat di wilayah Banjar Kuala. Banjar KualaDialek Bahasa Banjar Kuala yaitu bahasa yang meliputi Kabupaten Banjar, Barito Kuala, Tanah Laut, serta kota Banjarmasin dan Banjarbaru. Karena kedudukannya yang strategis di sekitar sungai Barito, pemakaiannya bertambah luas hingga wilayah pesisir bidang tenggara Kalimantan yaitu kabupaten Tanah Bumbu dan Kotabaru hingga ke Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Bahasa Banjar Kuala dibicarakan dengan logat datar tanpa intonasi tertentu, sah berbeda dengan bahasa Banjar Hulu dengan logat yang kental (ba-ilun). Dialek Banjar Kuala yang asli misalnya yang dibicarakan di kawasan Kuin, Sungai Jingah, Banua Anyar dan sebagainya di sekitar kota Banjarmasin yang merupakan kawasan awal dijadikan bertambah sempurnanya kesultanan Banjar. Bahasa Banjar yang dibicarakan di Banjarmasin dengan penduduknya yang heterogen berbeda dengan Bahasa Banjar yang dibicarakan di Hulu Sungai dengan penduduknya yang lebih kurang homogen. Perbedaan pada umumnya terletak pada intonasi, tekanan, tinggi-rendah dan sebagian kosa kata. Di Banjarmasin, intonasi terbagi tiga karakter: [41]
Bahasa Banjar yang digunakan di Kalimantan Tengah cenderung memakai logat Dayak, sehingga keturunan Jawa yang benar di Kalteng (Tamiang Layang), bertambah menguasai bahasa Banjar berlogat Dayak (Maanyan) daripada bahasa Dayak itu sendiri yang sukar dipelajari. Karena jabatannya sebagai lingua franca, pemakai bahasa Melayu Banjar bertambah jumlah daripada jumlah suku Banjar itu sendiri. Pemakaian bahasa Melayu Banjar dalam dialog dan pergaulan sehari-hari di kawasan ini bertambah dominan dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Berbagai suku di Kalimantan Selatan dan sekitarnya berupaya menguasai bahasa Banjar, sehingga bisa pula kita jumpai bahasa Banjar yang diucapkan dengan logat Jawa atau Madura yang sedang terasa kental seperti yang kita jumpai di kota Banjarmasin. Kosa kataKosa kata dialek Banjar Hulu tidak semuanya benar pada semua subdialek bahasa Banjar, tetapi jelas tidak akan ditemukan dalam dialek Banjar Kuala, ataupun sebaliknya kosa kata seperti unda (aku), dongkah (sobek besar), atung (taat) dan sebagainya dalam dialek Banjar Kuala tidak akan ditemukan pada dialek Banjar Hulu. Diamati dari kosa kata, sama berat dalam hal jumlah maupun variasi subdialeknya, tampaklah dialek Banjar Hulu jauh bertambah jumlah dan kompleks. Misalnya selang subdialek satu dengan subdialek lainnya seperti Alabio, Kalua, Amuntai dan lain-lain jumlah berbeda kosa katanya, sehingga bisa terjadi kosa kata yang dipergunakan pada kawasan satu tidak jarang atau kurang biasa dipergunakan pada kawasan lainnya. Tetapi dibandingkan dengan dialek Banjar Kuala, subdialek Banjar Hulu ini bertambah berhampiran satu sama lain. Karena itu di dalam Kamus Banjar–Indonesia sering hanya dibedakan selang Banjar Kuala (BK) dan Banjar Hulu (BH). Dalam perkembangannya pergaulan dan pembauran selang kedua pemakai dialek tersebut kian intensif.[24]
Perbedaan dalam pengucapan fonem:
Contoh Dialek Banjar Hulu
Distribusi vokal dan konsonan
Dalam bahasa Banjar tidak benar F, Q, V karena F dan V masuk ke P, dan Q masuk ke K, dan Z masuk ke abjad S/J. [24] Bahasa sastra dan wayang BanjarSyair madihin memakai bahasa Banjar.[45] Dalam penulisan karya sastra Banjar maupun dalam kesenian Wayang Kulit Banjar sejak dulu sering digunakan secara khusus kosakata yang diserap dari bahasa Jawa, padahal kosakata tersebut tidak digunakan dalam bahasa Banjar sehari-hari, tetapi memang jumlah pula kosakata yang diserap dari bahasa Jawa yang sudah lazim dijadikan bahasa Banjar sehari-hari. Contoh kata-kata dalam penulisan karya sastra maupun wayang Banjar tersebut misalnya : karsa (kerso), gani (geni), danawa (denowo), ngumbi (ngombe), sadusu (sedhoso), sadulur (sedhulur) dan lain-lain. Tingkatan bahasaBahasa Banjar juga mengenal tingkatan bahasa (Jawa: unggah-ungguh), tetapi hanya untuk kata tukar orang, yang tetap digunakan hingga sekarang. Zaman dulu sebelum dibubarkannya Kesultanan Banjar pada tahun 1860, bahasa Banjar juga mengenal sejenis bahasa halus yang dinamakan basa dalam (bahasa istana), yang merupakan pengaruh dari bahasa Jawa, disamping benar pula kosa kata yang diciptakan sebagai bahasa halus misalnya jarajak basar definisinya tiang, dalam bahasa Banjar normal dinamakan tihang. Basa dalam merupakan bahasa yang sudah punah, tetapi sesekali sedang digunakan dalam kesenian kawasan Banjar. Di dalam Hikayat Banjar, jumlah digunakan kata tukar diri manira (saya) dan pakanira (anda) yang merupakan varian bahasa Bagongan yang digunakan di Kesultanan Banten.
untuk kata tukar orang ke-3 (dia)
BilanganBerikut merupakan beberapa angka (bilangan) dalam Bahasa Banjar. Bilangan / angka dalam bahasa Banjar memiliki kemiripan dengan bilangan / angka dalam bahasa Jawa Kuno.
AksaraPenulisan bahasa Banjar pada zaman dulu dalam aksara Arab Melayu (Jawi) misalnya;[48]
Hikayat BanjarHikayat Banjar pernah diamati dan diedit oleh Johannes Jacobus Ras, orang Belanda kelahiran Rotterdam tahun 1926 untuk disertasi doktoralnya di Universitas Leiden. Promotornya adalah Dr. A. Teeuw. Sepenggal kisah dalam Hikayat Banjar:
Pengaruh bahasa JawaBahasa Banjar mengambil kosa kata serapan dari bahasa Jawa seperti banyu (bahasa Jawa Baru), diduga dulu yang digunakan kosa kata ayying (bahasa Bukit).
Varian bahasa Melayik Borneo TimurBahasa Banjar termasuk dalam varian bahasa Melayik Borneo bidang Timur.[52] Berikut ini adalah tabel perbandingan bahasa Banjar dengan varian bahasa-bahasa Melayik Borneo bidang Timur.
Perbandingan bahasa Banjar dengan varian bahasa Melayik Borneo BaratKalimantan Barat (Borneo Barat) dianggap sebagai kawasan asal bahasa Melayu.[60]Berikut ini adalah tabel perbandingan bahasa Banjar dengan varian bahasa-bahasa Melayik Borneo bidang Barat.
Kata serapan dari bahasa EropaKata serapan dari bahasa Belanda (Banjar: bahasa Walanda) selang lain:
Kata serapan dari bahasa Portugal (Banjar: bahasa Paranggi) selang lain:
Lihat pulaRujukan
Tautan luar
edunitas.com Page 2Bahasa Banjar (Jawi: بهاس بنجر) yaitu sebuah bahasa Austronesia yang dipertuturkan oleh suku Banjar di Kalimantan Selatan, Indonesia, sbg bahasa ibu.[2][3][4] Bahasa Banjar termasuk dalam daftar bahasa dominan di Indonesia.[5] Bahasa Banjar merupakan anak cabang bahasa yang berkembang dari Bahasa Melayu. Asal bahasa ini berada di provinsi Kalimantan Selatan yang terbagi atas Banjar Kandangan, Amuntai, Alabiu, Kalua, Alai, dan lain-lainnya. Bahasa Banjar dihipotesiskan sbg bahasa Melayik, seperti halnya bahasa Minangkabau, bahasa Betawi, bahasa Iban, dan lain-lainnya.[6][7] Selain di Kalimantan Selatan, Bahasa Banjar yang semula sbg bahasa suku bangsa juga menjadi lingua franca di daerah lainnya, yakni Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur serta di daerah Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, sbg bahasa penghubung antar suku.[8] Di Kalimantan Tengah, tingkat pemertahanan bahasa Banjar cukup tinggi tidak sekedar bertahan di komunitasnya sendiri, bahkan menggeser (shifting) bahasa-bahasa orang Dayak.[9][10] Bahasa Banjar juga sedang dipergunakan pada sebagian pemukiman suku Banjar di Malaysia seperti di Kampung (Desa) Parit Abas, Mukim (Kecamatan) Kuala Kurau, Daerah (Kabupaten) Kerian, Negeri Perak Darul Ridzuan.[11] Bahasa Banjar jumlah dipengaruhi oleh bahasa Melayu, Jawa dan bahasa-bahasa Dayak.[12][13][14][15] Kesamaan leksikal bahasa Banjar terhadap bahasa lainnya yaitu 73% dengan bahasa Indonesia [ind], 66% dengan bahasa Tamuan (Malayic Dayak), 45% dengan bahasa Bakumpai [bkr], 35% dengan bahasa Ngaju [nij].[16] Hasil penelitian Wurm dan Willson (1975), hubungan kekerabatan selang Bahasa Melayu dan Bahasa Banjar mencapai angka 85 prosen. Adapun kekerabatan dengan bahasa Maanyan lebih kurang 32 % dan dengan bahasa Ngaju 39 %, berdasarkan penelitian Zaini HD1.[17] Bahasa Banjar mempunyai hubungan dengan bahasa yang dipergunakan suku Kedayan (sebuah dialek dalam bahasa Brunei) yang terpisahkan selama 400 tahun dan bahasa Banjar sering pula dikata Bahasa Melayu Banjar.[18] Dalam perkembangannya, bahasa Banjar ditengarai mengalami kontaminasi dari intervensi bahasa Indonesia dan bahasa asing.[19] Bahasa Banjar berada dalam kategori cukup bebas sama sekali dari bahaya dari kepunahan sebab sedang dipergunakan sbg bahasa sehari-hari oleh masyarakat Banjar maupun oleh pendatang.[20]. Walaupun terjadi penurunan penggunaan bahasa Banjar namun laju penurunan tersebut tidak paling kentara.[21] Saat ini, Bahasa Banjar sudah mulai diajarkan di sekolah-sekolah di Kalimantan Selatan sbg muatan lokal.[22] Bahasa Banjar juga memiliki sejumlah peribahasa.[23] PenyebaranPeta persebaran suku bangsa Banjar di bermacam daerah. Meski suku Banjar bermigrasi ke bermacam daerah, namun bahasa Banjar sedang tetap mereka angkat dan dipakai dalam diskusi sehari-hari. Daerah perantauan orang Banjar yang sedang menuturkan bahasa Banjar secara asli yaitu di daerah Sumatera dan Malaysia Barat. Secara geografis, suku ini pada mulanya mendiami hampir seluruh wilayah provinsi Kalimantan Selatan sekarang ini yang yang belakang sekali akhir suatu peristiwa perpindahan atau percampuran masyarakat dan hukum budaya istiadatnya di dalam babak waktu berabad-abad, maka suku Banjar dan bahasa Banjar tersebar lebih luas sampai ke daerah-daerah pesisir Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, bahkan jumlah didapatkan di beberapa tempat di pulau Sumatera yang kebetulan menjadi pemukiman perantau Banjar sejak lama seperti di Muara Tungkal, Tembilahan, dan Sapat. [24] Selain di pantai timur pulau Sumatera, bahasa Banjar dapat dijumpai juga pada perkampungan Suku Banjar[25]yang berada di pantai barat semenanjung Malaya di Malaysia Barat[26] (Perak Tengah, Krian, Pahang, Kuala Selangor, Batu Pahat, Kuala Lumpur[27], walaupun sebab pertimbangan politik, suku Banjar di Malaya dikata sbg orang Melayu, tetapi di luar wilayah Malaya, seperti di Sabah dan Sarawak misalnya di daerah Tawau sedang mengatakan dirinya suku Banjar.[28][29] Menurut Cense,[30] bahasa Banjar dipergunakan oleh masyarakat lebih kurang Banjarmasin dan Hulu Sungai. Akhir suatu peristiwa penyebaran masyarakat, bahasa Banjar sampai di Kutai dan tempat-tempat lain di Kalimantan Timur.[31] Sedangkan Den Hamer[30] melokalisasi bahasa Banjar itu di samping daerah Banjarmasin dan Hulu Sungai sampai pula ke daerah pulau Laut (Kalimantan Tenggara) dan Sampit yang secara administratif pemerintahan termasuk provinsi Kalimantan Tengah sekarang ini.[30] Dibandingkan dengan perantau-perantau dari daerah lain yang umumnya sedang mempunyai ikatan yang cukup kuat dengan daerah asal maupun kerabat dari daerah asal seperti perantau Minang, Bugis dan Madura, maka pola merantau suku Banjar berlainan. Perantau Banjar cenderung merantau lenyap, yakni tak lagi menjalin kontak dengan orang-orang daerah asal, tak jumlah surat menyurat dan tak jumlah pulang ke daerah asal, namun tidak sama sekali meninggalkan kebanjarannya. Ciri kebanjaran yang mencolok yang cenderung dipertahankan orang Banjar yaitu bahasa Banjar yang dapat dipertahankan dengan metode membangun permukiman khusus komunitas orang yang bermula dari daerah Banjar di tanah rantau, sehingga di dalam rumah tangga maupun kampung yang baru, mereka dapat mempertahankan bahasa Banjar, maka kebanjaran orang Banjar terutama sekali terletak pada bahasanya dan tanah cairan orang Banjar yaitu bahasa Banjar. Selama seseorang fasih memakai bahasa Banjar dalam kehidupan sehari-hari maka beliau dapat dikata orang Banjar, tidak peduli apakah beliau lahir di Tanah Banjar atau bukan, berdarah Banjar atau bukan, dan sbgnya. Bahasa merupakan salah satu faktor kebanjaran disamping faktor lainnya seperti hukum budaya istiadat dan lain-lainnya.[32] DialekBahasa Banjar no. 6 Seandainya diperhatikan pembicara-pembicara bahasa Banjar dapat diidentifikasi mempunyainya variasi-variasi dalam pengucapan ataupun perbedaan-perbedaan kosa kata satu golongan dengan golongan suku Banjar lainnya, dan perbedaan itu dapat dikata dialek dari bahasa Banjar yang bisa dibedakan selang dua dialek akbar[24][33] yaitu;
Dialek Banjar Kuala umumnya dipakai oleh masyarakat asli lebih kurang kota Banjarmasin, Martapura dan Pelaihari. Sedangkan dialek Banjar Hulu yaitu bahasa Banjar yang dipakai masyarakat daerah Hulu Sungai umumnya yaitu daerah Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara (dan Balangan) serta Tabalong. Pemakai dialek Banjar Hulu ini jauh lebih luas dan sedang menunjukkan beberapa variasi subdialek lagi yang oleh Den Hamer[30] dikata dengan istilah dialek lokal yaitu seperti Amuntai, Alabiu, Kalua, Kandangan, Tanjung dan bahkan Den Hamer cenderung berpendapat bahwa bahasa yang dipakai oleh orang Bukit yaitu masyarakat pedalaman pegunungan Meratus merupakan salah satu subdialek Banjar Hulu pula.[34][35] Dan mungkin subdialek tidak sewenang-wenang Banjar Kuala maupun Banjar Hulu itu sedang jumlah lagi, seandainya melihat jumlahnya variasi pemakaian bahasa Banjar yang sedang memerlukan penelitian yang lebih cermat dari para pandai dialektrografi sehingga bahasa Banjar itu dengan segala subdialeknya bisa dipetakan secara cermat dan tepat. Berdasarkan pengamatan yang mempunyai, pemakaian selang dialek akbar Banjar Kuala dengan Banjar Hulu dapat diamati paling tidak dari dua hal,[24] yaitu:
Bahasa Banjar Hulu merupakan dialek asli yang dipakai di wilayah Banua Enam yang merupakan kesan Afdelling Kandangan dan Afdeeling Amoentai (suatu pembagian wilayah pada zaman pendudukan Belanda) yang meliputi kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Balangan dan Tabalong pada pembagian adiministrasi saat ini. Puak-puak suku Banjar Hulu Sungai dengan dialek-dialeknya masing-masing relatif selaras dengan pembagian administratif pada zaman kerajaan Banjar dan Hindia Belanda yaitu menurut Lalawangan atau distrik (Kawedanan) pada saat itu, yang pada zaman sekarang sudah berlainan. Puak-puak suku Banjar di daerah Hulu Sungai tersebut misalnya : Daerah Oloe Soengai dulu merupakan pusat kerajaan Hindu, di mana asal mula perkembangan bahasa Melayu Banjar. PerbedaanDialek merupakan variasi dari suatu bahasa tertentu dan dituturkan oleh sekumpulan masyarakat bahasa tersebut. Dialek diputuskan oleh fakor geografis (dialek kawasan) dan sosial (dialek sosial). Dialek sosial seperti bahasa baku, bahasa basahan (bahasa kolokial), bahasa resmi, bahasa tak resmi, bahasa istana, bahasa slanga (prokem), bahasa pasar, bahasa halus, bahasa kasar dan sbgnya. Dialek daerah berlainan dari segi:
Banjar HuluDialek-dialek Bahasa Banjar Hulu[40] selaras dengan kecamatan-kecamatan yang berpenduduk suku Banjar yang mempunyai di Hulu Sungai, sebab orang Banjar mengatakan dirinya berdasarkan asal kecamatan atau banua masing-masing. Dialek-dialek tersebut selang lain : Mengingat orang-orang Banjar yang berada di Sumatera dan Malaysia Barat mayoritas bermula dari wilayah Hulu Sungai (Banua Enam), maka bahasa Banjar yang dipakai merupakan campuran dari dialek Bahasa Banjar Hulu menurut asal usulnya di Kalimantan Selatan. Dialek bahasa Banjar Hulu juga dapat ditemukan di kampung-kampung (handil) yang masyarakatnya bermula dari Hulu Sungai, seperti di kecamatan Gambut, Aluh Aluh, Tamban yang terdapat di wilayah Banjar Kuala. Banjar KualaDialek Bahasa Banjar Kuala yaitu bahasa yang meliputi Kabupaten Banjar, Barito Kuala, Tanah Laut, serta kota Banjarmasin dan Banjarbaru. Sebab letaknya yang strategis di lebih kurang sungai Barito, pemakaiannya lebih luas sampai wilayah pesisir anggota tenggara Kalimantan yaitu kabupaten Tanah Bumbu dan Kotabaru sampai ke Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Bahasa Banjar Kuala dituturkan dengan logat datar tanpa intonasi tertentu, sah berlainan dengan bahasa Banjar Hulu dengan logat yang kental (ba-ilun). Dialek Banjar Kuala yang asli misalnya yang dituturkan di daerah Kuin, Sungai Jingah, Banua Anyar dan sbgnya di lebih kurang kota Banjarmasin yang merupakan daerah awal berkembangnya kesultanan Banjar. Bahasa Banjar yang dituturkan di Banjarmasin dengan masyarakatnya yang heterogen berlainan dengan Bahasa Banjar yang dituturkan di Hulu Sungai dengan masyarakatnya yang persangkaan homogen. Perbedaan biasanya terletak pada intonasi, tekanan, tinggi-rendah dan sebagian kosa kata. Di Banjarmasin, intonasi terbagi tiga karakter: [41]
Bahasa Banjar yang dipakai di Kalimantan Tengah cenderung memakai logat Dayak, sehingga keturunan Jawa yang mempunyai di Kalteng (Tamiang Layang), lebih menguasai bahasa Banjar berlogat Dayak (Maanyan) daripada bahasa Dayak itu sendiri yang sukar dipelajari. Sebab jabatannya sbg lingua franca, pemakai bahasa Melayu Banjar lebih jumlah daripada jumlah suku Banjar itu sendiri. Pemakaian bahasa Melayu Banjar dalam diskusi dan pergaulan sehari-hari di daerah ini lebih dominan dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Bermacam suku di Kalimantan Selatan dan lebih kurangnya berupaya menguasai bahasa Banjar, sehingga dapat pula kita jumpai bahasa Banjar yang dibicarakan dengan logat Jawa atau Madura yang sedang berasa kental seperti yang kita jumpai di kota Banjarmasin. Kosa kataKosa kata dialek Banjar Hulu tidak seluruhnya mempunyai pada seluruh subdialek bahasa Banjar, tetapi jelas tidak akan ditemukan dalam dialek Banjar Kuala, ataupun sebaliknya kosa kata seperti unda (aku), dongkah (sobek besar), atung (taat) dan sbgnya dalam dialek Banjar Kuala tidak akan ditemukan pada dialek Banjar Hulu. Diamati dari kosa kata, tidak sewenang-wenang dalam hal jumlah maupun variasi subdialeknya, tampaklah dialek Banjar Hulu jauh lebih jumlah dan kompleks. Misalnya selang subdialek satu dengan subdialek lainnya seperti Alabio, Kalua, Amuntai dan lain-lainnya jumlah berlainan kosa katanya, sehingga dapat terjadi kosa kata yang dipergunakan pada daerah satu tidak jarang atau kurang biasa dipergunakan pada daerah lainnya. Tetapi dibandingkan dengan dialek Banjar Kuala, subdialek Banjar Hulu ini lebih berdekatan satu sama lain. Sebab itu di dalam Kamus Banjar–Indonesia sering hanya dibedakan selang Banjar Kuala (BK) dan Banjar Hulu (BH). Dalam perkembangannya pergaulan dan pembauran selang kedua pemakai dialek tersebut kian intensif.[24]
Perbedaan dalam pengucapan fonem:
Contoh Dialek Banjar Hulu
Distribusi vokal dan konsonanDalam bahasa Banjar tidak mempunyai F, Q, V sebab F dan V masuk ke P, dan Q masuk ke K, dan Z masuk ke abjad S/J. [24] Bahasa sastra dan wayang BanjarSyair madihin memakai bahasa Banjar.[45] Dalam penulisan karya sastra Banjar maupun dalam kesenian Wayang Kulit Banjar sejak dulu sering dipergunakan secara khusus kosakata yang diresap dari bahasa Jawa, padahal kosakata tersebut tidak dipakai dalam bahasa Banjar sehari-hari, tetapi memang jumlah pula kosakata yang diresap dari bahasa Jawa yang sudah lazim menjadi bahasa Banjar sehari-hari. Contoh kata-kata dalam penulisan karya sastra maupun wayang Banjar tersebut misalnya : karsa (kerso), gani (geni), danawa (denowo), ngumbi (ngombe), sadusu (sedhoso), sadulur (sedhulur) dan lain-lainnya. Tingkatan bahasaBahasa Banjar juga mengenal tingkatan bahasa (Jawa: unggah-ungguh), tetapi hanya bagi kata ganti orang, yang tetap dipergunakan sampai sekarang. Zaman dulu sebelum dihapuskannya Kesultanan Banjar pada tahun 1860, bahasa Banjar juga mengenal sejenis bahasa halus yang dikata basa dalam (bahasa istana), yang merupakan pengaruh dari bahasa Jawa, disamping mempunyai pula kosa kata yang diciptakan sbg bahasa halus misalnya jarajak basar manfaatnya tiang, dalam bahasa Banjar normal dikata tihang. Basa dalam merupakan bahasa yang sudah punah, tetapi sesekali sedang dipergunakan dalam kesenian daerah Banjar. Di dalam Hikayat Banjar, jumlah dipergunakan kata ganti diri manira (saya) dan pakanira (anda) yang merupakan varian bahasa Bagongan yang dipergunakan di Kesultanan Banten.
bagi kata ganti orang ke-3 (dia)
BilanganBerikut merupakan beberapa angka (bilangan) dalam Bahasa Banjar. Bilangan / angka dalam bahasa Banjar memiliki kemiripan dengan bilangan / angka dalam bahasa Jawa Lawas.
AksaraPenulisan bahasa Banjar pada zaman dulu dalam aksara Arab Melayu (Jawi) misalnya;[48]
Hikayat BanjarHikayat Banjar pernah diamati dan diedit oleh Johannes Jacobus Ras, orang Belanda lahir Rotterdam tahun 1926 bagi disertasi doktoralnya di Universitas Leiden. Promotornya yaitu Dr. A. Teeuw. Sepenggal tuturan dalam Hikayat Banjar:
Pengaruh bahasa JawaBahasa Banjar mengambil kosa kata serapan dari bahasa Jawa seperti banyu (bahasa Jawa Baru), diduga dulu yang dipakai kosa kata ayying (bahasa Bukit).
Varian bahasa Melayik Borneo TimurBahasa Banjar termasuk dalam varian bahasa Melayik Borneo anggota Timur.[52] Berikut ini yaitu tabel perbandingan bahasa Banjar dengan varian bahasa-bahasa Melayik Borneo anggota Timur. Perbandingan bahasa Banjar dengan varian bahasa Melayik Borneo BaratKalimantan Barat (Borneo Barat) dianggap sbg daerah asal bahasa Melayu.[60]Berikut ini yaitu tabel perbandingan bahasa Banjar dengan varian bahasa-bahasa Melayik Borneo anggota Barat. Kata serapan dari bahasa EropaKata serapan dari bahasa Belanda (Banjar: bahasa Walanda) selang lain:
Kata serapan dari bahasa Portugal (Banjar: bahasa Paranggi) selang lain:
Lihat pulaRujukan
Pranala luar
edunitas.com Page 3Bahasa Banjar (Jawi: بهاس بنجر) yaitu sebuah bahasa Austronesia yang dipertuturkan oleh suku Banjar di Kalimantan Selatan, Indonesia, sbg bahasa ibu.[2][3][4] Bahasa Banjar termasuk dalam daftar bahasa dominan di Indonesia.[5] Bahasa Banjar merupakan anak cabang bahasa yang berkembang dari Bahasa Melayu. Asal bahasa ini berada di provinsi Kalimantan Selatan yang terbagi atas Banjar Kandangan, Amuntai, Alabiu, Kalua, Alai, dll. Bahasa Banjar dihipotesiskan sbg bahasa Melayik, seperti halnya bahasa Minangkabau, bahasa Betawi, bahasa Iban, dll.[6][7] Selain di Kalimantan Selatan, Bahasa Banjar yang semula sbg bahasa suku bangsa juga menjadi lingua franca di daerah lainnya, yakni Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur serta di daerah Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, sbg bahasa penghubung antar suku.[8] Di Kalimantan Tengah, tingkat pemertahanan bahasa Banjar cukup tinggi tidak sekedar bertahan di komunitasnya sendiri, bahkan menggeser (shifting) bahasa-bahasa orang Dayak.[9][10] Bahasa Banjar juga masih dipergunakan pada sebagian pemukiman suku Banjar di Malaysia seperti di Kampung (Desa) Parit Abas, Mukim (Kecamatan) Kuala Kurau, Daerah (Kabupaten) Kerian, Negeri Perak Darul Ridzuan.[11] Bahasa Banjar jumlah dipengaruhi oleh bahasa Melayu, Jawa dan bahasa-bahasa Dayak.[12][13][14][15] Kesamaan leksikal bahasa Banjar terhadap bahasa lainnya yaitu 73% dengan bahasa Indonesia [ind], 66% dengan bahasa Tamuan (Malayic Dayak), 45% dengan bahasa Bakumpai [bkr], 35% dengan bahasa Ngaju [nij].[16] Hasil penelitian Wurm dan Willson (1975), hubungan kekerabatan selang Bahasa Melayu dan Bahasa Banjar mencapai angka 85 prosen. Adapun kekerabatan dengan bahasa Maanyan sekitar 32 % dan dengan bahasa Ngaju 39 %, berdasarkan penelitian Zaini HD1.[17] Bahasa Banjar memiliki hubungan dengan bahasa yang dipergunakan suku Kedayan (sebuah dialek dalam bahasa Brunei) yang terpisahkan selama 400 tahun dan bahasa Banjar sering pula dikata Bahasa Melayu Banjar.[18] Dalam perkembangannya, bahasa Banjar ditengarai mengalami kontaminasi dari intervensi bahasa Indonesia dan bahasa asing.[19] Bahasa Banjar berada dalam kategori cukup bebas sama sekali dari bahaya dari kepunahan sebab masih dipergunakan sbg bahasa sehari-hari oleh masyarakat Banjar maupun oleh pendatang.[20]. Meskipun terjadi penurunan penggunaan bahasa Banjar namun laju penurunan tersebut tidak paling kentara.[21] Saat ini, Bahasa Banjar sudah mulai diajarkan di sekolah-sekolah di Kalimantan Selatan sbg muatan lokal.[22] Bahasa Banjar juga memiliki sejumlah peribahasa.[23] PenyebaranPeta persebaran suku bangsa Banjar di bermacam daerah. Meski suku Banjar bermigrasi ke bermacam daerah, namun bahasa Banjar masih tetap mereka angkat dan dipakai dalam diskusi sehari-hari. Daerah perantauan orang Banjar yang masih menuturkan bahasa Banjar secara asli yaitu di daerah Sumatera dan Malaysia Barat. Secara geografis, suku ini pada mulanya mendiami hampir seluruh wilayah provinsi Kalimantan Selatan sekarang ini yang yang belakang sekali akhir suatu peristiwa perpindahan atau percampuran penduduk dan hukum budaya istiadatnya di dalam babak waktu berabad-abad, maka suku Banjar dan bahasa Banjar tersebar lebih luas sampai ke daerah-daerah pesisir Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, bahkan jumlah didapatkan di beberapa tempat di pulau Sumatera yang kebetulan menjadi pemukiman perantau Banjar sejak lama seperti di Muara Tungkal, Tembilahan, dan Sapat. [24] Selain di pantai timur pulau Sumatera, bahasa Banjar dapat dijumpai juga pada perkampungan Suku Banjar[25]yang berada di pantai barat semenanjung Malaya di Malaysia Barat[26] (Perak Tengah, Krian, Pahang, Kuala Selangor, Batu Pahat, Kuala Lumpur[27], meskipun sebab pertimbangan politik, suku Banjar di Malaya dikata sbg orang Melayu, tetapi di luar wilayah Malaya, seperti di Sabah dan Sarawak misalnya di daerah Tawau masih mengatakan dirinya suku Banjar.[28][29] Menurut Cense,[30] bahasa Banjar dipergunakan oleh penduduk sekitar Banjarmasin dan Hulu Sungai. Akhir suatu peristiwa penyebaran penduduk, bahasa Banjar sampai di Kutai dan tempat-tempat lain di Kalimantan Timur.[31] Sedangkan Den Hamer[30] melokalisasi bahasa Banjar itu di samping daerah Banjarmasin dan Hulu Sungai sampai pula ke daerah pulau Laut (Kalimantan Tenggara) dan Sampit yang secara administratif pemerintahan termasuk provinsi Kalimantan Tengah sekarang ini.[30] Dibandingkan dengan perantau-perantau dari daerah lain yang umumnya masih memiliki ikatan yang cukup kuat dengan daerah asal maupun kerabat dari daerah asal seperti perantau Minang, Bugis dan Madura, maka pola merantau suku Banjar berlainan. Perantau Banjar cenderung merantau hilang, yakni tak lagi menjalin kontak dengan orang-orang daerah asal, tak jumlah surat menyurat dan tak jumlah pulang ke daerah asal, namun tidak sama sekali meninggalkan kebanjarannya. Ciri kebanjaran yang mencolok yang cenderung dipertahankan orang Banjar yaitu bahasa Banjar yang dapat dipertahankan dengan metode mendirikan permukiman khusus komunitas orang yang bermula dari daerah Banjar di tanah rantau, sehingga di dalam rumah tangga maupun kampung yang baru, mereka dapat mempertahankan bahasa Banjar, maka kebanjaran orang Banjar terutama sekali terletak pada bahasanya dan tanah cairan orang Banjar yaitu bahasa Banjar. Selama seseorang fasih memakai bahasa Banjar dalam kehidupan sehari-hari maka dia dapat dikata orang Banjar, tidak peduli apakah beliau lahir di Tanah Banjar atau bukan, berdarah Banjar atau bukan, dan sbgnya. Bahasa merupakan salah satu faktor kebanjaran disamping faktor lainnya seperti hukum budaya istiadat dll.[32] DialekBahasa Banjar no. 6 Seandainya diperhatikan pembicara-pembicara bahasa Banjar dapat diidentifikasi mempunyainya variasi-variasi dalam pengucapan ataupun perbedaan-perbedaan kosa kata satu kelompok dengan kelompok suku Banjar lainnya, dan perbedaan itu dapat dikata dialek dari bahasa Banjar yang bisa dibedakan selang dua dialek akbar[24][33] yaitu;
Dialek Banjar Kuala umumnya dipakai oleh penduduk asli sekitar kota Banjarmasin, Martapura dan Pelaihari. Sedangkan dialek Banjar Hulu yaitu bahasa Banjar yang dipakai penduduk daerah Hulu Sungai umumnya yaitu daerah Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara (dan Balangan) serta Tabalong. Pemakai dialek Banjar Hulu ini jauh lebih luas dan masih menunjukkan beberapa variasi subdialek lagi yang oleh Den Hamer[30] dikata dengan istilah dialek lokal yaitu seperti Amuntai, Alabiu, Kalua, Kandangan, Tanjung dan bahkan Den Hamer cenderung berpendapat bahwa bahasa yang dipakai oleh orang Bukit yaitu penduduk pedalaman pegunungan Meratus merupakan salah satu subdialek Banjar Hulu pula.[34][35] Dan mungkin subdialek tidak sewenang-wenang Banjar Kuala maupun Banjar Hulu itu masih jumlah lagi, seandainya melihat jumlahnya variasi pemakaian bahasa Banjar yang masih memerlukan penelitian yang lebih cermat dari para pandai dialektrografi sehingga bahasa Banjar itu dengan segala subdialeknya bisa dipetakan secara cermat dan tepat. Berdasarkan pengamatan yang mempunyai, pemakaian selang dialek akbar Banjar Kuala dengan Banjar Hulu dapat dilihat paling tidak dari dua hal,[24] yaitu:
Bahasa Banjar Hulu merupakan dialek asli yang dipakai di wilayah Banua Enam yang merupakan kesan Afdelling Kandangan dan Afdeeling Amoentai (suatu pembagian wilayah pada zaman pendudukan Belanda) yang meliputi kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Balangan dan Tabalong pada pembagian adiministrasi saat ini. Puak-puak suku Banjar Hulu Sungai dengan dialek-dialeknya masing-masing relatif selaras dengan pembagian administratif pada zaman kerajaan Banjar dan Hindia Belanda yaitu menurut Lalawangan atau distrik (Kawedanan) pada saat itu, yang pada zaman sekarang sudah berlainan. Puak-puak suku Banjar di daerah Hulu Sungai tersebut misalnya : Daerah Oloe Soengai dulu merupakan pusat kerajaan Hindu, di mana asal mula perkembangan bahasa Melayu Banjar. PerbedaanDialek merupakan variasi dari suatu bahasa tertentu dan dituturkan oleh sekumpulan masyarakat bahasa tersebut. Dialek ditetapkan oleh fakor geografis (dialek kawasan) dan sosial (dialek sosial). Dialek sosial seperti bahasa baku, bahasa basahan (bahasa kolokial), bahasa resmi, bahasa tak resmi, bahasa istana, bahasa slanga (prokem), bahasa pasar, bahasa halus, bahasa kasar dan sbgnya. Dialek kawasan berlainan dari segi:
Banjar HuluDialek-dialek Bahasa Banjar Hulu[40] selaras dengan kecamatan-kecamatan yang berpenduduk suku Banjar yang mempunyai di Hulu Sungai, sebab orang Banjar mengatakan dirinya berdasarkan asal disktrik atau banua masing-masing. Dialek-dialek tersebut selang lain : Mengingat orang-orang Banjar yang berada di Sumatera dan Malaysia Barat mayoritas bermula dari wilayah Hulu Sungai (Banua Enam), maka bahasa Banjar yang dipakai merupakan campuran dari dialek Bahasa Banjar Hulu menurut asal usulnya di Kalimantan Selatan. Dialek bahasa Banjar Hulu juga dapat ditemukan di kampung-kampung (handil) yang penduduknya bermula dari Hulu Sungai, seperti di disktrik Gambut, Aluh Aluh, Tamban yang terdapat di wilayah Banjar Kuala. Banjar KualaDialek Bahasa Banjar Kuala yaitu bahasa yang meliputi Kabupaten Banjar, Barito Kuala, Tanah Laut, serta kota Banjarmasin dan Banjarbaru. Sebab letaknya yang strategis di sekitar sungai Barito, pemakaiannya lebih luas sampai wilayah pesisir anggota tenggara Kalimantan yaitu kabupaten Tanah Bumbu dan Kotabaru sampai ke Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Bahasa Banjar Kuala dituturkan dengan logat datar tanpa intonasi tertentu, aci berlainan dengan bahasa Banjar Hulu dengan logat yang kental (ba-ilun). Dialek Banjar Kuala yang asli misalnya yang dituturkan di daerah Kuin, Sungai Jingah, Banua Anyar dan sbgnya di sekitar kota Banjarmasin yang merupakan daerah awal berkembangnya kesultanan Banjar. Bahasa Banjar yang dituturkan di Banjarmasin dengan penduduknya yang heterogen berlainan dengan Bahasa Banjar yang dituturkan di Hulu Sungai dengan penduduknya yang persangkaan homogen. Perbedaan biasanya terletak pada intonasi, tekanan, tinggi-rendah dan sebagian kosa kata. Di Banjarmasin, intonasi terbagi tiga karakter: [41]
Bahasa Banjar yang dipakai di Kalimantan Tengah cenderung memakai logat Dayak, sehingga keturunan Jawa yang mempunyai di Kalteng (Tamiang Layang), lebih menguasai bahasa Banjar berlogat Dayak (Maanyan) daripada bahasa Dayak itu sendiri yang sukar dipelajari. Sebab jabatannya sbg lingua franca, pemakai bahasa Melayu Banjar lebih jumlah daripada jumlah suku Banjar itu sendiri. Pemakaian bahasa Melayu Banjar dalam diskusi dan pergaulan sehari-hari di daerah ini lebih dominan dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Bermacam suku di Kalimantan Selatan dan sekitarnya berupaya menguasai bahasa Banjar, sehingga dapat pula kita jumpai bahasa Banjar yang dibicarakan dengan logat Jawa atau Madura yang masih berasa kental seperti yang kita jumpai di kota Banjarmasin. Kosa kataKosa kata dialek Banjar Hulu tidak seluruhnya mempunyai pada seluruh subdialek bahasa Banjar, tetapi jelas tidak akan ditemukan dalam dialek Banjar Kuala, ataupun sebaliknya kosa kata seperti unda (aku), dongkah (sobek besar), atung (taat) dan sbgnya dalam dialek Banjar Kuala tidak akan ditemukan pada dialek Banjar Hulu. Dilihat dari kosa kata, tidak sewenang-wenang dalam hal jumlah maupun variasi subdialeknya, tampaklah dialek Banjar Hulu jauh lebih jumlah dan kompleks. Misalnya selang subdialek satu dengan subdialek lainnya seperti Alabio, Kalua, Amuntai dll jumlah berlainan kosa katanya, sehingga dapat terjadi kosa kata yang dipergunakan pada daerah satu tidak jarang atau kurang biasa dipergunakan pada daerah lainnya. Tetapi dibandingkan dengan dialek Banjar Kuala, subdialek Banjar Hulu ini lebih berdekatan satu sama lain. Sebab itu di dalam Kamus Banjar–Indonesia sering hanya dibedakan selang Banjar Kuala (BK) dan Banjar Hulu (BH). Dalam perkembangannya pergaulan dan pembauran selang kedua pemakai dialek tersebut kian intensif.[24]
Perbedaan dalam pengucapan fonem:
Contoh Dialek Banjar Hulu
Distribusi vokal dan konsonan
Dalam bahasa Banjar tidak mempunyai F, Q, V sebab F dan V masuk ke P, dan Q masuk ke K, dan Z masuk ke abjad S/J. [24] Bahasa sastra dan wayang BanjarSyair madihin memakai bahasa Banjar.[45] Dalam penulisan karya sastra Banjar maupun dalam kesenian Wayang Kulit Banjar sejak dulu sering dipergunakan secara khusus kosakata yang diserap dari bahasa Jawa, padahal kosakata tersebut tidak dipakai dalam bahasa Banjar sehari-hari, tetapi memang jumlah pula kosakata yang diserap dari bahasa Jawa yang sudah lazim menjadi bahasa Banjar sehari-hari. Contoh kata-kata dalam penulisan karya sastra maupun wayang Banjar tersebut misalnya : karsa (kerso), gani (geni), danawa (denowo), ngumbi (ngombe), sadusu (sedhoso), sadulur (sedhulur) dll. Tingkatan bahasaBahasa Banjar juga mengenal tingkatan bahasa (Jawa: unggah-ungguh), tetapi hanya untuk kata ganti orang, yang tetap dipergunakan sampai sekarang. Zaman dulu sebelum dihapuskannya Kesultanan Banjar pada tahun 1860, bahasa Banjar juga mengenal sejenis bahasa halus yang dikata basa dalam (bahasa istana), yang merupakan pengaruh dari bahasa Jawa, disamping mempunyai pula kosa kata yang diciptakan sbg bahasa halus misalnya jarajak basar manfaatnya tiang, dalam bahasa Banjar normal dikata tihang. Basa dalam merupakan bahasa yang sudah punah, tetapi sesekali masih dipergunakan dalam kesenian daerah Banjar. Di dalam Hikayat Banjar, jumlah dipergunakan kata ganti diri manira (saya) dan pakanira (anda) yang merupakan varian bahasa Bagongan yang dipergunakan di Kesultanan Banten.
untuk kata ganti orang ke-3 (dia)
BilanganBerikut merupakan beberapa angka (bilangan) dalam Bahasa Banjar. Bilangan / angka dalam bahasa Banjar memiliki kemiripan dengan bilangan / angka dalam bahasa Jawa Lawas.
AksaraPenulisan bahasa Banjar pada zaman dulu dalam aksara Arab Melayu (Jawi) misalnya;[48]
Hikayat BanjarHikayat Banjar pernah diteliti dan diedit oleh Johannes Jacobus Ras, orang Belanda lahir Rotterdam tahun 1926 untuk disertasi doktoralnya di Universitas Leiden. Promotornya yaitu Dr. A. Teeuw. Sepenggal tuturan dalam Hikayat Banjar:
Pengaruh bahasa JawaBahasa Banjar mengambil kosa kata serapan dari bahasa Jawa seperti banyu (bahasa Jawa Baru), diduga dulu yang dipakai kosa kata ayying (bahasa Bukit).
Varian bahasa Melayik Borneo TimurBahasa Banjar termasuk dalam varian bahasa Melayik Borneo anggota Timur.[52] Berikut ini yaitu tabel perbandingan bahasa Banjar dengan varian bahasa-bahasa Melayik Borneo anggota Timur.
Perbandingan bahasa Banjar dengan varian bahasa Melayik Borneo BaratKalimantan Barat (Borneo Barat) dianggap sbg daerah asal bahasa Melayu.[60]Berikut ini yaitu tabel perbandingan bahasa Banjar dengan varian bahasa-bahasa Melayik Borneo anggota Barat.
Kata serapan dari bahasa EropaKata serapan dari bahasa Belanda (Banjar: bahasa Walanda) selang lain:
Kata serapan dari bahasa Portugal (Banjar: bahasa Paranggi) selang lain:
Lihat pulaRujukan
Pranala luar
edunitas.com Page 4Bahasa Banjar (Jawi: بهاس بنجر) yaitu sebuah bahasa Austronesia yang dipertuturkan oleh suku Banjar di Kalimantan Selatan, Indonesia, sbg bahasa ibu.[2][3][4] Bahasa Banjar termasuk dalam daftar bahasa dominan di Indonesia.[5] Bahasa Banjar merupakan anak cabang bahasa yang berkembang dari Bahasa Melayu. Asal bahasa ini berada di provinsi Kalimantan Selatan yang terbagi atas Banjar Kandangan, Amuntai, Alabiu, Kalua, Alai, dll. Bahasa Banjar dihipotesiskan sbg bahasa Melayik, seperti halnya bahasa Minangkabau, bahasa Betawi, bahasa Iban, dll.[6][7] Selain di Kalimantan Selatan, Bahasa Banjar yang semula sbg bahasa suku bangsa juga menjadi lingua franca di daerah lainnya, yakni Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur serta di daerah Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, sbg bahasa penghubung antar suku.[8] Di Kalimantan Tengah, tingkat pemertahanan bahasa Banjar cukup tinggi tidak sekedar bertahan di komunitasnya sendiri, bahkan menggeser (shifting) bahasa-bahasa orang Dayak.[9][10] Bahasa Banjar juga masih dipergunakan pada sebagian pemukiman suku Banjar di Malaysia seperti di Kampung (Desa) Parit Abas, Mukim (Kecamatan) Kuala Kurau, Daerah (Kabupaten) Kerian, Negeri Perak Darul Ridzuan.[11] Bahasa Banjar jumlah dipengaruhi oleh bahasa Melayu, Jawa dan bahasa-bahasa Dayak.[12][13][14][15] Kesamaan leksikal bahasa Banjar terhadap bahasa lainnya yaitu 73% dengan bahasa Indonesia [ind], 66% dengan bahasa Tamuan (Malayic Dayak), 45% dengan bahasa Bakumpai [bkr], 35% dengan bahasa Ngaju [nij].[16] Hasil penelitian Wurm dan Willson (1975), hubungan kekerabatan selang Bahasa Melayu dan Bahasa Banjar mencapai angka 85 prosen. Adapun kekerabatan dengan bahasa Maanyan sekitar 32 % dan dengan bahasa Ngaju 39 %, berdasarkan penelitian Zaini HD1.[17] Bahasa Banjar memiliki hubungan dengan bahasa yang dipergunakan suku Kedayan (sebuah dialek dalam bahasa Brunei) yang terpisahkan selama 400 tahun dan bahasa Banjar sering pula dikata Bahasa Melayu Banjar.[18] Dalam perkembangannya, bahasa Banjar ditengarai mengalami kontaminasi dari intervensi bahasa Indonesia dan bahasa asing.[19] Bahasa Banjar berada dalam kategori cukup bebas sama sekali dari bahaya dari kepunahan sebab masih dipergunakan sbg bahasa sehari-hari oleh masyarakat Banjar maupun oleh pendatang.[20]. Meskipun terjadi penurunan penggunaan bahasa Banjar namun laju penurunan tersebut tidak paling kentara.[21] Saat ini, Bahasa Banjar sudah mulai diajarkan di sekolah-sekolah di Kalimantan Selatan sbg muatan lokal.[22] Bahasa Banjar juga memiliki sejumlah peribahasa.[23] PenyebaranPeta persebaran suku bangsa Banjar di bermacam daerah. Meski suku Banjar bermigrasi ke bermacam daerah, namun bahasa Banjar masih tetap mereka angkat dan dipakai dalam diskusi sehari-hari. Daerah perantauan orang Banjar yang masih menuturkan bahasa Banjar secara asli yaitu di daerah Sumatera dan Malaysia Barat. Secara geografis, suku ini pada mulanya mendiami hampir seluruh wilayah provinsi Kalimantan Selatan sekarang ini yang yang belakang sekali akhir suatu peristiwa perpindahan atau percampuran penduduk dan hukum budaya istiadatnya di dalam babak waktu berabad-abad, maka suku Banjar dan bahasa Banjar tersebar lebih luas sampai ke daerah-daerah pesisir Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, bahkan jumlah didapatkan di beberapa tempat di pulau Sumatera yang kebetulan menjadi pemukiman perantau Banjar sejak lama seperti di Muara Tungkal, Tembilahan, dan Sapat. [24] Selain di pantai timur pulau Sumatera, bahasa Banjar dapat dijumpai juga pada perkampungan Suku Banjar[25]yang berada di pantai barat semenanjung Malaya di Malaysia Barat[26] (Perak Tengah, Krian, Pahang, Kuala Selangor, Batu Pahat, Kuala Lumpur[27], meskipun sebab pertimbangan politik, suku Banjar di Malaya dikata sbg orang Melayu, tetapi di luar wilayah Malaya, seperti di Sabah dan Sarawak misalnya di daerah Tawau masih mengatakan dirinya suku Banjar.[28][29] Menurut Cense,[30] bahasa Banjar dipergunakan oleh penduduk sekitar Banjarmasin dan Hulu Sungai. Akhir suatu peristiwa penyebaran penduduk, bahasa Banjar sampai di Kutai dan tempat-tempat lain di Kalimantan Timur.[31] Sedangkan Den Hamer[30] melokalisasi bahasa Banjar itu di samping daerah Banjarmasin dan Hulu Sungai sampai pula ke daerah pulau Laut (Kalimantan Tenggara) dan Sampit yang secara administratif pemerintahan termasuk provinsi Kalimantan Tengah sekarang ini.[30] Dibandingkan dengan perantau-perantau dari daerah lain yang umumnya masih memiliki ikatan yang cukup kuat dengan daerah asal maupun kerabat dari daerah asal seperti perantau Minang, Bugis dan Madura, maka pola merantau suku Banjar berlainan. Perantau Banjar cenderung merantau hilang, yakni tak lagi menjalin kontak dengan orang-orang daerah asal, tak jumlah surat menyurat dan tak jumlah pulang ke daerah asal, namun tidak sama sekali meninggalkan kebanjarannya. Ciri kebanjaran yang mencolok yang cenderung dipertahankan orang Banjar yaitu bahasa Banjar yang dapat dipertahankan dengan metode mendirikan permukiman khusus komunitas orang yang bermula dari daerah Banjar di tanah rantau, sehingga di dalam rumah tangga maupun kampung yang baru, mereka dapat mempertahankan bahasa Banjar, maka kebanjaran orang Banjar terutama sekali terletak pada bahasanya dan tanah cairan orang Banjar yaitu bahasa Banjar. Selama seseorang fasih memakai bahasa Banjar dalam kehidupan sehari-hari maka dia dapat dikata orang Banjar, tidak peduli apakah beliau lahir di Tanah Banjar atau bukan, berdarah Banjar atau bukan, dan sbgnya. Bahasa merupakan salah satu faktor kebanjaran disamping faktor lainnya seperti hukum budaya istiadat dll.[32] DialekBahasa Banjar no. 6 Seandainya diperhatikan pembicara-pembicara bahasa Banjar dapat diidentifikasi mempunyainya variasi-variasi dalam pengucapan ataupun perbedaan-perbedaan kosa kata satu kelompok dengan kelompok suku Banjar lainnya, dan perbedaan itu dapat dikata dialek dari bahasa Banjar yang bisa dibedakan selang dua dialek akbar[24][33] yaitu;
Dialek Banjar Kuala umumnya dipakai oleh penduduk asli sekitar kota Banjarmasin, Martapura dan Pelaihari. Sedangkan dialek Banjar Hulu yaitu bahasa Banjar yang dipakai penduduk daerah Hulu Sungai umumnya yaitu daerah Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara (dan Balangan) serta Tabalong. Pemakai dialek Banjar Hulu ini jauh lebih luas dan masih menunjukkan beberapa variasi subdialek lagi yang oleh Den Hamer[30] dikata dengan istilah dialek lokal yaitu seperti Amuntai, Alabiu, Kalua, Kandangan, Tanjung dan bahkan Den Hamer cenderung berpendapat bahwa bahasa yang dipakai oleh orang Bukit yaitu penduduk pedalaman pegunungan Meratus merupakan salah satu subdialek Banjar Hulu pula.[34][35] Dan mungkin subdialek tidak sewenang-wenang Banjar Kuala maupun Banjar Hulu itu masih jumlah lagi, seandainya melihat jumlahnya variasi pemakaian bahasa Banjar yang masih memerlukan penelitian yang lebih cermat dari para pandai dialektrografi sehingga bahasa Banjar itu dengan segala subdialeknya bisa dipetakan secara cermat dan tepat. Berdasarkan pengamatan yang mempunyai, pemakaian selang dialek akbar Banjar Kuala dengan Banjar Hulu dapat dilihat paling tidak dari dua hal,[24] yaitu:
Bahasa Banjar Hulu merupakan dialek asli yang dipakai di wilayah Banua Enam yang merupakan kesan Afdelling Kandangan dan Afdeeling Amoentai (suatu pembagian wilayah pada zaman pendudukan Belanda) yang meliputi kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Balangan dan Tabalong pada pembagian adiministrasi saat ini. Puak-puak suku Banjar Hulu Sungai dengan dialek-dialeknya masing-masing relatif selaras dengan pembagian administratif pada zaman kerajaan Banjar dan Hindia Belanda yaitu menurut Lalawangan atau distrik (Kawedanan) pada saat itu, yang pada zaman sekarang sudah berlainan. Puak-puak suku Banjar di daerah Hulu Sungai tersebut misalnya : Daerah Oloe Soengai dulu merupakan pusat kerajaan Hindu, di mana asal mula perkembangan bahasa Melayu Banjar. PerbedaanDialek merupakan variasi dari suatu bahasa tertentu dan dituturkan oleh sekumpulan masyarakat bahasa tersebut. Dialek ditetapkan oleh fakor geografis (dialek kawasan) dan sosial (dialek sosial). Dialek sosial seperti bahasa baku, bahasa basahan (bahasa kolokial), bahasa resmi, bahasa tak resmi, bahasa istana, bahasa slanga (prokem), bahasa pasar, bahasa halus, bahasa kasar dan sbgnya. Dialek kawasan berlainan dari segi:
Banjar HuluDialek-dialek Bahasa Banjar Hulu[40] selaras dengan kecamatan-kecamatan yang berpenduduk suku Banjar yang mempunyai di Hulu Sungai, sebab orang Banjar mengatakan dirinya berdasarkan asal disktrik atau banua masing-masing. Dialek-dialek tersebut selang lain : Mengingat orang-orang Banjar yang berada di Sumatera dan Malaysia Barat mayoritas bermula dari wilayah Hulu Sungai (Banua Enam), maka bahasa Banjar yang dipakai merupakan campuran dari dialek Bahasa Banjar Hulu menurut asal usulnya di Kalimantan Selatan. Dialek bahasa Banjar Hulu juga dapat ditemukan di kampung-kampung (handil) yang penduduknya bermula dari Hulu Sungai, seperti di disktrik Gambut, Aluh Aluh, Tamban yang terdapat di wilayah Banjar Kuala. Banjar KualaDialek Bahasa Banjar Kuala yaitu bahasa yang meliputi Kabupaten Banjar, Barito Kuala, Tanah Laut, serta kota Banjarmasin dan Banjarbaru. Sebab letaknya yang strategis di sekitar sungai Barito, pemakaiannya lebih luas sampai wilayah pesisir anggota tenggara Kalimantan yaitu kabupaten Tanah Bumbu dan Kotabaru sampai ke Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Bahasa Banjar Kuala dituturkan dengan logat datar tanpa intonasi tertentu, aci berlainan dengan bahasa Banjar Hulu dengan logat yang kental (ba-ilun). Dialek Banjar Kuala yang asli misalnya yang dituturkan di daerah Kuin, Sungai Jingah, Banua Anyar dan sbgnya di sekitar kota Banjarmasin yang merupakan daerah awal berkembangnya kesultanan Banjar. Bahasa Banjar yang dituturkan di Banjarmasin dengan penduduknya yang heterogen berlainan dengan Bahasa Banjar yang dituturkan di Hulu Sungai dengan penduduknya yang persangkaan homogen. Perbedaan biasanya terletak pada intonasi, tekanan, tinggi-rendah dan sebagian kosa kata. Di Banjarmasin, intonasi terbagi tiga karakter: [41]
Bahasa Banjar yang dipakai di Kalimantan Tengah cenderung memakai logat Dayak, sehingga keturunan Jawa yang mempunyai di Kalteng (Tamiang Layang), lebih menguasai bahasa Banjar berlogat Dayak (Maanyan) daripada bahasa Dayak itu sendiri yang sukar dipelajari. Sebab jabatannya sbg lingua franca, pemakai bahasa Melayu Banjar lebih jumlah daripada jumlah suku Banjar itu sendiri. Pemakaian bahasa Melayu Banjar dalam diskusi dan pergaulan sehari-hari di daerah ini lebih dominan dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Bermacam suku di Kalimantan Selatan dan sekitarnya berupaya menguasai bahasa Banjar, sehingga dapat pula kita jumpai bahasa Banjar yang dibicarakan dengan logat Jawa atau Madura yang masih berasa kental seperti yang kita jumpai di kota Banjarmasin. Kosa kataKosa kata dialek Banjar Hulu tidak seluruhnya mempunyai pada seluruh subdialek bahasa Banjar, tetapi jelas tidak akan ditemukan dalam dialek Banjar Kuala, ataupun sebaliknya kosa kata seperti unda (aku), dongkah (sobek besar), atung (taat) dan sbgnya dalam dialek Banjar Kuala tidak akan ditemukan pada dialek Banjar Hulu. Dilihat dari kosa kata, tidak sewenang-wenang dalam hal jumlah maupun variasi subdialeknya, tampaklah dialek Banjar Hulu jauh lebih jumlah dan kompleks. Misalnya selang subdialek satu dengan subdialek lainnya seperti Alabio, Kalua, Amuntai dll jumlah berlainan kosa katanya, sehingga dapat terjadi kosa kata yang dipergunakan pada daerah satu tidak jarang atau kurang biasa dipergunakan pada daerah lainnya. Tetapi dibandingkan dengan dialek Banjar Kuala, subdialek Banjar Hulu ini lebih berdekatan satu sama lain. Sebab itu di dalam Kamus Banjar–Indonesia sering hanya dibedakan selang Banjar Kuala (BK) dan Banjar Hulu (BH). Dalam perkembangannya pergaulan dan pembauran selang kedua pemakai dialek tersebut kian intensif.[24]
Perbedaan dalam pengucapan fonem:
Contoh Dialek Banjar Hulu
Distribusi vokal dan konsonan
Dalam bahasa Banjar tidak mempunyai F, Q, V sebab F dan V masuk ke P, dan Q masuk ke K, dan Z masuk ke abjad S/J. [24] Bahasa sastra dan wayang BanjarSyair madihin memakai bahasa Banjar.[45] Dalam penulisan karya sastra Banjar maupun dalam kesenian Wayang Kulit Banjar sejak dulu sering dipergunakan secara khusus kosakata yang diserap dari bahasa Jawa, padahal kosakata tersebut tidak dipakai dalam bahasa Banjar sehari-hari, tetapi memang jumlah pula kosakata yang diserap dari bahasa Jawa yang sudah lazim menjadi bahasa Banjar sehari-hari. Contoh kata-kata dalam penulisan karya sastra maupun wayang Banjar tersebut misalnya : karsa (kerso), gani (geni), danawa (denowo), ngumbi (ngombe), sadusu (sedhoso), sadulur (sedhulur) dll. Tingkatan bahasaBahasa Banjar juga mengenal tingkatan bahasa (Jawa: unggah-ungguh), tetapi hanya untuk kata ganti orang, yang tetap dipergunakan sampai sekarang. Zaman dulu sebelum dihapuskannya Kesultanan Banjar pada tahun 1860, bahasa Banjar juga mengenal sejenis bahasa halus yang dikata basa dalam (bahasa istana), yang merupakan pengaruh dari bahasa Jawa, disamping mempunyai pula kosa kata yang diciptakan sbg bahasa halus misalnya jarajak basar manfaatnya tiang, dalam bahasa Banjar normal dikata tihang. Basa dalam merupakan bahasa yang sudah punah, tetapi sesekali masih dipergunakan dalam kesenian daerah Banjar. Di dalam Hikayat Banjar, jumlah dipergunakan kata ganti diri manira (saya) dan pakanira (anda) yang merupakan varian bahasa Bagongan yang dipergunakan di Kesultanan Banten.
untuk kata ganti orang ke-3 (dia)
BilanganBerikut merupakan beberapa angka (bilangan) dalam Bahasa Banjar. Bilangan / angka dalam bahasa Banjar memiliki kemiripan dengan bilangan / angka dalam bahasa Jawa Lawas.
AksaraPenulisan bahasa Banjar pada zaman dulu dalam aksara Arab Melayu (Jawi) misalnya;[48]
Hikayat BanjarHikayat Banjar pernah diteliti dan diedit oleh Johannes Jacobus Ras, orang Belanda lahir Rotterdam tahun 1926 untuk disertasi doktoralnya di Universitas Leiden. Promotornya yaitu Dr. A. Teeuw. Sepenggal tuturan dalam Hikayat Banjar:
Pengaruh bahasa JawaBahasa Banjar mengambil kosa kata serapan dari bahasa Jawa seperti banyu (bahasa Jawa Baru), diduga dulu yang dipakai kosa kata ayying (bahasa Bukit).
Varian bahasa Melayik Borneo TimurBahasa Banjar termasuk dalam varian bahasa Melayik Borneo anggota Timur.[52] Berikut ini yaitu tabel perbandingan bahasa Banjar dengan varian bahasa-bahasa Melayik Borneo anggota Timur.
Perbandingan bahasa Banjar dengan varian bahasa Melayik Borneo BaratKalimantan Barat (Borneo Barat) dianggap sbg daerah asal bahasa Melayu.[60]Berikut ini yaitu tabel perbandingan bahasa Banjar dengan varian bahasa-bahasa Melayik Borneo anggota Barat.
Kata serapan dari bahasa EropaKata serapan dari bahasa Belanda (Banjar: bahasa Walanda) selang lain:
Kata serapan dari bahasa Portugal (Banjar: bahasa Paranggi) selang lain:
Lihat pulaRujukan
Pranala luar
edunitas.com Page 5Bahasa Banjar (Jawi: بهاس بنجر) yaitu sebuah bahasa Austronesia yang dipertuturkan oleh suku Banjar di Kalimantan Selatan, Indonesia, sbg bahasa ibu.[2][3][4] Bahasa Banjar termasuk dalam daftar bahasa dominan di Indonesia.[5] Bahasa Banjar merupakan anak cabang bahasa yang berkembang dari Bahasa Melayu. Asal bahasa ini berada di provinsi Kalimantan Selatan yang terbagi atas Banjar Kandangan, Amuntai, Alabiu, Kalua, Alai, dan lain-lainnya. Bahasa Banjar dihipotesiskan sbg bahasa Melayik, seperti halnya bahasa Minangkabau, bahasa Betawi, bahasa Iban, dan lain-lainnya.[6][7] Selain di Kalimantan Selatan, Bahasa Banjar yang semula sbg bahasa suku bangsa juga menjadi lingua franca di daerah lainnya, yakni Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur serta di daerah Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, sbg bahasa penghubung antar suku.[8] Di Kalimantan Tengah, tingkat pemertahanan bahasa Banjar cukup tinggi tidak sekedar bertahan di komunitasnya sendiri, bahkan menggeser (shifting) bahasa-bahasa orang Dayak.[9][10] Bahasa Banjar juga sedang dipergunakan pada sebagian pemukiman suku Banjar di Malaysia seperti di Kampung (Desa) Parit Abas, Mukim (Kecamatan) Kuala Kurau, Daerah (Kabupaten) Kerian, Negeri Perak Darul Ridzuan.[11] Bahasa Banjar jumlah dipengaruhi oleh bahasa Melayu, Jawa dan bahasa-bahasa Dayak.[12][13][14][15] Kesamaan leksikal bahasa Banjar terhadap bahasa lainnya yaitu 73% dengan bahasa Indonesia [ind], 66% dengan bahasa Tamuan (Malayic Dayak), 45% dengan bahasa Bakumpai [bkr], 35% dengan bahasa Ngaju [nij].[16] Hasil penelitian Wurm dan Willson (1975), hubungan kekerabatan selang Bahasa Melayu dan Bahasa Banjar mencapai angka 85 prosen. Adapun kekerabatan dengan bahasa Maanyan lebih kurang 32 % dan dengan bahasa Ngaju 39 %, berdasarkan penelitian Zaini HD1.[17] Bahasa Banjar mempunyai hubungan dengan bahasa yang dipergunakan suku Kedayan (sebuah dialek dalam bahasa Brunei) yang terpisahkan selama 400 tahun dan bahasa Banjar sering pula dikata Bahasa Melayu Banjar.[18] Dalam perkembangannya, bahasa Banjar ditengarai mengalami kontaminasi dari intervensi bahasa Indonesia dan bahasa asing.[19] Bahasa Banjar berada dalam kategori cukup bebas sama sekali dari bahaya dari kepunahan sebab sedang dipergunakan sbg bahasa sehari-hari oleh masyarakat Banjar maupun oleh pendatang.[20]. Walaupun terjadi penurunan penggunaan bahasa Banjar namun laju penurunan tersebut tidak paling kentara.[21] Saat ini, Bahasa Banjar sudah mulai diajarkan di sekolah-sekolah di Kalimantan Selatan sbg muatan lokal.[22] Bahasa Banjar juga memiliki sejumlah peribahasa.[23] PenyebaranPeta persebaran suku bangsa Banjar di bermacam daerah. Meski suku Banjar bermigrasi ke bermacam daerah, namun bahasa Banjar sedang tetap mereka angkat dan dipakai dalam diskusi sehari-hari. Daerah perantauan orang Banjar yang sedang menuturkan bahasa Banjar secara asli yaitu di daerah Sumatera dan Malaysia Barat. Secara geografis, suku ini pada mulanya mendiami hampir seluruh wilayah provinsi Kalimantan Selatan sekarang ini yang yang belakang sekali akhir suatu peristiwa perpindahan atau percampuran masyarakat dan hukum budaya istiadatnya di dalam babak waktu berabad-abad, maka suku Banjar dan bahasa Banjar tersebar lebih luas sampai ke daerah-daerah pesisir Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, bahkan jumlah didapatkan di beberapa tempat di pulau Sumatera yang kebetulan menjadi pemukiman perantau Banjar sejak lama seperti di Muara Tungkal, Tembilahan, dan Sapat. [24] Selain di pantai timur pulau Sumatera, bahasa Banjar dapat dijumpai juga pada perkampungan Suku Banjar[25]yang berada di pantai barat semenanjung Malaya di Malaysia Barat[26] (Perak Tengah, Krian, Pahang, Kuala Selangor, Batu Pahat, Kuala Lumpur[27], walaupun sebab pertimbangan politik, suku Banjar di Malaya dikata sbg orang Melayu, tetapi di luar wilayah Malaya, seperti di Sabah dan Sarawak misalnya di daerah Tawau sedang mengatakan dirinya suku Banjar.[28][29] Menurut Cense,[30] bahasa Banjar dipergunakan oleh masyarakat lebih kurang Banjarmasin dan Hulu Sungai. Akhir suatu peristiwa penyebaran masyarakat, bahasa Banjar sampai di Kutai dan tempat-tempat lain di Kalimantan Timur.[31] Sedangkan Den Hamer[30] melokalisasi bahasa Banjar itu di samping daerah Banjarmasin dan Hulu Sungai sampai pula ke daerah pulau Laut (Kalimantan Tenggara) dan Sampit yang secara administratif pemerintahan termasuk provinsi Kalimantan Tengah sekarang ini.[30] Dibandingkan dengan perantau-perantau dari daerah lain yang umumnya sedang mempunyai ikatan yang cukup kuat dengan daerah asal maupun kerabat dari daerah asal seperti perantau Minang, Bugis dan Madura, maka pola merantau suku Banjar berlainan. Perantau Banjar cenderung merantau lenyap, yakni tak lagi menjalin kontak dengan orang-orang daerah asal, tak jumlah surat menyurat dan tak jumlah pulang ke daerah asal, namun tidak sama sekali meninggalkan kebanjarannya. Ciri kebanjaran yang mencolok yang cenderung dipertahankan orang Banjar yaitu bahasa Banjar yang dapat dipertahankan dengan metode membangun permukiman khusus komunitas orang yang bermula dari daerah Banjar di tanah rantau, sehingga di dalam rumah tangga maupun kampung yang baru, mereka dapat mempertahankan bahasa Banjar, maka kebanjaran orang Banjar terutama sekali terletak pada bahasanya dan tanah cairan orang Banjar yaitu bahasa Banjar. Selama seseorang fasih memakai bahasa Banjar dalam kehidupan sehari-hari maka beliau dapat dikata orang Banjar, tidak peduli apakah beliau lahir di Tanah Banjar atau bukan, berdarah Banjar atau bukan, dan sbgnya. Bahasa merupakan salah satu faktor kebanjaran disamping faktor lainnya seperti hukum budaya istiadat dan lain-lainnya.[32] DialekBahasa Banjar no. 6 Seandainya diperhatikan pembicara-pembicara bahasa Banjar dapat diidentifikasi mempunyainya variasi-variasi dalam pengucapan ataupun perbedaan-perbedaan kosa kata satu golongan dengan golongan suku Banjar lainnya, dan perbedaan itu dapat dikata dialek dari bahasa Banjar yang bisa dibedakan selang dua dialek akbar[24][33] yaitu;
Dialek Banjar Kuala umumnya dipakai oleh masyarakat asli lebih kurang kota Banjarmasin, Martapura dan Pelaihari. Sedangkan dialek Banjar Hulu yaitu bahasa Banjar yang dipakai masyarakat daerah Hulu Sungai umumnya yaitu daerah Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara (dan Balangan) serta Tabalong. Pemakai dialek Banjar Hulu ini jauh lebih luas dan sedang menunjukkan beberapa variasi subdialek lagi yang oleh Den Hamer[30] dikata dengan istilah dialek lokal yaitu seperti Amuntai, Alabiu, Kalua, Kandangan, Tanjung dan bahkan Den Hamer cenderung berpendapat bahwa bahasa yang dipakai oleh orang Bukit yaitu masyarakat pedalaman pegunungan Meratus merupakan salah satu subdialek Banjar Hulu pula.[34][35] Dan mungkin subdialek tidak sewenang-wenang Banjar Kuala maupun Banjar Hulu itu sedang jumlah lagi, seandainya melihat jumlahnya variasi pemakaian bahasa Banjar yang sedang memerlukan penelitian yang lebih cermat dari para pandai dialektrografi sehingga bahasa Banjar itu dengan segala subdialeknya bisa dipetakan secara cermat dan tepat. Berdasarkan pengamatan yang mempunyai, pemakaian selang dialek akbar Banjar Kuala dengan Banjar Hulu dapat diamati paling tidak dari dua hal,[24] yaitu:
Bahasa Banjar Hulu merupakan dialek asli yang dipakai di wilayah Banua Enam yang merupakan kesan Afdelling Kandangan dan Afdeeling Amoentai (suatu pembagian wilayah pada zaman pendudukan Belanda) yang meliputi kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Balangan dan Tabalong pada pembagian adiministrasi saat ini. Puak-puak suku Banjar Hulu Sungai dengan dialek-dialeknya masing-masing relatif selaras dengan pembagian administratif pada zaman kerajaan Banjar dan Hindia Belanda yaitu menurut Lalawangan atau distrik (Kawedanan) pada saat itu, yang pada zaman sekarang sudah berlainan. Puak-puak suku Banjar di daerah Hulu Sungai tersebut misalnya : Daerah Oloe Soengai dulu merupakan pusat kerajaan Hindu, di mana asal mula perkembangan bahasa Melayu Banjar. PerbedaanDialek merupakan variasi dari suatu bahasa tertentu dan dituturkan oleh sekumpulan masyarakat bahasa tersebut. Dialek diputuskan oleh fakor geografis (dialek kawasan) dan sosial (dialek sosial). Dialek sosial seperti bahasa baku, bahasa basahan (bahasa kolokial), bahasa resmi, bahasa tak resmi, bahasa istana, bahasa slanga (prokem), bahasa pasar, bahasa halus, bahasa kasar dan sbgnya. Dialek daerah berlainan dari segi:
Banjar HuluDialek-dialek Bahasa Banjar Hulu[40] selaras dengan kecamatan-kecamatan yang berpenduduk suku Banjar yang mempunyai di Hulu Sungai, sebab orang Banjar mengatakan dirinya berdasarkan asal kecamatan atau banua masing-masing. Dialek-dialek tersebut selang lain : Mengingat orang-orang Banjar yang berada di Sumatera dan Malaysia Barat mayoritas bermula dari wilayah Hulu Sungai (Banua Enam), maka bahasa Banjar yang dipakai merupakan campuran dari dialek Bahasa Banjar Hulu menurut asal usulnya di Kalimantan Selatan. Dialek bahasa Banjar Hulu juga dapat ditemukan di kampung-kampung (handil) yang masyarakatnya bermula dari Hulu Sungai, seperti di kecamatan Gambut, Aluh Aluh, Tamban yang terdapat di wilayah Banjar Kuala. Banjar KualaDialek Bahasa Banjar Kuala yaitu bahasa yang meliputi Kabupaten Banjar, Barito Kuala, Tanah Laut, serta kota Banjarmasin dan Banjarbaru. Sebab letaknya yang strategis di lebih kurang sungai Barito, pemakaiannya lebih luas sampai wilayah pesisir anggota tenggara Kalimantan yaitu kabupaten Tanah Bumbu dan Kotabaru sampai ke Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Bahasa Banjar Kuala dituturkan dengan logat datar tanpa intonasi tertentu, sah berlainan dengan bahasa Banjar Hulu dengan logat yang kental (ba-ilun). Dialek Banjar Kuala yang asli misalnya yang dituturkan di daerah Kuin, Sungai Jingah, Banua Anyar dan sbgnya di lebih kurang kota Banjarmasin yang merupakan daerah awal berkembangnya kesultanan Banjar. Bahasa Banjar yang dituturkan di Banjarmasin dengan masyarakatnya yang heterogen berlainan dengan Bahasa Banjar yang dituturkan di Hulu Sungai dengan masyarakatnya yang persangkaan homogen. Perbedaan biasanya terletak pada intonasi, tekanan, tinggi-rendah dan sebagian kosa kata. Di Banjarmasin, intonasi terbagi tiga karakter: [41]
Bahasa Banjar yang dipakai di Kalimantan Tengah cenderung memakai logat Dayak, sehingga keturunan Jawa yang mempunyai di Kalteng (Tamiang Layang), lebih menguasai bahasa Banjar berlogat Dayak (Maanyan) daripada bahasa Dayak itu sendiri yang sukar dipelajari. Sebab jabatannya sbg lingua franca, pemakai bahasa Melayu Banjar lebih jumlah daripada jumlah suku Banjar itu sendiri. Pemakaian bahasa Melayu Banjar dalam diskusi dan pergaulan sehari-hari di daerah ini lebih dominan dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Bermacam suku di Kalimantan Selatan dan lebih kurangnya berupaya menguasai bahasa Banjar, sehingga dapat pula kita jumpai bahasa Banjar yang dibicarakan dengan logat Jawa atau Madura yang sedang berasa kental seperti yang kita jumpai di kota Banjarmasin. Kosa kataKosa kata dialek Banjar Hulu tidak seluruhnya mempunyai pada seluruh subdialek bahasa Banjar, tetapi jelas tidak akan ditemukan dalam dialek Banjar Kuala, ataupun sebaliknya kosa kata seperti unda (aku), dongkah (sobek besar), atung (taat) dan sbgnya dalam dialek Banjar Kuala tidak akan ditemukan pada dialek Banjar Hulu. Diamati dari kosa kata, tidak sewenang-wenang dalam hal jumlah maupun variasi subdialeknya, tampaklah dialek Banjar Hulu jauh lebih jumlah dan kompleks. Misalnya selang subdialek satu dengan subdialek lainnya seperti Alabio, Kalua, Amuntai dan lain-lainnya jumlah berlainan kosa katanya, sehingga dapat terjadi kosa kata yang dipergunakan pada daerah satu tidak jarang atau kurang biasa dipergunakan pada daerah lainnya. Tetapi dibandingkan dengan dialek Banjar Kuala, subdialek Banjar Hulu ini lebih berdekatan satu sama lain. Sebab itu di dalam Kamus Banjar–Indonesia sering hanya dibedakan selang Banjar Kuala (BK) dan Banjar Hulu (BH). Dalam perkembangannya pergaulan dan pembauran selang kedua pemakai dialek tersebut kian intensif.[24]
Perbedaan dalam pengucapan fonem:
Contoh Dialek Banjar Hulu
Distribusi vokal dan konsonanDalam bahasa Banjar tidak mempunyai F, Q, V sebab F dan V masuk ke P, dan Q masuk ke K, dan Z masuk ke abjad S/J. [24] Bahasa sastra dan wayang BanjarSyair madihin memakai bahasa Banjar.[45] Dalam penulisan karya sastra Banjar maupun dalam kesenian Wayang Kulit Banjar sejak dulu sering dipergunakan secara khusus kosakata yang diresap dari bahasa Jawa, padahal kosakata tersebut tidak dipakai dalam bahasa Banjar sehari-hari, tetapi memang jumlah pula kosakata yang diresap dari bahasa Jawa yang sudah lazim menjadi bahasa Banjar sehari-hari. Contoh kata-kata dalam penulisan karya sastra maupun wayang Banjar tersebut misalnya : karsa (kerso), gani (geni), danawa (denowo), ngumbi (ngombe), sadusu (sedhoso), sadulur (sedhulur) dan lain-lainnya. Tingkatan bahasaBahasa Banjar juga mengenal tingkatan bahasa (Jawa: unggah-ungguh), tetapi hanya bagi kata ganti orang, yang tetap dipergunakan sampai sekarang. Zaman dulu sebelum dihapuskannya Kesultanan Banjar pada tahun 1860, bahasa Banjar juga mengenal sejenis bahasa halus yang dikata basa dalam (bahasa istana), yang merupakan pengaruh dari bahasa Jawa, disamping mempunyai pula kosa kata yang diciptakan sbg bahasa halus misalnya jarajak basar manfaatnya tiang, dalam bahasa Banjar normal dikata tihang. Basa dalam merupakan bahasa yang sudah punah, tetapi sesekali sedang dipergunakan dalam kesenian daerah Banjar. Di dalam Hikayat Banjar, jumlah dipergunakan kata ganti diri manira (saya) dan pakanira (anda) yang merupakan varian bahasa Bagongan yang dipergunakan di Kesultanan Banten.
bagi kata ganti orang ke-3 (dia)
BilanganBerikut merupakan beberapa angka (bilangan) dalam Bahasa Banjar. Bilangan / angka dalam bahasa Banjar memiliki kemiripan dengan bilangan / angka dalam bahasa Jawa Lawas.
AksaraPenulisan bahasa Banjar pada zaman dulu dalam aksara Arab Melayu (Jawi) misalnya;[48]
Hikayat BanjarHikayat Banjar pernah diamati dan diedit oleh Johannes Jacobus Ras, orang Belanda lahir Rotterdam tahun 1926 bagi disertasi doktoralnya di Universitas Leiden. Promotornya yaitu Dr. A. Teeuw. Sepenggal tuturan dalam Hikayat Banjar:
Pengaruh bahasa JawaBahasa Banjar mengambil kosa kata serapan dari bahasa Jawa seperti banyu (bahasa Jawa Baru), diduga dulu yang dipakai kosa kata ayying (bahasa Bukit).
Varian bahasa Melayik Borneo TimurBahasa Banjar termasuk dalam varian bahasa Melayik Borneo anggota Timur.[52] Berikut ini yaitu tabel perbandingan bahasa Banjar dengan varian bahasa-bahasa Melayik Borneo anggota Timur. Perbandingan bahasa Banjar dengan varian bahasa Melayik Borneo BaratKalimantan Barat (Borneo Barat) dianggap sbg daerah asal bahasa Melayu.[60]Berikut ini yaitu tabel perbandingan bahasa Banjar dengan varian bahasa-bahasa Melayik Borneo anggota Barat. Kata serapan dari bahasa EropaKata serapan dari bahasa Belanda (Banjar: bahasa Walanda) selang lain:
Kata serapan dari bahasa Portugal (Banjar: bahasa Paranggi) selang lain:
Lihat pulaRujukan
Pranala luar
edunitas.com Page 6Bahasa Bali yaitu sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan lebih spesifik dari anak cabang Bali-Sasak. Bahasa ini terutama dipertuturkan di pulau Bali, pulau Lombok anggota barat, dan sedikit di ujung timur pulau Jawa. Di Bali sendiri Bahasa Bali memiliki tingkatan penggunaannya, misalnya mempunyai yang dikata Bali Alus, Bali Madya dan Bali Kasar. Yang halus dipergunakan untuk bertutur resmi misalnya dalam pertemuan di tingkat desa hukum budaya, meminang wanita, atau selang orang berkasta rendah dengan berkasta lebih tinggi. Yang madya dipergunakan di tingkat masyarakat menengah misalnya pejabat dengan bawahannya, sedangkan yang kasar dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah misalnya kaum sudra atau selang bangsawan dengan orang bawahan dalemnya, Di Lombok bahasa Bali terutama dipertuturkan di sekitar kota Mataram, sedangkan di pulau Jawa bahasa Bali terutama dipertuturkan di beberapa desa di kabupaten Banyuwangi. Selain itu bahasa Osing, sebuah dialek Jawa khas Banyuwangi, juga menyerap jumlah kata-kata Bali. Misalkan sbg contoh kata osing yang berfaedah “tidak” diambil dari bahasa Bali tusing. Bahasa Bali dipertuturkan oleh kurang lebih 4 juta jiwa. FonologiVokalMempunyai 6 vokal di dalam bahasa bali KonsonanMempunyai 18 konsonan di dalam Bahasa Bali: AlofonSebuah ciri khas dan menjadi keistimewaan bahasa Bali ialah bahwa fonem eksplosif tak bersuara /t/ dilafazkan sbg [t] pada posisi yang belakang sekali, namun pada posisi awal dan tengah dilafazkan sbg [ʈ] (t retrofleks). Vokal /a/ pada posisi yang belakang sekali membuka dilafazkan sbg [ĕ]. Misalkan kata Kuta, nama pantai termashyur di Bali, dilafazkan sbg [k'uʈĕ]. SukukataSeperti bahasa Austronesia lainnya, bahasa Bali juga cenderung dengan kata-kata dwisukukata dan berwujud KVKVK. Namun dalam mereduplikasi sebuah sukukata monosilabik berwujud KVK, maka dalam bahasa Bali ini biasanya menjadi KVKKVK berlainan dengan bahasa Melayu dan Jawa:
Kekerabatan dan kosakataBahasa Bali dalam keluarga bahasa Austronesia sering ditengarai paling dekat berkerabat dengan bahasa Jawa. Namun hal ini tidaklah demikian. Bahasa Bali paling dekat dengan bahasa Sasak dan beberapa bahasa di pulau Sumbawa anggota barat. Kemiripannya dengan bahasa Jawa hanya sebab pengaruh kosakata atas bahasa Jawa sebab keaktifan kolonisasi Jawa pada saat lampau, terutama pada zaman ke-14 Masehi. Bali ditaklukkan oleh Gajah Mada pada tahun 1343 Masehi. Bahkan dalam keluarga Austronesia, secara fonologis bahasa Bali lebih mirip bahasa Melayu daripada bahasa Jawa. Namun fonem /r/ pada posisi yang belakang sekali dalam bahasa Melayu, seringkali menjadi /h/ pada bahasa Bali. Hal ini bisa terbukti dengan senarai perbandingan kosakata dasar bahasa Melayu, Bali, Jawa Kuna dan Jawa Baru:
Pengaruh bahasa JawaBahasa Bali jumlah terpengaruh bahasa Jawa, terutama bahasa Jawa Kuna dan bahasa Sanskerta. Kemiripan dengan bahasa Jawa terutama terlihat dari tingkat-tingkat bahasa yang terdapat dalam bahasa Bali yang mirip dengan bahasa Jawa. Maka tak mengherankanlah jika bahasa Bali halus yang dikata basa Bali Alus Mider mirip dengan bahasa Jawa Krama. Jumlah kata-kata Bali yang halus diambil dari bahasa Jawa:
Kosakata khas BaliDi atas sudah diapaparkan kosakata yang mirip dengan bahasa Melayu dan bahasa Jawa. Sekarang kosakata khas Bali dipaparkan:
Konsep geografisBerlainan dengan jumlah suku bangsa di dunia, namun masih mirip dengan suku bangsa penutur bahasa Austronesia lainnya, orang Bali dalam memilihkan arah berpandangan bukan pada arah mata angin yang pasti namun pada letak kawasan geografis, pada kasus Bali ini pada letak gunung dan laut. Oleh sebab itu arah mata angin bisa berganti-ganti berdasarkan tempatnya. Kaja berfaedah arah menuju gunung. Oleh sebab itu, terjemahan istilah 'kaja' dalam Bahasa Melayu yaitu 'Utara' untuk masyarakat Bali Selatan, sementara terjemahannya untuk masyarakat Bali Utara, khususnya Buleleng, yaitu 'Selatan'. Kelod berfaedah arah menuju laut. Berbalik dengan istilah 'kaja' diatas, sah stilah 'kelod' dalam Bahasa Melayu yaitu 'Selatan' untuk masyarakat Bali Selatan, sementara terjemahannya untuk masyarakat Bali Utara, khususnya Buleleng, yaitu 'Utara'. Kauh berfaedah Barat, dan kangin berfaedah Timur. Hal ini sama untuk masyarakat Bali Selatan dan Bali Utara. Perbedaan tata-cara mengatakan utara dan selatan ini sering mengakibatkan kesalahpahaman jika orang Bali Selatan berdiskusi dalam Bahasa Bali kepada orang Bali Utara, sebab perbedaan acuan. Acuan 'gunung' yang sering dipakai yaitu titik pusat pulau Bali yaitu anggota pegunungan Batur dan Gunung Agung. Macam bahasa Bali
edunitas.com Page 7Bahasa Bali yaitu sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan lebih spesifik dari anak cabang Bali-Sasak. Bahasa ini terutama dipertuturkan di pulau Bali, pulau Lombok anggota barat, dan sedikit di ujung timur pulau Jawa. Di Bali sendiri Bahasa Bali memiliki tingkatan penggunaannya, misalnya mempunyai yang dikata Bali Alus, Bali Madya dan Bali Kasar. Yang halus dipergunakan untuk bertutur resmi misalnya dalam pertemuan di tingkat desa hukum budaya, meminang wanita, atau selang orang berkasta rendah dengan berkasta lebih tinggi. Yang madya dipergunakan di tingkat masyarakat menengah misalnya pejabat dengan bawahannya, sedangkan yang kasar dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah misalnya kaum sudra atau selang bangsawan dengan abdi dalemnya, Di Lombok bahasa Bali terutama dipertuturkan di sekitar kota Mataram, sedangkan di pulau Jawa bahasa Bali terutama dipertuturkan di beberapa desa di kabupaten Banyuwangi. Selain itu bahasa Osing, sebuah dialek Jawa khas Banyuwangi, juga menyerap jumlah kata-kata Bali. Misalkan sbg contoh kata osing yang berfaedah “tidak” diambil dari bahasa Bali tusing. Bahasa Bali dipertuturkan oleh kurang lebih 4 juta jiwa. FonologiVokalMempunyai 6 vokal di dalam bahasa bali
KonsonanMempunyai 18 konsonan di dalam Bahasa Bali:
AlofonSebuah ciri khas dan menjadi keistimewaan bahasa Bali ialah bahwa fonem eksplosif tak bersuara /t/ dilafazkan sbg [t] pada posisi penghabisan, namun pada posisi awal dan tengah dilafazkan sbg [ʈ] (t retrofleks). Vokal /a/ pada posisi penghabisan membuka dilafazkan sbg [ĕ]. Misalkan kata Kuta, nama pantai termashyur di Bali, dilafazkan sbg [k'uʈĕ]. SukukataSeperti bahasa Austronesia lainnya, bahasa Bali juga cenderung dengan kata-kata dwisukukata dan berwujud KVKVK. Namun dalam mereduplikasi sebuah sukukata monosilabik berwujud KVK, maka dalam bahasa Bali ini biasanya menjadi KVKKVK berlainan dengan bahasa Melayu dan Jawa:
Kekerabatan dan kosakataBahasa Bali dalam keluarga bahasa Austronesia sering ditengarai paling dekat berkerabat dengan bahasa Jawa. Namun hal ini tidaklah demikian. Bahasa Bali paling dekat dengan bahasa Sasak dan beberapa bahasa di pulau Sumbawa anggota barat. Kemiripannya dengan bahasa Jawa hanya sebab pengaruh kosakata atas bahasa Jawa sebab programa kolonisasi Jawa pada saat lampau, terutama pada zaman ke-14 Masehi. Bali ditaklukkan oleh Gajah Mada pada tahun 1343 Masehi. Bahkan dalam keluarga Austronesia, secara fonologis bahasa Bali lebih mirip bahasa Melayu daripada bahasa Jawa. Namun fonem /r/ pada posisi penghabisan dalam bahasa Melayu, seringkali menjadi /h/ pada bahasa Bali. Hal ini bisa terbukti dengan senarai perbandingan kosakata dasar bahasa Melayu, Bali, Jawa Kuna dan Jawa Baru:
Pengaruh bahasa JawaBahasa Bali jumlah terpengaruh bahasa Jawa, terutama bahasa Jawa Kuna dan bahasa Sanskerta. Kemiripan dengan bahasa Jawa terutama terlihat dari tingkat-tingkat bahasa yang terdapat dalam bahasa Bali yang mirip dengan bahasa Jawa. Maka tak mengherankanlah jika bahasa Bali halus yang dikata basa Bali Alus Mider mirip dengan bahasa Jawa Krama. Jumlah kata-kata Bali yang halus diambil dari bahasa Jawa:
Kosakata khas BaliDi atas sudah diapaparkan kosakata yang mirip dengan bahasa Melayu dan bahasa Jawa. Sekarang kosakata khas Bali dipaparkan:
Konsep geografisBerlainan dengan jumlah suku bangsa di dunia, namun sedang mirip dengan suku bangsa penutur bahasa Austronesia lainnya, orang Bali dalam menentukan arah berpandangan bukan pada arah mata angin yang pasti namun pada letak daerah geografis, pada kasus Bali ini pada letak gunung dan laut. Oleh sebab itu arah mata angin bisa berganti-ganti sesuai tempatnya. Kaja berfaedah arah menuju gunung. Oleh sebab itu, terjemahan istilah 'kaja' dalam Bahasa Melayu yaitu 'Utara' untuk masyarakat Bali Selatan, sementara terjemahannya untuk masyarakat Bali Utara, khususnya Buleleng, yaitu 'Selatan'. Kelod berfaedah arah menuju laut. Berbalik dengan istilah 'kaja' diatas, aci stilah 'kelod' dalam Bahasa Melayu yaitu 'Selatan' untuk masyarakat Bali Selatan, sementara terjemahannya untuk masyarakat Bali Utara, khususnya Buleleng, yaitu 'Utara'. Kauh berfaedah Barat, dan kangin berfaedah Timur. Hal ini sama untuk masyarakat Bali Selatan dan Bali Utara. Perbedaan tata-cara mengatakan utara dan selatan ini sering mengakibatkan kesalahpahaman jika orang Bali Selatan berdiskusi dalam Bahasa Bali kepada orang Bali Utara, sebab perbedaan acuan. Acuan 'gunung' yang sering dipakai yaitu titik pusat pulau Bali yaitu anggota pegunungan Batur dan Gunung Agung. Macam bahasa Bali
edunitas.com Page 8Bahasa Bali yaitu sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan lebih spesifik dari anak cabang Bali-Sasak. Bahasa ini terutama dipertuturkan di pulau Bali, pulau Lombok anggota barat, dan sedikit di ujung timur pulau Jawa. Di Bali sendiri Bahasa Bali memiliki tingkatan penggunaannya, misalnya mempunyai yang dikata Bali Alus, Bali Madya dan Bali Kasar. Yang halus dipergunakan untuk bertutur resmi misalnya dalam pertemuan di tingkat desa hukum budaya, meminang wanita, atau selang orang berkasta rendah dengan berkasta lebih tinggi. Yang madya dipergunakan di tingkat masyarakat menengah misalnya pejabat dengan bawahannya, sedangkan yang kasar dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah misalnya kaum sudra atau selang bangsawan dengan abdi dalemnya, Di Lombok bahasa Bali terutama dipertuturkan di sekitar kota Mataram, sedangkan di pulau Jawa bahasa Bali terutama dipertuturkan di beberapa desa di kabupaten Banyuwangi. Selain itu bahasa Osing, sebuah dialek Jawa khas Banyuwangi, juga menyerap jumlah kata-kata Bali. Misalkan sbg contoh kata osing yang berfaedah “tidak” diambil dari bahasa Bali tusing. Bahasa Bali dipertuturkan oleh kurang lebih 4 juta jiwa. FonologiVokalMempunyai 6 vokal di dalam bahasa bali
KonsonanMempunyai 18 konsonan di dalam Bahasa Bali:
AlofonSebuah ciri khas dan menjadi keistimewaan bahasa Bali ialah bahwa fonem eksplosif tak bersuara /t/ dilafazkan sbg [t] pada posisi penghabisan, namun pada posisi awal dan tengah dilafazkan sbg [ʈ] (t retrofleks). Vokal /a/ pada posisi penghabisan membuka dilafazkan sbg [ĕ]. Misalkan kata Kuta, nama pantai termashyur di Bali, dilafazkan sbg [k'uʈĕ]. SukukataSeperti bahasa Austronesia lainnya, bahasa Bali juga cenderung dengan kata-kata dwisukukata dan berwujud KVKVK. Namun dalam mereduplikasi sebuah sukukata monosilabik berwujud KVK, maka dalam bahasa Bali ini biasanya menjadi KVKKVK berlainan dengan bahasa Melayu dan Jawa:
Kekerabatan dan kosakataBahasa Bali dalam keluarga bahasa Austronesia sering ditengarai paling dekat berkerabat dengan bahasa Jawa. Namun hal ini tidaklah demikian. Bahasa Bali paling dekat dengan bahasa Sasak dan beberapa bahasa di pulau Sumbawa anggota barat. Kemiripannya dengan bahasa Jawa hanya sebab pengaruh kosakata atas bahasa Jawa sebab programa kolonisasi Jawa pada saat lampau, terutama pada zaman ke-14 Masehi. Bali ditaklukkan oleh Gajah Mada pada tahun 1343 Masehi. Bahkan dalam keluarga Austronesia, secara fonologis bahasa Bali lebih mirip bahasa Melayu daripada bahasa Jawa. Namun fonem /r/ pada posisi penghabisan dalam bahasa Melayu, seringkali menjadi /h/ pada bahasa Bali. Hal ini bisa terbukti dengan senarai perbandingan kosakata dasar bahasa Melayu, Bali, Jawa Kuna dan Jawa Baru:
Pengaruh bahasa JawaBahasa Bali jumlah terpengaruh bahasa Jawa, terutama bahasa Jawa Kuna dan bahasa Sanskerta. Kemiripan dengan bahasa Jawa terutama terlihat dari tingkat-tingkat bahasa yang terdapat dalam bahasa Bali yang mirip dengan bahasa Jawa. Maka tak mengherankanlah jika bahasa Bali halus yang dikata basa Bali Alus Mider mirip dengan bahasa Jawa Krama. Jumlah kata-kata Bali yang halus diambil dari bahasa Jawa:
Kosakata khas BaliDi atas sudah diapaparkan kosakata yang mirip dengan bahasa Melayu dan bahasa Jawa. Sekarang kosakata khas Bali dipaparkan:
Konsep geografisBerlainan dengan jumlah suku bangsa di dunia, namun sedang mirip dengan suku bangsa penutur bahasa Austronesia lainnya, orang Bali dalam menentukan arah berpandangan bukan pada arah mata angin yang pasti namun pada letak daerah geografis, pada kasus Bali ini pada letak gunung dan laut. Oleh sebab itu arah mata angin bisa berganti-ganti sesuai tempatnya. Kaja berfaedah arah menuju gunung. Oleh sebab itu, terjemahan istilah 'kaja' dalam Bahasa Melayu yaitu 'Utara' untuk masyarakat Bali Selatan, sementara terjemahannya untuk masyarakat Bali Utara, khususnya Buleleng, yaitu 'Selatan'. Kelod berfaedah arah menuju laut. Berbalik dengan istilah 'kaja' diatas, aci stilah 'kelod' dalam Bahasa Melayu yaitu 'Selatan' untuk masyarakat Bali Selatan, sementara terjemahannya untuk masyarakat Bali Utara, khususnya Buleleng, yaitu 'Utara'. Kauh berfaedah Barat, dan kangin berfaedah Timur. Hal ini sama untuk masyarakat Bali Selatan dan Bali Utara. Perbedaan tata-cara mengatakan utara dan selatan ini sering mengakibatkan kesalahpahaman jika orang Bali Selatan berdiskusi dalam Bahasa Bali kepada orang Bali Utara, sebab perbedaan acuan. Acuan 'gunung' yang sering dipakai yaitu titik pusat pulau Bali yaitu anggota pegunungan Batur dan Gunung Agung. Macam bahasa Bali
edunitas.com Page 9Bahasa Bali yaitu sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan lebih spesifik dari anak cabang Bali-Sasak. Bahasa ini terutama dipertuturkan di pulau Bali, pulau Lombok anggota barat, dan sedikit di ujung timur pulau Jawa. Di Bali sendiri Bahasa Bali memiliki tingkatan penggunaannya, misalnya mempunyai yang dikata Bali Alus, Bali Madya dan Bali Kasar. Yang halus dipergunakan untuk bertutur resmi misalnya dalam pertemuan di tingkat desa hukum budaya, meminang wanita, atau selang orang berkasta rendah dengan berkasta lebih tinggi. Yang madya dipergunakan di tingkat masyarakat menengah misalnya pejabat dengan bawahannya, sedangkan yang kasar dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah misalnya kaum sudra atau selang bangsawan dengan orang bawahan dalemnya, Di Lombok bahasa Bali terutama dipertuturkan di sekitar kota Mataram, sedangkan di pulau Jawa bahasa Bali terutama dipertuturkan di beberapa desa di kabupaten Banyuwangi. Selain itu bahasa Osing, sebuah dialek Jawa khas Banyuwangi, juga menyerap jumlah kata-kata Bali. Misalkan sbg contoh kata osing yang berfaedah “tidak” diambil dari bahasa Bali tusing. Bahasa Bali dipertuturkan oleh kurang lebih 4 juta jiwa. FonologiVokalMempunyai 6 vokal di dalam bahasa bali KonsonanMempunyai 18 konsonan di dalam Bahasa Bali: AlofonSebuah ciri khas dan menjadi keistimewaan bahasa Bali ialah bahwa fonem eksplosif tak bersuara /t/ dilafazkan sbg [t] pada posisi yang belakang sekali, namun pada posisi awal dan tengah dilafazkan sbg [ʈ] (t retrofleks). Vokal /a/ pada posisi yang belakang sekali membuka dilafazkan sbg [ĕ]. Misalkan kata Kuta, nama pantai termashyur di Bali, dilafazkan sbg [k'uʈĕ]. SukukataSeperti bahasa Austronesia lainnya, bahasa Bali juga cenderung dengan kata-kata dwisukukata dan berwujud KVKVK. Namun dalam mereduplikasi sebuah sukukata monosilabik berwujud KVK, maka dalam bahasa Bali ini biasanya menjadi KVKKVK berlainan dengan bahasa Melayu dan Jawa:
Kekerabatan dan kosakataBahasa Bali dalam keluarga bahasa Austronesia sering ditengarai paling dekat berkerabat dengan bahasa Jawa. Namun hal ini tidaklah demikian. Bahasa Bali paling dekat dengan bahasa Sasak dan beberapa bahasa di pulau Sumbawa anggota barat. Kemiripannya dengan bahasa Jawa hanya sebab pengaruh kosakata atas bahasa Jawa sebab keaktifan kolonisasi Jawa pada saat lampau, terutama pada zaman ke-14 Masehi. Bali ditaklukkan oleh Gajah Mada pada tahun 1343 Masehi. Bahkan dalam keluarga Austronesia, secara fonologis bahasa Bali lebih mirip bahasa Melayu daripada bahasa Jawa. Namun fonem /r/ pada posisi yang belakang sekali dalam bahasa Melayu, seringkali menjadi /h/ pada bahasa Bali. Hal ini bisa terbukti dengan senarai perbandingan kosakata dasar bahasa Melayu, Bali, Jawa Kuna dan Jawa Baru:
Pengaruh bahasa JawaBahasa Bali jumlah terpengaruh bahasa Jawa, terutama bahasa Jawa Kuna dan bahasa Sanskerta. Kemiripan dengan bahasa Jawa terutama terlihat dari tingkat-tingkat bahasa yang terdapat dalam bahasa Bali yang mirip dengan bahasa Jawa. Maka tak mengherankanlah jika bahasa Bali halus yang dikata basa Bali Alus Mider mirip dengan bahasa Jawa Krama. Jumlah kata-kata Bali yang halus diambil dari bahasa Jawa:
Kosakata khas BaliDi atas sudah diapaparkan kosakata yang mirip dengan bahasa Melayu dan bahasa Jawa. Sekarang kosakata khas Bali dipaparkan:
Konsep geografisBerlainan dengan jumlah suku bangsa di dunia, namun masih mirip dengan suku bangsa penutur bahasa Austronesia lainnya, orang Bali dalam memilihkan arah berpandangan bukan pada arah mata angin yang pasti namun pada letak kawasan geografis, pada kasus Bali ini pada letak gunung dan laut. Oleh sebab itu arah mata angin bisa berganti-ganti berdasarkan tempatnya. Kaja berfaedah arah menuju gunung. Oleh sebab itu, terjemahan istilah 'kaja' dalam Bahasa Melayu yaitu 'Utara' untuk masyarakat Bali Selatan, sementara terjemahannya untuk masyarakat Bali Utara, khususnya Buleleng, yaitu 'Selatan'. Kelod berfaedah arah menuju laut. Berbalik dengan istilah 'kaja' diatas, sah stilah 'kelod' dalam Bahasa Melayu yaitu 'Selatan' untuk masyarakat Bali Selatan, sementara terjemahannya untuk masyarakat Bali Utara, khususnya Buleleng, yaitu 'Utara'. Kauh berfaedah Barat, dan kangin berfaedah Timur. Hal ini sama untuk masyarakat Bali Selatan dan Bali Utara. Perbedaan tata-cara mengatakan utara dan selatan ini sering mengakibatkan kesalahpahaman jika orang Bali Selatan berdiskusi dalam Bahasa Bali kepada orang Bali Utara, sebab perbedaan acuan. Acuan 'gunung' yang sering dipakai yaitu titik pusat pulau Bali yaitu anggota pegunungan Batur dan Gunung Agung. Macam bahasa Bali
edunitas.com Page 10Republik Guatemala merupakan sebuah negara di Amerika Tengah, di selatan benua Amerika Utara, berbatasan dengan Samudra Pasifik dan Laut Karibia. Ia berbatasan dengan Meksiko di utara, Belize di barat laut, dan Honduras dan El Salvador di tenggara. Guatemala merupakan salah satu negara produsen kopi terbesar di dunia. SejarahGuatemala pernah dijadikan terkenal ketika gempa bumi maha dahsyat memporakporandakan negara itu pada 4 Februari 1976. Melukai 74.000 jiwa, dan membinasakan 22.000 jiwa. PolitikParlemen unikameral Guatemala, Kongres Guatemala (Congreso de la República) dengan 158 kursi, dipilih setiap 4 tahun, bersamaan dengan pemilihan presiden. Presiden Guatemala berlanjut sbg kepala negara dan kepala pemerintahan. Dalam tugas eksekutifnya, ia dibantu oleh kabinet menteri yang ditunjuknya. GeografiTerletak paling utara di selang negara-negara Amerika Tengah. Lapang daratannya sedikit lebih kecil dari Provinsi Kalimantan Barat ini, bertetangga dengan Meksiko di utara, barat dan timur, Belize, Honduras, dan El Salvador di timur. Kecuali daerah pesisir selatan dan dataran rendah Petern yang lapang di utara, daerah Guatemala biasanya bergunung, dengan iklim tropis panas — lebih ramah di dataran tinggi, dan lebih kering di departemen paling timur. Seluruh kota akbar terletak di setengah bidang selatan dari negara tersebut; kota akbarnya merupakan ibu kota Guatemala City, Quetzaltenango dan Escuintla. Danau akbar Lago de Izabal terletak di dekat pesisir Karibia. DepartemenGuatemala dibagi dijadikan 22 departemen (departamentos): EkonomiGuatemala memiliki PDB per kapita sebesar US$ 5.000, namun negara berkembang ini sedang menghadapi persoalan - persoalan sosial dan termasuk dalam 10 negara termiskin di Amerika Latin.[1]. Angka endapatan per kapita dan kesenjangan sosial menunjukkan bahwa hampir setengah dari populasi penduduk berada di dalam angka kemiskinan.[2] dan lebih dari 400.000 penduduk berada dalam pengangguran. CIA World Fact Book memperkirakan sekitar 56.2% dari populasi Guatemala berada dalam kemiskinan.[3] Hasil ekspor Guatemala berupa buah - buahan, sayur mayur, bunga, kerajinan tangan, garmen. Sektor pertanian membentuk 1/4 dari PDB Guatemala, 2/3 ekspor, dan 1/2 dari tenaga kerja. Kopi, gula, dan pisang merupakan produk utama. Produksi dan konstruksi membentuk 1/5 PDB. Penandatanganan akad perdamaian pada Desember 1996, yang mengakhiri 36 tahun perang saudara, menyingkirkan rintangan utama untuk investasi asing. Pada 1998, Hurikan Mitch menyebabkan sedikit kerusakan untuk Guatemala dibanding dengan negara tetangganya. Tantangan yang sedang perlu dihadapi merupakan meningkatkan pendapatan pemerintah, meningkatkan bantuan dari donor internasional, dan meningkatkan efisiensi dan keterbukaan adun pemerintah dan operasi pribadi sektor finansial. Lihat pula
ReferensiPranala luar
Fotoedunitas.com Page 11Republik Guatemala adalah sebuah negara di Amerika Tengah, di selatan benua Amerika Utara, berbatasan dengan Samudra Pasifik dan Laut Karibia. Ia berbatasan dengan Meksiko di utara, Belize di barat laut, dan Honduras dan El Salvador di tenggara. Guatemala merupakan salah satu negara produsen kopi terbesar di dunia. SejarahGuatemala pernah dijadikan terkenal ketika gempa bumi maha dahsyat memporakporandakan negara itu pada 4 Februari 1976. Melukai 74.000 jiwa, dan membinasakan 22.000 jiwa. PolitikParlemen unikameral Guatemala, Kongres Guatemala (Congreso de la República) dengan 158 kursi, dipilih setiap 4 tahun, bersamaan dengan pemilihan presiden. Presiden Guatemala berlanjut sbg kepala negara dan kepala pemerintahan. Dalam tugas eksekutifnya, ia dibantu oleh kabinet menteri yang ditunjuknya. GeografiTerletak paling utara di selang negara-negara Amerika Tengah. Lapang daratannya sedikit lebih kecil dari Provinsi Kalimantan Barat ini, bertetangga dengan Meksiko di utara, barat dan timur, Belize, Honduras, dan El Salvador di timur. Kecuali daerah pesisir selatan dan dataran rendah Petern yang lapang di utara, daerah Guatemala biasanya bergunung, dengan iklim tropis panas — lebih ramah di dataran tinggi, dan lebih kering di departemen paling timur. Seluruh kota akbar terletak di setengah bidang selatan dari negara tersebut; kota akbarnya adalah ibu kota Guatemala City, Quetzaltenango dan Escuintla. Danau akbar Lago de Izabal terletak di dekat pesisir Karibia. DepartemenGuatemala dibagi dijadikan 22 departemen (departamentos): EkonomiGuatemala memiliki PDB per kapita sebesar US$ 5.000, namun negara berkembang ini sedang menghadapi persoalan - persoalan sosial dan termasuk dalam 10 negara termiskin di Amerika Latin.[1]. Angka endapatan per kapita dan kesenjangan sosial menunjukkan bahwa hampir setengah dari populasi penduduk berada di dalam angka kemiskinan.[2] dan lebih dari 400.000 penduduk berada dalam pengangguran. CIA World Fact Book memperkirakan sekitar 56.2% dari populasi Guatemala berada dalam kemiskinan.[3] Hasil ekspor Guatemala berupa buah - buahan, sayur mayur, bunga, kerajinan tangan, garmen. Sektor pertanian membentuk 1/4 dari PDB Guatemala, 2/3 ekspor, dan 1/2 dari tenaga kerja. Kopi, gula, dan pisang adalah produk utama. Produksi dan konstruksi membentuk 1/5 PDB. Penandatanganan akad perdamaian pada Desember 1996, yang mengakhiri 36 tahun perang saudara, menyingkirkan rintangan utama untuk investasi asing. Pada 1998, Hurikan Mitch menyebabkan sedikit kerusakan untuk Guatemala dibanding dengan negara tetangganya. Tantangan yang sedang perlu dihadapi adalah meningkatkan pendapatan pemerintah, meningkatkan bantuan dari donor internasional, dan meningkatkan efisiensi dan keterbukaan adun pemerintah dan operasi pribadi sektor finansial. Lihat pula
ReferensiPranala luar
Fotoedunitas.com Page 12Republik Guatemala adalah sebuah negara di Amerika Tengah, di selatan benua Amerika Utara, berbatasan dengan Samudra Pasifik dan Laut Karibia. Ia berbatasan dengan Meksiko di utara, Belize di barat laut, dan Honduras dan El Salvador di tenggara. Guatemala merupakan salah satu negara produsen kopi terbesar di dunia. SejarahGuatemala pernah dijadikan terkenal ketika gempa bumi maha dahsyat memporakporandakan negara itu pada 4 Februari 1976. Melukai 74.000 jiwa, dan membinasakan 22.000 jiwa. PolitikParlemen unikameral Guatemala, Kongres Guatemala (Congreso de la República) dengan 158 kursi, dipilih setiap 4 tahun, bersamaan dengan pemilihan presiden. Presiden Guatemala berlanjut sbg kepala negara dan kepala pemerintahan. Dalam tugas eksekutifnya, ia dibantu oleh kabinet menteri yang ditunjuknya. GeografiTerletak paling utara di selang negara-negara Amerika Tengah. Lapang daratannya sedikit lebih kecil dari Provinsi Kalimantan Barat ini, bertetangga dengan Meksiko di utara, barat dan timur, Belize, Honduras, dan El Salvador di timur. Kecuali daerah pesisir selatan dan dataran rendah Petern yang lapang di utara, daerah Guatemala biasanya bergunung, dengan iklim tropis panas — lebih ramah di dataran tinggi, dan lebih kering di departemen paling timur. Seluruh kota akbar terletak di setengah bidang selatan dari negara tersebut; kota akbarnya adalah ibu kota Guatemala City, Quetzaltenango dan Escuintla. Danau akbar Lago de Izabal terletak di dekat pesisir Karibia. DepartemenGuatemala dibagi dijadikan 22 departemen (departamentos): EkonomiGuatemala memiliki PDB per kapita sebesar US$ 5.000, namun negara berkembang ini sedang menghadapi persoalan - persoalan sosial dan termasuk dalam 10 negara termiskin di Amerika Latin.[1]. Angka endapatan per kapita dan kesenjangan sosial menunjukkan bahwa hampir setengah dari populasi penduduk berada di dalam angka kemiskinan.[2] dan lebih dari 400.000 penduduk berada dalam pengangguran. CIA World Fact Book memperkirakan sekitar 56.2% dari populasi Guatemala berada dalam kemiskinan.[3] Hasil ekspor Guatemala berupa buah - buahan, sayur mayur, bunga, kerajinan tangan, garmen. Sektor pertanian membentuk 1/4 dari PDB Guatemala, 2/3 ekspor, dan 1/2 dari tenaga kerja. Kopi, gula, dan pisang adalah produk utama. Produksi dan konstruksi membentuk 1/5 PDB. Penandatanganan akad perdamaian pada Desember 1996, yang mengakhiri 36 tahun perang saudara, menyingkirkan rintangan utama untuk investasi asing. Pada 1998, Hurikan Mitch menyebabkan sedikit kerusakan untuk Guatemala dibanding dengan negara tetangganya. Tantangan yang sedang perlu dihadapi adalah meningkatkan pendapatan pemerintah, meningkatkan bantuan dari donor internasional, dan meningkatkan efisiensi dan keterbukaan adun pemerintah dan operasi pribadi sektor finansial. Lihat pula
ReferensiPranala luar
Fotoedunitas.com Page 13Republik Guatemala merupakan sebuah negara di Amerika Tengah, di selatan benua Amerika Utara, berbatasan dengan Samudra Pasifik dan Laut Karibia. Ia berbatasan dengan Meksiko di utara, Belize di barat laut, dan Honduras dan El Salvador di tenggara. Guatemala merupakan salah satu negara produsen kopi terbesar di dunia. SejarahGuatemala pernah dijadikan terkenal ketika gempa bumi maha dahsyat memporakporandakan negara itu pada 4 Februari 1976. Melukai 74.000 jiwa, dan membinasakan 22.000 jiwa. PolitikParlemen unikameral Guatemala, Kongres Guatemala (Congreso de la República) dengan 158 kursi, dipilih setiap 4 tahun, bersamaan dengan pemilihan presiden. Presiden Guatemala berlanjut sbg kepala negara dan kepala pemerintahan. Dalam tugas eksekutifnya, ia dibantu oleh kabinet menteri yang ditunjuknya. GeografiTerletak paling utara di selang negara-negara Amerika Tengah. Lapang daratannya sedikit lebih kecil dari Provinsi Kalimantan Barat ini, bertetangga dengan Meksiko di utara, barat dan timur, Belize, Honduras, dan El Salvador di timur. Kecuali daerah pesisir selatan dan dataran rendah Petern yang lapang di utara, daerah Guatemala biasanya bergunung, dengan iklim tropis panas — lebih ramah di dataran tinggi, dan lebih kering di departemen paling timur. Seluruh kota akbar terletak di setengah bidang selatan dari negara tersebut; kota akbarnya merupakan ibu kota Guatemala City, Quetzaltenango dan Escuintla. Danau akbar Lago de Izabal terletak di dekat pesisir Karibia. DepartemenGuatemala dibagi dijadikan 22 departemen (departamentos): EkonomiGuatemala memiliki PDB per kapita sebesar US$ 5.000, namun negara berkembang ini sedang menghadapi persoalan - persoalan sosial dan termasuk dalam 10 negara termiskin di Amerika Latin.[1]. Angka endapatan per kapita dan kesenjangan sosial menunjukkan bahwa hampir setengah dari populasi penduduk berada di dalam angka kemiskinan.[2] dan lebih dari 400.000 penduduk berada dalam pengangguran. CIA World Fact Book memperkirakan sekitar 56.2% dari populasi Guatemala berada dalam kemiskinan.[3] Hasil ekspor Guatemala berupa buah - buahan, sayur mayur, bunga, kerajinan tangan, garmen. Sektor pertanian membentuk 1/4 dari PDB Guatemala, 2/3 ekspor, dan 1/2 dari tenaga kerja. Kopi, gula, dan pisang merupakan produk utama. Produksi dan konstruksi membentuk 1/5 PDB. Penandatanganan akad perdamaian pada Desember 1996, yang mengakhiri 36 tahun perang saudara, menyingkirkan rintangan utama untuk investasi asing. Pada 1998, Hurikan Mitch menyebabkan sedikit kerusakan untuk Guatemala dibanding dengan negara tetangganya. Tantangan yang sedang perlu dihadapi merupakan meningkatkan pendapatan pemerintah, meningkatkan bantuan dari donor internasional, dan meningkatkan efisiensi dan keterbukaan adun pemerintah dan operasi pribadi sektor finansial. Lihat pula
ReferensiPranala luar
Fotoedunitas.com Page 14Urutan ke-1471.548.159 48/km² Kemerdekaan- Deklarasi - Dikenali (dari Portugal)
- Total (2012) - PDB/kapita Urutan ke-112$1.931 miliar $1.222 Mata uangFranc CFAZona waktuUTCLagu kebangsaanEsta é a Nossa Pátria Bem AmadaTLD.gwKode telepon245Guinea-Bissau, resmi Republik Guinea-Bissau /ˈɡɪni bɪˈsaʊ/ (bahasa Portugis: República da Guiné-Bissau, diucapkan [ʁeˈpublikɐ dɐ ɡiˈnɛ biˈsaw]), yaitu sebuah negara yang berada di Afrika Barat. Negara ini bersamaan batasannya dengan Senegal di utara dan Guinea di sebelah selatan dan timur, dan Samudera Atlantik di sebelah barat. Negara ini meliputi 36.125 km², dengan populasi lebih kurang 1.600.000 jiwa. Guinea-Bissau dulu merupakan anggota dari Kerajaan Kaabu, yang merupakan anggota dari Kekaisaran Mali. Anggota dari kerajaan ini bertahan sampai zaman ke-18, sementara beberapa anggota lainnya yaitu anggota dari Kekaisaran Portugal. Yang belakang sekali Guinea-Bissau menjadi anggota dari koloni Portugal, Guinea Portugal pada zaman ke-19. Setelah kemerdekaan, dideklarasikan pada 1973 dan diakui pada 1974, nama ibu kotanya, Bissau, ditambahkan ke dalam nama negara bagi menghindari kesalahan dengan negara Guinea. Guinea-Bissau memiliki sejarah ketidakstabilan politik sejak meraih kemerdekaannya dan tidak mempunyai presiden terpilih yang sukses menyelesaikan posisinya selama lima tahun penuh. Pada malam 12 April 2012, para anggota militer negara ini terlibat dalam sebuah kudeta dan menangkap presiden sementara dan calon presiden terdepan. Pihak militer sedang belum mengumumkan pemimpin bagi negara ini.[1] Meskipun demikian, mantan Wakil Kepala Staf, Jenderal Mamadu Ture Kuruma telah ambil peduli akan nasib negara ini dalam masa transisi dan mulai bernegosiasi dengan pihak-pihak oposan.[2][3] Hanya 14% dari populasi yang bicara dalam bahasa resmi, Portugal. Biasanya populasi (44%) bicara dalam bahasa Kriol, sebuah Bahasa kreol berbasis Portugal, dan sisanya bicara dalam bahasa Afrika. Agama utama yaitu Agama tradisional Afrika dan Islam, dan Kristen (kebanyakan Katholik) yaitu minoritas. Pendapatan per kapita negara ini yaitu salah satu yang terendah di dunia. Guinea-Bissau yaitu anggota dari Uni Afrika, Komunitas Ekonomi Negara Afrika Barat, Organisasi Kerjasama Islam, Uni Latin, Komunitas Negara Bicara Portugal, La Francophonie, dan Zona Perdamaian dan Kerjasama Atlantik Selatan. Daftar inti
SejarahGuinea-Bissau dulu merupakan anggota dari Kerajaan Kaabu, yang merupakan anggota dari Kekaisaran Mali.Anggota dari kerajaan ini bertahan sampai zaman ke-18, sementara beberapa anggota lainnya yaitu anggota dari Kekaisaran Portugal.[4] Guinea Portugal juga dikenali, dari programa ekonominya sebgai Pantai budak. Laporan awal dari bangsa Eropa yang telah mencapai daerah ini termasuk bajak laut Venesia, Alvise Cadamosto pada tahun 1455,[5] pelayaran pada tahun 1479–1480 yang dilakukan oleh pedagang Flemish-Perancis, Eustache de la Fosse,[6] dan Diogo Cão yang mencapai Sungai Kongo pada tahun 1480-an dan mencapai tanah Bakongo.[7] Lihat pula
Pranala luarRujukanedunitas.com Page 15Urutan ke-1471.548.159 48/km² - Deklarasi - Dikenali (dari Portugal)
- Total (2012) - PDB/kapita Urutan ke-112$1.931 miliar $1.222 Mata uangFranc CFAZona waktuUTCLagu kebangsaanEsta é a Nossa Pátria Bem AmadaTLD.gwKode telepon245Guinea-Bissau, resmi Republik Guinea-Bissau /ˈɡɪni bɪˈsaʊ/ (bahasa Portugis: República da Guiné-Bissau, diucapkan [ʁeˈpublikɐ dɐ ɡiˈnɛ biˈsaw]), yaitu sebuah negara yang berada di Afrika Barat. Negara ini bersamaan batasannya dengan Senegal di utara dan Guinea di sebelah selatan dan timur, dan Samudera Atlantik di sebelah barat. Negara ini meliputi 36.125 km², dengan populasi sekitar 1.600.000 jiwa. Guinea-Bissau dulu merupakan anggota dari Kerajaan Kaabu, yang merupakan anggota dari Kekaisaran Mali. Anggota dari kerajaan ini bertahan sampai zaman ke-18, sementara beberapa anggota lainnya yaitu anggota dari Kekaisaran Portugal. Yang belakang sekali Guinea-Bissau menjadi anggota dari koloni Portugal, Guinea Portugal pada zaman ke-19. Sesudah kemerdekaan, dideklarasikan pada 1973 dan diakui pada 1974, nama ibu kotanya, Bissau, ditambahkan ke dalam nama negara bagi menghindari kesalahan dengan negara Guinea. Guinea-Bissau memiliki sejarah ketidakstabilan politik sejak meraih kemerdekaannya dan tidak mempunyai presiden terpilih yang sukses menyelesaikan posisinya selama lima tahun penuh. Pada malam 12 April 2012, para anggota militer negara ini terlibat dalam sebuah kudeta dan menangkap presiden sementara dan calon presiden terdepan. Pihak militer sedang belum mengumumkan pemimpin bagi negara ini.[1] Meskipun demikian, mantan Wakil Kepala Staf, Jenderal Mamadu Ture Kuruma telah ambil peduli akan nasib negara ini dalam saat transisi dan mulai bernegosiasi dengan pihak-pihak oposan.[2][3] Hanya 14% dari populasi yang bicara dalam bahasa resmi, Portugal. Biasanya populasi (44%) bicara dalam bahasa Kriol, sebuah Bahasa kreol berbasis Portugal, dan sisanya bicara dalam bahasa Afrika. Agama utama yaitu Agama tradisional Afrika dan Islam, dan Kristen (kebanyakan Katholik) yaitu minoritas. Pendapatan per kapita negara ini yaitu salah satu yang terendah di dunia. Guinea-Bissau yaitu anggota dari Uni Afrika, Komunitas Ekonomi Negara Afrika Barat, Organisasi Kerjasama Islam, Uni Latin, Komunitas Negara Bicara Portugal, La Francophonie, dan Zona Perdamaian dan Kerjasama Atlantik Selatan. Daftar inti
SejarahGuinea-Bissau dulu merupakan anggota dari Kerajaan Kaabu, yang merupakan anggota dari Kekaisaran Mali.Anggota dari kerajaan ini bertahan sampai zaman ke-18, sementara beberapa anggota lainnya yaitu anggota dari Kekaisaran Portugal.[4] Guinea Portugal juga dikenali, dari programa ekonominya sebgai Pantai budak. Laporan awal dari bangsa Eropa yang telah mencapai daerah ini termasuk bajak laut Venesia, Alvise Cadamosto pada tahun 1455,[5] pelayaran pada tahun 1479–1480 yang dilakukan oleh pedagang Flemish-Perancis, Eustache de la Fosse,[6] dan Diogo Cão yang mencapai Sungai Kongo pada tahun 1480-an dan mencapai tanah Bakongo.[7] Lihat pula
Pranala luarRujukanedunitas.com Page 16Tags (tagged): equatorial guinea, unkris, da guin, equatorial, bendera motto unidad, paz justicia, spanyol, pdb kkb perkiraan, 2012 total, us, 19 286 miliar, per kapita, mini afrika wilayahnya, masih lebih, kecil, dari, situs resmi, negara afrika, negara, berdaulat afrika, center, of studies, leone, somalia sudan sudan, selatan swaziland, tanjung, verde equatorial guinea Page 17Tags (tagged): equatorial guinea, unkris, da guin, equatorial, bendera motto unidad, paz justicia, spanyol, pdb kkb perkiraan, 2012 total, us, 19 286 miliar, per kapita, mini afrika wilayahnya, masih lebih, kecil, dari, situs resmi, negara afrika, negara, berdaulat afrika, center, of studies, leone, somalia sudan sudan, selatan swaziland, tanjung, verde equatorial guinea Page 18Tags (tagged): guinea ekuatorial guinea, khatulistiwa, unkris, guinea, ekuatorial guinea khatulistiwa, ekuatorial, guinea khatulistiwa, da guin, equatorial, bendera motto unidad, paz justicia, spanyol, pdb kkb perkiraan, 2012 total, us, 19 286 miliar, per kapita, mini afrika wilayahnya, masih lebih, kecil, dari, situs resmi, negara afrika, negara, berdaulat afrika, pusat, ilmu pengetahuan, leone, somalia sudan sudan, selatan swaziland, tanjung, verde guinea ekuatorial, guinea ekuatorial Page 19Tags (tagged): guinea ekuatorial guinea, khatulistiwa, unkris, guinea, ekuatorial guinea khatulistiwa, ekuatorial, guinea khatulistiwa, da guin, equatorial, bendera motto unidad, paz justicia, spanyol, pdb kkb perkiraan, 2012 total, us, 19 286 miliar, per kapita, mini afrika wilayahnya, masih lebih, kecil, dari, situs resmi, negara afrika, negara, berdaulat afrika, pusat, ilmu pengetahuan, leone, somalia sudan sudan, selatan swaziland, tanjung, verde guinea ekuatorial, guinea ekuatorial Page 20Urutan ke-1471.548.159 48/km² Kemerdekaan- Deklarasi - Dikenal (dari Portugal)
- Total (2012) - PDB/kapita Urutan ke-112$1.931 miliar $1.222 Mata uangFranc CFAZona waktuUTCLagu kebangsaanEsta é a Nossa Pátria Bem AmadaTLD.gwKode telepon245Guinea-Bissau, resmi Republik Guinea-Bissau /ˈɡɪni bɪˈsaʊ/ (bahasa Portugis: República da Guiné-Bissau, diucapkan [ʁeˈpublikɐ dɐ ɡiˈnɛ biˈsaw]), adalah suatu negara yang berada di Afrika Barat. Negara ini bersamaan batasnya dengan Senegal di utara dan Guinea di sebelah selatan dan timur, dan Samudera Atlantik di sebelah barat. Negara ini mencakup 36.125 km², dengan populasi sekitar 1.600.000 jiwa. Guinea-Bissau dulu adalah anggota dari Kerajaan Kaabu, yang adalah anggota dari Kekaisaran Mali. Anggota dari kerajaan ini bertahan hingga masa zaman ke-18, sementara beberapa anggota lainnya adalah anggota dari Kekaisaran Portugal. Kesudahan Guinea-Bissau menjadi anggota dari koloni Portugal, Guinea Portugal pada masa zaman ke-19. Setelah kemerdekaan, dideklarasikan pada 1973 dan diakui pada 1974, nama ibu kotanya, Bissau, ditambahkan ke dalam nama negara untuk menghindari kekeliruan dengan negara Guinea. Guinea-Bissau memiliki sejarah ketidakstabilan politik semenjak meraih kemerdekaannya dan tidak benar presiden terpilih yang sukses menyelesaikan letaknya selama lima tahun penuh. Pada malam 12 April 2012, para anggota militer negara ini terlibat dalam suatu kudeta dan menangkap presiden sementara dan yang akan menjadi presiden terdepan. Pihak militer masih belum mengumumkan pemimpin untuk negara ini.[1] Walaupun demikian, mantan Wakil Kepala Staf, Jenderal Mamadu Ture Kuruma telah ambil peduli akan nasib negara ini dalam masa transisi dan mulai bernegosiasi dengan pihak-pihak oposan.[2][3] Hanya 14% dari populasi yang bercakap dalam bahasa resmi, Portugal. Biasanya populasi (44%) bercakap dalam bahasa Kriol, suatu Bahasa kreol berbasis Portugal, dan sisanya bercakap dalam bahasa Afrika. Agama utama adalah Agama tradisional Afrika dan Islam, dan Kristen (kebanyakan Katholik) adalah minoritas. Pendapatan per kapita negara ini adalah salah satu yang terendah di dunia. Guinea-Bissau adalah anggota dari Uni Afrika, Komunitas Ekonomi Negara Afrika Barat, Organisasi Kerjasama Islam, Uni Latin, Komunitas Negara Berbicara Portugal, La Francophonie, dan Zona Perdamaian dan Kerjasama Atlantik Selatan. Daftar isi
SejarahGuinea-Bissau dulu adalah anggota dari Kerajaan Kaabu, yang adalah anggota dari Kekaisaran Mali.Anggota dari kerajaan ini bertahan hingga masa zaman ke-18, sementara beberapa anggota lainnya adalah anggota dari Kekaisaran Portugal.[4] Guinea Portugal juga dikenal, dari aktivitas yang dipekerjakan ekonominya sebgai Pantai budak. Laporan awal dari bangsa Eropa yang telah mencapai daerah ini termasuk bajak laut Venesia, Alvise Cadamosto pada tahun 1455,[5] pelayaran pada tahun 1479–1480 yang dimainkan oleh pedagang Flemish-Perancis, Eustache de la Fosse,[6] dan Diogo Cão yang mencapai Sungai Kongo pada tahun 1480-an dan mencapai tanah Bakongo.[7] Lihat pula
Tautan luarPustakaedunitas.com Page 21Urutan ke-1471.548.159 48/km² Kemerdekaan- Deklarasi - Dikenal (dari Portugal)
- Total (2012) - PDB/kapita Urutan ke-112$1.931 miliar $1.222 Mata uangFranc CFAZona saatUTCLagu kebangsaanEsta é a Nossa Pátria Bem AmadaTLD.gwKode telepon245Guinea-Bissau, resmi Republik Guinea-Bissau /ˈɡɪni bɪˈsaʊ/ (bahasa Portugis: República da Guiné-Bissau, diucapkan [ʁeˈpublikɐ dɐ ɡiˈnɛ biˈsaw]), adalah suatu negara yang berada di Afrika Barat. Negara ini bersamaan batasnya dengan Senegal di utara dan Guinea di sebelah selatan dan timur, dan Samudera Atlantik di sebelah barat. Negara ini mencakup 36.125 km², dengan populasi sekitar 1.600.000 jiwa. Guinea-Bissau dulu adalah bidang dari Kerajaan Kaabu, yang adalah bidang dari Kekaisaran Mali. Bidang dari kerajaan ini bertahan hingga masa zaman ke-18, sementara beberapa bidang lainnya adalah bidang dari Kekaisaran Portugal. Kesudahan Guinea-Bissau menjadi bidang dari koloni Portugal, Guinea Portugal pada masa zaman ke-19. Setelah kemerdekaan, dideklarasikan pada 1973 dan diakui pada 1974, nama ibu kotanya, Bissau, ditambahkan ke dalam nama negara untuk menghindari kekeliruan dengan negara Guinea. Guinea-Bissau memiliki sejarah ketidakstabilan politik semenjak meraih kemerdekaannya dan tidak berada presiden terpilih yang sukses menyelesaikan letaknya selama lima tahun penuh. Pada malam 12 April 2012, para anggota militer negara ini terlibat dalam suatu kudeta dan menangkap presiden sementara dan yang akan menjadi presiden terdepan. Pihak militer masih belum mengumumkan pemimpin untuk negara ini.[1] Walaupun demikian, mantan Wakil Kepala Staf, Jenderal Mamadu Ture Kuruma telah ambil peduli akan nasib negara ini dalam masa transisi dan mulai bernegosiasi dengan pihak-pihak oposan.[2][3] Hanya 14% dari populasi yang bercakap dalam bahasa resmi, Portugal. Biasanya populasi (44%) bercakap dalam bahasa Kriol, suatu Bahasa kreol berbasis Portugal, dan sisanya bercakap dalam bahasa Afrika. Agama utama adalah Agama tradisional Afrika dan Islam, dan Kristen (kebanyakan Katholik) adalah minoritas. Pendapatan per kapita negara ini adalah salah satu yang terendah di dunia. Guinea-Bissau adalah anggota dari Uni Afrika, Komunitas Ekonomi Negara Afrika Barat, Organisasi Kerjasama Islam, Uni Latin, Komunitas Negara Berbicara Portugal, La Francophonie, dan Zona Perdamaian dan Kerjasama Atlantik Selatan. Daftar isi
SejarahGuinea-Bissau dulu adalah bidang dari Kerajaan Kaabu, yang adalah bidang dari Kekaisaran Mali.Bidang dari kerajaan ini bertahan hingga masa zaman ke-18, sementara beberapa bidang lainnya adalah bidang dari Kekaisaran Portugal.[4] Guinea Portugal juga dikenal, dari aktivitas yang dipekerjakan ekonominya sebgai Pantai budak. Laporan permulaan dari bangsa Eropa yang telah mencapai daerah ini termasuk bajak laut Venesia, Alvise Cadamosto pada tahun 1455,[5] pelayaran pada tahun 1479–1480 yang dipertontonkan oleh pedagang Flemish-Perancis, Eustache de la Fosse,[6] dan Diogo Cão yang mencapai Sungai Kongo pada tahun 1480-an dan mencapai tanah Bakongo.[7] Lihat pula
Tautan luarPustakaedunitas.com Page 22Urutan ke-1471.548.159 48/km² Kemerdekaan- Deklarasi - Dikenal (dari Portugal)
- Total (2012) - PDB/kapita Urutan ke-112$1.931 miliar $1.222 Mata uangFranc CFAZona saatUTCLagu kebangsaanEsta é a Nossa Pátria Bem AmadaTLD.gwKode telepon245Guinea-Bissau, resmi Republik Guinea-Bissau /ˈɡɪni bɪˈsaʊ/ (bahasa Portugis: República da Guiné-Bissau, diucapkan [ʁeˈpublikɐ dɐ ɡiˈnɛ biˈsaw]), adalah suatu negara yang berada di Afrika Barat. Negara ini bersamaan batasnya dengan Senegal di utara dan Guinea di sebelah selatan dan timur, dan Samudera Atlantik di sebelah barat. Negara ini mencakup 36.125 km², dengan populasi sekitar 1.600.000 jiwa. Guinea-Bissau dulu adalah bidang dari Kerajaan Kaabu, yang adalah bidang dari Kekaisaran Mali. Bidang dari kerajaan ini bertahan hingga masa zaman ke-18, sementara beberapa bidang lainnya adalah bidang dari Kekaisaran Portugal. Kesudahan Guinea-Bissau menjadi bidang dari koloni Portugal, Guinea Portugal pada masa zaman ke-19. Setelah kemerdekaan, dideklarasikan pada 1973 dan diakui pada 1974, nama ibu kotanya, Bissau, ditambahkan ke dalam nama negara untuk menghindari kekeliruan dengan negara Guinea. Guinea-Bissau memiliki sejarah ketidakstabilan politik semenjak meraih kemerdekaannya dan tidak berada presiden terpilih yang sukses menyelesaikan letaknya selama lima tahun penuh. Pada malam 12 April 2012, para anggota militer negara ini terlibat dalam suatu kudeta dan menangkap presiden sementara dan yang akan menjadi presiden terdepan. Pihak militer masih belum mengumumkan pemimpin untuk negara ini.[1] Walaupun demikian, mantan Wakil Kepala Staf, Jenderal Mamadu Ture Kuruma telah ambil peduli akan nasib negara ini dalam masa transisi dan mulai bernegosiasi dengan pihak-pihak oposan.[2][3] Hanya 14% dari populasi yang bercakap dalam bahasa resmi, Portugal. Biasanya populasi (44%) bercakap dalam bahasa Kriol, suatu Bahasa kreol berbasis Portugal, dan sisanya bercakap dalam bahasa Afrika. Agama utama adalah Agama tradisional Afrika dan Islam, dan Kristen (kebanyakan Katholik) adalah minoritas. Pendapatan per kapita negara ini adalah salah satu yang terendah di dunia. Guinea-Bissau adalah anggota dari Uni Afrika, Komunitas Ekonomi Negara Afrika Barat, Organisasi Kerjasama Islam, Uni Latin, Komunitas Negara Berbicara Portugal, La Francophonie, dan Zona Perdamaian dan Kerjasama Atlantik Selatan. Daftar isi
SejarahGuinea-Bissau dulu adalah bidang dari Kerajaan Kaabu, yang adalah bidang dari Kekaisaran Mali.Bidang dari kerajaan ini bertahan hingga masa zaman ke-18, sementara beberapa bidang lainnya adalah bidang dari Kekaisaran Portugal.[4] Guinea Portugal juga dikenal, dari aktivitas yang dipekerjakan ekonominya sebgai Pantai budak. Laporan permulaan dari bangsa Eropa yang telah mencapai daerah ini termasuk bajak laut Venesia, Alvise Cadamosto pada tahun 1455,[5] pelayaran pada tahun 1479–1480 yang dipertontonkan oleh pedagang Flemish-Perancis, Eustache de la Fosse,[6] dan Diogo Cão yang mencapai Sungai Kongo pada tahun 1480-an dan mencapai tanah Bakongo.[7] Lihat pula
Tautan luarPustakaedunitas.com Page 23Urutan ke-1471.548.159 48/km² Kemerdekaan- Deklarasi - Dikenal (dari Portugal)
- Total (2012) - PDB/kapita Urutan ke-112$1.931 miliar $1.222 Mata uangFranc CFAZona waktuUTCLagu kebangsaanEsta é a Nossa Pátria Bem AmadaTLD.gwKode telepon245Guinea-Bissau, resmi Republik Guinea-Bissau /ˈɡɪni bɪˈsaʊ/ (bahasa Portugis: República da Guiné-Bissau, diucapkan [ʁeˈpublikɐ dɐ ɡiˈnɛ biˈsaw]), adalah suatu negara yang berada di Afrika Barat. Negara ini bersamaan batasnya dengan Senegal di utara dan Guinea di sebelah selatan dan timur, dan Samudera Atlantik di sebelah barat. Negara ini mencakup 36.125 km², dengan populasi sekitar 1.600.000 jiwa. Guinea-Bissau dulu adalah anggota dari Kerajaan Kaabu, yang adalah anggota dari Kekaisaran Mali. Anggota dari kerajaan ini bertahan hingga masa zaman ke-18, sementara beberapa anggota lainnya adalah anggota dari Kekaisaran Portugal. Kesudahan Guinea-Bissau menjadi anggota dari koloni Portugal, Guinea Portugal pada masa zaman ke-19. Setelah kemerdekaan, dideklarasikan pada 1973 dan diakui pada 1974, nama ibu kotanya, Bissau, ditambahkan ke dalam nama negara untuk menghindari kekeliruan dengan negara Guinea. Guinea-Bissau memiliki sejarah ketidakstabilan politik semenjak meraih kemerdekaannya dan tidak benar presiden terpilih yang sukses menyelesaikan letaknya selama lima tahun penuh. Pada malam 12 April 2012, para anggota militer negara ini terlibat dalam suatu kudeta dan menangkap presiden sementara dan yang akan menjadi presiden terdepan. Pihak militer masih belum mengumumkan pemimpin untuk negara ini.[1] Walaupun demikian, mantan Wakil Kepala Staf, Jenderal Mamadu Ture Kuruma telah ambil peduli akan nasib negara ini dalam masa transisi dan mulai bernegosiasi dengan pihak-pihak oposan.[2][3] Hanya 14% dari populasi yang bercakap dalam bahasa resmi, Portugal. Biasanya populasi (44%) bercakap dalam bahasa Kriol, suatu Bahasa kreol berbasis Portugal, dan sisanya bercakap dalam bahasa Afrika. Agama utama adalah Agama tradisional Afrika dan Islam, dan Kristen (kebanyakan Katholik) adalah minoritas. Pendapatan per kapita negara ini adalah salah satu yang terendah di dunia. Guinea-Bissau adalah anggota dari Uni Afrika, Komunitas Ekonomi Negara Afrika Barat, Organisasi Kerjasama Islam, Uni Latin, Komunitas Negara Berbicara Portugal, La Francophonie, dan Zona Perdamaian dan Kerjasama Atlantik Selatan. Daftar isi
SejarahGuinea-Bissau dulu adalah anggota dari Kerajaan Kaabu, yang adalah anggota dari Kekaisaran Mali.Anggota dari kerajaan ini bertahan hingga masa zaman ke-18, sementara beberapa anggota lainnya adalah anggota dari Kekaisaran Portugal.[4] Guinea Portugal juga dikenal, dari aktivitas yang dipekerjakan ekonominya sebgai Pantai budak. Laporan awal dari bangsa Eropa yang telah mencapai daerah ini termasuk bajak laut Venesia, Alvise Cadamosto pada tahun 1455,[5] pelayaran pada tahun 1479–1480 yang dimainkan oleh pedagang Flemish-Perancis, Eustache de la Fosse,[6] dan Diogo Cão yang mencapai Sungai Kongo pada tahun 1480-an dan mencapai tanah Bakongo.[7] Lihat pula
Tautan luarPustakaedunitas.com Page 24Tags (tagged): equatorial guinea, unkris, da guin, equatorial, bendera motto unidad, paz justicia, spanyol, pdb kkb perkiraan, 2012 total, us, 19 286 miliar, per kapita, mini afrika wilayahnya, masih lebih, kecil, dari, situs resmi, negara afrika, negara, berdaulat afrika, center, of studies, leone, somalia sudan sudan, selatan swaziland, tanjung, verde equatorial guinea Page 25Tags (tagged): equatorial guinea, unkris, da guin, equatorial, bendera motto unidad, paz justicia, spanyol, pdb kkb perkiraan, 2012 total, us, 19 286 miliar, per kapita, mini afrika wilayahnya, masih lebih, kecil, dari, situs resmi, negara afrika, negara, berdaulat afrika, center, of studies, leone, somalia sudan sudan, selatan swaziland, tanjung, verde equatorial guinea Page 26Tags (tagged): guinea ekuatorial guinea, khatulistiwa, unkris, guinea, ekuatorial guinea khatulistiwa, ekuatorial, guinea khatulistiwa, da guin, equatorial, bendera motto unidad, paz justicia, spanyol, pdb kkb perkiraan, 2012 total, us, 19 286 miliar, per kapita, mini afrika wilayahnya, masih lebih, kecil, dari, situs resmi, negara afrika, negara, berdaulat afrika, pusat, ilmu pengetahuan, leone, somalia sudan sudan, selatan swaziland, tanjung, verde guinea ekuatorial, guinea ekuatorial |