Apakah yang dilakukan Harun Ar Rasyid dalam hal politik saat menjadi khalifah?

Rabu, 03 November 2021 - 05:15 WIB

Khalifah Harun Al-Rasyid mulai membangkitkan kembali pembangunan angkatan laut setelah sempat nyaris tenggelam selama Daulah Abbasiyah (Ilustrasi: Ist)

Angkatan laut Islam sempat moncer di era Daulah Umayyah . Namun tatlala era Daulah Abbasiyah jihad laut seakan tenggelam. Baru pada era Khalifah Harun Ar-Rasyid armada laut mulai menggeliat kembali. Hal ini ditandai bangkitnya kekuatan maritim Islam atas bagian timur Laut Mediterania. Selain Harun Ar-Rasyid, di era Daulah Abbasiyah ini, pembangunan kekuatan di samudera ini juga menjadi perhatian penting Khalifah Jafar Al-Mutawakkil.

Baca juga: Tenggelamnya Jihad Laut di Masa Daulah Abbasiyah

Syaikh Abdul Aziz Az-Zuhairi dalam bukunya berjudul "Khairuddin Barbarossa: Pahlawan Islam Penguasa Lautan" memaparkan Daulah Abbasiyah mulai memberikan perhatian besar di sektor kelautan saat negeri tersebut diperintah oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid. Saat itu, negeri itu sedang berada di puncak kejayaannya.

Menurutnya, langkah Harun Ar-Rasyid disebabkan oleh semangat politik-jihadnya dalam melawan kekuasaan Byzantium. Pada tahun 90 H, dia menunjuk Humaid bin Ma'yuf sebagai penguasa wilayah pesisir Syam dan Mesir. Angkatan laut Islam menyerang Pulau Cyprus karena penduduknya mengkhianati perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.Angkatan laut Islam juga menyerang pulau Kreta. Kebijakan ini ditempuh oleh Harun Ar-Rasyid juga sebagai upaya untuk mengimbangi pengaruh Daulah Umayyah di Andalusia. Langkah Harun Ar-Rasyid ini menyebabkan bangkitnya kekuatan maritim Islam atas bagian timur Laut Mediterania. Berjayanya armada laut Islam di bagian timur Laut Mediterania tersebut tidak semata disebabkan oleh pengaruh kekuasaan Daulah Abbasiyah saat diperintah oleh Ar-Rasyid dan cucunya Jafar Al-Mutawakkil. Menurut Syaikh Abdul Aziz Az-Zuhairi, ini lebih disebabkan oleh gerakan jihad yang ditorehkan oleh pejuang sukarelawan. Mereka itu di antaranya berasal dari wilayah Andalusia. Selain itu, juga disebabkan oleh aktivitas maritim Daulah Aghlabiyah yang menguasai Tunisia dan Afrika dari tahun 185-296 H. Muslim Andalusia menaklukkan pulau Kreta pada tahun 212 H. Pada saat yang sama, angkatan Daulah Aghlabiyah di bawah pimpinan Asad bin Furat berhasil menguasai Pulau Sicilia. Asad adalah seorang gadhi (hakim), ahli fikih, dan ahli hadits. Penaklukan pulau Kreta dan Sicilia merupakan puncak prestasi yang diraih Islam pada periode awal Daulah Abbasiyah.

Baca juga: Catatan Emas Jihad di Zona Laut Daulah Umayyah

Zaman Baru

Pada fase kedua kekuasaan Daulah Abbasiyah bermula setelah wafatnya Khalifah Jafar Al-Mutawakkil tahun 247 H. Ia merupakan khalifah terakhir dalam jajaran khalifah-khalifah yang kuat, juga khalifah terakhir yang memberikan perhatian besar terhadap angkatan laut. Setelah wafatnya Jafar Al-Mutawakkil, Daulah Abbasiyah memasuki zaman baru. Kekuasaan berpindah pada perwira-perwira berdarah Turki yang mengendalikan kekuasaan dari pusat kota Baghdad. Wafatnya Jafar menjadi awal zaman kelemahan yang berlangsung sangat lama, dan secara berangsur-angsur negeri runtuh secara total. Pada zaman kelemahan itu, para penguasa daerah memiliki kewenangan yang sangat besar untuk memutar roda pemerintahan di wilayahnya. Dalam batas-batas tertentu, seakan penguasa daerah itu adalah raja-raja kecil yang berkuasa penuh atas wilayahnya. Syaikh Abdul Aziz Az-Zuhairi berpendapat raja-raja kecil itu tentu tidak akan muncul ke permukaan jika pusat kekuasaan di Baghdad tidak lemah. Saat itu, muncul raja-raja kuat vang menguasai negara dalam negara. Bahkan, beberapa negara tersebut memiliki kekuasaan melebihi kekuasaan Daulah Abbasiyah sendiri. Namun di sisi lain, keberadaan negara-negara tersebut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tetap berdirinya Daulah Abbasiyah: dan mendorong adanya penaklukan wilayah baru melalui laut.

Baca juga: Kisah Hulagu Khan, Pembantai Ribuan Muslim yang Menghapus Dinasti Abbasiyah

Apakah yang dilakukan Harun Ar Rasyid dalam hal politik saat menjadi khalifah?

Apakah yang dilakukan Harun Ar Rasyid dalam hal politik saat menjadi khalifah?
Lihat Foto

Wikimedia Commons

Harun Ar-Rasyid, salah satu khalifah terkenal Dinasti Abbasiyah.

KOMPAS.com - Harun Ar-Rasyid adalah khalifah kelima dari Kekhalifahan Bani Abbasiyah di Bagdad.

Ia memerintah selama 23 tahun, yakni dari tahun 789 hingga 803. Di bawah kekuasannya, Dinasti Abbasiyah mencapai kejayaannya.

Ketika Khalifah Harun Ar-Rasyid memerintah, Bani Abbasiyah menguasai daerah-daerah di Laut Tengah hingga India.

Selain itu, di antara khalifah terkenal pada masa Dinasti Abbasiyah, yang menjadikan Bagdad sebagai Kota 1001 Malam adalah Harun Ar-Rasyid.

Baca juga: Abu Muslim Al Khurasani, Panglima Abbasiyah yang Berakhir Dimutilasi

Masa Muda

Harun Ar-Rasyid lahir di Ray, sekarang Provinsi Teheran, pada 766. Ia adalah putra Al-Mahdi, khalifah ketiga Dinasti Abbasiyah.

Sedangkan ibunya adalah al-Khayzuran, seorang mantan budak dari Yaman yang tangguh dan berpengaruh pada kekuasaan Al-Mahdi.

Masa muda Harun digunakan untuk belajar mengenai banyak hal, mulai dari sejarah, geografi, retorika, musik, sastra, ekonomi, ilmu agama, hadis, dan Al Quran.

Ia juga belajar ilmu bela diri, seperti memainkan pedang, memanah, dan belajar strategi perang. Harun pun pernah ditugaskan sebagai tentara melawan Kekaisaran Romawi Timur dengan target menguasai Konstantinopel.

Prestasi Harun Ar-Rasyid di militer membuat namanya semakin meroket dan populer.

Usai menyelesaikan tugas militer inilah, ia baru mendapat julukan Ar-Rasyid, yang berarti "Pembimbing yang Benar".

Baca juga: Latar Belakang Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Harun al-Rasyid adalah salah seorang figure pemimpin yang berada pada pemerintahan dinasti Abbasiyah, suatu dinasti yang tumbuh dan berkembang setelah dinasti Umayyah runtuh pada tahun 750. Harun al-Rasyid juga seorang khalifah yang mampu mengembangkan dinasti Abbasiyah secara menyeluruh dalam komponen pemerintahannya. Dalam mengembangkan kekhalifahan Abbasiyah Harun al-Rasyid telah mampu meletakkan fondasi dan prinsip-prinsip dengan kokoh seperti dibidang politik, ekonomi, sosial sehingga tercipta kerja sama yang baik antar komponen pemerintahan dan masyarakat. Harun al-Rasyid selain terkenal sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan, juga dikenal sebagai seorang khalifah yang gemar mencintai ilmu pengetahuan. Akan tetapi dalam masa pemerintahannya hal yang paling menonjol ialah dalam bidang ilmu pengetahuan. Kecintaan para khalifah kepada ilmu pengetahuan sangat mendukung bahkan rakyat pun sangat berminat dan memiliki peranan penting. Hal ini menunjukkan bahwa dinasti Abbasiyah sangat menekankan pembinaan pada peradaban dan kebudayaan Islam. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana latar belakang Harun al-Rasyid menjadi khalifah di dinasti Abbasiyah tahun 779 – 786?; (2) Bagaimana peranan Harun al-Rasyid dalam kekhalifahan Abbasiyah tahun 786 - 809?. Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah: (1) Mengetahui dan mengkaji tentang latar belakang Harun al-Rasyid menjadi khalifah di dinasti Abbasiyah tahun 779 - 786?; (2) Mendeskripsikan dan mengkaji peranan Harun al-Rasyid sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan dalam kekhalifahan Abbasiyah tahun 786 - 809?. Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu: (1) Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sarana latihan dalam melakukan penelitian dan karya ilmiah, latihan berfikir dan memecahkan masalah secara kritik dan logis; (2) bagi mahasiswa calon guru sejarah, dapat memberikan sumbangan dalam mengembangkan studi ilmu sejarah sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan khususnya yang menyangkut studi sejarah Asia Barat; (3) Bagi almamater FKIP Universitas Jember, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan sebagai wujud nyata dalam rangka pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu dharma penelitian serta dapat menambah khasanah kepustakaan Universitas Jember; (4) Dapat dijadikan pelengkap bagi penelitian yang lebih luas dan mendalam dalam rangka menambah atau memperdalam mengenai Peranan Harun Ar-Rasyid Dalam Kekhalifahan Abbasiyah Tahun 786-809. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian sejarah, langkah-langkahnya yaitu 1) Heuristik; 2) Kritik; 3) Interpretasi; 4) Historiografi. Hasil penelitian ini adalah Harun al-Rasyid menjadi khalifah kelima dalam dinasti Abbasiyah, hal ini dikarenakan Harun al-Rasyid dibaiat oleh pendukungnya untuk menjadi khalifah setelah meninggalnya al-Hadi (kakak Harun al-Rasyid). Dalam mengembangkan kekhalifahan Abbasiyah Harun al- Rasyid telah mampu meletakkan fondasi dan prinsip-prinsip dengan kokoh seperti dibidang politik, ekonomi, sosial sehingga tercipta kerja sama yang baik antar komponen pemerintahan dan masyarakat. Pemerintahan khalifah Harun al-Rasyid tidak bisa terlepas dari dua hal dimana khalifah Harun al-Rasyid sebagai pemimpin agama dan pemimpin negara atau kepala pemerintahan. Akan tetapi dalam masa pemerintahannya hal yang paling menonjol ialah dalam bidang ilmu pengetahuan. Kecintaan para khalifah kepada ilmu pengetahuan sangat mendukung bahkan rakyat pun sangat berminat dan memiliki peranan penting. Hal ini menunjukkan bahwa dinasti Abbasiyah sangat memperhatikan pembinaan pada peradaban dan kebudayaan Islam. Dalam hal pembelajaran ilmu pengetahuan khalifah Harun al-Rasyid mempergunakan fasilitas yang ada pada zaman itu seperti masjid, rumah sakit, majelis dan perpustakaan. Selain itu, khalifah Harun al-Rasyid juga mendirikan lembaga penerjemahan ilmu pengetahuan yang disebut Baitul Hikmah. Baitul Hikmah adalah lembaga penerjemah dari berbagai bahasa Yunani, Sansekerta dan lain-lain kedalam bahasa Arab. Saran yang akan peneliti kemukakan yaitu, bagi peneliti dapat dijadikan salah satu bahan perbandingan apabila ada penelitian yang sama diwaktu-waktu mendatang. Bagi mahasiswa dapat menambah materi ilmu pengetahuan sosial (IPS) serta sejarah tentang kekhalifahan Harun al-Rasyid. Bagi almamater sebagai salah satu pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Dharma pendidikan.