Seseorang yang sering melakukan aktivitas berat secara terus menerus dapat mengalami hipertrofi

Ikawati Sukarna Kamis, 19 Agustus 2021 | 09:56 WIB

Seseorang yang sering melakukan aktivitas berat secara terus menerus dapat mengalami hipertrofi

Macam-macam kelaina otot pada manusia. (Pixabay)

Bobo.id - Otot adalah alat gerak aktif pada manusia. Otot berfungsi untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain.

Namun, teman-teman harus berhati-hati. Karena penggunaan otot secara berlebihan bisa mengakibatkan kelainan otot. 

Jika seseorang mengalami kelainan otot, maka aktivitas sehari-harinya pun akan terganggu. 

Apakah teman-teman tahu macam-macam kelainan otot? 

Dalam buku materi kelas 5 SD Tema 1, ada materi tentang macam-macam kelainan otot pada manusia. 

Baca Juga: Cari Jawaban Kelas 5 SD Tema 1, Contoh Sikap dan Perilaku yang Mensyukuri Karunia Organ Gerak Tulang dan Otot

Apakah teman-teman masih bingung? Yuk, cari tahu!

Berikut ini macam-macam kelainan otot pada manusia: 

1. Hipertrofi

Kelainan otot ini disebabkan karena melakukan aktivitas berat yang terus-menerus.

Akibatnya, sel otot pada tubuh akan membesar dan menjadi lebih kuat.


Page 2


Page 3

Seseorang yang sering melakukan aktivitas berat secara terus menerus dapat mengalami hipertrofi

Pixabay

Macam-macam kelaina otot pada manusia.

Bobo.id - Otot adalah alat gerak aktif pada manusia. Otot berfungsi untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain.

Namun, teman-teman harus berhati-hati. Karena penggunaan otot secara berlebihan bisa mengakibatkan kelainan otot. 

Jika seseorang mengalami kelainan otot, maka aktivitas sehari-harinya pun akan terganggu. 

Apakah teman-teman tahu macam-macam kelainan otot? 

Dalam buku materi kelas 5 SD Tema 1, ada materi tentang macam-macam kelainan otot pada manusia. 

Baca Juga: Cari Jawaban Kelas 5 SD Tema 1, Contoh Sikap dan Perilaku yang Mensyukuri Karunia Organ Gerak Tulang dan Otot

Apakah teman-teman masih bingung? Yuk, cari tahu!

Berikut ini macam-macam kelainan otot pada manusia: 

1. Hipertrofi

Kelainan otot ini disebabkan karena melakukan aktivitas berat yang terus-menerus.

Akibatnya, sel otot pada tubuh akan membesar dan menjadi lebih kuat.

Gangguan pada otot memang tidak boleh disepelekan. Meski umumnya tergolong kondisi yang ringan, tetapi ada juga gangguan otot yang memerlukan penanganan medis. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui beragam penyebab gangguan pada otot beserta cara penanganannya.

Otot merupakan bagian penting dari sistem pergerakan tubuh yang membuat kita bisa bergerak dan beraktivitas. Ketika tubuh mengalami gangguan pada otot, hal tersebut tentunya bisa memengaruhi aktivitas Anda sehari-hari.

Seseorang yang sering melakukan aktivitas berat secara terus menerus dapat mengalami hipertrofi

Penyebab Gangguan pada Otot dan Cara Penanganannya

Berikut ini adalah beberapa penyebab gangguan pada otot yang perlu Anda ketahui beserta cara penanganannya:

1. Keseleo

Keseleo merupakan salah satu penyebab gangguan pada otot yang paling umum terjadi, terlebih saat berolahraga dan beraktivitas berat. Kondisi ini dapat muncul ketika otot tertarik atau terpelintir, baik secara tiba-tiba maupun perlahan.

Keseleo kerap terjadi di pergelangan tangan dan kaki. Biasanya keseleo menimbulkan gejala berupa nyeri, bengkak, dan sulit bergerak di bagian yang cedera. Penanganan awal yang umumnya dilakukan adalah konsumsi obat antinyeri dan metode RICE (rest, ice compression, elevation).

RICE bisa Anda lakukan dengan mengistirahatkan anggota tubuh yang keseleo, memberi kompres dingin, dan memosisikannya lebih tinggi, misalnya dengan mengganjal bagian tubuh yang keseleo dengan tumpukan bantal. Keseleo dapat membaik dan sembuh dengan sendirinya dalam 2 minggu.

2. Atrofi otot

Atrofi otot merupakan kondisi terjadinya penurunan massa otot. Hal ini biasanya disebabkan oleh cedera atau penyakit di otot, sehingga bagian tubuh tertentu tidak bisa digerakkan dalam jangka waktu cukup lama.

Dalam banyak kasus, atrofi otot biasanya pulih setelah melakukan kombinasi penanganan, mulai dari perubahan pola makan untuk memenuhi nutrisi seimbang hingga melakukan fisioterapi sesuai anjuran dari dokter.

3. Distrofi otot

Distrofi otot merupakan salah satu bentuk kelainan otot yang ditandai berkurangnya kekuatan dan massa otot secara bertahap. Bentuk kelainan atau gangguan pada otot ini umumnya diturunkan dari orang tua ke anak.

Hingga saat ini, belum diketahui obat dan penanganan yang dapat menyembuhkan distrofi otot. Meski begitu, terdapat terapi obat-obatan dan terapi fisik yang tidak hanya dapat meringankan keluhan dan gejala penyakit, tetapi juga mencegah perburukan kondisi distrofi otot.

4. Miositis

Miositis adalah peradangan otot yang menyerang serat-serat otot, sehingga otot menjadi lemah. Kondisi ini dapat disebabkan oleh cedera, infeksi, atau penyakit autoimun. Gejala miositis dapat berupa kelelahan yang muncul saat berdiri atau berjalan, mudah terjatuh, demam, ruam kulit, bahkan sulit bernapas.

Meski belum ada pengobatan untuk mengatasi miositis, tetapi mengonsumsi obat-obatan, seperti kortikosteroid dengan dosis tinggi, bisa mengurangi peradangan. Selain itu, ada juga beberapa pengobatan yang dilakukan untuk mengurangi gejalanya dan salah satunya adalah fisioterapi.

5. Tendinitis

Tendinitis merupakan kondisi peradangan atau iritasi yang terjadi pada tendon, yaitu jaringan yang menghubungkan otot ke tulang. Kondisi ini umumnya disebabkan oleh cedera akibat mengangkat beban berat atau melakukan gerakan secara berulang.

Faktor yang meningkatkan risiko terjadinya tendinitis adalah usia dan olahraga seperti basket, tenis, dan golf. Kondisi ini umumnya terjadi di bahu, siku, lutut, serta pergelangan tangan dan kaki.

Pengobatan tendinitis pun beragam, mulai dari pemberian obat antinyeri, kortikosteroid, PRP (platelet-rich plasma), hingga fisioterapi yang dilakukan untuk membantu proses penyembuhan.

6. Fibromyalgia

Fibromyalgia merupakan kondisi yang menyebabkan rasa sakit di hampir sebagian besar tubuh. Kondisi ini terkadang juga disertai dengan berbagai keluhan lain, seperti sulit tidur, mudah lelah, sulit konsentrasi, kaku otot, dan sakit kepala.

Penyebab fibromyalgia tidak diketahui secara pasti, tetapi penelitian mengungkapkan bahwa penyebab kondisi ini melibatkan kombinasi faktor keturunan dengan beberapa faktor lain, seperti infeksi atau gangguan stres pascatrauma.

Tujuan pengobatan fibromyalgia hanya dilakukan untuk meredakan gejala yang muncul, mulai dari mengonsumsi obat-obatan seperti obat antinyeri, antikejang, maupun antidepresan hingga melakukan terapi tertentu yang meliputi fisioterapi atau psikoterapi.

7. Penyakit Parkinson

Meski penyakit Parkinson tergolong gangguan kesehatan yang terjadi pada sistem saraf, tetapi penyakit ini juga bisa menyebabkan gangguan pada otot. Penyakit ini membuat otak tidak mampu menghasilkan hormon dopamin, lalu berdampak pada sistem pergerakan tubuh, termasuk otot.

Keluhan yang dialami bisa dimulai dari kaku di area tangan, gerakan tubuh melambat dan tidak seimbang, hingga tremor atau gemetar pada tangan, lengan, kaki, rahang, atau wajah. Gejala tersebut biasanya akan memburuk seiring waktu, sehingga membuat penderitanya sulit berjalan dan berbicara.

Meski belum ada pengobatan yang ampuh untuk menyembuhkan penyakit ini, pemberian obat-obatan berupa agonis dopamin dapat menggantikan fungsi dopamin di dalam otak atau anikolinergik untuk mengurangi gejala tremor dan kaku otot.

8. Rhabdomyosarcoma

Rhabdomyosarcoma merupakan jenis kanker yang tumbuh di jaringan ikat dan otot rangka. Kondisi ini umumnya dikenali dari adanya benjolan atau pembengkakan yang terus membesar di bagian tubuh mana pun, tetapi biasanya diawali di area kepala, leher, tangan dan kaki, kandung kemih, rahim, atau testis.

Meski dapat terjadi pada semua usia, kanker jenis ini lebih sering menyerang anak-anak. Pengobatan rhabdomyosarcoma melibatkan beberapa metode pengobatan tertentu, mulai dari operasi, kemoterapi, hingga radioterapi.

Itulah beberapa gangguan pada otot yang bisa terjadi. Jika Anda memiliki keluhan dan tanda seperti yang telah dipaparkan di atas, segeralah periksakan diri ke dokter untuk mengetahui penyebabnya dan mendapatkan penanganan yang tepat.

Atrofi otot adalah kondisi ketika jaringan otot mengecil atau menyusut. Kondisi ini umumnya terjadi jika otot tersebut lama tidak digerakkan, misalnya akibat gangguan saraf yang menyebabkan kelumpuhan. Untuk mengatasi atrofi otot, perlu diketahui dulu jenis atrofi otot yang terjadi dan apa penyebabnya

Ketika terjadi atrofi otot, bentuk tubuh dapat mengalami perubahan, misalnya salah satu area tubuh menjadi lebih cekung karena ototnya mengecil; atau terlihat tidak simetris, misalnya salah satu lengan atau tungkai terlihat lebih kecil daripada lengan atau tungkai yang lainnya.

Seseorang yang sering melakukan aktivitas berat secara terus menerus dapat mengalami hipertrofi

Jenis Atrofi Otot

Berdasarkan penyebabnya, atrofi otot dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

Atrofi otot fisiologis

Atrofi otot jenis ini umumnya dialami oleh orang dengan tingkat aktivitas fisik yang rendah. Misalnya, terlalu lama duduk atau berbaring dan jarang olahraga. Karena kurangnya aktivitas fisik, otot tubuh semakin jarang digunakan. Hal ini dapat membuat jaringan otot mengecil dan mengalami atrofi.

Atrofi otot fisiologis juga bisa terjadi pada orang yang menjalani perawatan jangka panjang di rumah sakit, misalnya akibat kelumpuhan atau koma.

Atrofi otot neurogenik

Atrofi otot tipe neurogenik disebabkan oleh cedera atau gangguan pada saraf yang berfungsi untuk menggerakkan otot. Ketika saraf otot mengalami kerusakan, otot tidak bergerak karena tidak mendapat rangsangan dari saraf. Hal ini membuat jaringan otot mengecil dan menyebabkan atrofi otot.

Ada beberapa jenis penyakit yang dapat memicu terjadinya atrofi otot neurogenik, di antaranya:

  • Stroke
  • Lumpuh otak atau cerebral palsy
  • Neuropati
  • Polio
  • Cedera saraf tulang belakang
  • Sindrom carpal tunnel
  • Penyakit saraf motorik

Atrofi otot patologis

Atrofi otot patologis adalah jenis atrofi otot yang disebabkan oleh penyakit atau kondisi medis tertentu yang membuat tubuh tidak dapat membentuk jaringan otot. Atrofi otot patologis bisa disebabkan oleh:

1. Malnutrisi

Malnutrisi atau kekurangan gizi dapat membuat tubuh kekurangan protein dan kalori, sehingga tubuh tidak dapat menghasilkan jaringan otot. Hal ini bisa menyebabkan massa otot berkurang secara drastis dan memicu atrofi otot.

2. Sindrom Cushing

Pada sindrom Cushing, kadar hormon glukokortikoid di dalam tubuh meningkat. Peningkatan hormon tersebut bisa menyebabkan jaringan lemak menumpuk, sementara jaringan otot mengecil sehingga lama-kelamaan terjadilah atrofi otot. Sindrom Cushing sering terjadi pada orang yang menggunakan obat kortikosteroid dalam jangka panjang.

3. Kanker

Atrofi otot bisa terjadi pada penderita kanker stadium lanjut. Kondisi ini disebut juga dengan cachexia. Selain karena dampak dari penyakit kanker itu sendiri, pengobatan kanker seperti kemoterapi dan terapi radiasi juga bisa menimbulkan efek samping berupa pengecilan jaringan otot atau atrofi otot.

4. Kontraktur otot

Kontraktur otot terjadi ketika jaringan otot digantikan oleh jaringan parut yang kaku. Hal ini membuat otot tersebut sulit atau tidak bisa digerakkan, dan akhirnya terjadilah atrofi otot. Kontraktur otot biasanya terjadi akibat cedera, luka bakar yang cukup luas, atau kelumpuhan jangka panjang.

5. Kelainan autoimun

Rusaknya otot akibat peradangan atau penyakit autoimun bisa menyebabkan ukuran jaringan otot mengecil. Beberapa jenis penyakit autoimun yang dapat menyebabkan atrofi otot adalah miositis autoimun dan rheumatoid arthritis.

Gejala dan Cara Mengatasi Atrofi Otot

Atrofi otot dapat menimbulkan gejala yang berbeda-beda pada tiap orang, tergantung penyebab dan tingkat keparahan atrofi otot yang dialami. Namun, orang yang mengalami atrofi otot biasanya mengalami beberapa gejala berikut ini:

  • Salah satu atau beberapa bagian tubuh melemah
  • Anggota tubuh, seperti tangan atau kaki, tampak lebih kecil dari yang lain
  • Sulit beraktivitas, seperti berjalan, duduk, menelan, atau menggenggam sesuatu

Jika Anda mengalami atrofi otot, terutama jika sudah mengalami beberapa gejala-gejala di atas, sebaiknya segera temui dokter untuk menjalani pemeriksaan dan mendapatkan penanganan yang tepat. Untuk menangani atrofi otot, ada beberapa penanganan yang dapat dilakukan dokter, di antaranya:

Aktivitas fisik

Orang yang mengalami atrofi otot tetapi masih bisa bergerak seperti biasa disarankan untuk lebih banyak melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.Hal ini bertujuan untuk memulihkan jaringan otot yang mengalami penurunan massa dan menjadi lemah akibat kurang gerak. Dengan rutin berolahraga, jaringan otot akan kembali terbentuk dan atrofi otot pun akan teratasi.

Fisioterapi

Rehabilitasi fisik atau fisioterapi bertujuan untuk mengembalikan massa otot yang hilang akibat atrofi otot. Fisioterapi biasanya dilakukan untuk mengatasi atrofi otot yang berat atau yang disebabkan oleh penyakit tertentu, seperti stroke, kelumpuhan, kelainan saraf, dan kanker.

Diet khusus

Untuk meningkatkan massa otot, tubuh membutuhkan kalori dan bahan baku berupa protein. Oleh karena itu, penderita atrofi otot disarankan untuk menjalani diet khusus tinggi protein agar jaringan otot tubuh bertambah. Diet ini juga dianjurkan bagi penderita atrofi otot akibat malnutrisi.

Obat-obatan dan operasi

Selain itu, penanganan atrofi otot bisa dilakukan dengan pemberian obat-obatan, misalnya obat-obatan untuk mengobati kanker, kelainan autoimun, atau gangguan saraf yang menyebabkan otot menyusut. Pada kasus tertentu, dokter mungkin akan melakukan tindakan operasi untuk menangani atrofi otot, khususnya yang disebabkan oleh kontraktur otot.

Jika Anda mengalami kelemahan pada otot atau salah satu otot Anda terlihat mengecil, segera periksakan ke dokter agar dapat diketahui penyebabnya dan diberikan penanganan yang tepat.