Sebutkan tiga ilmuwan muslim masa daulah abbasiyah beserta karya yang dihasilkan

tirto.id - Daftar tokoh pada masa kejayaan Islam beserta hasil karyanya tercatat dalam sejarah, mulai dari ahli filsafat Al Farabi sampai dengan pakar kedokteran Ibnu Sina.Dalam sejarah masa kejayaan Islam, sejak era Kekhalifahan Rasyidin hingga Kesultanan Utsmaniyah, muncul tokoh-tokoh muslim yang amat berpengaruh dan menghasilkan karya atau penemuan di masing-masing bidang keilmuannya.Berbagai cabang ilmu pengetahuan dari peradaban Yunani Kuno diterjemahkan dengan masif. Selain itu, para ilmuwan muslim juga gencar menulis buku dan karya-karya ilmiah atau berupa penemuan.
Dilansir NU Online, perpustakaan dibangun di mana-mana. Misalnya di masa Dinasti Abbasiyah, perpustakaan dan masjid dijadikan pusat pendidikan umat Islam. Para pelajar dan ilmuwan melakukan kajian dan debat ilmiah di masjid dan perpustakaan-perpustakaan. Selain perpustakaan, institusi pendidikan juga tumbuh subur. Bahkan, tiga universitas tertua di dunia berdiri di masa kejayaan Islam yang terus langgeng hingga sekarang, yaitu Universitas Al-Karaouine di Maroko, Universitas Al-Azhar di Mesir, dan Universitas Nizamiyya di Bagdad. Berkat pendidikan dan situasi keilmuwan di masa kejayaan Islam, lahirlah sejumlah tokoh-tokoh dan ilmuwan muslim yang namanya terus dikenang hingga sekarang.

Sebutkan tiga ilmuwan muslim masa daulah abbasiyah beserta karya yang dihasilkan

Infografik Tokoh-tokoh Sejarah Kejayaan Islam. tirto.id/Fuad

8 Tokoh pada masa kejayaan Islam beserta hasil karyanya

Dalam uraian "Masa Kejayaan Islam yang Dinantikan Kembali" yang diterbitkan Universitas Terbuka, dituliskan sejumlah tokoh-tokoh muslim berpengaruh berikut ini:

1. AI-Kindi (188‒260 H)

Al-Kindi bernama lengkap Yakub bin Ishak AI-Kindi, lahir di Kufah (sekarang salah satu kota di Irak) tahun 188 Hijriah dan wafat di Bagdad pada 260 H. Berkat kontribusinya di bidang filsafat, Al-Kindi tersohor dengan julukan filsuf Arab. Selama masa hidupnya, Al-Kindi terbilang ilmuwan yang produktif. Ia menulis banyak karya di banyak sejumlah disiplin ilmu, mencakup metafisika, etika, logika, psikologi, farmakologi, matematika, astrologi, optik, dan lain sebagainya.

Di antara buku-buku terkenal karangan Al-Kindi adalah Kitab Al-Kindi ila Al-Mu’tashim Billah Fi Al-Falsafah Al-Ula, Kitab Al-Falsafah Ad-Dakhilat wa Al-Masa’il Al-Manthiqiyyah wa Al-Muqtashah wa Ma Fawqa Al-Thabi’iyyah, Kitab fi An-Nahu La Tanalu Al-Falsafah Illa Bi ‘ilm Al-Riyadhiyyah, dan lain sebagainya.

2. Al-Farabi (258‒339 H)

Al-Farabi bernama lengkap Abu Nashr Muhammad Ibnu Tarkhan Ibnu Uzlag AI-Farabi, lahir di Farab, Transoxiana (Asia Tengah) pada 258 H dan wafat di Damaskus, Suriah, pada tahun 339 H. Sejak kecil, Al-Farabi dianggap sebagai sosok berbakat istimewa. Ia menguasai banyak bahasa, dengan konsentrasi Arab, Persia, Turki, dan Kurdi. Di bidang filsafat, kontribusi pentingnya adalah dengan menggabungkan filsafat Yunani dan filsafat Islam. Ia juga amat ahli di bidang matematika, pengobatan, musik, agama, dan lain sebagainya.

Saking ahlinya di bidang filsafat, ia mendapat julukan guru kedua, setelah Aristoteles yang disebut guru pertama. Di antara karya-karya Al-Farabi yang terkenal adalah Al-Musiqi Al-Kabir, Ihsha'u Al-Iqa, Ihsha'u Al-Ulum wa At-Ta'rif bi Aghradhiha, dan lain sebagainya.

3. Ibnu Haitsam (354-430 H)

Ibnu Haitsam bernama asli Abu Ali Muhammad Al-Hasan bin Al-Haitsam lahir di Basrah (Irak) pada 354 H dan meninggal dunia pada 430 H. Hingga sekarang, Ibnu Haitsam dikenal sebagai Bapak Optik Modern. Di Barat, ia dikenal dengan nama Alhazen. Ibnu Haitsam menjelaskan bagaimana cara kerja optik mata manusia dalam menangkap gambar secara detail. Analisisnya mengenai cara kerja mata dan pengobatannya masih dipelajari hingga saat ini.

Karyanya yang terkenal adalah Kitab al-Manazir (Buku Optik) yang hingga kini diakui sebagai rujukan ilmu optik di banyak universitas di dunia.

4. Ibnu Sina (370-428 H)

Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Husein Ibnu Abdullah Ibnu Sina, lahir di Desa Afsyana dekat Bukhara, kini termasuk Uzbekistan, pada 370 H dan wafat pada 428 H di Hamazan (kemungkinan berada di wilayah Persia atau Iran).Ibnu Sina menguasai bahasa Arab, geometri, fisika, logika, ilmu hukum Islam, teologi, dan ilmu kedokteran. Pada usia 17 tahun, ia menjadi amat terkenal dan dipanggil untuk mengobati Pangeran Samani, Nuh bin Mansyur.

Ibnu Sina menulis lebih dari 200 buku dan di antara karyanya yang terkenal berjudul Al-Qanūn Fi At-Thibb, yang berisi ensiklopedia tentang ilmu kedokteran. Ibnu Sina berhasil mengkodifikasi pemikiran kedokteran Yunani dan Arab.

Karya-karyanya tentang kedokteran menjadi referensi penting disiplin kedokteran di masa itu, bahkan sempat menjadi rujukan primer kedokteran di Eropa selama lima abad (dari abad ke-12 hingga 17 M).

5. Al-Ghazali (450-505 H)

Al Ghazali lahir di Thus, Iran, pada 450 H dan wafat pada 505 H. Ia bernama asli Abu Hamid al-Ghazali. Al-Ghazali dianggap sebagai filsuf dan teolog terkenal di abad pertengahan. Di Barat, ia dikenal dengan sebutan Algazel. Al-Ghazali memperoleh pendidikan di Madrasah Imam AI-Juwaeni. Ia belajar mazhab Syafi'i dan mendalami teologi Islam dan tasawuf. Berkat pengetahuannya yang luas dan dalam, ia dipercaya memimpin Universitas Nizamiyya di Bagdad dan sekaligus menjadi guru besarnya.

Bukunya yang berjudul Ihya Ulumuddin, Tahafut Al-Falasifah, dan lain sebagainya terus dipelajari di berbagai belahan dunia hingga sekarang.

6. Ibnu Rusyd (520-595 H)

Ibnu Rusyd bernama lengkap Abu Al-Walid Muhammad Ibnu Rusyd, lahir di Spanyol (Andalusia) pada 520 H dan wafat di Maroko pada tahun 595 H. Ibnu Rusyd menguasai ilmu fikih, ilmu kalam, sastra Arab, matematika, fisika astronomi, kedokteran, dan filsafat.

Karya-karyanya yang terkenal adalah Kitab Bidayat Al-Mujtahid, Kuliyat Fi At-Tib, Fasl al-Magal fi Ma Bain Al-Hikmat wa Asy-Syariat, dan lain sebagainya.

Ibnu Rusyd berpendapat antara filsafat dan Islam tidak bertentangan, bahkan Islam menganjurkan para penduduknya untuk mempelajari ilmu filsafat.

7. Jabir Al-Hayyan (721-815 H)

Jabir Al-Hayyan bernama asli Abu Musa Jabir bin Hayyan. Ia disebut sebagai ilmuwanmuslim pertama yang mengenalkan ilmu kimia. Hingga sekarang, ia diakui sebagai Bapak Kimia Bangsa Arab. Jabir lahir di Kufah, Irak, pada 721 dan wafat pada 815 H. Ia memperoleh pendidikan dari Khalid bin Yazid bin Muawiyah dan Jakfar Shadiq, serta Barmaki Vizier di Bagdad. Di antara kontribusi Jabir adalah ia mengembangkan secara ilmiah dua operasi utama kimia, yaitu kalnikasi dan reduksi kimia. Ia juga memperbaiki metode penguapan, sublimasi, peleburan, dan kristalisasi.

Beberapa buku hasil karangannya masih menjadi rujukan hingga sekarang mencakup Kitab At-Tajmi', Az-Zi’baq As-Syarqi, Kitab Ar-Rahmah, dan lain sebagainya.

8. Ibn Khaldun (1332-1406)


Tokoh pada masa kejayaan Islam selanjutnya adalah Ibnu Khaldun, yang adalah ilmuwan Islam yang dikenal sebagai sejarawan dan Bapak Sosiologi.

Selain itu, ia dikenal sebagai Bapak Ekonomi Islam karena pemikiran-pemikirannya tentang teori ekonomi yang logis dan realistis jauh dikemukakan sebelum Adam Smith dan David Ricardo.

Dikutip Nu Online,

Ibn Khaldun terlahir dengan nama 'Abd al-Rahman bin Muhammad bin Muhammad al-Hassan bin Muhammad bin Jabir bin Muhammad bin Ibrahim bin 'Abd al-Rahman bin Khaldun, pada Ramadhan 732 H/1332 M. Sejak kecil Ibn Khaldun menjadi seorang pembelajar, petualang yang haus ilmu dengan mencari banyak guru. Hingga, pada 748 H terjadi wabah sampar yang merenggut nyawa warga-warga Tunisia dan beberapa gurunya. Apalagi, gurunya al-Abili meninggalkan Tunisia untuk bergabung dengan Abu 'Inan di Fez. Ibn Khaldun berada di puncak kebimbangan, antara tetap sebagai penasihat Raja, atau mengejar ilmu untuk belajar dari Sang Guru.Karya-karya lain Ibnu Khaldun yang bernilai sangat tinggi di antaranya, at-Ta’riif bi Ibn Khaldun (sebuah kitab autobiografi, catatan dari kitab sejarahnya); Muqaddimah (pendahuluan atas kitabu al-’ibar yang bercorak sosiologis-historis, dan filosofis); Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Diin (sebuah kitab tentang permasalahan dan pendapat-pendapat teologi, yang merupakan ringkasan dari kitab Muhassal Afkaar al-Mutaqaddimiin wa al-Muta’akh-khiriin karya Imam Fakhruddin ar-Razi).Karya-karya Ibn Khaldun berada di pinggiran (marginal) dalam struktur ilmu sosial modern. Bukan berarti diabaikan, namun belum mendapatkan tempat pada perbincangan karya-karya ilmuan Eropa, semisal Marx, Weber, Durkheim, dan ilmuan sosiologi dan disiplin ilmu sosial lainnya.


Karya-karya Ibn Khaldun juga memiliki kontribusi signifikan untuk ilmu sosial, yakni perkembangan argumen-argumen alternatif untuk aplikasi pada topik-topik lama dalam kajian Islam, (2) Perkembangan sosiologi Khaldunian dalam konteks ilmu sosial modern.

KOMPAS.com - Dinasti Abbasiyah adalah kekhalifahan ketiga yang berdiri setelah wafatnya Nabi Muhammad.

Kekhalifahan ini didirikan oleh dinasti keturunan dari paman Nabi Muhammad, Abbas bin Abdul-Muttalib.

Kekhalifahan Abbasiyah resmi memerintah sebagai khalifah setelah menggulingkan Bani Umayyah pada 750 masehi.

Kekuasaan dinasti ini berlangsung selama lima abad, yakni dari tahun 750 hingga 1258 M.

Selama masa pemerintahannya, Kekhalifahan Abbasiyah menerapkan pola pemerintahan yang berbeda-beda, sesuai perubahan politik, sosial, dan budaya.

Salah satu pencapaian terbesarnya adalah berhasil menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dunia.

Baca juga: Kekhalifahan Abbasiyah: Sejarah, Masa Keemasan, dan Akhir Kekuasaan

Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah

Pada masa Bani Abbasiyah umat Islam mencapai puncak kejayaan di berbagai bidang.

Ini terjadi karena perhatian yang besar dari pemerintah terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.

Khalifah Al-Ma’mun melakukan penerjemahan buku-buku asing dan mendirikan baitul hikmah yang menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan.

Kemudian muncul para ilmuwan yang memiliki akidah kuat dan menguasai ilmu agama dan sains.

Seperti Al-Khawarizmi menemukan angka nol, Al- Farazi penemu astrolabe, Imam Bukhari dan Imam Muslim yang menyusun hadis shahih yang menjadi panduan umat islam hingga saat ini.

Berdasarkan bukti sejarah tersebut, nilai keteladanan untuk memajukan ilmu pengetahuan masa kini adalah pemerintah harus berperan aktif dalam memberi penghargaan terhadap jasa para ilmuwan.

Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, pemerintah membangun berbagai infrastruktur dan lembaga, termasuk lembaga pendidikan.

Semangat mengembangkan ilmu pengetahuan yang ditunjukkan para khalifah pun terlihat jelas.

Para khalifah yang memimpin turut mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dengan kebijakan-kebijakannya.

Alhasil, penduduk berduyun-duyun mendatangi tempat-tempat menuntut ilmu, sementara para ilmuwan memiliki kedudukan penting dan derajat yang tinggi.

Baca juga: Sejarah Singkat Khulafaur Rasyidin

Kebijakan para khalifah dalam bidang ilmu pengetahuan

Beberapa langkah atau kebijakan yang dikeluarkan khalifah pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah adalah sebagai berikut.

Menggalang penyusunan buku

Penyusunan buku pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah dilakukan secara besar-besaran.

Hasil penelitian para ulama kemudian disusun dalam sebuah buku sehingga dapat dengan mudah dipelajari oleh generasi penerus.

Menggalang penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa asing

Khalifah Bani Abbasiyah mendukung dan mendanai penerjemahan ilmu-ilmu pengetahuan dari bahasa asing ke Bahasa Arab.

Dengan demikian, ilmu pengetahuan yang dimiliki umat Islam semakin luas dan berkembang.

Menghidupkan kegiatan-kegiatan ilmiah

Kegiatan ilmiah menjadi salah satu kebutuhan primer bagi penduduk Daulah Abbasiyah.

Hampir di setiap majelis hingga tempat-tempat umum seperti pasar, para ilmuwan menyampaikan pengetahuan mereka miliki.

Mengembangkan pusat-pusat kegiatan ilmu pengetahuan

Kekhalifahan Abbasiyah gencar membangun Baitul Hikmah, atau pusat ilmu pengetahuan yang sekaligus menjadi perpustakaan.

Pada periode ini, perpustakaan telah berfungsi layaknya sebuah universitas di masa sekarang.

Perkembangan lembaga pendidikan ini menjadi salah satu cermin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan pada masa tersebut.

Baca juga: Kekhalifahan Bani Umayyah: Masa Keemasan dan Akhir Kekuasaan

Faktor yang mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Abbasiyah

Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain

Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih dulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan.

Pada masa pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah, banyak bangsa non-Arab yang masuk Islam dan memberi warna baru dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

Contohnya bangsa Persia berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat dan sastra serta pengaruh budaya India yang terlihat pada bidang kedokteran, matematika, dan astronomi.

Gerakan penerjemahan yang berlangsung dalam tiga fase

Fase pertama pada masa Khalifah al-Mansur hingga Harun ar-Rasyid. Pada periode ini yang diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan mantik (logika).

Fase kedua berlangsung sejak masa Khalifah al-Ma'mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang diterjemahkan adalah buku dalam bidang filsafat dan kedokteran.

Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan pun semakin beragam, mengikuti perkembangan.

Baca juga: Khulafaur Rasyidin: Tugas dan Kebijakannya

Ilmu yang berkembang pada masa Kekhalifahan Dinasti Abbasiyah

Ilmuwan-ilmuwan muslim beserta ilmu yang berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah adalah sebagai berikut.

Ilmu Tafsir

Pada masa Dinasti Abbasiyah, berkembang dua aliran ilmu tafsir yang terus digunakan hingga sekarang, yaitu tafsir bi al-ma’tsur yang menekankan pada penafsiran ayat-ayat Al-Quran dengan hadis dan pendapat para sahabat, dan tafsir bi ar-ra’yi yang berpijak pada logika daripada nas syariat.

Sementara tokoh ilmuwan dalam bidang tasfir adalah Ibnu Jarir at-Tabary, Ibnu Atiyah al-Andalusy, As-Suda, Mupatil bin Sulaiman, dan Muhammad bin Ishak.

Filsafat Islam

Perkembangan filsafat Islam dimulai saat penerjemahan filsafat Yunani dalam Bahasa Arab sekaligus diadakan penyesuaian dengan ajaran Islam.

Beberapa ilmuwan muslim dalam ilmu filsafat Islam adalah Al-Kindi, Ibnu Sina, Al-Farabi, Ibnu Rusyd, Abu Bakar Ibnu Tufail, Al-Ghazali, dan Abu Bakar Muhammad bin as-Sayig (Ibnu Bajjah).

Ilmu Hadis

Beberapa karya para ilmuwan muslim terkenal dalam bidang ilmu hadis adalah sebagai berikut.

  • Sahih Bukhari, disusun oleh Imam Bukhari
  • Sahih Muslim, disusun oleh Imam Muslim
  • Sunan Abu Daud, disusun oleh Imam Abu Daud
  • Sunan at-Tirmizi, disusun oleh Imam at-Tirmizi
  • Surat an-Nasa'i, disusun oleh Imam an-Nasa'i

Baca juga: Sifat 4 Khulafaur Rasyidin

Ilmu Fikih

Setelah Nabi Muhammad wafat, muncul para ulama ahli fikih yang menjadi andalan bagi umat Islam dalam menjelaskan persoalan fikih.

Beberapa di antaranya adalah Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi'i, dan Imam Hanbali.

Ilmu Kalam adalah ilmu yang membahas tentang ketuhanan. Ilmuwan termasyur dalam bidang ini adalah Wasil bin Ata', Abu Hasan al-Asy'ari, Imam al-Ghazali, Abu Huzail al-Allaf, dan Ad-Dhaam.

Ilmu Tasawuf

Tasawuf adalah ilmu yang membahas tentang cara ber-taqarub dengan benar kepada Allah SWT.

Beberapa ilmuwan muslim dalam bidang ini adalah Al Gazali, Al-Qusyairy, dan Syahabbudin.

Ilmu Tarikh (Sejarah)

Sejarah termasuk cabang ilmu yang mengalami perkembangan terus-menerus.

Para ilmuwan muslim dalam bidang ilmu tarikh adalah Ibnu Jarir at-Tabary, Khatib Bagdadi, Ibnu Hayyan, Ibnu Batutah, dan Ibnu Khaldun.

Ilmu Kedokteran

Ilmu kedokteran dalam Islam dikenal dengan nama at-Tib. Orang-orang Barat bahkan juga menuntut ilmu di universitas milik umat Islam.

Para dokter muslim yang terkenal adalah sebagai berikut.

  • Ibnu Sina, dikenal sebagai bapak dokter Islam
  • Jabir bin Hayyan dikenal sebagai bapak kimia
  • Ar-Razi, karyanya berjudul al-Hawi yang membahas tentang campak dan cacar

Baca juga: Faktor Kemunduran Peradaban Islam

Ilmu Geografi

Ilmu Geografi berkembang seiring dengan semakin luasnya daerah kekuasaan Islam serta perdagangan.

Pada saat itu, sering diadakan perjalanan ilmiah juga perjalanan untuk pesiar, dan pengetahuan yang diperoleh akan dituangkan ke dalam kitab.

Beberapa ilmuwan dalam bidang geografi adalah Al-Muqaddasy, Yaqut al-Hamawy, dan Ibnu Khardazabah.

Pada masa pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah, Bahasa Arab ditetapkan sebagai bahasa resmi negara.

Ilmu bahasa yang berkembang meliputi ilmu nahwu, saraf, ma'ani, bayan, dan badi.

Beberapa ilmuwan muslim dalam bidang ini adalah Sibawaihi, Muaz al-Harra', dan Al-Kisai.

Ilmu Astronomi

Ilmu Astronomi atau falak adalah ilmu yang memelajari tentang matahari, bulan, bintang, dan planet-planet.

Beberapa contoh ilmuwan dari bidang ini adalah sebagai berikut.

  • Ibnu Haitam, ilmuwan muslim pertama yang mengubah konfigurasi Ptolomeus
  • Abu Ishaq az-Zarqali, menemukan bahwa orbit planet adalah edaran eliptik, bukan sirkular
  • Ibnu Rusyid, ilmuwan yang menentang paham astronomi oleh Ptolomeus
  • Ibnu Bajjah, yang mengemukakan gagasan adanya galaksi Bimasakti

Ilmu Matematika

Ilmu matematika juga berkembang pesat dan melahirkan tokoh-tokoh sebagai berikut.

  • Al-Khawarizmi, penemu angka nol dan dikenal sebagai Bapak Aljabar
  • Umar bin Farukhan
  • Banu Musa

Referensi:

  • Al Aziiz, Arief Nur Rahman. (2019). Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Masa Daulah Abbasiyah. Klaten: Cempaka Putih.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.