Professionalism and work ethic merupakan salah satu bagian dari

Dr. Akhtim Wahyuni, M.Ag

Wakil Rektor Bidang Akademik

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Manusia diharuskan berusaha untuk mencapai segala sesuatu yang menjadi tujuannya, karena tanpa usaha, pasti sulit meraih apa yang dicitakan. Di dalam Al Qur’an Allah Swt.  berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka. (QS Al-Ra’d  ayat 11). Juga Sabda Rasulullah SAW: “bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok. Ayat dan Hadits ini mendorong dan menginspirasi setiap orang untuk selalu berusaha yang terbaik dan maksimal agar ada perubahan yang baik pula dalam hidupnya.

Dalam konteks pengelolaan lembaga, setiap individu yang menjadi bagian dari lembaga harus terlibat optimal dalam mencapai visi dan misi. Bagaimana cara melakukannya? Salah satunya dengan memiliki good work ethic.  Etos kerja yang baik lahir dari pribadi-pribadi yang proaktif dalam mempersiapkan diri untuk menjadi manusia-manusia yang siap menjalankan visi dan misi lembaga dengan  positive value yang tidak dapat dikompromikan lagi.

Positive Value berarti setiap pikiran dan tindakan senantiasa didasari untuk memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas. Etos kerja yang baik harus selalu dibingkai dengan pengetahuan, keterampilan, teknologi, dan sikap/keinginan untuk selalu berbuat baik. Etos kerja juga harus memiliki kebiasaan-kebiasaan yang menjadi budaya efektif dalam memberikan kebahagiaan bagi stakeholder. Etos kerja yang positif secara pasti akan menunjukkan kaitan yang sangat erat antara modal lembaga dengan nilai kepercayaan untuk mencapai visi dan misi secara konsisten melalui norma-norma nilai kerja yang menciptakan suasana dinamis, nyaman, aman, dan sejahtera bagi setiap stakeholdernya.

Bagaimana cara membangun etos kerja yang sesuai dengan jati diri di lembaga?. Etos kerja yang baik berasal dari hasil kesadaran sebuah lembaga untuk secara tulus menggali semua potensi positifnya dalam rangka memberikan nilai-nilai terbaiknya kepada para stakeholder. Kita tidak bisa meniru etos kerja di lembaga lain, sebab etos kerja itu ada di dalam nadi lembaga yang secara fundamental telah dipengaruhi oleh etos kerja sang penggagas pendiri organisasi melalui visi, misi, etika, budaya, serta cara berpikir dan bertindak sang pendiri tersebut. Maka semangat juang yang dibangun akan berkiblat pada cita-cita luhur awal sang pendiri.

Menurut Sinamo (2005), bahwa terdapat delapan etos kerja profesional yaitu: a.  Kerja adalah rahmat, karena dengan bekerja akan mendapatkan impact materi maupun immateri  b. Kerja adalah amanah, maka amanah tersebut harus dijalankan dengan profesional dan penuh tanggung jawab c. Kerja adalah panggilan, maka jika menyadari itu, akan do the best untuk lembaga, d. Kerja adalah aktualisasi, yaitu mengaktualisasikan segala yang  dipunya baik kemampuan, kejujuran, kedisiplinan, kemauan untuk maju, e. Kerja adalah ibadah Setiap ibadah kepada Allah harus direalisasikan dalam bentuk tindakan, sehingga bagi seorang muslim aktivitas bekerja juga mengandung nilai ibadah. Kesadaran ini pada gilirannya akan menjadikan kerja  ikhlas, bukan demi mencari uang atau jabatan semata f. Kerja adalah seni sehingga membuat kerja lebih enjoy, kreatif, dan ekpresif dalam menjalankannya, g. Kerja adalah kehormatan karena tidak semua orang mendapatkan kesempatan yang sama seperti yang kita terima, h. Kerja adalah pelayanan; Apapun pekerjaan kita, semua harus dimaknai sebagai pengabdian  kepada sesama.

Jika nilai-nilai etos kerja tersebut menginternal pada setiap individu, maka bisa diyakinkan bahwa lembaga tersebut akan berjalan sesuai dengan cita idealnya. Sebaliknya, bila nilai semangat kerja dengan baik tidak dimiliki, maka lembaga tersebut tidak akan berjalan sehat dan optimal. Bisa-bisa tinggal nama pada akhirnya. Maka, memulai dari masing-masing diri untuk menjadi pelayan, pengabdi, pekerja yang terbaik di lembaga/tempat kerja agar memetik hasil yang baik pula.

Employers look for professionalism and work ethic in all candidates as these reflect an individual’s integrity, accountability and work habits. 

Professionalism and work ethic merupakan salah satu bagian dari
An individual who demonstrates professionalism and strong work ethic takes responsibility for his or her own actions, learns from mistakes, and follows through with commitments. 

Understanding the meaning of professionalism and work ethic can help an individual assess his or her current skills and identify areas for improvement and development.

  • Take responsibility for one’s actions and outcomes
  • Examine the implications of one’s own behavior and decisions
  • Acknowledge mistakes and learning from them
  • Follow through on commitments
  • Persevere in the face of challenges and changes
  • Act with the interest of the larger community in mind
  • Evaluate one’s own performance over time and make adjustments

Develop

Over the course of your educational experience at Towson, students can gain proficiency within the professionalism and work ethic competency through some of the following methods:

FRESHMAN YEAR

  • Join an academic, honors or professional student organization
  • Enroll in an ethics course
  • Conduct informational interviews
  • Find part-time or full-time work opportunities (find on- and off-campus work through Handshake)
  • Demonstrate work ethic by working on- or off-campus

SOPHOMORE/JUNIOR YEAR

SENIOR YEAR

“ Who you are tomorrow begins with what you do today. ”

TIM FARGO

Consider the following activities and identify specific tasks completed within each experience:

  • Part-time jobs
  • Full-time jobs
  • Internships
  • Professional preparedness academic course
  • Recipient of professional awards

Use the following list of action verbs to describe activities related to professionalism and work ethic:

achieve; acknowledge; adjust; award; commit; complete; examine; execute; exhibit; deliver; demonstrate; meet deadlines; provide; receive; recognize; take responsibility for; understand

Sample resume bullet points

  • Achieved highest award in Girl Scouting for developing, coordinating and implementing a healthy eating and fitness campaign for local elementary schools
  • Recognized for leadership and outstanding contributions to the university and campus life
  • Demonstrated tact and communication skills with coaches and parents in   explaining rules and procedures  
  • Provided therapeutic communication to adult psychiatric patients while maintaining confidentiality
  • Exhibited customer service skills when addressing patron concerns

For additional resume assistance, visit the Career Center's Resumes page or schedule an Appointment.

Interview questions

Be prepared to answer common professionalism and work ethic interview questions including:

  • What challenges did you face in a previous job or leadership role and how did you handle them?
  • Describe a time when you recognized and overcame your biases.
  • Give an example of how you have acted with integrity in a work environment.
  • What kinds of decisions are the most difficult for you? Describe one.
  • Give an example where you adjusted your approach to working with a team after receiving feedback from a peer or co-worker.
*Adapted with permission from the Clemson University Center for Career and Professional Development, 2018

Professionalism and work ethic merupakan salah satu bagian dari

oleh: Dimas Sulistiyanto

Kata “Work Ethic” jika diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia berarti “Etos Kerja”. Etos kerja menurut Miller, dkk. (2002) adalah “keyakinan seseorang dapat menjadi lebih baik dan meraih tujuan melalui komitmen terhadap nilai dan pentingnya bekerja keras”. Sementara Martin & Cullen (dalam Eldor, 2016) mengemukakan bahwa “etos kerja merupakan kumpulan sikap dan keyakinan yang berkaitan dengan perilaku kerja”. Lebih lanjut menurut Dodi (dalam Hadiyansah dan Yanwar, 2017) “etos kerja adalah sikap, pandangan, kebiasaan, ciri-ciri atau sifat mengenai cara bekerja yang dimiliki seseorang, suatu golongan atau suatu bangsa”. Jadi jika kita rangkum semua pengertian di atas, etos kerja adalah

Professionalism and work ethic merupakan salah satu bagian dari

Etos kerja sendiri menurut Miller, dkk. (2002) terdiri dari tujuh komponen yaitu “centrality of work, self-reliance (kemandirian), hard work (kerja keras), leisure (waktu luang), morality/ethics, delay of gratification, dan wasted time”. Sehingga ketika karyawan memiliki ketujuh komponen tersebut, maka karyawan akan memiliki etos kerja yang baik. Berikut penjelasan singkat dari masing-masing komponen:

Percaya terhadap pekerjaan dan mementingkan pekerjaan. Karyawan yang memiliki centrality of work yang tinggi akan sangat mengutamakan pekerjaan dan menempatkan pekerjaan sebagai bagian dari kehidupannya. Pentingnya memiliki karyawan yang dapat memaknai pekerjaan dan mengutamakan pekerjaan yang akan berdampak pada karyawan itu sendiri dan organisasinya.

Kemampuan individu untuk tidak bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan pekerjaan sehari-hari.

Keyakinan seseorang dapat menjadi lebih baik dan meraih tujuan melalui komitmen terhadap nilai dan pentingnya bekerja keras. Kerja keras merupakan perilaku yang bersungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan yang muncul pada saat bekerja, dan dapat menyelesaikan tugas dengan maksimal.

Kepercayaan pada suatu keadilan dan adanya moral. Morality/ethics merujuk pada karakter, dan persoalan terkait perilaku. Dengan adanya moral pada karyawan akan mempengaruhi bagaimana karyawan tersebut bertindak.

Sikap individu yang terbiasa menggunakan waktu luang untuk mengerjakan hal lain diluar pekerjaan.

Sikap dan keyakinan yang mencerminkan penggunaan waktu yang aktif, produktif dan efisien.

Kemampuan menunda rewards jangka pendek, untuk mendapatkan rewards di masa mendatang dengan hasil yang lebih maksimal memiliki orientasi pada masa depan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dengan adanya penundaan kepuasan dapat bermanfaat bagi karyawan.

Etos kerja diwujudkan melalui perilaku kerja pegawai, sehingga penting bagi pegawai untuk menampilkan performa kerjanya dengan baik. Karena akan menjadi lebih mudah melihat dan mengukur job performance daripada “nilai” yang ada di dalam diri seseorang yang sifatnya tak kasat mata. Berbanding lurus, biasanya etos kerja seseorang / tim / organisasi dikatakan baik jika dapat menunjukkan job performance yang baik pula. Seperti studi yang dilakukan oleh Nizam, S., dkk (2016) mengatakan bahwa “ada hubungan yang signifikan antara work ethic dan job performance. Work ethic terbukti menjadi prediktor yang baik untuk kinerja pegawai … Hal tersebut membuktikan bahwa work ethic akan menghasilkan kinerja pegawai yang tinggi dan menunjukkan bahwa penerapan work ethic dapat membantu organisasi mencapai kinerja yang baik secara keseluruhan”.

Selain etos kerja dapat mempengaruhi peningkatan job performance, ternyata dalam halaman decoding.com disebutkan juga bahwa manfaat lain dari penerapan etos kerja dalam rutinitas individu adalah:

1. Meningkatkan status sosial

2. Meningkatkan status ekonomi

3. Menjaga kesehatan fisik dan mental

4. Meningkatkan aspek kerohanian

Pertanyaan selanjutnya, mengapa etos kerja antara individu satu dengan yang lainnya dapat berbeda? Menurut Anoraga (2001) terdapat tujuh faktor yang dapat mempengaruhi etos kerja yaitu: agama, budaya, sosial politik, kondisi lingkungan / geografis, pendidikan, struktur ekonomi, motivasi intrinsik individu”. Jadi tak heran jika etos kerja antar individu, golongan, atau bahkan bangsa satu dengan yang lain dapat menjadi berbeda karena ada banyak faktor kompleks yang melatarbelakanginya.

Salah satu contoh etos kerja yang cukup khas dan sering kita dengar adalah etos kerja orang Jepang sebagai workaholic. Studi dari Laroussi (2009) menyebutkan penyebab hal itu bisa terjadi karena “jam kerja yang panjang yang harus dihabiskan oleh karyawan Jepang di perusahaan berkaitan dengan sikap manajemen terhadap antusiasme dan komitmen mereka untuk bekerja dan bagaimana sikap tersebut dapat berdampak pada karir mereka, karena perusahaan Jepang cenderung mengukur loyalitas untuk bekerja dengan jumlah waktu yang dihabiskan pekerja untuk itu”.

Lalu yang perlu kita renungkan bersama selanjutnya adalah apakah kita sudah mempunyai etos kerja yang baik? Perlukah kita meniru sistem kerja bangsa Jepang? Atau mungkin ada sistem kerja lain yang lebih baik?

Sumber:

  • Anoraga, Pandji. (2001). Manajemen Bisnis. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
  • Eldor, L., (2016). (In Progress). The relationship between ethical climate and employee engagement. DOI: 10.13140/RG.2.1.3096.5365
  • Hardiansyah, R. O. (2017). Pengaruh Etos Kerja Terhadap Kinerja Pegawai (sarjana skripsi). Diakses pada 16 Maret 2021 dari https://eprints.uny.ac.id/54151/
  • Laroussi, Z. (2009). Work Ethic. Diakses pada 17 Maret 2021 dari https://www.slideshare.net/laroussizakaria/work-ethic-in-japan
  • Miller, M. J., Woehr, D. J., & Hudspeth, N. (2002). The meaning and measurement of work ethic: Construction and initial validation of a multidimensional inventory. Jurnal of Vocational Behavior. 60, 451-489.
  • Nizam, S., dkk. (2016). The Relationship between Work Ethics and Job Performance. In International Conference on Business and Economics (Vol. 3, pp. 21-23)