Nabi musa alaihissalam dalam berdakwah dibantu oleh saudara laki-lakinya yaitu

Siapakah Nabi Yang Setia Menemani Nabi Musa Berdakwah menjalan syiar agama Untuk Kaum BanI Israil? Dialah Nabi Harun AS.

Beritaku.Id, Kisah Para Nabi dan Rasul – Firaun yang kejam, dan raja dzalim. Sewenang-wenang kepada rakyatnya.

Pada masa itu, tidak ada seorangpun yang berani melakukan dakwah kepada Firaun. Semuanya ketakutan. Sebab Firaun tidak segan untuk Membunuh.

Nabi Musa di perintahkan untuk mengarahka si Raja kejam tersebut.

Nabi Harun Yang Setia Menemani Nabi Musa Berdakwah

Terpilihnya Nabi Harun Alaihissalam menemani Nabi Musa bukanlah tanpa alasan. Sebab dalam Dirinya terdapat beberapa kelebihan. Diantaranya kefasihan dalam berbicara.

Sehingga banyak yang senang kepadanya. Sebagaimana Firman Allah SWT didalam Al Quran Surah Al Qashash:

وَأَخِي هَارُونُ هُوَ أَفْصَحُ مِنِّي لِسَانًا فَأَرْسِلْهُ مَعِيَ رِدْءًا يُصَدِّقُنِي إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُكَذِّبُونِ

Artinya: “Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku.” (Q.S Al-Qashsash: 34).

Perintah Allah adalah menyampaikan pesan Agama kepada Firaun agar menghentikan seluruh kekejamannya diatas negeri. Sebab perbuatan tersebut termasuk dalam golongan dosa besar.

Beritaku Islami: Yang Menolak Didamaikan Oleh Nabi Musa Berasal Dari Golongan Apa?

Maka sebelum berangkat. Mereka berdoa, agar tidak menjadi korban kebrutalan Firaun dan pasukannya. Sebagaimana FirmanNya:

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia akan (segera) menyiksa kami atau akan bertambah (dia) melampaui batas.” (Q.S Thaha: 45).

Doa tersebut kemudian dijawab langsung oleh Allah SWT,

“Janganlah kamu berdua (kalian) khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat”. Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dan katakanlah: “Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil (untuk bersama kami) dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu (menyampaikan) dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk. Sesungguhnya telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) atas orang-orang yang mendustakan dan berpaling.” (Q.S Thaha: 46 – 48).

Maka berangkatlah kedua Nabi tersebut menemui Firaun untuk menyampaiakn dakwah. Nabi Harun yang selalu setia dalam segala hal keperluan Nabi Musa, menemani berdakwah.

Fasih ucapannya sehingga orang yang mendengarkannya merasa senang.

Namun pendirian Firaun yang kejam mengabaikan seluruh dakwan Nabi Musa dan menjadikan Musa sebagai musuhnya, yang hendak dibunuhnya.

Peristiwa ini kemudian menjadi peristiwa besar, ketika Firaun dan pasukannya mengejar Musa hingga menyeberang kelautan merah. Berakhir pengejaran Firaun setelah ditelan laut merah yang ganas.

Nabi Harun Yang Menemani Nabi Musa Berdakwah, Termasuk Kepada Umat

Nabi Musa diturunkan untuk berdakwah kepada kaum Bani Israil, bukan hanya Firaun. Dan posisi Nabi Harun yang setia sebagai juru Bicara atau diplomat Nabi Musa.

Sekaligus menggatikannya sebagai pemimpin umat ketika menerima wahyu di Bukit Sinai.

Nabi Harun yang diperintahkan untuk menjaga umat agar tetap dalam jalan yang benar. Meski kemudian hari, Samiri menciptakan fitnah bagi Nabi Musa. Termasuk menciptakan berhala Sapi Emas yang disembah kaum BanI Israil.

Nabi Harun yang mengetahui itu, saat ditinggalkan oleh Nabi Musa, mengusir Samiri dari Bani Israil. Dan hilang entah kemana. Dan sampai saat ini dianggap sebagai dajjal (Samiri).

Demikian kisah perjalanan Nabi harun yang setia bersama Nabi Musa, seperti diketahui bahwa Nabi Harus merupakan saudara kandung (kakak) dari Nabi Musa.

Musa
מֹשֶׁהMωϋσῆς
LahirGosyen (Mesir Hilir), Mesir[1]MakamGunung Nebo, tentangan Bet-Peor, lembah Moab[2] (sekarang: Yordania)Suami/istriZipora binti Rehuel/Yitro (orang Kush)[3] [4]Anak
  • Gersom[5]
  • Eliezer[6]
Orang tua

  • Amram (ayah kandung)[7][8]
  • Yokhebed (ibu kandung)[7][8]
  • Putri dari Firaun (ibu angkat)

Kerabat
  • Miryam (kakak perempuan)[8]
  • Harun (kakak laki-laki)[7][8]
Nabi musa alaihissalam dalam berdakwah dibantu oleh saudara laki-lakinya yaitu
Musa
موسى

Kaligrafi Musa 'alaihis-salam

LahirMesirPendahuluSyu'aibPenggantiHarunOrang tua
  • Imran (ayah kandung)
  • Asiyah (ibu angkat)
Kerabat
  • Harun (saudara laki-laki)

Bagian dari seri artikel Kristen tentang
Musa

Musa dan Israel
Sekilas Tentang Musa
Nama dan Julukan
Tulah • Mujizat • Pelayanan

Musa dan Sejarah
Garis waktu • Kronologi • Tokoh
Kehidupan pribadi Musa
Budaya dan sejarah latar belakang

Musa dan Kekristenan
Peran Musa

  • l
  • b
  • s

Musa[catatan 1] adalah sosok yang dianggap sebagai Nabi terpenting dalam Yudaisme atau agama Yahudi,[9][10] dan salah satu Nabi terpenting dalam agama Kristen, Islam, Baha'i dan agama-agama Abrahamik lainnya. Menurut Alkitab Perjanjian Lama, Perjanjian Baru dan Al-Qur'an, Musa adalah pemimpin dari bangsa Israel dan pemberi hukum yang dianggap sebagai penulis Taurat.

Menurut Keluaran, Musa lahir di masa ketika bangsanya, yaitu bangsa Israel menjadi bangsa minoritas yang ditindas di Mesir Kuno, dan karena populasinya yang terus meningkat ditakutkan oleh Firaun bahwa mereka kemungkinan akan bersekutu dengan musuhnya Mesir.[11] Ibu Musa yang dari etnis Yahudi, yaitu Yokhebed, diam-diam menyembunyikannya ketika Firaun memerintahkan semua bayi Yahudi yang laki-laki untuk dibunuh untuk mengurangi populasi bangsa Israel. Oleh anak perempuan Firaun (dikenal sebagai Putri Firaun di Midrash, atau Asiyah menurut islam) Musa yang masih bayi itu pun diadopsi setelah ditemukannya hanyut di Sungai Nil, dan ia pun dibesarkan bersama keluarga kerajaan Mesir lainnya. Setelah membunuh seorang etnis Mesir yang memukuli budaknya yang beretnis Yahudi, Musa pun kabur melintasi Laut Merah ke Midian, di mana dia bertemu dengan Malaikat Tuhan,[12] yang berbicara kepadanya dari dalam semak yang terbakar di Gunung Horeb, yang dianggap sebagai Gunung Ilahi.

Tuhan memerintahkan Musa untuk kembali ke Mesir untuk menuntut pembebasan bangsa Israel dari perbudakan. Namun, Musa berkata kalau dirinya tidak dapat berbicara secara fasih,[13] maka Tuhan mengizinkan Harun, yang merupakan abangnya Musa,[14] untuk menjadi juru bicaranya. Setelah terjadinya Sepuluh Tulah, Musa menuntun bangsa Israel keluar dari Mesir menyeberangi Laut Merah. Setelah itu mereka berdiam di Gunung Sinai, di mana Musa menerima Sepuluh Perintah Tuhan. Pasca 40 tahun mengembara di padang pasir, Musa wafat di Gunung Nebo, di dekat Tanah Perjanjian.

Diakibatkan tidak adanya bukti arkeologis maupun catatan sejarah selain dari Kitab-Kitab Samawi mengenai dirinya,[15][16] banyak ilmuwan dan agamawan menganggap cerita Musa sebagai cerita dongeng, dengan beberapa tetap memegang kemungkinan bahwa Musa atau sosok seperti Musa pernah ada di abad ke-13 SM.[17][18][19][20][21] Yudaisme Rabbinikal mengkalkulasi bahwa Musa hidup dari tahun 1391 sampai 1271 SM;[22] sedangkan menurut Jerome, Musa lahir di tahun 1592 SM,[23] dan James Ussher mengatakan Musa lahir di tahun 1571 SM.[24]

Ayat

Seperti Musa yang dikenal Tuhan dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel dalam hal segala tanda dan mujizat yang dilakukannya atas perintah Tuhan di tanah Mesir terhadap Firaun dan terhadap semua pegawainya dan seluruh negerinya, dan dalam hal segala perbuatan kekuasaan dan segala kedahsyatan yang besar yang dilakukan Musa di depan seluruh orang Israel.
Ulangan 34: 10-12
(Allah) berfirman, 'Wahai Musa! Sesungguhnya Aku memilih engkau dari manusia yang lain untuk membawa risalah-Ku dan firman-Ku, sebab itu berpegangteguhlah kepada yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah engkau termasuk orang-orang yang bersyukur.'
— Al-A'raf (7): 144

Nama

Nabi musa alaihissalam dalam berdakwah dibantu oleh saudara laki-lakinya yaitu
Nabi musa alaihissalam dalam berdakwah dibantu oleh saudara laki-lakinya yaitu
Nabi musa alaihissalam dalam berdakwah dibantu oleh saudara laki-lakinya yaitu
Nabi musa alaihissalam dalam berdakwah dibantu oleh saudara laki-lakinya yaitu
Nabi musa alaihissalam dalam berdakwah dibantu oleh saudara laki-lakinya yaitu
Musa
dalam Hieroglif

Menurut Kitab Keluaran, nama Musa (Mošeh משה) berarti "diangkat dari air" dari akar kata mšh משה "mengangkat, menarik ke luar", menurut Keluaran 2:10:

Putri Firaun ... menamainya Musa (משה), sebab katanya: "Karena aku telah menariknya (משיתהו) dari air."[25]

Nama "Musa" ini dapat mengindikasikan bentuk pasif "ditarik keluar", yaitu "dia yang ditarik keluar", tetapi juga ada yang melihat dalam arti aktif, yaitu: "ia yang menarik keluar" dalam arti "Juruselamat" (bahasa Latin: Soter; bahasa Inggris: saviour, deliverer).[26] Bentuk nama yang tertulis dalam Teks Masoret sesungguhnya merupakan bentuk aktif partisipel dalam tata bahasa Ibrani.[27] Sejarawan Yahudi-Romawi dari abad ke-1 M, Flavius Yosefus (37-100), berpendapat bahwa nama ini diambil dari etimologi Mesir. Ini didukung oleh sejumlah pandangan sarjana yang menunjukkan turunan dari istilah bahasa Koptik mo yaitu "air" dan `uses "menolong, menyelamatkan", memberi arti "diselamatkan dari air".[28]

Pandangan lain mengkaitkan nama Musa dengan kata Mesir kuno ms -- artinya "lahir" atau "anak; keturunan" atau "pemberian"—yang ditemukan dalam nama-nama "Thut-mose", "anak dari (dewa) Thoth") dan "Ra-messes", yang berarti "anak yang diberi oleh (dewa) Ra.[25][29]

Dari antara orang-orang Aram dan Neo-Hitit, penduduk di Sam'al Utara, Yahudi, menyebutkan bahwa ada jejak-jejak kebudayaan nenek moyang pahlawan Moschos, menunjuk kepada pahlawan Yunani Mopsus (berarti "anak sapi") yang memiliki beberapa kesamaan dengan Musa.[30] Kesamaan-kesamaan ini hanya berkisar pada kedekatan lokasi dan kemiripan nama.

Kisah

Sumber

Teks kitab suci

Dalam Tanakh (kitab suci umat Yahudi) dan Alkitab (kitab suci umat Kristen), riwayat kehidupan Musa terutama dicatat dalam Kitab Keluaran (Syemot), Imamat (Wayiqra), Bilangan (Bemidbar), dan Ulangan (Devarim). Namanya disebutkan sebanyak 873 kali dalam 803 ayat dalam 31 kitab di dalam Alkitab versi Terjemahan Baru.[31]

Dalam Al-Qur'an (kitab suci umat Islam), nama Musa disebutkan sebanyak 136 kali,[a] menjadikannya sebagai manusia yang namanya paling banyak disebut dalam Al-Qur'an. Kisahnya disebutkan dalam Surah Al-Baqarah (2): 49-61, Al-A'raf (7): 103-160, Yunus (10): 75-93, Al-Isra' (17): 101-104, Thaha (20): 9-97, Asy-Syu'ara' (26): 10-66, An-Naml (27): 7-14, Al-Qashash (28): 3-46, Al-Ghafir (40): 23-30, Az-Zukhruf (43): 46-55, Ad-Dukhan (44): 17-31, dan An-Naziat (79): 15-25.

Sastra

Tulisan-tulisan di luar kitab-kitab suci mengenai Musa pertama kali muncul pada awal periode Helenistik, sejak 323 SM sampai kira-kira 146 SM. Shmuel mencatat bahwa "suatu ciri sastra zaman ini adalah penghormatan tinggi terhadap orang-orang Timur pada umumnya dan sekelompok orang tertentu di antara masyarakat."[32]

Para sejarawan Yahudi-Romawi atau Yahudi-Yunani termasuk Artapanus,[33][34][35] Eupolemus,[36] Flavius Yosefus, dan Filo meninggalkan informasi mengenai Musa. Sejumlah sejarawan bukan orang Yahudi termasuk Hecataeus dari Abdera (dikutip oleh Diodoros Sikolos),[36][37] Alexander Polyhistor, Manetho, Apion, Chaeremon dari Aleksandria, Tacitus dan Porfirios juga menyinggung mengenai Musa. Tidak diketahui sejauh mana tulisan-tulisan ini mengambil dari sumber-sumber lebih kuno.[38]

Sejarawan, ahli geografi dan filsuf Yunani, Strabo, menulis secara rinci mengenai Musa dalam tulisannya Geographica (~ 24 M), yang dianggapnya sebagai seorang imam Mesir yang tidak puas terhadap keadaan negerinya dan mengumpulkan pengikut untuk melawan penyembahan ilah yang berupa manusia atau binatang, karena percaya bahwa sembahannya adalah suatu sosok yang melebihi segalanya – tanah dan laut.[39][40][41]

Sejarawan Romawi Tacitus (~ 56–120 M) menyinggung mengenai Musa ketika menggambarkan agama Yahudi yang monoteistik tanpa patung yang jelas dalam karyanya Histories (~ 100 M), sehingga penyembahan paganisme ditinggalkan.[42] Tacitus menyatakan bahwa sumber-sumbernya meyakini adanya peristiwa keluarnya orang-orang dari Mesir pada zaman Firaun Bocchoris, yakni saat Mesir mengalami wabah sampar sehingga atas nubuat dewa Zeus-Amun ia mengusir orang-orang Yahudi ke padang gurun, dan orang-orang ini dipimpin oleh Musa selama 6 hari mengembara kemudian merebut tanah Kanaan pada hari ketujuh.[43]

Numenios, seorang filsuf Yunani asal Apamea, di Suriah, pada paruh akhir abad ke-2 M, mempelajari Musa, para nabi dan Yesus,[44] di samping mitos Mesir dan Hindu. Ia menyebut Musa sebagai "nabi" sebagaimana Homer adalah penyair. Plato digambarkannya sebagai "Musa Yunani".[45]

Filsuf Kristen, Yustinus Martir (103–165 M) menulis bahwa Musa "lebih dapat dipercaya, lebih jelas dan benar karena hidup pada masa lebih tua dari pada para filsuf Yunani,"[46] sebagai nabi, pemberi hukum dan guru agama paling awal bagi orang Kristen.[46]

Musa juga disebutkan dalam berbagai teks agamawi Yahudi yaitu Mishnah (sekitar 200 M), Midras (200–1200 M),[47]

Keluarga

Musa adalah seorang Bani Israel, yakni mereka yang merupakan keturunan Ya'qub atau Yakub (juga disebut "Israel"[48]). Disebutkan bahwa Ya'qub awalnya tinggal di Palestina (tanah Kanaan). Putra kesebelas Ya'qub, Yusuf, yang telah menjadi orang kepercayaan raja kemudian mengundang Ya'qub dan keluarganya yang ada di Palestina untuk tinggal di Mesir lantaran paceklik hebat. Mereka kemudian beranak-pinak di sana.[49][50]

Alkitab menyebutkan bahwa ayah Musa bernama Amram (Imran dalam sumber Islam), salah seorang keturunan Lewi, putra ketiga Yakub. Ibu Musa adalah Yokhebed, keturunan Lewi yang juga merupakan saudari dari ayah Amram.[51] Silsilah keluarga Musa dari adalah:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lewi

 

istri

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gerson

 

Kehat

 

Merari

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2 putra

 

 

 

 

 

 

2 putra

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Yokhebed

 

Amram

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Yizhar

 

Hebron

 

Uziel

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Miryam

 

Harun

 

Zipora

 

Musa

 

wanita Kush

 

3 putra

 

 

 

 

 

3 putra

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Nadab

 

 

 

 

Gersom

 

Eliezer

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Abihu

 

 

 

 

Sebuel

 

Rehabya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Eleazar

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Itamar

 

 

 

 

Pinehas

 

Latar belakang

Nabi musa alaihissalam dalam berdakwah dibantu oleh saudara laki-lakinya yaitu

Putri Firaun digambarkan di sinagoge Dura-Europos, dibuat sekitar 244 M.

Ada beberapa pendapat terkait waktu kehidupan Musa.

  • Yahudi Rabinik menyebutkan bahwa Musa hidup sekitar waktu 1391 sampai 1271 SM[52]
  • Hieronimus berpendapat tahun 1592 SM sebagai tahun kelahirannya[53]
  • James Ussher menyatakan bahwa Musa lahir pada 1571 SM[54]

Alkitab menyebutkan bahwa setelah Yusuf dan orang-orang seangkatannya meninggal, naiklah penguasa Mesir yang tidak mengenalnya. Raja ini khawatir lantaran jumlah Bani Israel dirasa lebih banyak dari kaumnya dan ditakutkan mereka akan berkhianat lalu bergabung dengan musuh jika terjadi perang, sehingga ia memerintahkan agar mereka dipaksa melakukan pekerjaan keras. Dia juga memerintahkan para bidan yang membantu persalinan para perempuan Bani Israel, namanya Sifra dan Pua, untuk membunuh tiap bayi laki-laki yang lahir. Namun mereka tidak melakukannya karena takut akan Allah. Saat ditanya alasannya, mereka berdalih bahwa para perempuan Bani Israel kuat sehingga dapat melahirkan sendiri sebelum para bidan tiba.[55]

Al-Qur'an tidak menyebutkan motif Firaun menindas bangsa Israel. Para ulama memberikan keterangan bahwa Firaun melakukan hal tersebut lantaran yakin bahwa akan ada Bani Israel yang akan menghancurkan kekuasaannya. Sebagian menyebutkan bahwa keyakinan itu didapat lantaran Firaun bermimpi melihat api dari Baitul Maqdis (Palestina) datang dan menghancurkan rumah-rumah bangsa Qibti, tapi tidak dengan rumah Bani Israel. Sebagian berpendapat bahwa hal ini berkaitan dengan penguasa Mesir terdahulu yang terkena tulah lantaran hendak menodai Sara, istri Abraham (Ibrahim). Dari peristiwa tersebut kemudian diyakini bahwa akan ada keturunan Sarah yang akan menghancurkan kekuasaan Fir'aun.[56] Sebagian ulama menyebutkan bahwa bangsa Qibti mengeluh pada Firaun lantaran jumlah bangsa Israel menjadi terlalu sedikit untuk mengerjakan pekerjaan keras karena kebijakan pembunuhan bayi laki-laki tersebut, sehingga dikhawatirkan bangsa Qibti yang nantinya akan mengurus berbagai pekerjaan kasar itu. Firaun kemudian mengadakan kebijakan berselang-seling: satu tahun tidak dilangsungkan pembunuhan bayi dan tahun berikutnya dilakukan pembunuhan bayi. Harun lahir pada saat kebijakan pembunuhan bayi tidak dijalankan.[57]

Sebagian ulama menyebutkan bahwa pembunuhan bayi laki-laki tersebut dilakukan setelah Musa dan Harun diutus menyeru Firaun. Sebagian menyebutkan bahwa hal itu dilakukan sejak sebelum Musa lahir dan tetap dilaksanakan setelah Musa diutus pada Firaun.[58]

Kelahiran dan masa muda

Yokhebed mendapat ilham untuk memasukkan Musa ke dalam peti pandan dan meletakkannya di tengah-tengah teberau (tanaman papirus) di tepi sungai Nil, sementara kakak perempuan Musa mengawasinya dari jauh.[59] Peti berisi Musa tersebut kemudian ditemukan oleh perempuan istana keluarga Fir'aun. Perempuan istana itu kemudian mengangkat Musa sebagai anaknya. Menurut Al Qur'an, Musa menolak semua perempuan yang dijadikan ibu susunya. Sumber Al Qur'an dan Alkitab mencatat bahwa kakak perempuan Musa itu kemudian mengajukan kepada keluarga Fir'aun agar Yokhebed menjadi ibu susu Musa. Perempuan istana itu setuju dan Musa kembali pada Yokhebed selama beberapa waktu.[60][61][62][63] Alkitab menyebutkan bahwa Musa berusia tiga bulan saat itu.[64] Al-Qur'an menyebutkan bahwa Yokhebed menjadi putus asa setelah menghanyutkan Musa dan hampir saja berteriak dan membuka jati diri anaknya sendiri bila Allah tidak menguatkan hatinya. Disebutkan pula bahwa Musa menolak semua wanita yang dijadikan ibu susunya sebelum akhirnya dia menyusu pada ibunya sendiri. Sumber Al-Qur'an menyebutkan bahwa perempuan istana yang menjadikan Musa sebagai anak angkat adalah istri Fir'aun, sementara Alkitab menyebutkannya sebagai "putri Fir'aun".[65] Selanjutnya hanya disebutkan di Alkitab bahwa Musa mendapatkan pendidikan berdasarkan "segala hikmat orang Mesir" dalam tatacara bahasa dan tingkah lakunya.[66]

Al-Qur'an dan Alkitab tidak mencatat riwayat kehidupan Musa antara masa belia sampai dewasa. Sejarawan Yahudi pada akhir abad ke-3 SM dan penulis "Peri Iudaion", Artapanus, menyebutkan riwayat masa muda Musa, yang dilestarikan dalam tulisan sejarawan Kristen, Eusebius,[67] antara lain:

  • Pangeran Musa ("Mousos") diadopsi oleh putri 'Merris', anak perempuan Fir'aun Palmanothes, yang kemudian menikah dengan Fir'aun Khenephrês (= Sobekhotep IV), "yang menjadi raja atas wilayah di seberang Memphis, karena pada zaman itu ada banyak raja di Mesir."
  • Setelah dewasa, Pangeran Musa mengatur negeri itu untuk Fir'aun Khenephrês dan menjadi terkenal di kalangan rakyat Mesir.
  • Pangeran Musa memimpin peperangan melawan orang Etiopia yang menyerang Mesir, selama 10 tahun. Peristiwa ini juga dicatat oleh sejarawan Yahudi-Romawi Flavius Yosefus (37-100 M).
  • Ketika kembali dan membawa kemenangan, Fir'aun Khenephrês berupaya membunuhnya karena cemburu atas keberhasilan Musa, tetapi Musa "lari ke Arabia dan hidup dengan Raguel, penguasa daerah itu, dan menikahi putrinya."[67]

Melarikan diri dari Mesir

Saat Musa dewasa, berusia 40 tahun menurut Alkitab,[68] dia bertemu seorang bangsa Mesir (disebut bangsa Qibthi dalam literatur Muslim) yang menyiksa seorang bangsa Israel (orang Ibrani). Musa kemudian membunuh orang Mesir tersebut. Pada kesempatan berikutnya, Musa kembali melihat dua orang bangsa Israel sedang berkelahi. Saat Musa berusaha memperingatkannya, salah satu orang Israel itu justru menanyakan apakah Musa hendak membunuhnya juga seperti Musa telah membunuh orang Mesir kemarin.[69][70][71] Terkait peristiwa ini, Al-Qur'an menggambarkan bahwa Musa sangat menyesal telah membunuh orang Mesir tersebut dan merasa sangat takut setelahnya.[72] Alkitab menyebutkan bahwa dengan membunuh orang Mesir tersebut Musa mengira bangsa Israel tahun bahwa Allah akan menyelamatkan mereka melalui Musa, tetapi bangsa Israel tidak memahami maksud perbuatan Musa.[73]

Setelah mengetahui perbuatan Musa, Fir'aun bermaksud membunuh Musa. Musa kemudian melarikan diri ke Midian (Madyan). Saat sampai di sumber air Midian, terdapat beberapa perempuan yang kesulitan memberi minum ternak-ternak mereka dan Musa membantu mereka. Setelahnya, ayah dari para perempuan tersebut meminta putrinya untuk mengundang Musa ke kediaman mereka. Musa kemudian bekerja menjadi penggembala pada lelaki tersebut dan menikahi putrinya.[74][75][76]

Al-Qur'an memberikan keterangan bahwa Musa keluar dari Mesir lantaran ada seseorang yang memperingatkannya bahwa para pembesar berencana membunuhnya.[77] Terkait lelaki di Midian yang kemudian menjadi mertua Musa, Al-Qur'an tidak menyebutkan jati diri lelaki tersebut selain bahwa dia adalah seorang yang usianya sudah sangat lanjut.[78] Banyak literatur Muslim menyebutkan bahwa mertua Musa adalah Syu'aib, meski keterangan ini tidak terdapat dalam Al-Qur'an. Alkitab menyebutkan bahwa dia adalah seorang imam (pendeta), namanya Rehuel[79] atau Yitro.[80] Al-Qur'an menyebutkan bahwa putri lelaki tua tersebut yang ditemui Musa di sumber air berjumlah dua orang,[81] sementara Alkitab menyebutkan bahwa Rehuel atau Yitro memiliki tujuh putri.[82] Ibnu Katsir menyebutkan bahwa bisa jadi lelaki tersebut memiliki tujuh putri, tetapi yang sedang meminumkan ternak saat itu dua orang.[83] Al-Qur'an menyebutkan bahwa lelaki tua itu akan menikahkan Musa dengan putrinya jika Musa mau bekerja padanya selama delapan tahun atau digenapkan sepuluh tahun.[84] Alkitab menyebutkan bahwa putri Rehuel atau Yitro yang dinikahkan dengan Musa bernama Zipora. Mereka dikaruniai dua putra,[85] bernama Gersom[5] dan Eliezer.[6] Sumber Alkitab juga menyebutkan bahwa Firaun yang ingin membunuh Musa kemudian wafat, sehingga Firaun berikutnya merupakan orang yang berbeda.[86]

Utusan Allah

Setelahnya, Allah berfirman pada Musa saat dia berada di gunung. Al-Qur'an dan Alkitab memiliki narasi serupa terkait percakapan antara Allah dan Musa, yakni bahwa Allah memerintahkan Musa menanggalkan alas kakinya karena tempat itu adalah tempat suci, kemudian memerintahkan agar Musa menyeru kepada Fir'aun dan membiarkan Bani Israel keluar dari Mesir. Allah memberikan Musa mukjizat, yakni tongkatnya dapat berubah menjadi ular dan tangannya dapat berubah menjadi putih. Namun Musa masih merasa takut, dan kakak Musa, Harun, juga diutus Allah untuk mendampingi Musa.[87][88][89][90][91]

Terkait waktu, Al-Qur'an menyebutkan bahwa peristiwa tersebut terjadi setelah Musa menyelesaikan waktu perjanjian kerja dengan mertuanya dan saat Musa pergi bersama keluarganya. Ulama tafsir menyebutkan bahwa mereka dalam perjalanan menuju Mesir.[92] Disebutkan bahwa saat dalam perjalanan bersama keluarganya, Musa melihat api di lereng gunung, sehingga dia mendatangi tempat tersebut untuk mencari kabar atau membawa api untuk keluarganya. Selanjutnya, Allah berfirman kepadanya.[93] Dalam Alkitab, ketika sudah menetap 40 tahun di Midian, Musa menggembalakan ternak mertuanya di dekat gunung Horeb, kemudian takjub melihat api muncul dari suatu semak duri, tapi semak tersebut tidak terbakar. Allah kemudian berfirman pada Musa.[94] Setelahnya, Musa kembali ke kediaman mertuanya untuk meminta izin kembali ke Mesir, kemudian dia membawa istri dan anak-anaknya pergi ke Mesir bersamanya.[95] Al-Qur'an menyebutkan bahwa tempat Allah berfirman pada Musa adalah lembah Thuwa, sedangkan Alkitab menyebutnya gunung Horeb (juga ditulis sebagai "gunung Sinai"[96][97][98]).[99] Beberapa tempat di kawasan semenanjung Sinai, Arab barat laut, dan sekitarnya diidentifikasikan sebagai tempat Allah berfirman pada Musa (lihat "Gunung Sinai dalam Alkitab").

Dalam Alkitab disebutkan bahwa saat Musa dan keluarganya bermalam di tengah perjalanan menuju Mesir, Tuhan hendak membunuh Musa, tetapi setelah Zipora mengambil pisau batu dan menyunat anak Musa, maka Musa dibiarkan hidup. Namun, Zipora mengatakan bahwa Musa adalah "pengantin darah",[100] lalu membawa kedua anak Musa pulang ke Madyan.[101]

Seruan

Alkitab menyebutkan bahwa Allah berfirman pada Harun agar dia menemui Musa di padang gurun, dan keduanya bertemu di gunung Horeb. Setelahnya, mereka berdua menemui para tetua Bani Israel sembari menunjukkan mukjizat. Mengetahui bahwa itu adalah pertanda Allah mendengar doa mereka yang meminta dibebaskan dari penindasan bangsa Mesir, bani Israel kemudian berlutut dan sujud menyembah.[102]

Nabi musa alaihissalam dalam berdakwah dibantu oleh saudara laki-lakinya yaitu

Fir'aun melihat ular memakan setan di hadapan Musa, dari manuskrip Qishash al-Anbiya', sekitar. 1540.

Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa Musa dan Harun menghadap Fir'aun, menyatakan diri sebagai utusan Allah, dan meminta agar Fir'aun membebaskan Bani Israel. Terjadi dialog di antara mereka mengenai Allah. Fir'aun mengungkit masa lalu Musa yang dibesarkan di istana dan kesalahan Musa dulu, yakni membunuh seorang bangsa Mesir. Fir'aun menganggap Musa dan Harun sebagai orang yang gila dan menyatakan bahwa siapa yang menyembah selain padanya akan dipenjara. Selanjutnya, Musa menunjukkan mukjizatnya, yakni tongkat yang menjadi ular dan tangannya yang menjadi putih. Fir'aun dan pengikutnya menertawakannya dan menganggap bahwa hal itu hanyalah sihir belaka. Fir'aun menolak beriman pada Musa dan Harun yang dianggap berusaha memalingkannya dari kepercayaan leluhur, juga menganggap mereka berusaha merebut kekuasaan di Mesir dan akan mengusir Fir'aun dan pengikutnya.[103][104][105][106][107][108] Kedua belah pihak kemudian menyepakati perjanjian untuk mengadakan pertandingan terbuka di hari raya antara Musa dan Harun dengan ahli-ahli sihir Mesir. Kepada para ahli sihir Mesir, Fir'aun menjanjikan kedudukan yang dekat dengannya bila mereka memenangkan pertandingan. Para penyihir itu kemudian melemparkan tali-temali dan tongkat-tongkat mereka dan menyihirnya menjadi ular. Musa sempat gentar, tetapi Allah menguatkannya. Musa kemudian melemparkan tongkatnya dan berubah menjadi ular. Ular Musa memakan ular-ular para penyihir itu. Para penyihir tersebut kemudian bersujud dan beriman kepada Tuhannya Musa dan Harun. Fir'aun mengancam akan menyiksa para penyihir itu, tetapi mereka tetap teguh mengimani Musa.[109][110][111][112][113]

Alkitab menyebutkan bahwa Musa dan Harun menghadap Fir'aun dan memintanya agar membiarkan orang Israel bersama mereka untuk pergi ke padang gurun sejauh perjalanan tiga hari untuk mempersembahkan korban kepada Allah. Namun Fir'aun menolak permintaan mereka dan berkata bahwa dia tidak mengenal Tuhan yang dimaksud Musa dan Harun. Tidak hanya melarang mereka keluar, Fir'aun bahkan menitahkan untuk memperberat pekerjaan orang Israel. Bani Israel diperintahkan mencari jerami sendiri, sebelumnya mereka menerima pasokan, tetapi tetap harus menyelesaikan jumlah batu bata sesuai target seperti sebelumnya. Lantaran hal ini, mandor-mandor Bani Israel menyalahkan Musa dan Harun.[114] Alkitab juga menyebutkan bahwa ketika Musa dan Harun menghadap Fir'aun lagi, Harun melemparkan tongkatnya dan berubah menjadi ular. Fir'aun kemudian memanggil ahli-ahli sihir. Mereka melemparkan tongkatnya dan berubah menjadi ular, tetapi tongkat Harun menelan tongkat-tongkat para ahli sihir itu. Meski demikian, Fir'aun tetap berkeras hati. Disebutkan bahwa Musa saat itu berusia 80 tahun dan Harun berusia 83 tahun.[115]

Al-Qur'an menyebutkan tanggapan Bani Israel terhadap Musa dan seruannya. Disebutkan bahwa keturunan kaum Musa beriman, juga takut bahwa Fir'aun dan pemuka kaumnya akan menyiksa mereka.[116] Sebagian mengeluh dan menyebutkan bahwa mereka ditindas baik sebelum maupun sesudah Musa datang.[117] Sebagian menyatakan bahwa mereka bertawakal pada Allah dan berdoa untuk diselamatkan dari orang-orang kafir.[118]

Fir'aun sendiri tetap tidak beriman pada seruan Musa dan Harun. Disebutkan dalam Al-Qur'an bahwa Fir'aun menyatakan bahwa kerajaan Mesir adalah miliknya dan sungai-sungai mengalir di bawahnya. Dia juga mengejek Musa yang tidak ahli dalam berbicara, juga karena Musa tidak memakai gelang dari emas atau tidak diiringi para malaikat. Perkataan Fir'aun tersebut berhasil mempengaruhi para pengikutnya.[119] Lebih jauh, Fir'aun menyatakan tidak ada tuhan bagi kaumnya selain dirinya sendiri dan memerintahkan tangan kanannya, Haman, untuk mendirikan bangunan tinggi agar dapat melihat Tuhannya Musa.[120][121] Disebutkan pula bahwa ada ada seorang dari keluarga Fir'aun yang beriman pada Musa dan menyeru bangsa Mesir agar turut beriman.[122]

Dalam Alkitab tertulis bahwa Allah mengeraskan hati Fir'aun dan para pegawainya, supaya Dia dapat menunjukkan mukjizat-mukjizat pada bangsa Mesir dan dapat dikisahkan Bani Israel dari generasi ke generasi, bagaimana Allah mempermain-mainkan orang Mesir agar kekuasaan Allah diketahui semua orang.[123]

Azab dan bencana

Al-Qur'an menyebutkan bahwa Mesir ditimpa kemarau bertahun-tahun sebagai salah satu peringatan Allah, tetapi Fir'aun dan para pengikutnya menyalahkan Musa dan pengikutnya sebagai sebab kesialan yang mereka terima. Jika mereka mendapat kemakmuran, para penentang Musa menyebutkan bahwa itu karena usaha mereka. Mereka juga menegaskan bahwa bukti apa saja yang dibawa Musa dan Harun untuk menyihir mereka, mereka tetap tidak akan beriman. Negeri Mesir kemudian dilanda topan, serangan belalang, wabah kutu, menyebarnya katak-katak di sepenjuru negeri, dan air minum bangsa Mesir berubah menjadi darah. Fir'aun dan pengikutnya memohon pada Musa agar dia dapat mendoakan mereka agar terbebas dari segala bencana tersebut dengan janji akan membiarkan Bani Israel pergi bersamanya. Namun setelah azab tersebut hilang, mereka mengingkari janjinya.[124]

Dalam Alkitab disebutkan bahwa Allah menimpakan sepuluh tulah atau azab kepada bangsa Mesir. Tulah pertama, darah. Harun memegang tongkat dan mengulurkan tangannya ke atas sungai, selokan, kolam, dan semua sumber air Mesir, dan semua air tersebut berubah menjadi darah. Namun ahli-ahli sihir Fir'aun juga dapat membuat hal yang sama sehingga Fir'aun tetap menolak permintaan Musa.[125] Tulah kedua, katak. Harun mengulurkan tangannya dengan tongkat ke perairan Mesir dan keluarlah katak-katak dalam jumlah besar dan memenuhi Mesir. Fir'aun kemudian meminta Musa dan Harun berdoa pada Tuhan untuk menghilangkan katak-katak tersebut dengan janji akan membiarkan Bani Israel pergi. Namun Fir'aun mengingkari janjinya setelah katak-katak tersebut hilang.[126] Tulah ketiga, nyamuk. Harun memukulkan tongkatnya pada debu tanah dan muncullah nyamuk yang menghinggapi manusia dan binatang.[127] Tulah keempat, lalat. Lalat pikat mengerubuti negeri Mesir, termasuk istana Fir'aun dan pegawai-pegawainya, tapi tidak dengan kediaman Bani Israel. Fir'aun meminta Musa dan Harun berdoa pada Tuhan untuk menghilangkan katak-katak tersebut dengan janji akan membiarkan Bani Israel pergi, tetapi kemudian Fir'aun mengingkari janjinya lagi.[128]

Tulah kelima, sampar. Hewan-hewan ternak bangsa Mesir mati terkena penyakit sampar, tapi tidak dengan milik Bani Israel.[129] Tulah keenam, barah atau bisul. Musa menggambil segenggam abu dari tempat pembakaran dan menghamburkannya di udara. Abu itu menjadikan manusia dan hewan terkena bisul bernanah, termasuk ahli sihir Fir'aun.[130] Tulah ketujuh, hujan es. Musa mengangkat tongkatnya ke langit, kemudian turunlah hujan es dahsyat disertai petir yang sambar-menyambar. Seluruh negeri Mesir dilanda hujan es, kecuali daerah pemukiman Bani Israel. Fir'aun meminta Musa dan Harun berdoa pada Tuhan untuk menghilangkan tulah tersebut dengan janji akan membiarkan Bani Israel pergi, tetapi kemudian Fir'aun mengingkari janjinya lagi.[131] Tulah kedelapan, belalang. Musa mengacungkan tongkatnya ke langit dan bertiuplah angin timur membawa belalang yang sangat banyak jumlahnya dan memenuhi Mesir. Fir'aun kembali memohon untuk menghilangkan bencana yang muncul, tapi kembali mengingkari janjinya setelah tulah tersebut hilang.[132] Tulah kesembilan, kegelapan. Mesir dilanda kegelapan selama tiga hari, tapi tidak dengan pemukiman Bani Israel.[133]

Tulah kesepuluh, kematian anak sulung. Berbeda dengan tulah sebelumnya yang hanya menimpa bangsa Mesir dan tidak mengenai Bani Israel tanpa melakukan upaya perlindungan khusus, tulah terakhir ini merata dan dapat mengenai siapa saja. Sebelum tulah turun, Allah memerintahkan Musa agar Bani Israel meminta perhiasan emas dan perak dari tetangga-tetangga mereka bangsa Mesir. Bangsa Mesir kemudian memberikannya. Bani Israel diperintahkan Allah untuk menyembelih, memanggang, dan memakan seekor domba atau kambing jantan, serta darah hewan tersebut ditorehkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas pintu pada tiap-tiap rumah keluarga Bani Israel yang memakannya. Malamnya, matilah semua anak sulung bangsa Mesir, mulai anak raja sampai anak tahanan. Semua ternak yang pertama lahir juga mati. Malam itu juga, Fir'aun memanggil Musa dan Harun dan menyuruh mereka pergi dari Mesir bersama Bani Israel.[134]

Hijrah dari Mesir

Al-Qur'an menyebutkan bahwa rombongan Bani Israel keluar pada malam hari. Fir'aun kemudian mengirim utusan ke kota-kota guna menghimpun pasukan untuk mengejar Bani Israel dan mereka berhasil menyusul saat matahari terbit. Maka saat kedua kelompok tersebut dapat saling melihat, sebagian Bani Israel ketakutan, "Kita benar-benar akan tersusul." Allah mewahyukan agar Musa memukulkan tongkatnya ke laut dan laut terbelah. Setiap bagian laut tersebut seperti gunung dan Bani Israel melewati jalan kering di antara laut yang terbelah tersebut. Fir'aun dan pasukannya mengejar Bani Israel, tetapi sebelum sampai di tepi, laut tersebut menutup kembali sehingga Fir'aun dan pasukannya tenggelam. Di saat-saat terakhir, Fir'aun berkata, "Aku percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan Tuhan Yang dipercayai Bani Israel dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri." Meski demikian, Allah tidak menerima pertobatan Fir'aun. Meski demikian, jasad Fir'aun terjaga untuk menjadi pelajaran bagi generasi setelahnya.[135][136][137][138][139]

Para ulama memberikan beberapa keterangan tambahan yang tidak terdapat dalam Al-Qur'an. Saat laut terbelah, Fir'aun justru menyombongkan diri dan menyatakan bahwa laut itu terbelah demi dirinya agar bisa mengejar Bani Israel. Sebenarnya pasukan Fir'aun dan kuda-kuda mereka ragu untuk maju, tetapi Jibril kemudian muncul dalam wujud seorang pemuda yang menunggang kuda betina sehingga kuda-kuda jantan Fir'aun dan pasukannya mengejarnya. Saat Fir'aun bertobat, Jibril mengambil pasir lautan dengan sayapnya, kemudian memukulkan pada wajah Fir'aun dan menguburnya.[140]

Dalam Alkitab disebutkan bahwa pada malam Paskah (tanggal 15 Abib atau 15 Nisan) setelah Allah menurunkan tulah kematian anak sulung pada bangsa Mesir, Bani Israel berangkat keluar dari Mesir sambil membawa adonan roti sebelum sempat diragi, karena mereka diusir dari Mesir dan tidak dapat berlama-lama dan tidak sempat menyediakan bekal. Musa memimpin bangsa Israel (jumlahnya kira-kira 600.000 orang laki-laki, tidak termasuk anak-anak), beserta banyak ternak, bertolak dari Raamses.[141] Musa juga membawa tulang-tulang Yusuf, sesuai wasiat Yusuf.[142] Allah menuntun dalam wujud tiang awan pada siang hari dan tiang api pada malam hari yang berjalan di depan Bani Israel untuk memandu jalan mereka.[143]

Allah memerintahkan Musa mengambil jalan memutar dan berkemah di tepi laut agar Fir'aun menyangka rombongan Bani Israel tersesat. Saat terlihat Fir'aun dan pasukannya menyusul, Bani Israel menjadi sangat ketakutan dan menyalahkan Musa. Namun Allah memerintahkan malaikat yang berjalan di depan Bani Israel untuk berpindah ke belakang mereka sehingga menimbulkan kegelapan di antara tentara Mesir dan orang Israel sepanjang malam dan pasukan Fir'aun tidak dapat mendekati Bani Israel malam itu.[144] Kemudian Musa diperintahkan untuk mengulurkan tangannya ke atas laut dan angin dari timur bertiup semalaman sehingga membelah air laut dan menciptakan jalan kering di tengahnya. Bani Israel menyeberang laut lewat jalur kering tersebut, sementara air laut membentuk tembok di kiri dan di kanan mereka. Pasukan Fir'aun menyusul dan saat sampai di tengah laut, roda kereta kuda mereka menjadi miring sehingga sulit untuk maju. Musa kemudian mengulurkan kembali tangannya ke laut dan laut tersebut kembali menyatu, menenggelamkan Fir'aun dan pasukannya, dan mayat-mayat mereka terdampar di pantai.[145] Setelahnya, rombongan Bani Israel menyanyikan lagu syukur kepada Allah dipimpin oleh Musa dan Miryam.[146]

Alkitab mencatat bahwa pada waktu Bani Israel keluar dari Mesir ini banyak orang dari berbagai bangsa juga ikut pergi bersama mereka. Disebutkan bahwa Bani Israel tinggal di Mesir selama 430 tahun.[147]

Al-Qur'an bahwa setelah menyeberang lautan, rombongan Bani Israel melewati kaum penyembah berhala. Sebagian Bani Israel meminta agar Musa juga membuatkan tuhan berhala untuk mereka sebagaimana kaum tersebut. Musa menolak dan memperingatkan mereka.[148]

Perjalanan

Nabi musa alaihissalam dalam berdakwah dibantu oleh saudara laki-lakinya yaitu

Victory O Lord! ("Kemenangan, ya, Tuhan!"), lukisan John Everett Millais (1871), menggambarkan Musa, dibantu oleh Harun dan Hur, mengangkat kedua tangannya selama peperangan Bani Israel melawan orang Amalek

Alkitab menyebutkan bahwa setelah menyeberang laut, Bani Israel berjalan di gurun selama tiga hari tanpa menemukan air. Saat menemukannya di tempat bernama Mara, airnya terasa pahit. Allah kemudian menunjukkan sepotong kayu dan kayu tersebut dilemparkan ke dalam air sehingga air di tempat itu menjadi tawar dan dapat diminum. Di tempat tersebut, Allah mengajarkan berbagai peraturan pada mereka. Setelahnya, mereka pergi dan berkemah di Elim dan di sana terdapat 12 mata air dan 70 pohon kurma.[149]

Al-Qur'an menyebutkan secara singkat bahwa Bani Israel juga dikaruniai manna dan salwa untuk makan.[150][151][152] Ulama tafsir menyebutkan bahwa salwa adalah burung puyuh dan manna adalah makanan yang berasa seperti madu. Allah memerintahkan Musa untuk memukulkan tongkatnya pada batu dan memancarlah dua belas mata air untuk minum.[153][154]

Alkitab menyebutkan setelah berangkat dari Elim dan berkemah di padang gurun Sin (pada tanngal 15 bulan ke-2), Bani Israel terus mengeluh lantaran lelahnya perjalanan dan ingin makan roti dan daging seperti saat mereka masih hidup di Mesir. Saat sore, datanglah burung puyuh banyak sekali sampai memenuhi perkemahan. Paginya, turunlah embun di sekeliling perkemahan. Saat embun tersebut menguap, tampaklah sesuatu yang tipis seperti sisik dan halus seperti embun beku, bentuknya biji-biji kecil berwarna putih dan rasanya seperti kue dari madu. Embun tersebut disebut "manna" oleh Bani Israel. Makanan tersebut turun setiap pagi. Jumlahnya menjadi berlipat saat hari keenam. Pada hari ketujuh, hari Sabat, Bani Israel dilarang keluar kemah untuk menghormati Tuhan dan manna juga tidak turun, sehingga mereka makan dari persediaan yang sudah disiapkan pada hari sebelumnya.[155] Bani Israel melanjutkan perjalanan sampai Rafidim dan mereka kembali mengeluh karena tidak mendapat air. Allah kemudian memerintahkan Musa memukul sebuah batu dan memancarlah air dari tempat tersebut.[156]

Diterangkan dalam Alkitab bahwa saat berada di Rafidim, bangsa Amalek menyerang Bani Israel. Musa kemudian memerintahkan Yosua (Yusya' dalam Islam) bin Nun untuk memilih beberapa orang dan bertarung melawan Amalek. Bersama Harun dan Hur, Musa naik ke atas bukit. Saat Musa mengangkat tangannya, Bani Israel menang, tetapi saat menurunkan tangan, Amalek yang menang. Saat Musa kelelahan, Harun dan Hur mengambil batu untuk Musa duduk dan mereka berdua menopang tangan Musa sampai matahari terbenam. Pasukan Yosua akhirnya berhasil mengalahkan Amalek.[157]

Di tempat itu pula Yitro, mertua Musa, datang berkunjung dengan membawa serta Zipora, istri Musa, dan kedua anak laki-lakinya, Gersom dan Eliezer. Yitro menasihati Musa untuk mengangkat para hakim guna membantunya mengadili kasus-kasus yang ada pada bangsa Israel.[158] Kemudian mereka berangkat dari Rafidim dan tiba di padang gurun Sinai dan berkemah di depan gunung Sinai pada bulan ketiga setelah Bani Israel keluar dari tanah Mesir.[159]

Gunung Sinai

Alkitab menyebutkan bahwa pada tanggal satu bulan ke-3 setelah meninggalkan Mesir, Bani Israel mendirikan perkemahan di depan gunung Sinai, dan Musa menaiki gunung itu untuk berbicara dengan Allah. Allah memerintahkan Bani Israel untuk bersuci, mandi, dan mencuci pakaian mereka untuk bersiap menghadapi hari ketiga. Pada pagi hari ketiga, seluruh gunung ditutupi asap dan terdengar bunyi sangkakala dengan keras. Allah memerintahkan Musa naik ke puncak gunung. Bani Israel lain, juga hewan ternak, dilarang mendekati gunung.[160] Allah kemudian memberikan beberapa perintah pada Musa, yang dikenal dengan Sepuluh Perintah.[161][162] Allah juga menyampaikan perintah dan hukum terkait pembangunan mezbah,[163] budak,[164] berbagai tindakan kekerasan,[165] tanggung jawab para pemilik ternak,[166] ganti rugi,[167] kesusilaan dan ibadah,[168] keadilan dan kejujuran,[169] tahun ketujuh dan hari ketujuh,[170] dan hari-hari raya.[171] Besok paginya, Musa mendirikan mezbah (altar persembahan) dengan dua belas tugu di kaki gunung, kemudian memerintahkan para pemuda untuk menyembelih beberapa ekor sapi untuk kurban.[172]

Al-Qur'an dan Alkitab menjelaskan bahwa Allah kemudian memerintahkan Musa untuk naik ke atas gunung selama empat puluh hari empat puluh malam. Selama Musa pergi, Harun dan Hur dipasrahi untuk mengurus Bani Israel. Di atas gunung itu Allah menuliskan hukum-hukum-Nya pada dua loh atau keping batu.[173][174] Al-Qur'an menyebutkan bahwa saat itu Musa memohon agar Allah menunjukkan diri. Allah kemudian meminta agar Musa melihat ke sebuah gunung dan jika gunung itu tetap berdiri, maka Musa dapat melihat Allah. Saat menampakkan keagungan-Nya pada gunung yang dimaksud, gunung tersebut hancur. Musa jatuh pingsan dan setelah sadar, dia bertobat pada Allah atas permintaannya.[175] Sebagian ulama menjelaskan bahwa awalnya Allah memerintahkan Musa untuk berdiam selama tiga puluh hari di gunung dan Allah akan berfirman padanya di hari terakhir. Musa berpuasa selama tiga puluh hari tersebut dan setelahnya dia menggosok giginya dengan siwak sebelum bermunajat pada Allah untuk menghilangkan bau mulutnya. Namun Allah justru menyatakan bahwa bau mulut orang berpuasa lebih harum dari minyak kasturi, sehingga Allah memerintahkan Musa untuk berpuasa sepuluh hari lagi.[176][177] Alkitab menjelaskan bahwa saat itu Allah memberikan hukum dan perintah terkait Kemah Suci[178][179][180] dan pelatarannya,[181] peti perjanjian,[182] meja untuk roti sajian,[183] kaki lampu,[184] mezbah,[185][186] pengurusan lampu,[187] pakaian imam (pendeta),[188] penahbisan Harun dan keturunannya menjadi imam,[189] kurban harian,[190] bak perunggu,[191] minyak upacara,[192] dan hari Sabat.[193]

Patung sapi

Di tempat lain, Bani Israel merasa Musa terlalu lama berada di gunung. Perhiasan-perhiasan emas yang dibawa Bani Israel kemudian dilemparkan ke api dan dibuatlah patung sapi emas dan dinyatakan bahwa patung tersebut adalah tuhan. Banyak Bani Israel kemudian menyembahnya. Saat turun dari gunung, Musa sangat marah dengan perbuatan Bani Israel sampai melemparkan lauh-lauh atau kepingan batunya dan kemudian menghancurkan patung sapi tersebut. Musa juga memarahi Harun lantaran dianggap lalai menjaga Bani Israel.[194][195][196]

Terdapat perbedaan pendapat mengenai pihak yang bertanggung jawab atas peristiwa tersebut. Alkitab menyebutkan bahwa Harun sendirilah yang membuat patung tersebut.[197] Al-Qur'an menyebutkan bahwa seseorang yang disebut Samiri yang melakukannya,[198] sementara Harun sendiri sudah berusaha mencegah Bani Israel melakukan penyembahan sapi tersebut, tapi peringatan tersebut tidak diindahkan lantaran dia dipandang lemah dan diancam akan dibunuh.[199] Saat Musa menanyai alasan Samiri melakukan perbuatan tersebut, dijawab bahwa dirinya mengetahui hal yang tidak orang lain ketahui, jadi dia mengambil segenggam jejak rasul, kemudian melemparkannya ke dalam api tempat membakar perhiasan emas tersebut.[200] Sebagian ulama menafsirkan bahwa yang dimaksud jejak rasul adalah tanah bekas tapak kaki kuda Jibril saat menyeberangi laut. Saat tanah tersebut dimasukkan ke dalam tubuh patung, patung tersebut dapat bersuara seperti suara sapi. Ulama lain menjelaskan bahwa tanah itu membuat patung tersebut menjadi seperti sapi sungguhan yang memiliki daging dan darah, juga bersuara selayaknya sapi hidup.[201] Al-Qur'an menyebutkan bahwa Musa kemudian mengusir Samiri.[202]

Al-Qur'an menyebutkan bahwa setelahnya, Musa memerintahkan Bani Israel untuk bertobat dan membunuh diri mereka sebagai bentuk pertobatan.[203] Alkitab menjelaskan bahwa suku Lewi kemudian mengelilingi Musa dan mereka kemudian diperintahkan menghunus pedang, kemudian berjalan dari satu gerbang perkemahan ke gerbang lainnya sambil membunuh saudara, sahabat, dan tetangga mereka. Sekitar tiga ribu orang tewas. Musa kemudian kembali naik ke gunung untuk memintakan ampun perbuatan Bani Israel pada Allah.[204]

Al-Qur'an menjelaskan bahwa setelahnya, Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk bertobat pada Allah. Saat mereka ditimpa gempa, Musa memohon pengampunan pada Allah dan meminta agar Allah jangan membinasakan kaumnya lantaran perbuatan sebagian dari mereka.[205] Para ulama menjelaskan bahwa di antara ketujuh puluh orang tersebut adalah Harun, Yusya', Nadab, dan Abihu.[206] Al-Qur'an juga menjelaskan bahwa sebagian Bani Israel menyatakan tidak akan beriman kalau tidak melihat Allah secara langsung, maka mereka mati disambar petir, tetapi Allah menghidupkan mereka kembali.[207] Muhammad bin Ishaq menjelaskan bahwa tujuh puluh orang terbaik dipilih di kalangan Bani Israel untuk meminta pengampunan di gunung. Saat di sana, muncul awan tebal dan mereka masuk ke dalamnya. Di hadapan mereka muncul cahaya yang sangat terang. Allah kemudian berfirman pada Musa dan menyampaikan berbagai hukum. Setelahnya, Musa mendatangi kaumnya, tapi mereka menyatakan tidak mau beriman sebelum melihat Allah. Maka Allah menyambar mereka dengan halilintar.[208]

Alkitab menjelaskan bahwa setelah kejadian penyembahan patung sapi tersebut, Musa mendirikan kemah pertemuan jauh di luar perkemahan Bani Israel, supaya setiap orang yang mencari Allah dapat pergi ke sana.[209] Musa kemudian membuat ulang kepingan batu yang baru karena yang lama sudah dia pecahkan.[210]

Kemah Suci

Nabi musa alaihissalam dalam berdakwah dibantu oleh saudara laki-lakinya yaitu

Model Kemah Suci di Timna Park, Israel

Pada tanggal 1 bulan pertama tahun ke-2 setelah keluar dari Mesir, Kemah Suci resmi didirikan, terdiri dari alas, tiang, atap kemah, Tabut Perjanjian berisi loh hukum Allah, tabir penudung, meja roti sajian, kandil, mezbah ukupan, tirai pintu kemah, mezbah korban bakaran, bejana pembasuhan di antara Kemah Pertemuan dan mezbah korban bakaran, tiang-tiang pelataran sekeliling Kemah Suci dan mezbah serta dan tirai pintu gerbang pelataran.[211] Ketika selesai didirikan maka tiang awan Allah menutupi Kemah Suci dan Musa tidak dapat memasuki kemah itu, selama awan itu ada di atas kemah. Awan itu berada di atas Kemah Suci pada siang hari dan muncul api di dalamnya pada malam hari. Apabila awan itu naik dari atas Kemah Suci, berangkatlah rombongan Bani Israel dari tempat mereka berkemah, tetapi selama awan itu tidak naik, maka mereka menetap di tempat itu sampai hari awan itu naik.[212]

Setelah mendirikan Kemah Suci, Musa menahbiskan Harun dan keempat putranya menjadi imam-imam untuk melayani persembahan korban umat bagi Allah dan memimpin ibadah umat. Karena Nadab dan Abihu, kedua putra tertua Harun, menyalahi aturan pembuatan ukupan, mereka dihukum mati oleh Allah. Berikutnya dirinci aturan-aturan kehidupan dan ibadah untuk seluruh umat Israel.[213]

Upaya Memasuki Palestina

Al-Qur'an menjelaskan bahwa Musa memerintahkan Bani Israel untuk masuk ke negeri yang telah ditentukan Allah untuk mereka. Namun mereka tidak mau memasukinya dengan alasan penduduk di sana sangat kuat dan kejam. Dua orang di antara Bani Israel berusaha meyakinkan yang lain bahwa mereka akan memperoleh kemenangan melawan penduduk negeri tersebut, tetapi tetap saja Bani Israel yang lain tidak tergerak. Puncaknya, mereka justru meminta Allah dan Musa berperang sendiri melawan penduduk tersebut, sementara mereka akan menanti. Maka Allah mengharamkan negeri itu pada Bani Israel selama empat puluh tahun dan selama itu, mereka akan berputar-putar kebingungan di muka bumi.[214]

Alkitab menjelaskan bahwa Musa mengutus dua belas orang pengintai untuk meninjau tanah Kanaan (Palestina). Setelah kembali, mereka melaporkan bahwa negeri itu memiliki susu dan madu yang melimpah, juga bangsa yang tinggal di sana sangat kuat dan tinggal di kota besar berbenteng. Sepuluh pengintai di antara mereka menyebutkan bahwa Bani Israel tidak akan mampu melawan bangsa tersebut, menyebarkan cerita bohong bahwa penduduk negeri itu adalah penduduk negeri tersebut seperti raksasa sehingga mustahil untuk direbut.[215] Laporan tersebut menjadikan Bani Israel mengeluh dan marah, bahkan mereka hendak mengangkat seorang pemimpin baru dan kembali ke Mesir. Dua di antara pengintai tersebut, Yosua bin Nun dari suku Efraim dan Kaleb bin Yefune dari suku Yehuda berusaha keras meyakinkan Bani Israel yang lain bahwa mereka bisa mengalahkan penduduk tersebut karena Tuhan menyertai mereka, tetapi orang-orang tersebut justru mengancam akan melempari mereka dengan batu. Allah kemudian menghukum Bani Israel. Mereka semua yang berusia di atas dua puluh tahun, kecuali Yosua dan Kaleb, akan mati di gurun dan tidak akan bisa memasuki negeri yang dijanjikan tersebut. Setelah Musa menyampaikan hukuman Allah tersebut, Bani Israel menjadi sedih dan keesokan harinya, mereka berusaha merebut negeri tersebut tanpa restu Musa. Meski Musa telah melarang, mereka tetap nekat dan mereka dikalahkan oleh bangsa Amalek dan penduduk Kanaan.[216]

Menurut Alkitab, selama Bani Israel mengembara empat puluh tahun di padang gurun, maka semua orang dewasa yang tidak percaya terhadap laporan Yosua dan Kaleb telah mati dalam perjalanan.[217][218] Meskipun demikian anak-anak mereka tumbuh dewasa sehingga jumlah umat tidak berubah banyak. Pada tahun pertama, jumlah laki-laki dewasa berusia 20 tahun ke atas (tidak termasuk laki-laki berusia di bawah 20 tahun, para perempuan dan anggota suku Lewi) adalah 603.550 orang,[219] sedangkan pada tahun terakhir jumlahnya adalah 601.730 orang.[220] Dalam Kitab Bilangan dicatat 42 tempat persinggahan bangsa Israel selama mengembara.[221] Tempat perkemahan terakhir sebelum menyeberangi sungai Yordan untuk masuk ke tanah Kanaan adalah di Sitim,[222][223] yaitu di sebelah timur sungai Yordan, di dataran Moab, berseberangan dengan kota Yerikho;[224] di padang gurun, di Araba-Yordan, di tentangan Suf, antara Paran dengan Tofel, Laban, Hazerot dan Di-Zahab; sebelas hari perjalanan jauhnya dari Horeb sampai Kadesh-Barnea, melalui jalan pegunungan Seir,[225]

Baal Peor

Alkitab mencatat bahwa Balak bin Zipor, raja Moab, takut terhadap Bani Israel, maka memanggil Bileam bin Beor untuk mengutuki mereka. Namun, Allah memperingatkan Bileam melalui keledainya yang tiba-tiba dapat berbicara dan penampakan malaikat yang siap membunuhnya, supaya Bileam hanya bersedia mengatakan apa yang diberikan Allah kepadanya. Tiga kali Bileam dibawa ke tempat untuk dapat melihat perkemahan Israel, tetapi tiga kali itu pula Bileam memberkati bangsa Israel.[226] Namun, Bileam ternyata memberi nasihat kepada para pemimpin bangsa Madyan (Midian) untuk menyesatkan bangsa Israel, supaya mereka makan persembahan berhala (Baal-Peor) dan berbuat zina dengan perempuan-perempuan Madyan.[227][228][229] Akibatnya Bani Israel ditimpa tulah sehingga 24.000 orang dari mereka mati.[230] Kemudian bangsa Israel diperintahkan Allah melalui Musa untuk menyerang penduduk Madyan yang berniat menyesatkan mereka itu, dan membunuh raja-raja mereka, serta juga membunuh Bileam.[231][232]

Peperangan

Dicatat dalam Alkitab bahwa ketika Bani Israel hendak mencapai tepi timur sungai Yordan, Musa mengirimkan utusan kepada raja-raja di daerah itu supaya mereka diizinkan lewat di jalan besar mereka, tetapi Sihon, raja Hesybon memutuskan menyerang Bani Israel. Maka bangsa Israel mengalahkan pasukan Sihon serta menduduki tanahnya.[233] Demikian pula Og, raja Basan, menyerang Bani Israel, tetapi juga dikalahkan dan tanahnya diduduki oleh Bani Israel.[234] Tanah itu kemudian dibagikan kepada suku Ruben, suku Gad dan setengah suku Manasye.[235]

Kejadian lain

Perselisihan internal

Al-Qur'an menyebutkan bahwa salah seorang kaum Musa bernama Qarun dianugerahi kekayaan yang sangat banyak. Saat sebagian orang memperingatkannya agar jangan terlalu membanggakan diri, Qarun membalas bahwa dia dikaruniai semua kekayaan tersebut karena ilmunya. Suatu hari, dia keluar dengan menunjukkan kemegahannya. Mereka yang cenderung pada dunia menjadi iri dan ingin seperti Qarun, tetapi orang-orang saleh justru membenci yang dilakukan Qarun. Allah kemudian membenamkan Qarun dan rumahnya ke dalam bumi.[236] Para ulama memberikan beberapa keterangan tambahan. Disebutkan bahwa Qarun memiliki suara yang merdu saat membaca Taurat, tapi dia termasuk orang munafik seperti Samiri.[237] Qarun membayar seorang wanita pelacur untuk mengatakan di depan khalayak bahwa Musa telah melakukan perbuatan senonoh terhadapnya. Musa kemudian mendatangi wanita tersebut dan dia akhirnya mengaku bahwa Qarun yang memerintahkannya berbuat demikian. Musa kemudian mendoakan keburukan pada Qarun.[238]

Kisah Qarun dipersamakan dengan kisah Korah dalam Alkitab, dan dicatat bahwa ketika Bani Israel masih dalam pengembaraan di padang gurun, Korah bin Yizhar bin Kehat bin Lewi (putra paman Musa),[239] Datan dan Abiram (keduanya putra Eliab), serta On bin Pelet, ketiganya dari suku Ruben, mengajak 250 orang termasuk pemimpin-pemimpin umat dan orang ternama untuk memberontak melawan Musa. Mereka berkumpul mengerumuni Musa dan Harun untuk menggugat kepemimpinan kedua orang itu. Musa menyatakan bahwa Korah dan para pengikutnya harus datang di depan Kemah Suci sambil membawa tempat-tempat api pada besok hari, mengisinya dengan bara api dan dupa, dan membawanya ke mezbah. Besoknya, cahaya muncul dan Tuhan berfirman pada Musa, memerintahkan agar Bani Israel menjauhi kemah-kemah Korah dan pengikutnya. Setelahnya, tanah terbelah, menelan Korah dan segala harta bendanya. Lalu Tuhan mendatangkan api dan menghanguskan 250 orang pengikut Korah.[240]

Menurut Alkitab, ketika berkemah di Hazerot, Musa digugat oleh kakak-kakak kandungnya sendiri yaitu Miryam dan Harun, dengan alasan Musa memperistri seorang perempuan Kush, dan selain Musa, Allah juga berbicara dengan perantaraan mereka berdua. Namun, Allah menegaskan bahwa Musa adalah pemimpin umat serta menghukum Miryam dengan kusta selama 7 hari. Setelah Miryam sembuh, barulah Bani Israel berangkat dari Hazerot.[241]

Menghidupkan orang mati

Al-Qur'an menyebutkan bahwa Musa memerintahkan Bani Israel untuk menyembelih seekor sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, berwarna kuning tua, belum pernah dipakai membajak tanah atau mengairi tanaman, sehat, dan tanpa belang. Dari salah satu anggota tubuh sapi tersebut kemudian dipukulkan ke jasad dari seseorang yang mati dibunuh, kemudian dia dapat hidup kembali.[242]

Sebagian ulama mengisahkan bahwa ada salah seorang Bani Israel yang kaya raya, sudah berusia lanjut, dan memiliki banyak keponakan. Mereka mengharapkan kematiannya agar segera mewarisi hartanya. Salah seorang dari mereka kemudian membunuhnya dan kemudian terjadi perdebatan mengenai jati diri pelakunya. Saat perkara itu dibawa ke hadapan Musa, dia memerintahkan mereka menyembelih sapi yang berwarna kuning kemerahan, dan ciri-ciri lainnya. Setelahnya, jenazah dipukul dengan menggunakan bagian dari tubuh sapi tersebut. Jenazah tersebut hidup kembali dan memberitahukan pembunuhnya.[243]

Khidir

Al-Qur'an mengisahkan bahwa Musa berguru pada seorang saleh. Namanya tidak disebutkan dalam Al-Qur'an dan ulama ahli tafsir menyebutkan bahwa dia adalah Khidir. Disebutkan dalam sebuah riwayat hadits bahwa suatu hari, Bani Israel bertanya pada Musa mengenai siapa orang yang paling banyak ilmunya di muka bumi. Musa menjawab bahwa dia adalah orang yang paling banyak ilmunya di muka bumi. Allah menegur Musa dan menyebutkan bahwa ada orang yang lebih berilmu dari Musa dan dia sedang ada di pertemuan dua lautan.[244]

Al-Qur'an dengan ditambah keterangan para ulama menyebutkan bahwa Musa dan pembantunya, dia adalah Yusya' (Yosua) menurut ahli tafsir, menuju tempat yang dimaksud. Saat sedang beristirahat, ikan yang menjadi bekal mereka kembali hidup dan melompat mengambil jalan ke laut. Saat mereka sudah cukup jauh melanjutkan perjalanan, Musa meminta bekalnya pada Yusya' dan barulah Yusya' yang tadi lupa kemudian menceritakan mengenai ikan tersebut. Akhirnya mereka kembali ke tempat ikan tersebut pergi dan di sana mereka melihat Khidir. Musa kemudian meminta pada Khidir agar dia bisa ikut dengannya untuk menimba sebagian ilmu darinya, tapi Khidir mengingatkan Musa bahwa dia tidak akan sabar saat ikut dengannya. Meski demikian, Musa tetap berkeras. Akhirnya Khidir mengabulkan permintaan Musa dengan syarat Musa tidak boleh bertanya tentang apapu sampai dia sendiri yang menjelaskannya.[245]

Saat mereka menaiki perahu, tiba-tiba Khidir melubangi perahu tersebut. Musa protes karena perbuatan tersebut dapat membahayakan penumpangnya, tetapi Khidir hanya mengingatkan tentang perjanjian mereka sebelumnya. Saat mereka berpapasan dengan seorang anak, Khidir membunuh anak tersebut. Musa kembali protes dan menyatakan bahwa Khidir telah melakukan suatu kemungkaran. Khidir kembali mengingatkan perjanjian mereka di awal. Saat mereka tiba di suatu kawasan, Khidir dan Musa meminta dijamu penduduk setempat, tetapi mereka menolaknya. Saat melihat tembok rumah yang hendak roboh di tempat itu, Khidir kemudian menegakkan dinding tersebut. Musa kembali protes dan mengatakan bahwa Khidir bisa mengambil upah dari perbuatannya itu.[246]

Khidir kemudian berpisah dengan Musa, tetapi sebelumnya, dia menjelaskan alasan perbuatannya. Khidir merusak bahtera karena bahtera tersebut milik seorang yang miskin agar tidak dirampas oleh seorang raja yang hendak merampas tiap bahtera di hadapan mereka. Khidir membunuh anak tersebut karena anak tersebut dapat menjerumuskan kedua orang tuanya dalam kekafiran dan kesesatan. Khidir menegakkan dinding karena di bawahnya ada harta simpanan dari dua anak yatim dan ayah mereka adalah seorang yang saleh.[247][248]

Harun meninggal

Alkitab menjelaskan bahwa saat rombongan Musa tiba di gunung Hor di perbatasan Edom, Allah memerintahkan Musa membawa Harun dan putranya, Eleazar, naik ke gunung. Mereka bertiga kemudian naik gunung tersebut dan disaksikan Bani Israel. Musa kemudian menanggalkan pakaian imam Harun dan mengenakannya pada Eleazar, setelahnya Harun meninggal. Bani Israel berkabung selama tiga puluh hari.[249]

Pengganti Musa

Alkitab menyebutkan bahwa saat Allah mengabarkan bahwa Musa juga akan mati lebih dulu sebelum masuk ke negeri perjanjian sebagaimana Harun, Musa meminta agar Allah menunjuk penggantinya dalam memimpin Bani Israel. Allah kemudian menunjuk Yosua (Yusya') bin Nun. Yosua kemudian diperintahkan berdiri di hadapan Imam Eleazar bin Harun dan Musa meletakkan tangannya di atas kepala Yosua, kemudian Musa mengumumkan bahwa Yosua akan menjadi penggantinya.[250]

Tercatat dalam Alkitab bahwa pada tanggal 1 bulan ke-11 tahun ke-40 ketika bangsa Israel sudah berkemah di tanah Moab menjelang akhir tahun ke-40 penggembaraan mereka dan siap menyeberang ke tanah Kanaan, Musa diperintahkan oleh Allah untuk berbicara kepada seluruh Bani Israel dan menguraikan sekali lagi (dan terakhir kali) hukum Taurat yang dicatatnya dalam Kitab Ulangan.[251]

Wafat

Nabi musa alaihissalam dalam berdakwah dibantu oleh saudara laki-lakinya yaitu

Monumen Musa, gunung Nebo, Yordania

Diriwayatkan dalam sebuah hadits bahwa saat waktu kematian Musa tiba, malaikat maut mendatanginya terang-terangan, tetapi Musa langsung menamparnya hingga buta. Malaikat maut kembali dan mengadu pada Allah. Allah mengembalikan penglihatan malaikat maut, memerintahkannya untuk menyampaikan pada Musa agar dia meletakkan tangannya di atas kulit sapi, maka setiap bulu yang tertutupi tangannya merupakan tambahan satu tahun untuk umur Musa. Setelah pesan tersebut disampaikan, Musa menanyakan yang terjadi setelah masa tambahan tersebut. Malaikat maut menjawab bahwa Musa akan meninggal. Setelahnya Musa memilih untuk meninggal saat itu juga.[252][253]

Alkitab menerangkan bahwa Musa meninggal di Moab dan dikuburkan di sebuah lembah di Moab di seberang kota Bet-Peor. Musa meninggal pada usia 120 tahun dengan kekuaatan yang masih prima dan penglihatan yang masih jelas. Bani Israel berkabung di Moab untuk kematian Musa selama tiga puluh hari.[254]

Kedudukan

Yahudi

Tradisi Yahudi memandang Musa sebagai nabi teragung yang pernah hidup.[255][256] Meski demikian, Yahudi menekankan Musa sebagai manusia, sehingga tidak boleh untuk disembah.[257] Dalam Yahudi Ortodoks, Musa disebut Moše Rabbenu, `Eved HaSyem, Avi haNeviim zya"a (Musa pemimpin kami, hamba Tuhan, dan bapa para nabi).

Secara tradisi, Musa juga dipandang sebagai penulis dari lima kitab pertama dalam Tanakh dan Alkitab: Beresyit (בראשית) atau Kejadian, Syemot (שמות) atau Keluaran, Vayikra (ויקרא) atau Imamat, Bemidbar (במדבר) atau Bilangan, dan Devarim (דברים) atau Ulangan.[258] Kelima kitab tersebut yang disebut Taurat oleh umat Yahudi dan Kristen. Dia juga disebut penggubah salah satu mazmur (syair pujian pada Tuhan).[259] Musa juga merupakan seorang hakim, memutuskan berbagai permasalah Bani Israel, dan pengajar, mengajarkan berbagai hukum dan perintah Allah pada umatnya. Musa juga membuat Tabut Perjanjian, wadah kayu berlapis emas yang berisikan loh-loh atau kepingan batu yang berukirkan sepuluh perintah Allah, tongkat Harun, dan roti manna.

Kristen

Nabi musa alaihissalam dalam berdakwah dibantu oleh saudara laki-lakinya yaitu

Sebuah patung marbel karya Michaelangelo yang dipahat tahun 1515 di Italia yang menggambarkan sosok Musa

Musa adalah tokoh dari Tanakh yang paling sering disebutkan dalam Perjanjian Baru. Bagi umat Kristen, Musa sering menjadi perlambang hukum Allah, sebagaimana diperkuat dan dijelaskan dalam ajaran Yesus. Para penulis Perjanjian Baru sering membandingkan kata-kata dan perbuatan Yesus dengan Musa untuk menjelaskan misi Yesus. Dalam Kisah Para Rasul 7: 39-43, 51–53, misalnya, penolakan Musa oleh orang-orang Yahudi yang menyembah anak lembu emas disamakan dengan penolakan Yesus oleh orang-orang Yahudi.[260][261]

Musa juga disebutkan dalam beberapa pesan Yesus. Ketika bertemu dengan orang Farisi Nikodemus pada malam hari,[262] Yesus membandingkan Musa yang membuat ular tembaga di padang belantara yang bisa dilihat bangsa Israel dan menyembuhkan mereka, dengan pengangkatan Yesus sendiri (oleh kematian dan kebangkitan) bagi mereka yang melihat akan disembuhkan. Disebutkan pula bahwa Yesus menanggapi klaim orang-orang bahwa Musa memberikan mereka manna di padang belantara dengan mengatakan bahwa bukan Musa, tetapi Allah, yang menyediakan. Menyebut dirinya "roti kehidupan", Yesus menyatakan bahwa dirinya disediakan untuk memberi makan umat Allah.[263]

Musa juga dipandang sebagai santo oleh beberapa gereja dan diperingati sebagai nabi pada 4 September dalam Kalender Orang Suci Gereja Ortodoks Timur, Katolik Roma, dan Lutheran.[264][265] Gereja Ortodoks juga memperingati dia pada hari Minggu para leluhur, dua hari Minggu sebelum hari kelahiran Yesus.[266] Gereja Apostolik Armenia memperingati Musa sebagai salah satu Bapa Leluhur Suci dalam Kalender Orang Suci mereka pada 30 Juli.[267]

Islam

Nabi musa alaihissalam dalam berdakwah dibantu oleh saudara laki-lakinya yaitu

"Musa dengan tongkat di tangannya", miniatur Persia abad ke-15

Musa dipandang sebagai nabi dan rasul.[268] Dia termasuk satu dari lima rasul ulul azmi dan mendapat julukan kalīmullāh (bahasa Arab: كليم الله‎) yang bermakna "orang yang berbicara dengan Allah."[269][270] Dia merupakan tokoh manusia yang namanya paling banyak disebutkan dalam Al-Qur'an, yakni sejumlah 136 kali. Al-Qur'an menyebutkan Musa sebagai seseorang yang membawa bukti-bukti kebenaran,[271][272] diberi petunjuk oleh Allah,[273] dilebihkan atas manusia yang lain,[274] dan memiliki kedudukan terhormat di sisi Allah.[275] Umat Islam juga diperintahkan untuk beriman kepada wahyu Allah, baik yang diturunkan kepada Muhammad maupun kepada nabi-nabi yang lain, termasuk di antaranya adalah Musa, juga diperintahkan untuk tidak membeda-bedakan para nabi dan berserah diri kepada Allah.[276][277] Sebagaimana rasul yang lain, peran Musa dalam menyerukan keesaan Allah juga tersurat jelas.

Kehidupan Musa kerap disamakan dengan Muhammad.[278][279] Keduanya merupakan seorang pemimpin keagamaan, pimpinan militer, dan hakim. Beberapa literatur Islam juga menyamakan antara pengikut kedua tokoh tersebut terkait perjalanan sejarah mereka. Keluarnya Bani Israel dari Mesir disepadankan dengan hijrahnya para sahabat Nabi dari Makkah. Tenggelam dan kehancuran Fir'aun dan pasukannya juga disejajarkan dengan Pertempuran Badr.[280]

Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa Nabi Muhammad bersabda, "Janganlah kalian melebihkanku atas Musa. Sesungguhnya seluruh manusia pada hari kiamat kelak akan pingsan dan aku adalah orang yang pertama kali sadar. Namun aku mendapati Musa sedang berpegangan dengan salah satu kaki 'Arsy. Aku tidak tahu apakah dia juga pingsan lalu sadar sebelum aku sadar, ataukah dia tidak pingsan karena dahulu pernah pingsan di bukit (Sinai)."[281][282] Dalam sebuah riwayat lain juga disebutkan bahwa Muhammad diperlihatkan para nabi dan umat mereka. Ada nabi bersama beberapa orang, ada seorang nabi bersama satu orang saja, dan seorang nabi lain tanpa seorangpun bersamanya. Kemudian terlihat kumpulan warna hitam yang sangat banyak sampai menutupi ufuk. Dikatakan bahwa mereka adalah Musa dan kaumnya.[283][284][285]

Firaun

Nabi musa alaihissalam dalam berdakwah dibantu oleh saudara laki-lakinya yaitu

Patung Ramses II di Luxor. Ramses II merupakan sosok yang kerap diidentifikasikan sebagai firaun pada masa Musa

Sejumlah Firaun yang diidentifikasikan dengan Firaun yang hidup masa masa Musa:

  • Dedumose II (wafat sekitar 1690 SM). David Rohl, seorang Egiptologis dari Inggris, merevisi sejarah Mesir dengan memperpendek Periode Menengah Ketiga Mesir selama hampir 300 tahun. Sebagai akibatnya, sinkronisme dengan narasi kitab suci telah berubah, menjadikan raja Periode Menengah Kedua Dedumose II sebagai Fir'aun dari Kitab Keluaran.[286] Teori Rohl gagal mendapat dukungan di antara para sarjana di bidangnya.[287]
  • Ahmose I (berkuasa 1550–1525 SM)[288]
  • Akhenaten (berkuasa 1353–1349 SM). Sigmund Freud berpendapat bahwa Musa adalah seorang pendeta Atenisme yang dipaksa meninggalkan Mesir bersama para pengikutnya setelah kematian Akhenaten.[289]
  • Ramses II (berkuasa 1279–1213 SM). Fir'aun yang paling kerap disamakan dengan Fir'aun dalam kitab suci, utamanya setelah penayangan film The Ten Commandments yang dirilis pada tahun 1956. Namun sebagaimana Fir'aun lainnya, belum ada bukti dokumenter atau arkeologis bahwa dia mengejar budak yang melarikan diri dari Mesir.[290][291][292]
  • Merneptah (berkuasa 1213–1203 SM)[293]
  • Setnakhte (berkuasa 1189–1186 SM)[294][295]
  • Senusret III (berkuasa 1878 – 1839 SM)[296]

Musa sendiri diduga sebagai Amenemhat IV[297]

Perempuan istana

Disebutkan bahwa Musa yang masih bayi ditemukan oleh seorang perempuan istana dari keluarga Firaun dan kemudian diangkat menjadi anaknya. Sumber Tanakh dan Alkitab menyebutkan bahwa dia adalah putri Firaun. Vayikrah Rabbah dan Kitab Tawarikh menyebutnya Bat-Yah, Bityah, atau Bithiah, yang secara harfiah bermakna "putri Yahweh", julukan yang diberikan padanya setelah mengangkat Musa sebagai putranya, maka Yahweh mengangkatnya sebagai putrinya.[298] Dalam Kristen, dia juga dinamai Merris atau Merrhoe.[299][300]. Al-Qur'an menyebutan bahwa dia adalah istri Firaun. Riwayat hadits menyebutnya Asiyah.[301]. Kitab Yobel dan Flavius Yosefus menyebutkan bahwa namanya adalah Thermouthis.[302][303][304][305]

Terkait perbedaan statusnya dengan Firaun dalam kitab suci, disebutkan bahwa Firaun kerap menikah dengan kerabat dekatnya hingga pada taraf pernikahan sedarah. Berikut beberapa daftar dari perempuan istana yang hidup pada masa beberapa Firaun yang diidentifikasikan hidup pada masa Musa, yang mereka merupakan istri sekaligus putri seorang fir'aun:

  • Ahmose-Nefertari. Putri dari Seqenenre Tao II, saudari dan permaisuri dari Ahmose I.
  • Ahmose-Sitkamose. Putri dari Kamose, istri dari Ahmose I.
  • Ahmose-Henuttamehu. Putri dari Seqenenre Tao II, saudari dan istri dari Ahmose I.
  • Meritamen. Putri dan istri dari Ramses II.
  • Bintanath. Putri dan istri dari Ramses II.
  • Nebettawy. Putri dan istri dari Ramses II.
  • Henutmire. Putri dan istri dari Ramses II.
  • Isetnofret II. Putri atau cucu dari Ramses II, istri dari Merneptah.

Gambar

Dalam budaya Barat, Musa digambarkan dalam berbagai lukisan dan patung.

Nabi musa alaihissalam dalam berdakwah dibantu oleh saudara laki-lakinya yaitu

Makam

Menurut tradisi Islam, Musa diyakini dimakamkan di tempat yang disebut "Nabi Musa" (koordinat 31°47′N 35°26′E / 31.783°N 35.433°E / 31.783; 35.433)[306] di 11 km di selatan Yerikho dan 20 km di timur Yerusalem di rimba Yudea, masuk kawasan Tepi Barat.[307] Bagian utama dari makam, masjid, dan menara dibangun pada masa Sultan Mamluk Baibars pada 1270 M. Pada tahun-tahun setelahnya, makam Nabi Musa diperluas[308] dan dilindungi tembok.

Lihat pula

  • Nabi-nabi dalam Islam, di antaranya:
    • Syu'aib
    • Harun
    • Yusya
    • Dawud
    • Zakariyya
  • Mukjizat Musa
  • Kehidupan pribadi Musa
  • Taurat
  • Sefer Torah
  • Bagian Alkitab yang berkaitan: Kitab Keluaran, terutama: Keluaran 2, Keluaran 3, Keluaran 12, Keluaran 14, Keluaran 15, Keluaran 20, Keluaran 32, Keluaran 40; Kitab Imamat; Kitab Bilangan; Kitab Ulangan, terutama Ulangan 34; Mazmur 90; Kisah Para Rasul 7

Catatan

  1. ^ bahasa Ibrani: מֹשֶׁה‎, ''Mōshé''; dikenal juga sebagai '''Moshe Rabbenu''' (bahasa Ibrani: מֹשֶׁה רַבֵּנוּ‎ lit. "Moshe our Teacher"); bahasa Suryani: ܡܘܫܐ, Mūše; bahasa Arab: موسىMūsā; bahasa Yunani: Mωϋσῆς, Mōÿsēs

Rujukan

  1. ^ Keluaran 2:2
  2. ^ Ulangan 34:6
  3. ^ Filler, Elad. "Moses and the Kushite Woman: Classic Interpretations and Philo's Allegory". TheTorah.com. Diakses tanggal 11 May 2019. 
  4. ^ Keluaran 2:21; 18:2
  5. ^ a b Keluaran 2:22; 18:3
  6. ^ a b Keluaran 18:4
  7. ^ a b c Keluaran 6:20
  8. ^ a b c d Bilangan 26:59
  9. ^ Deuteronomy 34:10:HE
  10. ^ Maimonides, 13 principles of faith, 7th principle .
  11. ^ Keluaran 1:10
  12. ^ Douglas K. Stuart (2006). Exodus: An Exegetical and Theological Exposition of Holy Scripture. B&H Publishing Group. hlm. 110–13. 
  13. ^ Keluaran 4:10
  14. ^ Keluaran 7:7
  15. ^ "Was Moses real?". Washington Post (dalam bahasa Inggris). ISSN 0190-8286. Diakses tanggal 2021-11-25. 
  16. ^ "Man versus myth: does it matter if the Moses story is based on fact?". the Guardian (dalam bahasa Inggris). 2014-11-30. Diakses tanggal 2021-11-25. 
  17. ^ Nigosian, S.A. (1993). "Moses as They Saw Him". Vetus Testamentum. 43 (3): 339–350. doi:10.1163/156853393X00160. Three views, based on source analysis or historical-critical method, seem to prevail among biblical scholars. First, a number of scholars, such as Meyer and Holscher, aim to deprive Moses all the prerogatives attributed to him by denying anything historical value about his person or the role he played in Israelite religion. Second, other scholars,.... diametrically oppose the first view and strive to anchor Moses the decisive role he played in Israelite religion in a firm setting. And third, those who take the middle position... delineate the solidly historical identification of Moses from the superstructure of later legendary accretions….Needless to say, these issues are hotly debated unresolved matters among scholars. Thus, the attempt to separate the historical from unhistorical elements in the Torah has yielded few, if any, positive results regarding the figure of Moses or the role he played on Israelite religion. No wonder J. Van Seters concluded that "the quest for the historical Moses is a futile exercise. He now belongs only to legend 
  18. ^ William G. Dever (2001). What Did the Biblical Writers Know and When Did They Know It?: What Archeology Can Tell Us About the Reality of Ancient Israel. Wm. B. Eerdmans Publishing. hlm. 99. ISBN 978-0-8028-2126-3. A Moses-like figure may have existed somewhere in southern Transjordan in the mid-late 13th century s.c., where many scholars think the biblical traditions concerning the god Yahweh arose. 
  19. ^ Beegle, Dewey. "Moses". Encyclopædia Britannica. 
  20. ^ "Moses". Oxford Biblical Studies Online. 
  21. ^ Miller II, Robert D. (25 November 2013). Illuminating Moses: A History of Reception from Exodus to the Renaissance. BRILL. hlm. 21, 24. ISBN 978-90-04-25854-9. Van Seters concluded, 'The quest for the historical Moses is a futile exercise. He now belongs only to legend.' ... "None of this means that there is not a historical Moses and that the tales do not include historical information. But in the Pentateuch, history has become memorial. Memorial revises history, reifies memory, and makes myth out of history. 
  22. ^ Seder Olam Rabbah[perlu rujukan lengkap]
  23. ^ Jerome's Chronicon (4th century) gives 1592 for the birth of Moses
  24. ^ The 17th-century Ussher chronology calculates 1571 BC (Annals of the World, 1658 paragraph 164)
  25. ^ a b New World Dictionary-Concordance to the New American Bible. World Publishing. 1970. hlm. 461. ISBN 0-529-04540-0. 
  26. ^ HAW Theological Wordbook of the Old Testament
  27. ^ Lambdin, T.O., Intro. to Biblical Hebrew. NY:Charles Scribner's Sons, 1971. pp. 18-19
  28. ^ Gesenius' Lexicon (1906), s.v. מֹשֶׁה‎ ; Gesenius lebih condong kepada etimologi Koptik. Demikian pula "Jones' Dictionary of Old Testament Proper Names"
  29. ^ So BDB Theological Dictionary and HAW Theological Wordbook of the Old Testament; lihat "Meaning, origin and etymology of the name Moses". 
  30. ^ http://www.bibleorigins.net/MopsusMoxusExodus.html
  31. ^ http://alkitab.sabda.org/search.php?search=musa
  32. ^ Shmuel 1976, hlm. 1102.
  33. ^ Barclay, John M. G. Jews in the Mediterranean Diaspora: From Alexander to Trajan (323 BCE – 117 CE), University of California Press (1996) p. 130
  34. ^ "Moses". Jewish Encyclopedia. Diakses tanggal 2010-03-02. 
  35. ^ Feldman 1998, hlm. 40.
  36. ^ a b Droge 1989, hlm. 18.
  37. ^ Hecataeus "menggambarkan Musa sebagai seorang yang unggul dalam hikmat dan keberanian." menurut Shmuel 1976, p. 1133.
  38. ^ Shmuel 1976, hlm. 1103.
  39. ^ Shmuel 1976, hlm. 1132.
  40. ^ Strabo. The Geography, 16.2.35–36, Translated by H.C. Hamilton and W. Falconer in 1854, pp. 177–78,
  41. ^ Assmann 1997, hlm. 38.
  42. ^ Tacitus, Cornelius. The works of Cornelius Tacitus: With an essay on his life and genius by Arthur Murphy, Thomas Wardle Publ. (1842) p. 499
  43. ^ Tacitus, Cornelius. Tacitus, The Histories, Volume 2, Book V. Chapters 5, 6 p. 208.
  44. ^ Guthrie 1917, hlm. 194.
  45. ^ Guthrie 1917, hlm. 101.
  46. ^ a b Blackham 2005, hlm. 39.
  47. ^ Hammer, Reuven (1995), The Classic Midrash: Tannaitic Commentaries on the Bible, Paulist Press, hlm. 15 .
  48. ^ Kejadian 32:28
  49. ^ Yusuf (12): 93-100
  50. ^ Kejadian 46:1-34; Kisah Para Rasul 7:8-15
  51. ^ Keluaran 6:20
  52. ^ Seder Olam Rabbah[perlu rujukan lengkap]
  53. ^ Jerome's Chronicon (4th century) gives 1592 for the birth of Moses
  54. ^ The 17th-century Ussher chronology calculates 1571 BC (Annals of the World, 1658 paragraph 164)
  55. ^ Keluaran 1:1-21; Kisah Para Rasul 7:18-19
  56. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 428-429.
  57. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 430-431.
  58. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 478-479.
  59. ^ Keluaran 2:2-4
  60. ^ Thaha (20): 38-40
  61. ^ Al-Qashash (28): 7-13
  62. ^ Keluaran 2:1-10; Kisah Para Rasul 7:21
  63. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 431-435.
  64. ^ Keluaran 2:2; Kisah Para Rasul 7:20
  65. ^ Keluaran 2:5-10; Kisah Para Rasul 7:21
  66. ^ Kisah Para Rasul 7:22
  67. ^ a b Eusebius Pamphilis, Buku 9, Bab 27:1-37. Terjemahan Inggris oleh (a) E.H. Gifford, 1903, dan (b) J.J. Collins, 1985, halaman 889-903. Dikutip dalam: Rohl, David (1995). A Test of Time: The Bible - from Myth to History. London: Century. ISBN 0-7126-5913-7.  Diterbitkan di Amerika Serikat sebagai Rohl, David (1995). Pharaohs and Kings: A Biblical Quest. New York: Crown Publishers. ISBN 0-517-70315-7.  Bab 12
  68. ^ Kisah Para Rasul 7:23
  69. ^ Al-Qashash (28): 14-19
  70. ^ Keluaran 2:11-14; Kisah Para Rasul 7:24-28
  71. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 436-439.
  72. ^ Al-Qashash (28): 15-17
  73. ^ Kisah Para Rasul 7:25
  74. ^ Al-Qashash (28): 20-28
  75. ^ Keluaran 2:14-22
  76. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 439-443.
  77. ^ Al-Qashash (28): 20
  78. ^ Al-Qashash (28): 23
  79. ^ Keluaran 2:18
  80. ^ Keluaran 3: 1
  81. ^ Al-Qashash (28): 23
  82. ^ Keluaran 2:16
  83. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 440.
  84. ^ Al-Qashash (28): 27-28
  85. ^ Kisah Para Rasul 7: 29
  86. ^ Keluaran 2:23
  87. ^ Thaha (20): 9-36
  88. ^ Al-Qashash (28): 29-35
  89. ^ Keluaran 3:1-22; Kisah Para Rasul 7:30-34
  90. ^ Keluaran 4: 1-17
  91. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 447-455.
  92. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 448.
  93. ^ Al-Qashash (28): 29-30
  94. ^ Keluaran 3:1-4
  95. ^ Keluaran 4: 18-20
  96. ^ Coogan, Michael David. The Old Testament: A historical and literary introduction to the Hebrew Scriptures. Oxford University Press, USA, 2017: pg. 108
  97. ^ Coogan, Michael David. The Oxford history of the biblical world. Oxford University Press, USA, 2001: pg. 67.
  98. ^ Wright, N. T. (2018). Paul : a biography. London: Society for Promoting Christian Knowledge (SPCK. hlm. 63. ISBN 978-0-281-07875-2. OCLC 994933821. 
  99. ^ Keluaran 3:1; Kisah Para Rasul 7:30
  100. ^ Keluaran 4:24-26
  101. ^ Keluaran 18:5-6
  102. ^ Keluaran 4:27-31; Kisah Para Rasul 7:35
  103. ^ Al-A'raf (7): 104-110
  104. ^ Yunus (10): 75-78
  105. ^ Thaha (20): 47-57
  106. ^ Asy-Syu'ara' (26): 16-34
  107. ^ Az-Zukhruf (43): 46-47
  108. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 455-465.
  109. ^ Al-A'raf (7): 111-126
  110. ^ Yunus (10): 79-82
  111. ^ Thaha (20): 61-73
  112. ^ Asy-Syu'ara' (26): 35-51
  113. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 465-477.
  114. ^ Keluaran 5:1-23
  115. ^ Keluaran 7:1-13
  116. ^ Yunus (10): 83
  117. ^ Al-A'raf (7): 129
  118. ^ Yunus (10): 84-86
  119. ^ Az-Zukhruf (43): 51-54
  120. ^ Al-Qashash (28): 38
  121. ^ Ghafir (40): 36-37
  122. ^ Ghafir (40): 28-44
  123. ^ Keluaran 10:1-2
  124. ^ Al-A'raf (7): 130-135
  125. ^ Keluaran 7: 14-25
  126. ^ Keluaran 8: 1-15
  127. ^ Keluaran 8: 16-19
  128. ^ Keluaran 8: 20-32
  129. ^ Keluaran 9: 1-7
  130. ^ Keluaran 9: 8-12
  131. ^ Keluaran 9: 13-34
  132. ^ Keluaran 10: 1-20
  133. ^ Keluaran 10: 21-29
  134. ^ Keluaran 12: 1-42
  135. ^ Al-A'raf (7): 136
  136. ^ Yunus (10): 90-92
  137. ^ Thaha (20): 77-79
  138. ^ Asy-Syu'ara' (26): 52-68
  139. ^ Al-Qashash (28): 40
  140. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 507-512.
  141. ^ Keluaran 12:37; Kisah Para Rasul 7:36
  142. ^ Keluaran 13:19
  143. ^ Keluaran 13:21-22
  144. ^ Keluaran 14:10-20
  145. ^ Keluaran 14:1-31; Kisah Para Rasul 7:36
  146. ^ Keluaran 15:1-21-31
  147. ^ Keluaran 12: 30-51
  148. ^ Al-A'raf (7): 138-140
  149. ^ Keluaran 15: 22-27
  150. ^ Al-Baqarah (2): 57
  151. ^ Al-A'raf (7): 160
  152. ^ Thaha (20): 80
  153. ^ Al-Baqarah (2): 60
  154. ^ Al-A'raf (7): 160
  155. ^ Keluaran 16: 1-36
  156. ^ Keluaran 17: 1-7
  157. ^ Keluaran 17: 8-16
  158. ^ Keluaran 18:1-27
  159. ^ Keluaran 19:1-2
  160. ^ Keluaran 19:1-25
  161. ^ Keluaran 20:1-17
  162. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 527-529.
  163. ^ Keluaran 20:22-26
  164. ^ Keluaran 21:1-11
  165. ^ Keluaran 21:12-27
  166. ^ Keluaran 21:28-36
  167. ^ Keluaran 22:1-15
  168. ^ Keluaran 22:16-31
  169. ^ Keluaran 23:1-9
  170. ^ Keluaran 23:10-13
  171. ^ Keluaran 23:14-19
  172. ^ Keluaran 24:1-11
  173. ^ Al-A'raf (7): 142-147
  174. ^ Keluaran 24:12-18
  175. ^ Al-A'raf (7): 143
  176. ^ Al-Qarni 2006, hlm. 93.
  177. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 533-534.
  178. ^ Keluaran 25:1-9
  179. ^ Keluaran 26:1-37
  180. ^ Keluaran 30:11-16
  181. ^ Keluaran 27:9-19
  182. ^ Keluaran 25:10-22
  183. ^ Keluaran 25:23-30
  184. ^ Keluaran 25:31-40
  185. ^ Keluaran 27:1-8
  186. ^ Keluaran 30:1-10
  187. ^ Keluaran 27:20-21
  188. ^ Keluaran 28:1-43
  189. ^ Keluaran 29:1-37
  190. ^ Keluaran 29:38-46
  191. ^ Keluaran 30:17-21
  192. ^ Keluaran 30:22-38
  193. ^ Keluaran 31:12-18
  194. ^ Al-A'raf (7): 148-154
  195. ^ Thaha (20): 83-98
  196. ^ Keluaran 32:1-25
  197. ^ Keluaran 32:4
  198. ^ Thaha (20): 85
  199. ^ Al-A'raf (7): 150
  200. ^ Thaha (20): 96
  201. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 542.
  202. ^ Thaha (20): 97
  203. ^ Al-Baqarah (2): 54
  204. ^ Keluaran 32:26-35
  205. ^ Al-A'raf (7): 155
  206. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 547-548.
  207. ^ Al-Baqarah (2): 55-56
  208. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 548-549.
  209. ^ Keluaran 33:12-22
  210. ^ Keluaran 34:1-4
  211. ^ Keluaran 40:17-33
  212. ^ Keluaran 40:34-38
  213. ^ Kitab Imamat 1-27
  214. ^ Al-Ma'idah (5): 21-26
  215. ^ Bilangan 13:1-33
  216. ^ Bilangan 14:1-45
  217. ^ Bilangan 1:45-46
  218. ^ Bilangan 26:64
  219. ^ Bilangan 1
  220. ^ Bilangan 26
  221. ^ Bilangan 33
  222. ^ Yosua 2:1
  223. ^ Bilangan 25:1
  224. ^ Bilangan 22:1
  225. ^ Ulangan 1:1-2
  226. ^ Bilangan 22-24
  227. ^ Bilangan 31:16
  228. ^ Mazmur 106:28-31
  229. ^ Wahyu 2:14
  230. ^ Bilangan 25:1-9
  231. ^ Bilangan 25:16-13
  232. ^ Bilangan 31:1-54
  233. ^ Bilangan 21:21-30
  234. ^ Bilangan 21:31-35
  235. ^ Bilangan 32
  236. ^ Al-Qashash (28): 76-82
  237. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 597.
  238. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 599-600.
  239. ^ Keluaran 6:21
  240. ^ Bilangan 16:1-35
  241. ^ Bilangan 12
  242. ^ Al-Baqarah (2): 67-73
  243. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 558-562.
  244. ^ HR. Al-Bukhari (4725)
  245. ^ Al-Kahfi (18): 60-70
  246. ^ Al-Kahfi (18): 71-77
  247. ^ Al-Kahfi (18): 78-82
  248. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 562-573.
  249. ^ Bilangan 20:22-29
  250. ^ Bilangan 27:12-23
  251. ^ Ulangan 1
  252. ^ Tarikh Ath-Thabari (1/432)
  253. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 618.
  254. ^ Ulangan 34:1-8
  255. ^ Ginzberg, Louis (1909). The Legends of the Jews Vol. III : Moses excels all pious men (Translated by Henrietta Szold) Philadelphia: Jewish Publication Society.
  256. ^ "Judaism 101: Moses, Aaron and Miriam". Jew FAQ. Diakses tanggal 2010-03-02. 
  257. ^ Wolpe, David. "Ki Teitzei – A Jewish Approach to the Church Abuse Scandal." Sinai Temple Los Angeles. 25 Agustus 2018. Sermon.
  258. ^ "Pentateuch". Cross, F. L., ed. The Oxford dictionary of the Christian church. New York: Oxford University Press. 2005
  259. ^ Mazmur 90:1-17
  260. ^ Larkin, William J. (1995). Acts (IVP New Testament Commentary Series). Intervarsity Press Academic. ISBN 978-0-8308-1805-1. 
  261. ^ "Bible Gateway passage: Acts 7 – New International Version". Bible Gateway. Diakses tanggal 2017-01-08. 
  262. ^ Yohanes 3:1-21
  263. ^ Yohanes 6:28-35
  264. ^ Synaxariste Agung: bahasa Yunani: Ὁ Προφήτης Μωϋσῆς. 4 Σεπτεμβρίου. ΜΕΓΑΣ ΣΥΝΑΞΑΡΙΣΤΗΣ.
  265. ^ Holy Prophet and God-seer Moses. OCA – Lives of the Saints.
  266. ^ THE SUNDAY OF THE HOLY FOREFATHERS. St John's Orthodox Church, Colchester, Essex, England.
  267. ^ Տոնական օրեր. Armenian Church (dalam bahasa armenian). Diakses tanggal 31 August 2017. Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
  268. ^ Maryam (19): 51
  269. ^ "Chapter 7: Account of the death of Prophet Musa, occultation of Successors and Divine Proofs till the period of Prophet Isa". Al-Islam. Diakses tanggal 2019-09-22. 
  270. ^ James E. Lindsay (2005). Daily Life In The Medieval Islamic World
    Nabi musa alaihissalam dalam berdakwah dibantu oleh saudara laki-lakinya yaitu
    . Greenwood Publishing Group. hlm. 178. ISBN 9780313322709. 
  271. ^ Al-Baqarah (2): 92
  272. ^ Al-A'raf (7): 103
  273. ^ Al-An'am (6): 84
  274. ^ Al-A'raf (7): 144
  275. ^ Al-Ahzab (33): 69
  276. ^ Al-Baqarah (02): 136
  277. ^ Ali 'Imran (03): 84
  278. ^ Juan Eduardo Campo (2009). Encyclopedia of Islam. Infobase Publishing. hlm. 483. ISBN 9781438126968. 
  279. ^ Norman Solomon; Richard Harries; Tim Winter (2006). Abraham's Children: Jews, Christians, and Muslims in Conversation. Continuum International Publishing Group. hlm. 67. ISBN 9780567081612. 
  280. ^ Juan Eduardo Campo (2009). Encyclopedia of Islam. Infobase Publishing. hlm. 483. ISBN 9781438126968. 
  281. ^ HR. Bukhari dan Muslim
  282. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 603.
  283. ^ HR. Bukhari (5752)
  284. ^ HR. Ahmad (1/271)
  285. ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 607-608.
  286. ^ Rohl 1995, hlm. 341–348
  287. ^ Bennett 1996
  288. ^ Meyers, Stephen C. "IBSS – Biblical Archaeology – Date of the Exodus". www.bibleandscience.com. Institute for Biblical & Scientific Studies. Diakses tanggal 13 April 2017. 
  289. ^ Musa dan Monoteisme, ISBN 0-394-70014-7
  290. ^ Stephen L. Caiger, "Archaeological Fact and Fancy," Biblical Archaeologist, (9, 1946).
  291. ^ I Will Show You: Essays in History and Archaeology of the Ancient Near East in Honor of J. Maxwell Miller, Sheffield Academic Press, 1997, p. 261–262, ISBN 978-1-85075-650-7,[1]
  292. ^ Long, V. Philips; Neils Peter Lemche (2000). Israel's past in present research: essays on ancient Israelite historiography. Eisenbrauns. hlm. 398. ISBN 978-1-57506-028-6. 
  293. ^ Isaac Asimov, Asimov's Guide to the Bible, Random House, 1981, p. 130–131, ISBN 0-517-34582-X
  294. ^ Igor P. Lipovsky, Early Israelites: Two Peoples, One History: Rediscovery of the Origins of Biblical Israel ISBN 0-615-59333-X
  295. ^ "Exodus: The History Behind the Story". 
  296. ^ "Pharaohs of the Oppression". Answers in Genesis. Diakses tanggal 2019-09-16. 
  297. ^ Searching for Moses by David Down (April 1, 2001)
  298. ^ "Daughter of Pharaoh: Midrash and Aggadah | Jewish Women's Archive". jwa.org. Diakses tanggal 2019-09-04. 
  299. ^ Commentary on Hexameron MPG 18.785
  300. ^ Praeparatio evangelica 9.27
  301. ^ HR. Al-Bukhari 7329
  302. ^ Flusser David, and Shua Amorai-Stark. (1993). ""The Goddess Thermuthis, Moses, and Artapanus." Jewish Studies Quarterly 1, no. 3": 217–33. JSTOR 40753100. 
  303. ^ Josephus, Antiquities of the Jews 9,5
  304. ^ "Thermuthis – History's Women" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-09-11. 
  305. ^ "Renenutet | Ancient Egypt Online" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-09-11. 
  306. ^ Silvani, written and researched by Daniel Jacobs ... Shirley Eber and Francesca (1998). Israel and the Palestinian Territories : the rough guide
    Nabi musa alaihissalam dalam berdakwah dibantu oleh saudara laki-lakinya yaitu
    (edisi ke-2nd). London: Penguin Books. hlm. 531. ISBN 1858282489. burial place of prophet musa. 
  307. ^ Amelia Thomas; Michael Kohn; Miriam Raphael; Dan Savery Raz (2010). Israël & the Palestinian Territories
    Nabi musa alaihissalam dalam berdakwah dibantu oleh saudara laki-lakinya yaitu
    . Lonely Planet. hlm. 319. ISBN 9781741044560. 
  308. ^ Urbain Vermeulen (2001). Egypt and Syria in the Fatimid, Ayyubid, and Mamluk Eras III: Proceedings of the 6th, 7th and 8th International Colloquium Organized at the Katholieke Universiteit Leuven in May 1997, 1998, and 1999. Peeters Publishers. hlm. 364. ISBN 9789042909700. 

Daftar pustaka

  • Assmann, Jan, Moses the Egyptian: The Memory of Egypt in Western Monotheism, Harvard University Press, ISBN 978-0-674-58738-0  Parameter |qccy author-link= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Parameter |--> year= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  • Blackham, Paul (2005), "The Trinity in the Hebrew Scriptures", dalam Metzger, Paul Louis, Trinitarian Soundings in Systematic Theology (essay), Continuum International 
  • Droge, Arthur J (1989), Homer or Moses?: Early Christian Interpretations of the History of Culture, Mohr Siebeck 
  • Feldman, Louis H (1998), Josephus's Interpretation of the Bible, University of California Press 
  • Ibnu Katsir (2014). Kisah-Kisah Para Nabi. Diterjemahkan oleh Muhammad Zaini. Surakarta: Insan Kamil Solo. ISBN 978-602-6247-11-7. 
  • Shmuel, Safrai (1976), Stern, M, ed., The Jewish People in the First Century, Van Gorcum Fortress Press 
  • Al-Qarni, A'idh (2006). 40 Hadits Qudsi dan Dzikir. Diterjemahkan oleh Abbas Sungkar, Ferry Irawan. Surakarta: Aqwam. ISBN 979-3653-20-5. 

Pranala luar

  • Kisah Nabi Musa di situs Islam.elvini.net[pranala nonaktif permanen]


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/> yang berkaitan

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Musa&oldid=22011712"


Page 2

Tulah Mesir (bahasa Ibrani: מכות מצרים‎, Makot Mitzrayim; atau Sepuluh Tulah (bahasa Ibrani: עשר המכות‎, Eser Ha-Makot) adalah sepuluh bencana yang didatangkan oleh Tuhan atas bangsa Mesir sebagaimana dikisahkan dalam Kitab Keluaran pasal 7 sampai 12, untuk meyakinkan Firaun[1] agar membebaskan bangsa Israel dari perbudakan dan pergi ke tanah Kanaan. Tulah-tulah itu juga sebagai hukuman "kepada semua allah (dewa) di Mesir."[2] Tulah-tulah ini juga disebutkan dalam Al Quran (7,133–136).[3]

Nabi musa alaihissalam dalam berdakwah dibantu oleh saudara laki-lakinya yaitu

Grafir oleh John Martin yang menggambarkan tulah hujan es dan api (1828)

Kesepuluh tulah tersebut, sesuai urutannya di dalam Alkitab, adalah:

  1. (Keluaran 7:14-25) sungai dan semua sumber air berubah menjadi darah hingga menewaskan ikan-ikan dan semua kehidupan air lainnya. (bahasa Ibrani: דָם‎, Dam)
  2. (Keluaran 7:26-8:11) binatang-binatang amfibi (biasanya diyakini sebagai katak) (bahasa Ibrani: צְּפַרְדֵּעַ‎, Tsfardeia)
  3. (Keluaran 8:12-15) nyamuk (bahasa Ibrani: כִּנִּים‎, Kinim)
  4. (Keluaran 8:16-28) lalat pikat (bahasa Ibrani: עָרוֹב‎, Arov)
  5. (Keluaran 9:1-7) penyakit (sampar) pada ternak (bahasa Ibrani: דֶּבֶר‎, Dever)
  6. (Keluaran 9:8-12) barah yang tidak dapat disembuhkan (bahasa Ibrani: שְׁחִין‎, Sy'khin)
  7. (Keluaran 9:13-35) hujan es bercampur api (bahasa Ibrani: בָּרָד‎, Barad)
  8. (Keluaran 10:1-20) belalang (bahasa Ibrani: אַרְבֶּה‎, Arbeh)
  9. (Keluaran 10:21-29) kegelapan (bahasa Ibrani: חוֹשֶך‎, Khosyekh)
  10. (Keluaran 11:1-12:36) kematian anak-anak sulung dari semua keluarga Mesir. (bahasa Ibrani: מַכַּת בְּכוֹרוֹת‎, Makat Bekhorot)

Latar belakang

Israel (Yakub) sebenarnya dahulu sudah hidup di tanah Kanaan. Namun oleh karena bencana kelaparan yang terjadi selama tujuh tahun, seperti yang sudah diramalkan oleh Yusuf dari mimpi Firaun, Israel dan anak-anaknya pindah ke Mesir. Di sana mereka berkembang menjadi suatu bangsa yang besar jumlahnya, sehingga membuat Firaun yang baru yang tidak mengenal Yusuf, takut kalau-kalau bangsa Israel nantinya akan membelot dan berbalik menyerang Mesir. Sehingga berbagai cara diterapkan oleh Firaun agar bangsa Israel tidak semakin banyak dan tidak memberontak, salah satunya dengan kerja rodi.

Kerja rodi untuk membangun Mesir ini dibuat oleh Firaun sedemikian beratnya sehingga membuat seluruh bangsa Israel mengeluh. Dikisahkan dalam Alkitab, keluhan bangsa Israel ini terdengar sampai ke telinga Tuhan siang dan malam, sehingga Tuhan akhirnya mengutus seseorang bernama Musa untuk membebaskan bangsa Israel.

Pada awalnya, Musa datang kepada Firaun dengan baik-baik untuk meminta Firaun membiarkan bangsa Israel pergi, tetapi Firaun mengeraskan hatinya. Bahkan paska kedatangan Musa yang kali pertama itu membuat Firaun memperberat perbudakan dan kerja paksa yang diberlakukan kepada seluruh bangsa Israel itu. Hal itu membuat Tuhan bertindak dengan mulai menurunkan tulah ke atas tanah negeri Mesir lewat Musa. Kendatipun seluruh negeri Mesir mengalami 10 bencana tersebut, bangsa Israel yang diam di tanah Gosyen di dalam wilayah Mesir tidak mengalami sedikitpun bencana yang dialami oleh bangsa Mesir itu.

Peringatan kepada Firaun

Sebelum kesepuluh tulah dijatuhkan, Tuhan telah memberi peringatan kepada Firaun dengan menyuruh Musa datang ke hadapan Firaun. Saat itu, Firaun menyuruh Musa dan Harun, kakaknya, untuk melakukan mujizat di hadapannya. Musa melemparkan tongkatnya, seperti yang diperintahkan Tuhan, dan tongkat itu menjadi ular. Melihat hal tersebut, para ahli-ahli sihir Firaun tidak mau dikalahkan. Mereka juga membuat mujizat yang sama dengan membuat tongkat-tongkat mereka menjadi ular. Namun tongkat Musa menelan tongkat-tongkat para ahli sihir itu.

Dengan demikian, Firaun mengeraskan hatinya untuk tidak membebaskan bangsa Israel dari tanah Mesir. Maka Tuhan menyuruh Musa bersiap-siap dengan tulah yang pertama.

Sepuluh tulah dijatuhkan

Menurut Alkitab, Tuhan menyuruh Musa untuk meminta Firaun mengeluarkan bangsa Israel keluar dari tanah Mesir. Namun Tuhan juga menyatakan bahwa Tuhan sendiri yang akan membuat hati Firaun mengeras, dengan maksud untuk memperbanyak tanda-tanda suatu mukjizat (tulah) itu kepada bangsa Mesir, sebagai hukuman karena telah memperbudak bangsa Israel sedemikian lama, sekaligus juga agar bangsa Israel dapat menceritakan kepada keturunan-keturunannya yang kemudian, bagaimana Tuhan telah melakukan mujizat-mujizat di hadapan mata mereka, agar mereka selalu ingat bahwa Tuhanlah Allah.

Tulah pertama: air menjadi darah

Tulah yang pertama adalah air sungai Nil menjadi darah. Musa melakukannya dengan memukulkan tongkat yang ada di tangannya ke atas air sungai Nil. Maka seluruh sungai Nil menjadi darah dan ikan-ikan di dalamnya mati. Seluruh tanah negeri Mesir menjadi penuh dengan darah oleh karena rembesan sungai Nil tersebut.

Tulah ini dimaksudkan untuk memperingatkan orang Mesir bahwa bahkan sumber kehidupan mereka yang terutama sekalipun dapat dibuat Tuhan menjadi musuh mereka. Tanpa air dari sungai Nil, seluruh pekerjaan di Mesir terhenti. Seluruh rakyat Mesir lebih mementingkan berusaha mencari air bersih, daripada meneruskan pekerjaan memperbudak orang Israel. Ahli-ahli sihir Firaun juga dapat membuat hal yang sama.

Tulah ini berhenti setelah tujuh hari berlalu. Namun Firaun bersikeras tidak mau melepaskan bangsa Israel dari tanah Mesir.

Tulah kedua: katak

Tulah yang kedua adalah adanya katak-katak yang memenuhi seluruh negeri Mesir, oleh karena Firaun sekali lagi menolak untuk melepaskan orang Israel. Harun melakukannya dengan mengulurkan tangannya ke atas negeri Mesir. Dan bermunculanlah katak-katak dalam jumlah yang sangat besar dari dalam sungai Nil memenuhi negeri Mesir. Ahli-ahli sihir Firaun juga dapat membuat hal yang sama dengan mantra-mantra mereka.

Tulah ini berhenti setelah Musa meminta kepada Tuhan untuk melenyapkan katak-katak itu. Permintaan ini atas permintaan Firaun dengan janji bahwa ia akan melepaskan orang Israel. Tuhan mengabulkan. Namun, kendati katak-katak itu mati, bangkai katak-katak itu tidak lenyap dari muka bumi negeri Mesir, sehingga ketika dikumpulkan orang-orang bangkai katak-katak itu hingga bertumpuk-tumpuk, seluruh negeri Mesir berbau busuk.

Setelah tulah katak berhenti, dan dilihat Firaun ada kelegaan, Firaun pun tidak menepati janjinya untuk melepaskan orang Israel.

Tulah ketiga: nyamuk

Tulah yang ketiga adalah debu menjadi nyamuk (atau agas). Debu itu ada di seluruh tanah Mesir, oleh karena itu, nyamuk-nyamuk itu pun menjadi ada di seluruh tanah Mesir. Tulah ini terjadi tanpa peringatan terlebih dahulu, sebab tulah ini menjadi hukuman bagi Firaun oleh karena Firaun melanggar janjinya di tulah kedua. Harun melakukannya dengan memukulkan tongkatnya ke debu tanah. Ahli-ahli sihir Firaun pun mencoba untuk membuat hal yang sama dengan mantra mereka, tetapi tidak dapat.

Tulah ini dimaksudkan oleh Tuhan untuk memperingatkan Firaun bahwa tidak ada yang dapat menyamai kekuasaan Tuhan, sekalipun dengan sihir dan mantra. Bahkan ahli-ahli sihir itu sendiri yang menyatakan kepada Firaun bahwa "inilah tangan Allah". Namun Firaun masih tetap bersikeras hati.

Tidak diceritakan dalam Alkitab bagaimana tulah ini berhenti, atau apakah tulah ini akhirnya berhenti atau tidak.

Tulah keempat: lalat pikat

Sebelum tulah yang ketiga berakhir, Tuhan telah menyuruh Musa untuk menyampaikan kabar tentang tulah keempat. Tulah yang keempat adalah munculnya ribuan lalat pikat yang memenuhi seluruh negeri Mesir. Namun di Gosyen tempat bangsa Israel tinggal, satupun tidak didapati ada lalat pikat di situ. Musa dan Harun tidak melakukan apa-apa agar tulah ini terjadi. Tidak diketahui, apa yang sebenarnya dilakukan oleh lalat-lalat pikat tersebut, tetapi disebutkan bahwa lalat pikat itu membuat seluruh bangsa Mesir menderita.

Tulah ini dimaksudkan oleh Tuhan untuk mempermalukan orang Mesir dengan dewanya sendiri, Baalzebub. Baalzebub sering digambarkan sebagai dewa lalat, yaitu dewa kesuburan dan kelimpahan. Dengan Tuhan memakai simbol dewa orang Mesir sendiri untuk menyiksa orang Mesir, Tuhan hendak menyatakan bahwa mereka tidak dapat bergantung pada dewa-dewa mereka untuk menyelamatkan diri dari tulah Tuhan.

Tulah itu berhenti setelah Firaun meminta kepada Musa untuk menghentikan lalat-lalat tersebut, dengan jaminan bahwa bangsa Israel diperbolehkan untuk pergi ke padang gurun yang tiga hari perjalanan jauhnya untuk mempersembahkan korban kepada Allah. Musa memintanya kepada Allah, dan Allah mengabulkan. Namun, Firaun kembali melanggar janjinya.

Tulah kelima: penyakit sampar pada ternak

Setelah peringatan kembali diabaikan, tulah kelima disebarkan. Tulah yang kelima adalah penyakit sampar pada binatang ternak. Seluruh ternak di negeri Mesir terkena sampar, sehingga seluruh ternak orang Mesir mati. Namun seluruh ternak-ternak Israel yang diam di negeri Gosyen tidak ada mati sama sekali. Musa dan Harun tidak melakukan apa-apa agar tulah ini terjadi.

Tulah keenam: barah

Tulah keenam adalah barah (bisul) yang berbentuk gelembung yang memecah, pada manusia dan binatang yang tersisa di seluruh Mesir. Harun dan Musa melakukannya dengan mengambil jelaga dari dapur peleburan, kemudian menghamburkannya ke udara. Bahkan ahli-ahli sihir itupun juga kena barah, sama seperti semua orang Mesir.

Tulah ini sekali lagi dimaksudkan Tuhan untuk membuktikan bahwa tidak ada yang dapat melepaskan diri dari kekuasaan Tuhan, bahkan sihir dan mantra sekalipun.

Tidak diceritakan dalam Alkitab bagaimana tulah ini berhenti, atau apakah tulah ini akhirnya berhenti atau tidak.

Tulah ketujuh: hujan es

Sebelum tulah keenam berakhir, Tuhan sudah menyuruh Musa mengumumkan kepada Firaun tentang tulah ketujuh. Tulah yang ketujuh adalah hujan es, beserta api yang berkilat-kilat di antara es tersebut. Tuhan memberi peringatan kepada Firaun untuk menyelamatkan atau mengamankan semua orang dan ternak, sebab semua yang ada di padang pada saat tulah ini terjadi, pastilah mati. Musa melakukannya dengan mengulurkan tangannya ke langit. Seperti sebelumnya, hanya di tanah Gosyen yang tidak ditimpa oleh hujan es ini.

Tulah ini dimaksudkan sebagai hukuman yang dashyat atas Mesir. Di Alkitab, hujan es bercampur api ini digambarkan dengan kata-kata "terlalu dashyat" dan "seperti yang belum pernah terjadi".

Tulah itu berhenti atas permintaan Firaun kepada Musa. Firaun bahkan mengakui kesalahannya dan bersedia untuk menghentikan hujan es itu. Namun setelah Musa mengulurkan tangannya ke langit dan hujan es itu berhenti, maka sekali lagi Firaun melanggar janjinya.

Tulah kedelapan: belalang

Tulah yang kedelapan adalah belalang. Tulah ini diadakan oleh karena Firaun sekali lagi menolak untuk membiarkan seluruh bangsa Israel, baik tua muda, laki-laki dan perempuan, beserta ternaknya, untuk pergi. Yang diizinkan Firaun untuk pergi hanyalah laki-laki saja, dengan maksud agar bangsa Israel tidak melarikan diri sesudah mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan di padang gurun. Musa melakukannya dengan mengulurkan tangannya ke atas tanah Mesir. Maka bertiuplah angin Timur yang membawa belalang-belalang "sehari-harian, semalam-malaman, dan setelah pagi hari," angin Timur itu masih membawa belalang.

Tulah ini dimaksudkan sebagai penghabisan untuk segala hal-hal yang masih tinggal di atas Mesir, setelah penyakit sampar pada ternak, barah, dan hujan es. Tulah ini menghabiskan seluruh tumbuhan yang ada di Mesir. Kedashyatan belalang-belalang ini digambarkan oleh Alkitab dengan kata-kata "sangat banyak", "sehingga negeri itu menjadi gelap olehnya".

Tulah itu berhenti atas permintaan Firaun kepada Musa. Firaun sekali lagi mengakui kesalahannya, dan berniat membebaskan bangsa Israel. Musa berdoa kepada Tuhan. Maka Tuhan mengirimkan angin dari jurusan sebaliknya, yakni angin Barat yang kencang, sehingga meniup belalang-belalang itu masuk ke dalam laut Teberau. Satupun belalang tidak ada yang tinggal di tanah Mesir. Dan Firaun tetap mengeraskan hatinya.

Tulah kesembilan: gelap gulita

Tulah yang kesembilan adalah gelap gulita selama tiga hari. Musa melakukannya dengan mengulurkan tangannya ke langit. Tetapi di seluruh tempat orang Israel ada terang.

Kegelapan itu sangat dashyat, digambarkan oleh Alkitab dengan kata-kata "orang dapat meraba gelap itu", "tidak ada orang yang dapat bangun dari tempatnya". Sebenarnya tulah ini dimaksudkan Tuhan untuk "menyerang" dewa tertinggi orang Mesir, yaitu Amon-Ra, atau Dewa Matahari. Dengan membuat Matahari tidak dapat bersinar selama tiga hari, Tuhan "mengklaim" kemenangan atas dewa orang Mesir dan mempermalukan seluruh dewa orang Mesir dan orang Mesir yang beribadah kepadanya.

Tulah ini berhenti dengan sendirinya setelah tiga hari lewat berlalu.

Kematian anak sulung di Mesir

yang akan menyebabkan semua anak sulung di negeri Mesir mati.

tersebut hanya mengenai tanah Mesir, sementara lokasi tempat orang Israel tinggal (di Gosyen), sekalipun juga berada di dalam bagian tanah Mesir, luput dari tulah tersebut. Sebab Tuhan memberikan suatu pembatas yang tidak membenarkan tulah-tulah itu melewati pembatas itu. Namun, pada tulah yang kesepuluh, yang juga adalah tulah penghabisan karena setelah itu bangsa Mesir melepaskan orang Israel, tulah tersebut juga dapat mengenai anak-anak sulung Israel. Maka dari itu, Tuhan menyuruh Musa mengadakan suatu acara bagi tiap keluarga Israel, yaitu menyembelih, memanggang dan memakan seekor anak domba jantan atau anak kambing jantan berumur setahun pada suatu waktu senja yang ditentukan. Kemudian dari darah tersebut dibubuhkan sedikit pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas pintu pada tiap-tiap rumah keluarga yang memakannya. Maka saat malaikat maut lewat untuk mencabut nyawa para anak sulung di tiap-tiap keluarga, malaikat maut tersebut akan melewatkan setiap rumah yang pada ambang pintu itu telah ada darah anak domba, yaitu korban pengganti bagi setiap anak sulung pada keluarga di rumah itu. Itulah Paskah yang pertama. Demikianlah Paskah diperingati oleh orang Israel mula-mula sebagai tanda peringatan pembebasan bangsa Israel dari tanah Mesir, yaitu Tuhan telah menyediakan bagi bangsa Israel anak domba sebagai ganti setiap anak sulung di Israel.

Orang Israel keluar dari Mesir

Setelah tulah yang kesepuluh diberlakukan, kedengaranlah jerit tangis dan ratap di seluruh negeri Mesir, sebab tidak ada satupun dari rumah orang Mesir yang anak sulungnya tidak mati. Maka orang-orang Mesir itu segera memanggil Musa dan Harun, dan mendesak mereka untuk segera pergi dari tanah Mesir, karena mereka takut "nanti kami mati semuanya" (Keluaran 12:33). Orang-orang Mesir itu bahkan bermurah hati kepada mereka dan memberikan kepada orang Israel barang-barang yang orang Israel minta dari orang Mesir. Dan kemudian, berangkatlah orang-orang Israel dengan berjalan kaki, kira-kira enam ratus ribu orang berjalan kaki, tidak termasuk anak-anak. Rute perjalanan mereka adalah dari Raamses ke Sukot. Setelah mengambil tulang-tulang Yusuf dari situ (Yusuf pernah mengamanatkan agar tulang-tulangnya tidak dikubur di Mesir, tetapi di tanah kelahirannya, di Kanaan), kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke Etam. Kemudian mereka balik lagi ke Pi-Harihot, antara Midgol dan laut, tepat di depan Baal-Zefon. Di sanalah mujizat penyeberangan Laut Merah yang terkenal terjadi, yaitu Tuhan melalui Musa membelah Laut Merah, sehingga bangsa Israel dapat menyeberang laut itu di tanah kering.

Allah Israel melawan Dewa-dewa Mesir

Tulah-tulah Mesir dianggap merupakan hukuman "kepada semua dewa di Mesir."[2] Tabel berikut memuat nama-nama dewa Mesir yang berkaitan dengan tulah-tulah tersebut, di mana para dewa tersebut tidak berkutik menghadapi kekuasaan Allah Israel.[4][5]

# Tulah Dewa Mesir Catatan
1 Air menjadi darah • Khnum - Penjaga sumber air sungai
• Hapi - Dewa sungai Nil.

• Osiris - Sungai Nil adalah aliran darahnya.

• Ditiru oleh ahli sihir Mesir.

• Juga terjadi di Gosyen di mana orang Israel tinggal.
• Ikan-ikan mati — menghasilkan bau busuk

2 Katak Heqet - dewi kesuburan berwujud/berkepala katak • Ditiru oleh ahli sihir Mesir.

• Juga terjadi di Gosyen di mana orang Israel tinggal.

3 Nyamuk Geb - dewa bumi bagi tanah Mesir • Tidak bisa ditiru oleh ahli-ahli sihir Mesir.

• Juga terjadi di Gosyen di mana orang Israel tinggal.
• Dianggap sebagai akibat “jari Allah.”

4 Lalat pikat Wadjet atau Uatchit - dewa lalat Mesir. • Sejak ini Allah membedakan antara orang Mesir dan orang Israel

• Orang Israel dilindungi dari tulah-tulah selanjutnya

5 Penyakit sampar pada ternak Ptah, Mnevis, Hathor, dan Amun - dewa-dewa Mesir yang berkaitan dengan sapi dan lembu. • Mengena pada harta benda, yaitu kematian ternak
6 Barah • Sekhmet - dewi wabah penyakit

• Serapis, Imhotep - dewa-dewa penyembuhan

• Mengena pada tubuh jasmani
• Para ahli sihir Firaun tidak dapat muncul ke istana.
7 Hujan es • Nut - dewi langit
• Isis & Set - dewi dan dewa pertanian.

• Shu - dewa atmosfer.

• Keunikan hujan semacam itu dalam sejarah Mesir.

• Firaun mengaku bersalah tetapi kemudian mengubah pikiran.

8 Belalang • Serapia - dewa pelindung dari belalang • Firaun memberi usulan, yang ditolak oleh Musa.

• Firaun sekali lagi mengaku bersalah.

9 Gelap gulita • Ra atau Re, Amon-re, Aten, Atum, Horus - dewa-dewa matahari Mesir

• Thoth - dewa bulan.

• Kegelapan di Mesir pada tengah hari

• Tampaknya ada terang bagi orang Israel di tanah Gosyen

10 Kematian anak sulung Tulah ini merupakan hukuman terhadap semua dewa Mesir, termasuk Firaun sendiri, yang dianggap dewa Dalam Keluaran 1 dicatat bahwa Firaun membunuh anak-anak laki-laki orang Israel, sekarang Allah membunuh anak-anak sulung orang Mesir. Firaun akhirnya membiarkan orang Israel untuk pergi, meskipun kemudian masih mengirim pasukan untuk mengejar mereka, di mana pasukan ini mati terbenam di Laut Merah (Keluaran 14)

Papirus Ipuwer

Pada abad ke-19 ditemukan sebuah naskah papirus kuno memuat sebuah sajak Mesir yang dinamakan "Nasihat-nasihat Ipuwer" (The Admonitions of Ipuwer), singkatnya "Papirus Ipuwer",[6] atau "Dialog antara Ipuwer dengan Tuhan Semesta" (The Dialogue of Ipuwer and the Lord of All).[7] Secara resmi, naskah kuno ini diberi kode Papyrus Leiden I 344 recto.[8] Naskah ini memuat keluhan Ipuwer kepada para dewa mengenai bencana yang menimpa Mesir pada zamannya dan apa yang digambarkannya itu sangat mirip dengan tulah-tulah yang menimpa Mesir sebagaimana dicatat dalam Kitab Keluaran.[9]

Berikut ini sejumlah kutipan dari Papirus Ipuwer yang berkaitan dengan Tulah Mesir:[9][10]

Papirus Ipuwer - Leiden 344 Taurat - Kitab Keluaran
2:5-6 Tulah di seluruh negeri. Darah di mana-mana.
2:10 Sungguh, sungai menjadi darah, tetapi orang minum darinya. Orang merendahkan diri bukan seperti manusia, dan haus akan air
3:10-13 Inilah air kami! Inilah kebahagiaan kami! Apakah yang akan kami lakukan terhadapnya? Semuanya rusak.
7:20 …maka seluruh air yang di sungai Nil berubah menjadi darah.

7:21 ...sungai Nil itu berbau busuk dan orang Mesir tidak dapat meminum air dari sungai Nil;... di seluruh tanah Mesir ada darah..
7:24 semua orang Mesir menggali-gali di sekitar sungai Nil mencari air untuk diminum, sebab mereka tidak dapat meminum air sungai Nil.

2:10 Sesungguhnya, gerbang-gerbang, tiang-tiang dan tembok-tembok semuanya terbakar api.

10:3-6 Mesir Hilir menangis... Seluruh istana tanpa pemasukan. Milik (hak) merekalah gandum dan jelai, angsa dan ikan.
6:3 Sesungguhnya, bulir-bulir menghilang dari segala sisi.
5:12 Sesungguhnya, lenyaplah apa yang kemarin terlihat. Tanah itu terlantar dalam kelelahannya, seperti pemotongan tanaman rami.

9:23 ... guruh dan hujan es, dan apipun menyambar ke bumi,

9:24 ... turunlah hujan es, beserta api yang berkilat-kilat di tengah-tengah hujan es itu, terlalu dahsyat.
9:25 ...Hujan es itu menimpa binasa segala sesuatu yang ada di padang, di seluruh tanah Mesir, dari manusia sampai binatang; juga segala tumbuh-tumbuhan di padang ditimpa binasa oleh hujan itu dan segala pohon di padang ditumbangkannya.
9:31 Tanaman rami dan jelai telah tertimpa binasa, sebab jelai itu sedang berbulir dan rami itu sedang berbunga.
9:32 Tetapi gandum dan sekoi tidak tertimpa binasa, sebab belum lagi musimnya.
10:15 ...tidak ada tinggal lagi yang hijau pada pohon atau tumbuh-tumbuhan di padang di seluruh tanah Mesir.

5:5 Semua tanaman, hati mereka menangis. Ternak merintih ...

9:2-3 Lihatlah, ternak ditinggal tercerai berai, dan tidak seorangpun yang mengumpulkan mereka.

9:3 Maka ternakmu, yang ada di padang, kuda, keledai, unta, lembu sapi dan kambing domba, akan kena tulah TUHAN, yakni kena penyakit sampar yang dahsyat.

9:19 ...ternakmu dan segala yang kaupunyai di padang, suruhlah dibawa ke tempat yang aman;
9:21 Tetapi siapa yang tidak mengindahkan firman TUHAN, meninggalkan hamba-hambanya serta ternaknya di padang.

9:11 Tanah itu tanpa terang. 10:22 ... datanglah gelap gulita di seluruh tanah Mesir selama tiga hari.
4:3 (5:6) Sesungguhnya, anak-anak para pangeran dilemparkan membentur tembok.

6:12 Sesungguhnya, anak-anak para pangeran dibuang ke jalan-jalan.
6:3 Penjara hancur.
2:13 Orang-orang yang meletakkan saudara laki-lakinya di tanah ada di mana-mana.
3:14 Terdengar rintihan di seluruh negeri, bercampur dengan ratapan.

12:29 Maka pada tengah malam TUHAN membunuh tiap-tiap anak sulung di tanah Mesir, dari anak sulung Firaun yang duduk di takhtanya sampai kepada anak sulung orang tawanan, yang ada dalam liang tutupan, beserta segala anak sulung hewan.

12:30 ... dan kedengaranlah seruan yang hebat di Mesir, sebab tidak ada rumah yang tidak kematian.

7:1 Lihatlah, api naik sampai tinggi. Nyalanya membakar semua musuh-musuh negeri. 13:21 TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam.
3:2 Emas dan lapis lazuli, perak dan batu malakit, karnelia dan perunggu ... dikalungkan di leher budak-budak perempuan. 12:35-36 ...mereka meminta dari orang Mesir barang-barang emas dan perak serta kain-kain. Dan TUHAN membuat orang Mesir bermurah hati terhadap bangsa itu, sehingga memenuhi permintaan mereka. Demikianlah mereka merampasi orang Mesir itu.

Lihat pula

  • Musa
  • Paskah
  • Seder Paskah
  • Tongkat Harun
  • Papirus Ipuwer
  • Bagian Alkitab yang berkaitan: Kitab Keluaran pasal 7, 8, 9, 10, 11, 12, Mazmur 78, Mazmur 105.

Referensi

  1. ^ diduga Ramses II atau Amenhotep II
  2. ^ a b Keluaran 12:12
  3. ^ “Maka Kami mengirimkan (tulah-tulah) kepada mereka: Kematian yang menyeluruh, Belalang, Nyamuk, Katak dan Darah: Tanda-tanda ini seharusnya menjadi peringatan terbuka, tetapi mereka itu tetap angkuh, -- orang-orang yang menyerahkan diri kepada dosa.” (7:134); online http://budoom.com/quran/index.php?surahno=7&q=&pagesize=1&rowindex=132
  4. ^ Sepuluh Tulah untuk Sepuluh Dewa (Inggris)
  5. ^ Yehovah melawan dewa-dewa Mesir (Inggris)
  6. ^ "Terjemahan isi papirus dalam bahasa Inggris. Terjemahan lain juga terdapat dalam R. B. Parkinson, The Tale of Sinuhe and Other Ancient Egyptian Poems. Oxford World's Classics, 1999." Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-10-30. Diakses tanggal 2015-01-28. 
  7. ^ Edisi baru dari papirus ini diterbitkan oleh Roland Enmarch: The Dialogue of Ipuwer and the Lord of All
  8. ^ Enmarch 2005:2-3.
  9. ^ a b Mordechai Becher. "The Ten Plagues - Live From Egypt". Ohr Somayach (accessed 8 Nov 2005).
  10. ^ Diskusi lebih lanjut mengenai papirus dan latar belakang sejarah Exodus, lihat Jewish Action, Spring 1995, artikel oleh Brad Aaronson, berjudul "When Was the Exodus?" (Kapan terjadinya Exodus?)

Pranala luar

Nabi musa alaihissalam dalam berdakwah dibantu oleh saudara laki-lakinya yaitu

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tulah_Mesir&oldid=19678806"