Mengapa pemerintah Indonesia membentuk lembaga persiapan industri penerbangan

Pada 16 Desember 1961 diresmikan pembentukan Lembaga Persiapan Industri Penerbangan (LAPIP). Lembaga tersebut bertugas menyiapkan pembangunan industri penerbangan Indonesia. Pada tahun 1961 LAPIP bekerja sama dengan CEKOP (industri pesawat terbang Polandia). Kerja sama tersebut berupa pembuatan pabrik, latihan karyawan, dan produksi di bawah lisensi PZL-104 Wilga (Gelatik). Pesawat itu dibuat sebanyak 44 unit untuk pertanian, pengangkutan ringan, dan aeroclub.

PT Dirgantara Indonesia (atau biasa disingkat menjadi PTDI) adalah produsen pesawat terbang pertama dan satu-satunya di Indonesia dan di wilayah Asia Tenggara. Dirgantara Indonesia tidak hanya memproduksi berbagai jenis pesawat terbang, tetapi juga memproduksi helikopter dan senjata, serta menyediakan pelatihan dan pemeliharaan untuk mesin-mesin pesawat. Dirgantara Indonesia pun menjadi subkontraktor untuk sejumlah produsen pesawat terbang besar di dunia, seperti Boeing, Airbus, General Dynamics, Fokker dsb.

Mengapa pemerintah Indonesia membentuk lembaga persiapan industri penerbangan
PT Dirgantara Indonesia

Kantor pusat PTDI di Bandung

Sebelumnya

PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio (1976-1985)
PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (1985-2000)

Jenis

Perseroan terbatasIndustriDirgantara dan PertahananDidirikan26 April 1976Kantor
pusat

Bandung, Jawa Barat

,

Indonesia

Tokoh
kunci

Gita AmperiawanProdukPesawat terbang komersial
Pesawat terbang militer
Komponen pesawat terbang
Pemeliharaan dan perbaikan pesawat terbang
Pertahanan

Karyawan

3.689 (2021)IndukLen IndustriAnak
usahaIPTN North America, Inc
PT Nusantara Turbin & Propulsi
PT General Electric Turbine ServiceSitus webindonesian-aerospace.com

Mengapa pemerintah Indonesia membentuk lembaga persiapan industri penerbangan

Sikumbang, pesawat era Nurtanio

 

BJ Habibie, Bapak Industri Pesawat Modern Indonesia

 

Nurtanio, Bapak Perintis Industri Pesawat Indonesia

Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio (Lipnur) memulai sejarahnya pada tanggal 16 Desember 1961 saat TNI Angkatan Udara mendirikan Lembaga Persiapan Industri Penerbangan (LAPIP) guna mempersiapkan pendirian industri penerbangan untuk mendukung kegiatan penerbangan di Indonesia. Pada tahun yang sama, LAPIP pun meneken perjanjian kerja sama dengan CEKOP, produsen pesawat asal Polandia. Perjanjian tersebut meliputi pembangunan pabrik pesawat terbang serta pelatihan sumber daya manusia dan produksi, guna memproduksi pesawat terbang PZL-104 Wilga di bawah lisensi dari CEKOP. Pesawat terbang yang kemudian dikenal dengan nama Gelatik tersebut akhirnya berhasil diproduksi sebanyak 44 unit. Pada tahun 1965, melalui sebuah keputusan presiden, Komando Pelaksana Persiapan Industri Pesawat Terbang (Kopelapip) dan PN Industri Pesawat Terbang Berdikari pun resmi didirikan. Pada bulan Maret 1966, Nurtanio Pringgoadisuryo meninggal akibat mengalami kecelakaan saat melakukan uji terbang, dan untuk menghormati kontribusinya, Kopelapip dan PN Industri Pesawat Terbang Berdikari kemudian digabung ke dalam Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio (Lipnur). Lipnur lalu memproduksi pesawat latih dasar yang diberi nama LT-200 dan membangun bengkel untuk menyediakan layanan purna jual.

B.J. Habibie

Sementara itu, upaya untuk merintis pendirian industri pesawat terbang juga terus dilakukan oleh B.J. Habibie yang sejak tahun 1965 bekerja di Messerschmitt-Bolkow-Blohm (MBB), sebuah produsen pesawat terbang asal Jerman. Pada awal Desember 1973, Direktur Utama Pertamina, Ibnu Sutowo pun menemui Habibie di Dusseldorf guna menjelaskan impian Pertamina untuk mendirikan industri pesawat terbang di Indonesia. Habibie kemudian diangkat sebagai Penasehat Direktur Utama Pertamina dan diminta untuk segera kembali ke Indonesia. Pada awal bulan Januari 1974, Pertamina pun membentuk divisi baru untuk fokus pada advanced technology dan teknologi penerbangan (ATTP). Pada tanggal 26 Januari 1974, Habibie dipanggil oleh Presiden Soeharto dan kemudian diangkat sebagai Penasehat Presiden di bidang teknologi. Pada bulan September 1974, ATTP meneken perjanjian dasar untuk kerjasama lisensi dengan MBB asal Jerman dan CASA asal Spanyol untuk memproduksi helikopter BO-105 dan pesawat sayap tetap NC-212. Karena Pertamina kemudian menghadapi sejumlah masalah, pada tanggal 26 April 1976, semua aset milik divisi ATTP, Lipnur, dan TNI Angkatan Udara yang berkaitan dengan industri pesawat terbang kemudian dijadikan modal untuk mendirikan PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN). B.J. Habibie lalu ditunjuk sebagai direktur utama IPTN. Setelah semua fasilitas fisik selesai dibangun, IPTN pun diresmikan oleh Presiden Soeharto pada bulan Agustus 1976. Pada tanggal 11 Oktober 1985, nama perusahaan ini diubah menjadi "PT Industri Pesawat Terbang Nusantara", dan pada tanggal 24 Agustus 2000, nama perusahaan ini kembali diubah menjadi seperti sekarang.[1]

2000 - sekarang

Pada awal tahun 2012, Dirgantara Indonesia berhasil mengirimkan 4 unit pesawat CN235 pesanan Korea Selatan. Selain itu, Dirgantara Indonesia juga sedang menyelesaikan 3 unit pesawat CN235 pesanan TNI AL dan 24 unit Heli Super Puma dari Eurocopter. Dirgantara Indonesia juga sedang menjajaki untuk memproduksi pesawat C295 (CN235 versi jumbo) dan N219, serta bekerja sama dengan Korea Selatan untuk memproduksi pesawat tempur siluman KFX. Pada tanggal 12 Januari 2022, pemerintah resmi menyerahkan mayoritas saham perusahaan ini ke Len Industri, sebagai bagian dari upaya untuk membentuk holding BUMN yang bergerak di bidang industri pertahanan.[2]

  • N-2130, proyek Dihentikan karena krisis finansial Asia 1997
  • N-250, proyek Dihentikan karena krisis finansial Asia 1997
  • NC-212
  • CN-235
  • CN-295
  • N219 Nurtanio [3][4][5]
  • CN-235 NG, pengembangan dari CN-235 dengan peningkatan kapasitas pesawat
  • Sikumbang produksi era Nurtanio
  • Belalang produksi era Nurtanio
  • Kunang produksi era Nurtanio
  • Gelatik produksi era LAPIP lisensi dari CEKOP Polandia (sekarang dikenal dengan nama PZL)
  • MALE Elang Hitam
  • UAV Wulung

Perusahaan ini memproduksi sejumlah komponen untuk digunakan oleh produsen pesawat terbang lain, yakni:

  • Komponen sayap dari Boeing 737
  • Komponen sayap dari Boeing 767
  • Komponen sayap dari Airbus A320
  • Komponen sayap dari Airbus A330
  • Komponen sayap dari Airbus A340
  • Komponen sayap dari Airbus A380
  • Komponen sayap dari Airbus A350[6]
  • Komponen ekor dari Sukhoi Superjet 100

Helikopter

  • NBO 105 dipergunakan secara luas di Indonesia, lisensi dari MBB Jerman. Dihentikan sejak juli 2011.
  • NBK 117
  • NBell 412 lisensi dari Bell Helicopter, AS
  • NAS 330 Puma lisensi dari Aerospatiale, Prancis
  • NAS 332 Super Puma Pengembangan dari Puma, lisensi dari Eurocopter, Prancis
  • Eurocopter Fennec pengganti NBO 105.
  • Eurocopter Ecureuil pengganti NBO 105.[7]
  • Eurocopter EC725
  • Tailboom dan fuselage dari Airbus Helicopters H225M dan EC 225[8][9]

Lainnya

  • SUT Torpedo
  • Turbin Uap 2 MW oleh PT Nusantara Turbin Propulsi (anak perusahaan PT DI)[10]
  • Turbin Uap 4 MW oleh PT Nusantara Turbin Propulsi (anak perusahaan PT DI)[11]
  • Hovercraft [12]
  • Rudal RN01-SS
  • Roket R-Han 122

Berikut adalah daftar Direktur Utama IPTN/Dirgantara Indonesia:

  • B.J. Habibie (1976-1998)
  • Paramayuda (sebagai care taker s/d ditetapkan Direktur Utama baru)
  • Jusman Syafii Djamal (2000-2002)
  • Edwin Sudarmo (2002-2005)
  • Muhammad Nuril Fuad (2005-2007) - bukan Direktur Utama tetapi Direktur Umum.
  • Budi Santoso (2007-2017)
  • Elfien Goentoro (2017-2022)
  • Gita Amperiawan (2022-sekarang)

PT Dirgantara Indonesia akan memasuki bisnis pesawat komersial dengan memproduksi N219, jika N219 sudah beroperasi dan sudah mendapatkan sertifikasi Dirgantara Indonesia akan mengembangkan dan memproduksi pesawat berpenumpang 50 orang.[13]

PT Dirgantara Indonesia akan mengirimkan sekitar 300 tenaga ahli ke Korea Selatan dalam kerjasama pembuatan pesawat tempur KFX grade 4.5. Rencananya pesawat tempur tipe 4.5 ini akan setingkat di atas F16 yang masih pada tipe 4. Nantinya lima prototype yang menjadi buatan bersama salah satunya akan dibuat di PT Dirgantara Indonesia, Bandung.[14]

  1. ^ "Sejarah Perusahaan". PT Dirgantara Indonesia. Diakses tanggal 19 Januari 2022. 
  2. ^ "Peraturan Pemerintah nomor 5 tahun 2022" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik indonesia. Diakses tanggal 19 Januari 2022. 
  3. ^ Liputan6.com. "Nurtanio, Nama dari Jokowi untuk Pesawat N219 Buatan Anak Bangsa". liputan6.com. Diakses tanggal 2017-11-28. 
  4. ^ "Penjelasan Jokowi Soal Pemberian Nama Pesawat N219". SINDOnews.com. Diakses tanggal 2017-11-28. 
  5. ^ "N-219". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2017-11-27. 
  6. ^ http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2010/08/18/brk,20100818-272162,id.html[pranala nonaktif permanen]
  7. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama ReferenceA
  8. ^ http://tekno.liputan6.com/berita/201001/261065/Eurocopter.Pesan.Rangka.dari.PT Dirgantara.Indonesia
  9. ^ http://visijobs.com/beta/news/detail/2010/01/29/Eurocopter-Prancis-Beri-Order-Besar-Pada-PT-DI
  10. ^ http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=news.detail&id=122329
  11. ^ http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/19/03092913/kilas.ekonomi[pranala nonaktif permanen]
  12. ^ Setiady Dwi. PT DI Kembangan Kendaraan Amfibi Hovercraft[pranala nonaktif permanen]. Suaramerdeka.com, edisi 1/2/2010
  13. ^ http://www.tribunnews.com/nasional/2016/01/20/pt-dirgantara-indonesia-siap-produksi-pesawat-komersial?page=2
  14. ^ http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/08/o0lq1g317-pt-dirgantara-indonesia-siapkan-personil-untuk-kerjasama-kfx

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Dirgantara_Indonesia&oldid=21406949"