Mengapa golongan tua tidak mau terburu-buru membacakan proklamasi kemerdekaan indonesia

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada hari Jumat, tanggal 17 Agustus 1945 tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dengan ditemani oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56 – Jakarta Pusat.

Show

Latar belakangan

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh lingkungan kehidupan. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berproses dan berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk semakin menegaskan hasrat dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga mengakibatkan Jepang menyerah untuk Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.

Mengapa golongan tua tidak mau terburu-buru membacakan proklamasi kemerdekaan indonesia

Soekarno, Hatta selangku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk berjumpa Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan hendak memberikan kemerdekaan untuk Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah untuk Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak wujud kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.

Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang menempuh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, menyebut untuk Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang hendak segera memberikan kemerdekaan untuk Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung kegiatan kerja PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.

Dua hari kemudian, ketika Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap ketika sudah harus menyerah untuk Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, selang yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan untuk Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI ketika itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang agung, dan dapat berdampak sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan hasil pekerjaan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).

Mengapa golongan tua tidak mau terburu-buru membacakan proklamasi kemerdekaan indonesia

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah untuk Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang sedang berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji hendak mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini menempuh radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak mau acak-acak. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada ketika proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam wujud rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang diwujudkan oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.

Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Ajang Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.

Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Admiral Muda Maeda, di Jalan Ajang Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas kesuksesan mereka di Dalat. Sambil menjawab dia belum menerima konfirmasi serta sedang menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang bertalian dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.

Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak kenal telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.

Peristiwa Rengasdengklok

Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana --yang konon kabarnya terbakar gelora heroismenya setelah berwawancara dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka --yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang proses PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melaksanakan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo sukses meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Admiral Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.

Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Admiral Muda Maeda

Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Tadashi Maeda dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak dapat memberi izin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Belakangnya Sukarno-Hatta menanti agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan kegiatan akal-akal tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di kawasan Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.

Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Admiral Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) disertai oleh Myoshi guna melaksanakan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang dilepaskan bertukar pikiran dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakangan mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian benar kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berfaedah kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berfaedah "transfer of power". Bung Hatta, Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak benar yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima sedang didengungkan.

Setelah pemikiran berhenti disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor kaki tangan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.[2] Pada awal mulanya pembacaan proklamasi hendak dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung gagasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56[3] (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).

Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi

Perundingan selang golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlanjut pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di admiral Tadashi Maeda Jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Pemikiran teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah, Sayuti Melik, Sukarni, dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir selang lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Kegiatan dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta ketika itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.

Pada awal mulanya Trimurti dimohon untuk menaikkan bendera namun dia menolak dengan gagasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakangan membawa nampan mengandung bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya.[4]. Sampai ketika ini, bendera pusaka tersebut sedang disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.

Setelah upacara berhenti berlanjut, kurang semakin 100 orang proses Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata datang acak-acak karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditampik. Belakangnya Hatta memberikan amanat singkat untuk mereka.[5]

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang kemudian dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berwujud Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang hendak diwujudkan kemudian.

Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden hendak dibantu oleh sebuah Komite Nasional.

Inti Teks Proklamasi

Mengapa golongan tua tidak mau terburu-buru membacakan proklamasi kemerdekaan indonesia

Teks Naskah "Proklamasi Klad" yang ditaruh di Monumen Nasional (Monas).

Naskah Proklamasi Klad

Teks naskah Proklamasi Klad adalah asli merupakan tulisan tangan sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat, dan adalah merupakan hasil gubahan (karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo, yang intinya adalah sebagai berikut :

Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal2 jang tentang pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, 17 - 8 - '05


Wakil2 bangsa Indonesia.

Naskah baru setelah mengalami perubahan

Mengapa golongan tua tidak mau terburu-buru membacakan proklamasi kemerdekaan indonesia

Teks Naskah "Proklamasi Otentik" yang ditaruh di Monumen Nasional (Monas).

Teks naskah Proklamasi yang telah mengalami perubahan, yang dikenal dengan sebutan naskah "Proklamasi Otentik", adalah merupakan hasil ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan Proklamasi), yang intinya adalah sebagai berikut :

P R O K L A M A S I
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang tentang pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05


Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.


(Keterangan: Tahun pada kedua teks naskah Proklamasi di atas (baik pada teks naskah Proklamasi Klad maupun pada teks naskah Proklamasi Otentik) tertulis angka "tahun 05" yang merupakan kependekan dari angka "tahun 2605", karena tahun penanggalan yang dipergunakan pada masa waktu seratus tahun pemerintah pendudukan militer Jepang ketika itu adalah sesuai dengan tahun penanggalan yang berlanjut di Jepang, yang kala itu adalah "tahun 2605".)

Perbedaan teks naskah Proklamasi Klad dan Otentik

Di dalam teks naskah Proklamasi Otentik sudah mengalami beberapa perubahan yaitu sebagai berikut :

  • Kata "Proklamasi" diubah menjadi "P R O K L A M A S I",
  • Kata "Hal2" diubah menjadi "Hal-hal",
  • Kata "tempoh" diubah menjadi "tempo",
  • Kata "Djakarta, 17 - 8 - '05" diubah menjadi "Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05",
  • Kata "Wakil2 bangsa Indonesia" diubah menjadi "Atas nama bangsa Indonesia",
  • Inti naskah Proklamasi Klad adalah asli merupakan tulisan tangan sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat, dan adalah merupakan hasil gubahan (karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo. Sedangkan inti naskah Proklamasi Otentik adalah merupakan hasil ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan Proklamasi),
  • Pada naskah Proklamasi Klad memang tidak ditandatangani, sedangkan pada naskah Proklamasi Otentik sudah ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta.

Klip suara naskah yang dibacakan oleh Ir. Soekarno di studio RRI

Tempat Pembacaan teks naskah Proklamasi Otentik oleh Ir. Soekarno yang pertama kalinya adalah di Jalan Pegangsaan Timur 56 – Jakarta Pusat, tepat pada tanggal 17 Agustus 1945 (hari di mana diperingati sebagai "Hari Kemerdekaan Republik Indonesia"), pukul 11.30 saat Nippon (sebutan untuk negara Jepang pada ketika itu). Saat Nippon adalah merupakan patokan zona saat yang dipakai pada masa waktu seratus tahun pemerintah pendudukan militer Jepang kala itu. Namun perlu dikenal pula bahwa pada ketika teks naskah Proklamasi itu dibacakan oleh Bung Karno, saat itu tidak benar yang merekam suara ataupun video, yang benar hanyalah dokumentasi foto-foto detik-detik Proklamasi.

Aci suara asli dari Ir. Soekarno ketika membacakan teks naskah Proklamasi yang sering kita dengarkan ketika ini adalah bukan merupakan suara yang direkam pada tanggal pada tanggal 17 Agustus 1945 tetapi adalah suara asli dia yang direkam pada tahun 1951 di studio Radio Republik Indonesia (RRI), yang sekarang bertempat di Jalan Ajang Merdeka Barat 4-5 – Jakarta Pusat. Dokumentasi berupa suara asli hasil rekaman atas pembacaan teks naskah Proklamasi oleh Bung Karno ini dapat terwujudkan adalah berkat prakarsa dari salah satu pendiri RRI, Jusuf Ronodipuro.

Berikut ini adalah klip hasil rekaman suara asli dari Presiden Soekarno ketika membacakan teks naskah Proklamasi di studio Radio Republik Indonesia (RRI), pada tahun 1951:

Teks pidato proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia

Saudara-saudara sekalian!Aku telah menanti Anda untuk hadir di sini untuk menyaksikan peristiwa dalam sejarah kami yang paling penting.Selama beberapa dekade kita, Rakyat Indonesia, telah berjuang untuk kebebasan negara kita-bahkan selama ratusan tahun!Benar gelombang dalam gerakan kita untuk memenangkan kemerdekaan yang naik, dan benar yang jatuh, namun semangat kami sedang ditentukan dalam arah cita-cita kami.Juga selama masa waktu seratus tahun Jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak pernah selesai. Pada masa waktu seratus tahun Jepang itu hanya muncul bahwa kita membungkuk pada mereka. Tetapi pada dasarnya, kita sedang terus membangun daya kita sendiri, kita sedang percaya pada daya kita sendiri.Kini telah hadir ketika ketika benar-benar kita mengambil nasib gerakan kita dan nasib negara kita ke tangan kita sendiri. Hanya suatu bangsa cukup berani untuk mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri hendak dapat berdiri dalam daya.Oleh karena semalam kami telah musyawarah dengan tokoh-tokoh Indonesia dari seluruh Indonesia. Bahwa pengumpulan deliberatif dengan suara bulat berpendapat bahwa sekarang telah datang saat untuk mendeklarasikan kemerdekaan.Saudara-saudara:Bersama ini kami menyalakan solidaritas penentuan itu.Dengarkan Proklamasi kami :
P R O K L A M A S I

KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA.


HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN
DENGAN CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG SESINGKAT-SINGKATNYA.

DJAKARTA, 17 AGUSTUS 1945


ATAS NAMA BANGSA INDONESIA.
SUKARNO-HATTA.Jadi, Saudara-saudara!Kita sekarang sudah bebas!Tidak benar lagi penjajahan yang mengikat negara kita dan bangsa kita!Mulai ketika ini kita membangun negara kita. Sebuah negara lepas sama sekali, Negara Republik Indonesia-lamanya dan tidak berkesudahan independen. Semoga Tuhan memberkati dan membuat terlindung kemerdekaan kita ini! [6]

Kegiatan Penyebaran Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Wilayah Indonesia sangatlah lapang. Komunikasi dan transportasi sekitar tahun 1945 sedang sangat terbatas. Di samping itu, hambatan dan larangan untuk menyebarkan berita proklamasi oleh pasukan Jepang di Indonesia, merupakan sejumlah faktor yang mengakibatkan berita proklamasi mengalami keterlambatan di sejumlah kawasan, terutama di luar Jawa. Namun dengan penuh tekad dan semangat berjuang, pada belakangnya peristiwa proklamasi dikenal oleh segenap rakyat Indonesia. Semakin jelasnya ikuti pembahasan di bawah ini. Penyebaran proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 di kawasan Jakarta dapat dilakukan secara cepat dan segera menyebar secara lapang. Pada hari itu juga, teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Proses Radio dari Kantor Domei (sekarang Kantor Berita ANTARA), Waidan B. Palenewen. Dia menerima teks proklamasi dari seorang wartawan Domei yang bernama Syahruddin. Kemudian dia memerintahkan F. Wuz (seorang markonis), agar berita proklamasi disiarkan tiga kali beruntun. Baru dua kali F. Wuz menerapkan tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan radio sambil marah-marah, sebab mengetahui berita proklamasi telah tersiar ke luar menempuh udara.

Meskipun orang Jepang tersebut memerintahkan penghentian siaran berita proklamasi, tetapi Waidan Palenewen tetap menanti F. Wuz untuk terus menyiarkan. Berita proklamasi kemerdekaan diulangi setiap setengah jam sampai pukul 16.00 ketika siaran selesai. Dampak dari penyiaran tersebut, pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita dan menyalakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945 pemancar tersebut disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Sekalipun pemancar pada kantor Domei disegel, para pemuda bersama Jusuf Ronodipuro (seorang pembaca berita di Radio Domei) ternyata membuat pemancar baru dengan bantuan teknisi radio, di selangnya Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar. Mereka mendirikan pemancar baru di Menteng 31, dengan kode panggilan DJK 1. Dari sinilah kemudian berita proklamasi kemerdekaan disiarkan.

Usaha dan perjuangan para pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi juga dilakukan menempuh media pers dan surat selebaran. Nyaris seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 berisi berita proklamasi kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang berisi berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda yang berjuang menempuh media pers selang lain B.M. Diah, Sayuti Melik, dan Sumanang. Proklamasi kemerdekaan juga dipasarkan untuk rakyat Indonesia menempuh pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding tembok dan gerbong kereta api, misalnya dengan slogan Respect Our Constitution, August 17!!! (Hormatilah Konstitusi Kami, 17 Agustus!!!). Menempuh berbagai kegiatan dan media tersebut, belakangnya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat tersebar lapang di wilayah Indonesia dan di luar negeri. Di samping menempuh media massa, berita proklamasi juga disebarkan secara langsung oleh para utusan kawasan yang menghadiri sidang PPKI. Berikut ini para utusan PPKI yang ikut menyebarkan berita proklamasi :

Peringatan 17 Agustus 1945

Mengapa golongan tua tidak mau terburu-buru membacakan proklamasi kemerdekaan indonesia

Pengibaran Bendera Sang Saka Merah Putih pada setiap perayaan 17 Agustus.

Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari lomba panjat pinang, lomba makan kerupuk, sampai upacara militer di Istana Merdeka, seluruh proses dari warga ikut berpartisipasi dengan kegiatan masing-masing.

Lomba-lomba tradisional

Barang yang diadu yang seringkali menghiasi dan meramaikan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI dipersiapkan di kampung-kampung/ pedesaan disertai oleh warga setempat dan dikoordinir oleh pengurus kampung/ pemuda desa

Peringatan Detik-detik Proklamasi

Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka dipimpin oleh Presiden RI selangku Inspektur Upacara. Peringatan ini kebanyakan disiarkan secara langsung oleh seluruh stasiun televisi. Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan sirene, pengibaran bendera Sang Saka Merah Putih (Bendera Pusaka), pembacaan naskah Proklamasi, dan lain-lain. Pada sore hari terdapat kegiatan penurunan bendera Sang Saka Merah Putih.

Pustaka

  1. ^ Sekitar Proklamasi 1 oleh Rushdy Hoesein
  2. ^ Zahorka, H. Sejarah dari Tugu Peringatan Pahlawan Jerman di Arca Domas, Indonesia.
  3. ^ Sekitar Proklamasi 5 oleh Rushdy Hoesein
  4. ^ ibid
  5. ^ ibid
  6. ^ Terjemahan lepas sama sekali dari George McT. Kahin, Sukarno's Proclamation of Indonesian Independence, Cornell University, Indonesia, Volume 69 (April 2000), hal. 1--4

Lihat pula

Pranala luar

  • (Indonesia) Mitos dan Realitas Menjelang Proklamasi
  • (Inggris) Proklamasi @ YouTube.com

Sumber :
andrafarm.com, p2k.ggiklan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb-nya.


Page 2

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada hari Jumat, tanggal 17 Agustus 1945 tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dengan ditemani oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56 – Jakarta Pusat.

Latar belakangan

Pada tanggal 6 Agustus 1945 suatu bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh lingkungan kehidupan. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk semakin menegaskan hasrat dan tujuan sampai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga mengakibatkan Jepang menyerah untuk Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.

Mengapa golongan tua tidak mau terburu-buru membacakan proklamasi kemerdekaan indonesia

Soekarno, Hatta selangku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk berjumpa Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan hendak memberikan kemerdekaan untuk Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah untuk Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak wujud kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.

Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang menempuh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, menyebut untuk Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang hendak segera memberikan kemerdekaan untuk Indonesia dan proklamasi kemerdekaan mampu dilakukan dalam beberapa hari, tergantung kegiatan kerja PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.

Dua hari kemudian, ketika Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap ketika sudah harus menyerah untuk Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, selang yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan untuk Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI ketika itu mampu menimbulkan pertumpahan darah yang agung, dan mampu mengakibatkan sangat fatal bila para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karenanya yaitu hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI yaitu badan hasil pekerjaan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya adalah 'hadiah' dari Jepang (sic).

Mengapa golongan tua tidak mau terburu-buru membacakan proklamasi kemerdekaan indonesia

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah untuk Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang sedang berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji hendak mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini menempuh radio BBC. Sesudah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak mau acak-acak. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada ketika proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam wujud rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI yaitu suatu badan yang diwujudkan oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.

Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk mendapat konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Ajang Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.

Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Admiral Muda Maeda, di Jalan Ajang Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas kesuksesan mereka di Dalat. Sambil menjawab dia belum menerima konfirmasi serta sedang menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang bertalian dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.

Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilakukan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak kenal telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.

Peristiwa Rengasdengklok

Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana --yang konon kabarnya terbakar gelora heroismenya sesudah berwawancara dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka --yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang proses PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya yaitu agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melaksanakan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. karenanya diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo sukses meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Sesudah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak mampu dipakai untuk pertemuan sesudah pukul 10 malam, karenanya tawaran Admiral Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.

Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Admiral Muda Maeda

Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Tadashi Maeda dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa semenjak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak mampu memberi izin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Belakangnya Sukarno-Hatta menanti agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan kegiatan akal-akal tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di kawasan Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.

Sesudah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Admiral Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) disertai oleh Myoshi guna melaksanakan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Sesudah menyapa Sukarno-Hatta yang dilepaskan bertukar pikiran dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakangan mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian benar kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berfaedah kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berfaedah "transfer of power". Bung Hatta, Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak benar yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima sedang didengungkan.

Sesudah pemikiran berakhir disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor kaki tangan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.[2] Pada awal mulanya pembacaan proklamasi hendak dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung gagasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56[3] (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).

Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi

Perundingan selang golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlanjut pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di admiral Tadashi Maeda Jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Pemikiran teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah, Sayuti Melik, Sukarni, dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu yaitu Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir selang lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Kegiatan dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta ketika itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.

Pada awal mulanya Trimurti dimohon untuk menaikkan bendera namun dia menolak dengan gagasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh karena itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, ditolong oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakangan membawa nampan mengandung bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Sesudah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya.[4]. Sampai ketika ini, bendera pusaka tersebut sedang disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.

Sesudah upacara berakhir berlanjut, kurang semakin 100 orang proses Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata datang acak-acak karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditampik. Belakangnya Hatta memberikan amanat singkat untuk mereka.[5]

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang kemudian dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang benar wujud Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang hendak diwujudkan kemudian.

Sesudah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden hendak ditolong oleh suatu Komite Nasional.

Isi Teks Proklamasi

Mengapa golongan tua tidak mau terburu-buru membacakan proklamasi kemerdekaan indonesia

Teks Naskah "Proklamasi Klad" yang diletakkan di Monumen Nasional (Monas).

Naskah Proklamasi Klad

Teks naskah Proklamasi Klad yaitu asli adalah tulisan tangan sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat, dan yaitu adalah hasil gubahan (karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo, yang isinya yaitu sebagai berikut :

Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal2 jang tentang pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, 17 - 8 - '05


Wakil2 bangsa Indonesia.

Naskah baru sesudah merasakan perubahan

Teks naskah Proklamasi yang telah merasakan perubahan, yang dikenal dengan sebutan naskah "Proklamasi Otentik", yaitu adalah hasil ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan Proklamasi), yang isinya yaitu sebagai berikut :

P R O K L A M A S I
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang tentang pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05


Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.


(Keterangan: Tahun pada kedua teks naskah Proklamasi di atas (baik pada teks naskah Proklamasi Klad maupun pada teks naskah Proklamasi Otentik) tertulis angka "tahun 05" yang adalah kependekan dari angka "tahun 2605", karena tahun penanggalan yang dipergunakan pada masa waktu seratus tahun pemerintah pendudukan militer Jepang ketika itu yaitu berdasarkan dengan tahun penanggalan yang berlanjut di Jepang, yang kala itu yaitu "tahun 2605".)

Perbedaan teks naskah Proklamasi Klad dan Otentik

Di dalam teks naskah Proklamasi Otentik sudah merasakan beberapa perubahan yaitu sebagai berikut :

  • Kata "Proklamasi" diubah menjadi "P R O K L A M A S I",
  • Kata "Hal2" diubah menjadi "Hal-hal",
  • Kata "tempoh" diubah menjadi "tempo",
  • Kata "Djakarta, 17 - 8 - '05" diubah menjadi "Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05",
  • Kata "Wakil2 bangsa Indonesia" diubah menjadi "Atas nama bangsa Indonesia",
  • Isi naskah Proklamasi Klad yaitu asli adalah tulisan tangan sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat, dan yaitu adalah hasil gubahan (karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo. Sedangkan isi naskah Proklamasi Otentik yaitu adalah hasil ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan Proklamasi),
  • Pada naskah Proklamasi Klad memang tidak ditandatangani, sedangkan pada naskah Proklamasi Otentik sudah ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta.

Klip suara naskah yang dibacakan oleh Ir. Soekarno di studio RRI

Tempat Pembacaan teks naskah Proklamasi Otentik oleh Ir. Soekarno yang awal mulanya yaitu di Jalan Pegangsaan Timur 56 – Jakarta Pusat, tepat pada tanggal 17 Agustus 1945 (hari di mana diperingati sebagai "Hari Kemerdekaan Republik Indonesia"), pukul 11.30 masa Nippon (sebutan untuk negara Jepang pada ketika itu). Masa Nippon yaitu adalah patokan zona masa yang dipakai pada masa waktu seratus tahun pemerintah pendudukan militer Jepang kala itu. Namun perlu dikenal pula bahwa pada ketika teks naskah Proklamasi itu dibacakan oleh Bung Karno, masa itu tidak benar yang merekam suara ataupun video, yang benar hanyalah dokumentasi foto-foto detik-detik Proklamasi.

Aci suara asli dari Ir. Soekarno ketika membacakan teks naskah Proklamasi yang sering kita dengarkan ketika ini yaitu bukan adalah suara yang direkam pada tanggal pada tanggal 17 Agustus 1945 tetapi yaitu suara asli dia yang direkam pada tahun 1951 di studio Radio Republik Indonesia (RRI), yang sekarang bertempat di Jalan Ajang Merdeka Barat 4-5 – Jakarta Pusat. Dokumentasi berupa suara asli hasil rekaman atas pembacaan teks naskah Proklamasi oleh Bung Karno ini mampu terwujudkan yaitu berkat prakarsa dari salah satu pendiri RRI, Jusuf Ronodipuro.

Berikut ini yaitu klip hasil rekaman suara asli dari Presiden Soekarno ketika membacakan teks naskah Proklamasi di studio Radio Republik Indonesia (RRI), pada tahun 1951:

Teks pidato proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia

Saudara-saudara sekalian!Aku telah menanti Anda untuk hadir di sini untuk menyaksikan peristiwa dalam sejarah kami yang sangat penting.Selama beberapa dekade kita, Rakyat Indonesia, telah berjuang untuk kebebasan negara kita-bahkan selama ratusan tahun!Benar gelombang dalam gerakan kita untuk memenangkan kemerdekaan yang naik, dan benar yang jatuh, namun semangat kami sedang ditentukan dalam arah cita-cita kami.Juga selama masa waktu seratus tahun Jepang usaha kita untuk sampai kemerdekaan nasional tidak pernah selesai. Pada masa waktu seratus tahun Jepang itu hanya muncul bahwa kita membungkuk pada mereka. Tetapi pada dasarnya, kita sedang terus mendirikan daya kita sendiri, kita sedang percaya pada daya kita sendiri.Kini telah hadir ketika ketika benar-benar kita mengambil nasib gerakan kita dan nasib negara kita ke tangan kita sendiri. Hanya suatu bangsa cukup berani untuk mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri hendak mampu berdiri dalam daya.Oleh karena semalam kami telah musyawarah dengan tokoh-tokoh Indonesia dari seluruh Indonesia. Bahwa pengumpulan deliberatif dengan suara bulat berpendapat bahwa sekarang telah datang masa untuk mendeklarasikan kemerdekaan.Saudara-saudara:Bersama ini kami mencetuskan solidaritas penentuan itu.Dengarkan Proklamasi kami :
P R O K L A M A S I

KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA.


HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN
DENGAN CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG SESINGKAT-SINGKATNYA.

DJAKARTA, 17 AGUSTUS 1945


ATAS NAMA BANGSA INDONESIA.
SUKARNO-HATTA.Jadi, Saudara-saudara!Kita sekarang sudah bebas!Tidak benar lagi penjajahan yang mengikat negara kita dan bangsa kita!Mulai ketika ini kita mendirikan negara kita. Suatu negara lepas sama sekali, Negara Republik Indonesia-lamanya dan tidak berkesudahan independen. Semoga Tuhan memberkati dan membuat terlindung kemerdekaan kita ini! [6]

Kegiatan Penyebaran Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Wilayah Indonesia sangatlah luas. Komunikasi dan transportasi sekitar tahun 1945 sedang sangat terbatas. Di samping itu, hambatan dan larangan untuk menyebarkan berita proklamasi oleh pasukan Jepang di Indonesia, adalah sebanyak faktor yang mengakibatkan berita proklamasi merasakan keterlambatan di sebanyak kawasan, terutama di luar Jawa. Namun dengan penuh tekad dan semangat berjuang, pada belakangnya peristiwa proklamasi dikenal oleh segenap rakyat Indonesia. Semakin jelasnya ikuti pembahasan di bawah ini. Penyebaran proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 di kawasan Jakarta mampu dilakukan secara cepat dan segera menyebar secara luas. Pada hari itu juga, teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Proses Radio dari Kantor Domei (sekarang Kantor Berita ANTARA), Waidan B. Palenewen. Dia menerima teks proklamasi dari seorang wartawan Domei yang bernama Syahruddin. Kemudian dia memerintahkan F. Wuz (seorang markonis), agar berita proklamasi disiarkan tiga kali beruntun. Baru dua kali F. Wuz menerapkan tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan radio sambil marah-marah, karena mengetahui berita proklamasi telah tersiar ke luar menempuh udara.

Meskipun orang Jepang tersebut memerintahkan penghentian siaran berita proklamasi, tetapi Waidan Palenewen tetap menanti F. Wuz untuk terus menyiarkan. Berita proklamasi kemerdekaan diulangi setiap setengah jam sampai pukul 16.00 ketika siaran selesai. Dampak dari penyiaran tersebut, pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita dan mencetuskan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945 pemancar tersebut disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Sekalipun pemancar pada kantor Domei disegel, para pemuda bersama Jusuf Ronodipuro (seorang pembaca berita di Radio Domei) ternyata membuat pemancar baru dengan bantuan teknisi radio, di selangnya Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar. Mereka mendirikan pemancar baru di Menteng 31, dengan kode panggilan DJK 1. Dari sinilah kemudian berita proklamasi kemerdekaan disiarkan.

Usaha dan perjuangan para pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi juga dilakukan menempuh media pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Harian Suara Asia di Surabaya adalah koran pertama yang memuat berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda yang berjuang menempuh media pers selang lain B.M. Diah, Sayuti Melik, dan Sumanang. Proklamasi kemerdekaan juga disebarluaskan untuk rakyat Indonesia menempuh pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding tembok dan gerbong kereta api, misalnya dengan slogan Respect Our Constitution, August 17!!! (Hormatilah Konstitusi Kami, 17 Agustus!!!). Menempuh bermacam kegiatan dan media tersebut, belakangnya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia mampu tersebar luas di wilayah Indonesia dan di luar negeri. Di samping menempuh media massa, berita proklamasi juga disebarkan secara langsung oleh para utusan kawasan yang menghadiri sidang PPKI. Berikut ini para utusan PPKI yang ikut menyebarkan berita proklamasi :

Peringatan 17 Agustus 1945

Mengapa golongan tua tidak mau terburu-buru membacakan proklamasi kemerdekaan indonesia

Pengibaran Bendera Sang Saka Merah Putih pada setiap perayaan 17 Agustus.

Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari lomba panjat pinang, lomba makan kerupuk, sampai upacara militer di Istana Merdeka, seluruh proses dari warga ikut berpartisipasi dengan kegiatan masing-masing.

Lomba-lomba tradisional

Barang yang diadu yang seringkali menghiasi dan meramaikan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI dipersiapkan di kampung-kampung/ pedesaan disertai oleh warga setempat dan dikoordinir oleh pengurus kampung/ pemuda desa

Peringatan Detik-detik Proklamasi

Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka dipimpin oleh Presiden RI selangku Inspektur Upacara. Peringatan ini biasanya disiarkan secara langsung oleh seluruh stasiun televisi. Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan sirene, pengibaran bendera Sang Saka Merah Putih (Bendera Pusaka), pembacaan naskah Proklamasi, dan lain-lain. Pada sore hari terdapat kegiatan penurunan bendera Sang Saka Merah Putih.

Pustaka

  1. ^ Sekitar Proklamasi 1 oleh Rushdy Hoesein
  2. ^ Zahorka, H. Sejarah dari Tugu Peringatan Pahlawan Jerman di Arca Domas, Indonesia.
  3. ^ Sekitar Proklamasi 5 oleh Rushdy Hoesein
  4. ^ ibid
  5. ^ ibid
  6. ^ Terjemahan lepas sama sekali dari George McT. Kahin, Sukarno's Proclamation of Indonesian Independence, Cornell University, Indonesia, Volume 69 (April 2000), hal. 1--4

Lihat juga

Tautan luar

  • (Indonesia) Mitos dan Realitas Menjelang Proklamasi
  • (Inggris) Proklamasi @ YouTube.com

Sumber :
andrafarm.com, p2k.ggiklan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb-nya.


Page 3

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada hari Jumat, tanggal 17 Agustus 1945 tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dengan ditemani oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56 – Jakarta Pusat.

Latar belakangan

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh lingkungan kehidupan. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berproses dan berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk semakin menegaskan hasrat dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga mengakibatkan Jepang menyerah untuk Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.

Mengapa golongan tua tidak mau terburu-buru membacakan proklamasi kemerdekaan indonesia

Soekarno, Hatta selangku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk berjumpa Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan hendak memberikan kemerdekaan untuk Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah untuk Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak wujud kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.

Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang menempuh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, menyebut untuk Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang hendak segera memberikan kemerdekaan untuk Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung kegiatan kerja PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.

Dua hari kemudian, ketika Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap ketika sudah harus menyerah untuk Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, selang yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan untuk Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI ketika itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang agung, dan dapat berdampak sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan hasil pekerjaan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).

Mengapa golongan tua tidak mau terburu-buru membacakan proklamasi kemerdekaan indonesia

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah untuk Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang sedang berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji hendak mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini menempuh radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak mau acak-acak. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada ketika proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam wujud rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang diwujudkan oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.

Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Ajang Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.

Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Admiral Muda Maeda, di Jalan Ajang Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas kesuksesan mereka di Dalat. Sambil menjawab dia belum menerima konfirmasi serta sedang menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang bertalian dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.

Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak kenal telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.

Peristiwa Rengasdengklok

Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana --yang konon kabarnya terbakar gelora heroismenya setelah berwawancara dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka --yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang proses PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melaksanakan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo sukses meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Admiral Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.

Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Admiral Muda Maeda

Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Tadashi Maeda dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak dapat memberi izin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Belakangnya Sukarno-Hatta menanti agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan kegiatan akal-akal tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di kawasan Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.

Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Admiral Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) disertai oleh Myoshi guna melaksanakan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang dilepaskan bertukar pikiran dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakangan mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian benar kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berfaedah kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berfaedah "transfer of power". Bung Hatta, Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak benar yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima sedang didengungkan.

Setelah pemikiran berhenti disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor kaki tangan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.[2] Pada awal mulanya pembacaan proklamasi hendak dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung gagasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56[3] (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).

Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi

Perundingan selang golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlanjut pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di admiral Tadashi Maeda Jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Pemikiran teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah, Sayuti Melik, Sukarni, dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir selang lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Kegiatan dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta ketika itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.

Pada awal mulanya Trimurti dimohon untuk menaikkan bendera namun dia menolak dengan gagasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakangan membawa nampan mengandung bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya.[4]. Sampai ketika ini, bendera pusaka tersebut sedang disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.

Setelah upacara berhenti berlanjut, kurang semakin 100 orang proses Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata datang acak-acak karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditampik. Belakangnya Hatta memberikan amanat singkat untuk mereka.[5]

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang kemudian dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berwujud Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang hendak diwujudkan kemudian.

Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden hendak dibantu oleh sebuah Komite Nasional.

Inti Teks Proklamasi

Mengapa golongan tua tidak mau terburu-buru membacakan proklamasi kemerdekaan indonesia

Teks Naskah "Proklamasi Klad" yang ditaruh di Monumen Nasional (Monas).

Naskah Proklamasi Klad

Teks naskah Proklamasi Klad adalah asli merupakan tulisan tangan sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat, dan adalah merupakan hasil gubahan (karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo, yang intinya adalah sebagai berikut :

Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal2 jang tentang pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, 17 - 8 - '05


Wakil2 bangsa Indonesia.

Naskah baru setelah mengalami perubahan

Mengapa golongan tua tidak mau terburu-buru membacakan proklamasi kemerdekaan indonesia

Teks Naskah "Proklamasi Otentik" yang ditaruh di Monumen Nasional (Monas).

Teks naskah Proklamasi yang telah mengalami perubahan, yang dikenal dengan sebutan naskah "Proklamasi Otentik", adalah merupakan hasil ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan Proklamasi), yang intinya adalah sebagai berikut :

P R O K L A M A S I
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang tentang pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05


Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.


(Keterangan: Tahun pada kedua teks naskah Proklamasi di atas (baik pada teks naskah Proklamasi Klad maupun pada teks naskah Proklamasi Otentik) tertulis angka "tahun 05" yang merupakan kependekan dari angka "tahun 2605", karena tahun penanggalan yang dipergunakan pada masa waktu seratus tahun pemerintah pendudukan militer Jepang ketika itu adalah sesuai dengan tahun penanggalan yang berlanjut di Jepang, yang kala itu adalah "tahun 2605".)

Perbedaan teks naskah Proklamasi Klad dan Otentik

Di dalam teks naskah Proklamasi Otentik sudah mengalami beberapa perubahan yaitu sebagai berikut :

  • Kata "Proklamasi" diubah menjadi "P R O K L A M A S I",
  • Kata "Hal2" diubah menjadi "Hal-hal",
  • Kata "tempoh" diubah menjadi "tempo",
  • Kata "Djakarta, 17 - 8 - '05" diubah menjadi "Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05",
  • Kata "Wakil2 bangsa Indonesia" diubah menjadi "Atas nama bangsa Indonesia",
  • Inti naskah Proklamasi Klad adalah asli merupakan tulisan tangan sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat, dan adalah merupakan hasil gubahan (karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo. Sedangkan inti naskah Proklamasi Otentik adalah merupakan hasil ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan Proklamasi),
  • Pada naskah Proklamasi Klad memang tidak ditandatangani, sedangkan pada naskah Proklamasi Otentik sudah ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta.

Klip suara naskah yang dibacakan oleh Ir. Soekarno di studio RRI

Tempat Pembacaan teks naskah Proklamasi Otentik oleh Ir. Soekarno yang pertama kalinya adalah di Jalan Pegangsaan Timur 56 – Jakarta Pusat, tepat pada tanggal 17 Agustus 1945 (hari di mana diperingati sebagai "Hari Kemerdekaan Republik Indonesia"), pukul 11.30 saat Nippon (sebutan untuk negara Jepang pada ketika itu). Saat Nippon adalah merupakan patokan zona saat yang dipakai pada masa waktu seratus tahun pemerintah pendudukan militer Jepang kala itu. Namun perlu dikenal pula bahwa pada ketika teks naskah Proklamasi itu dibacakan oleh Bung Karno, saat itu tidak benar yang merekam suara ataupun video, yang benar hanyalah dokumentasi foto-foto detik-detik Proklamasi.

Aci suara asli dari Ir. Soekarno ketika membacakan teks naskah Proklamasi yang sering kita dengarkan ketika ini adalah bukan merupakan suara yang direkam pada tanggal pada tanggal 17 Agustus 1945 tetapi adalah suara asli dia yang direkam pada tahun 1951 di studio Radio Republik Indonesia (RRI), yang sekarang bertempat di Jalan Ajang Merdeka Barat 4-5 – Jakarta Pusat. Dokumentasi berupa suara asli hasil rekaman atas pembacaan teks naskah Proklamasi oleh Bung Karno ini dapat terwujudkan adalah berkat prakarsa dari salah satu pendiri RRI, Jusuf Ronodipuro.

Berikut ini adalah klip hasil rekaman suara asli dari Presiden Soekarno ketika membacakan teks naskah Proklamasi di studio Radio Republik Indonesia (RRI), pada tahun 1951:

Teks pidato proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia

Saudara-saudara sekalian!Aku telah menanti Anda untuk hadir di sini untuk menyaksikan peristiwa dalam sejarah kami yang paling penting.Selama beberapa dekade kita, Rakyat Indonesia, telah berjuang untuk kebebasan negara kita-bahkan selama ratusan tahun!Benar gelombang dalam gerakan kita untuk memenangkan kemerdekaan yang naik, dan benar yang jatuh, namun semangat kami sedang ditentukan dalam arah cita-cita kami.Juga selama masa waktu seratus tahun Jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak pernah selesai. Pada masa waktu seratus tahun Jepang itu hanya muncul bahwa kita membungkuk pada mereka. Tetapi pada dasarnya, kita sedang terus membangun daya kita sendiri, kita sedang percaya pada daya kita sendiri.Kini telah hadir ketika ketika benar-benar kita mengambil nasib gerakan kita dan nasib negara kita ke tangan kita sendiri. Hanya suatu bangsa cukup berani untuk mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri hendak dapat berdiri dalam daya.Oleh karena semalam kami telah musyawarah dengan tokoh-tokoh Indonesia dari seluruh Indonesia. Bahwa pengumpulan deliberatif dengan suara bulat berpendapat bahwa sekarang telah datang saat untuk mendeklarasikan kemerdekaan.Saudara-saudara:Bersama ini kami menyalakan solidaritas penentuan itu.Dengarkan Proklamasi kami :
P R O K L A M A S I

KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA.


HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN
DENGAN CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG SESINGKAT-SINGKATNYA.

DJAKARTA, 17 AGUSTUS 1945


ATAS NAMA BANGSA INDONESIA.
SUKARNO-HATTA.Jadi, Saudara-saudara!Kita sekarang sudah bebas!Tidak benar lagi penjajahan yang mengikat negara kita dan bangsa kita!Mulai ketika ini kita membangun negara kita. Sebuah negara lepas sama sekali, Negara Republik Indonesia-lamanya dan tidak berkesudahan independen. Semoga Tuhan memberkati dan membuat terlindung kemerdekaan kita ini! [6]

Kegiatan Penyebaran Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Wilayah Indonesia sangatlah lapang. Komunikasi dan transportasi sekitar tahun 1945 sedang sangat terbatas. Di samping itu, hambatan dan larangan untuk menyebarkan berita proklamasi oleh pasukan Jepang di Indonesia, merupakan sejumlah faktor yang mengakibatkan berita proklamasi mengalami keterlambatan di sejumlah kawasan, terutama di luar Jawa. Namun dengan penuh tekad dan semangat berjuang, pada belakangnya peristiwa proklamasi dikenal oleh segenap rakyat Indonesia. Semakin jelasnya ikuti pembahasan di bawah ini. Penyebaran proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 di kawasan Jakarta dapat dilakukan secara cepat dan segera menyebar secara lapang. Pada hari itu juga, teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Proses Radio dari Kantor Domei (sekarang Kantor Berita ANTARA), Waidan B. Palenewen. Dia menerima teks proklamasi dari seorang wartawan Domei yang bernama Syahruddin. Kemudian dia memerintahkan F. Wuz (seorang markonis), agar berita proklamasi disiarkan tiga kali beruntun. Baru dua kali F. Wuz menerapkan tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan radio sambil marah-marah, sebab mengetahui berita proklamasi telah tersiar ke luar menempuh udara.

Meskipun orang Jepang tersebut memerintahkan penghentian siaran berita proklamasi, tetapi Waidan Palenewen tetap menanti F. Wuz untuk terus menyiarkan. Berita proklamasi kemerdekaan diulangi setiap setengah jam sampai pukul 16.00 ketika siaran selesai. Dampak dari penyiaran tersebut, pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita dan menyalakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945 pemancar tersebut disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Sekalipun pemancar pada kantor Domei disegel, para pemuda bersama Jusuf Ronodipuro (seorang pembaca berita di Radio Domei) ternyata membuat pemancar baru dengan bantuan teknisi radio, di selangnya Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar. Mereka mendirikan pemancar baru di Menteng 31, dengan kode panggilan DJK 1. Dari sinilah kemudian berita proklamasi kemerdekaan disiarkan.

Usaha dan perjuangan para pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi juga dilakukan menempuh media pers dan surat selebaran. Nyaris seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 berisi berita proklamasi kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang berisi berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda yang berjuang menempuh media pers selang lain B.M. Diah, Sayuti Melik, dan Sumanang. Proklamasi kemerdekaan juga dipasarkan untuk rakyat Indonesia menempuh pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding tembok dan gerbong kereta api, misalnya dengan slogan Respect Our Constitution, August 17!!! (Hormatilah Konstitusi Kami, 17 Agustus!!!). Menempuh berbagai kegiatan dan media tersebut, belakangnya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat tersebar lapang di wilayah Indonesia dan di luar negeri. Di samping menempuh media massa, berita proklamasi juga disebarkan secara langsung oleh para utusan kawasan yang menghadiri sidang PPKI. Berikut ini para utusan PPKI yang ikut menyebarkan berita proklamasi :

Peringatan 17 Agustus 1945

Mengapa golongan tua tidak mau terburu-buru membacakan proklamasi kemerdekaan indonesia

Pengibaran Bendera Sang Saka Merah Putih pada setiap perayaan 17 Agustus.

Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari lomba panjat pinang, lomba makan kerupuk, sampai upacara militer di Istana Merdeka, seluruh proses dari warga ikut berpartisipasi dengan kegiatan masing-masing.

Lomba-lomba tradisional

Barang yang diadu yang seringkali menghiasi dan meramaikan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI dipersiapkan di kampung-kampung/ pedesaan disertai oleh warga setempat dan dikoordinir oleh pengurus kampung/ pemuda desa

Peringatan Detik-detik Proklamasi

Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka dipimpin oleh Presiden RI selangku Inspektur Upacara. Peringatan ini kebanyakan disiarkan secara langsung oleh seluruh stasiun televisi. Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan sirene, pengibaran bendera Sang Saka Merah Putih (Bendera Pusaka), pembacaan naskah Proklamasi, dan lain-lain. Pada sore hari terdapat kegiatan penurunan bendera Sang Saka Merah Putih.

Pustaka

  1. ^ Sekitar Proklamasi 1 oleh Rushdy Hoesein
  2. ^ Zahorka, H. Sejarah dari Tugu Peringatan Pahlawan Jerman di Arca Domas, Indonesia.
  3. ^ Sekitar Proklamasi 5 oleh Rushdy Hoesein
  4. ^ ibid
  5. ^ ibid
  6. ^ Terjemahan lepas sama sekali dari George McT. Kahin, Sukarno's Proclamation of Indonesian Independence, Cornell University, Indonesia, Volume 69 (April 2000), hal. 1--4

Lihat pula

Pranala luar

  • (Indonesia) Mitos dan Realitas Menjelang Proklamasi
  • (Inggris) Proklamasi @ YouTube.com

Sumber :
andrafarm.com, p2k.ggiklan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb-nya.


Page 4

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada hari Jumat, tanggal 17 Agustus 1945 tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56 – Jakarta Pusat.

Latar belakangan

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh lingkungan kehidupan. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berproses dan berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk semakin menegaskan hasrat dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga mengakibatkan Jepang menyerah untuk Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.

Mengapa golongan tua tidak mau terburu-buru membacakan proklamasi kemerdekaan indonesia

Soekarno, Hatta selangku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan hendak memberikan kemerdekaan untuk Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah untuk Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak wujud kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.

Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang menempuh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, menyebut untuk Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang hendak segera memberikan kemerdekaan untuk Indonesia dan proklamasi kemerdekaan mampu dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung kegiatan kerja PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.

Dua hari kemudian, ketika Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap ketika sudah harus menyerah untuk Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, selang yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan untuk Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI ketika itu mampu menimbulkan pertumpahan darah yang agung, dan mampu mengakibatkan sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karenanya yaitu hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI yaitu badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya adalah 'hadiah' dari Jepang (sic).

Mengapa golongan tua tidak mau terburu-buru membacakan proklamasi kemerdekaan indonesia

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah untuk Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang sedang berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji hendak mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini menempuh radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak mau acak-acak. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada ketika proklamasi. Konsultasi pun diterapkan dalam wujud rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI yaitu sebuah badan yang diwujudkan oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.

Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Ajang Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.

Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Admiral Muda Maeda, di Jalan Ajang Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas kesuksesan mereka di Dalat. Sambil menjawab dia belum menerima konfirmasi serta sedang menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang bertalian dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.

Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.

Peristiwa Rengasdengklok

Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana --yang konon kabarnya terbakar gelora heroismenya setelah berwawancara dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka --yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang proses PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya yaitu agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melaksanakan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak mampu dipakai untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Admiral Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.

Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Admiral Muda Maeda

Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Tadashi Maeda dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak mampu memberi izin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Belakangnya Sukarno-Hatta menanti agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan kegiatan akal-akal tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.

Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Admiral Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) disertai oleh Myoshi guna melaksanakan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang dilepaskan bertukar pikiran dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi diterapkan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakangan mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian benar kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berfaedah kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berfaedah "transfer of power". Bung Hatta, Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak benar yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima sedang didengungkan.

Setelah pemikiran beristirahat disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor kaki tangan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.[2] Pada awal mulanya pembacaan proklamasi hendak diterapkan di Lapangan Ikada, namun berhubung gagasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56[3] (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).

Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi

Perundingan selang golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlanjut pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di admiral Tadashi Maeda Jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Pemikiran teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah, Sayuti Melik, Sukarni, dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu yaitu Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir selang lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Kegiatan dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta ketika itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.

Pada awal mulanya Trimurti dimohon untuk menaikkan bendera namun dia menolak dengan gagasan pengerekan bendera sebaiknya diterapkan oleh seorang prajurit. Oleh karena itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakangan membawa nampan mengandung bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya.[4]. Sampai ketika ini, bendera pusaka tersebut sedang disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.

Setelah upacara beristirahat berlanjut, kurang semakin 100 orang proses Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata datang acak-acak karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditampik. Belakangnya Hatta memberikan amanat singkat untuk mereka.[5]

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang kemudian dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berwujud Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang diterapkan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang hendak diwujudkan kemudian.

Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden hendak dibantu oleh sebuah Komite Nasional.

Inti Teks Proklamasi

Mengapa golongan tua tidak mau terburu-buru membacakan proklamasi kemerdekaan indonesia

Teks Naskah "Proklamasi Klad" yang ditaruh di Monumen Nasional (Monas).

Naskah Proklamasi Klad

Teks naskah Proklamasi Klad yaitu asli adalah tulisan tangan sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat, dan yaitu adalah hasil gubahan (karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo, yang intinya yaitu sebagai berikut :

Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal2 jang tentang pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, 17 - 8 - '05


Wakil2 bangsa Indonesia.

Naskah baru setelah merasakan perubahan

Mengapa golongan tua tidak mau terburu-buru membacakan proklamasi kemerdekaan indonesia

Teks Naskah "Proklamasi Otentik" yang ditaruh di Monumen Nasional (Monas).

Teks naskah Proklamasi yang telah merasakan perubahan, yang dikenal dengan sebutan naskah "Proklamasi Otentik", yaitu adalah hasil ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan Proklamasi), yang intinya yaitu sebagai berikut :

P R O K L A M A S I
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang tentang pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05


Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.


(Keterangan: Tahun pada kedua teks naskah Proklamasi di atas (baik pada teks naskah Proklamasi Klad maupun pada teks naskah Proklamasi Otentik) tertulis angka "tahun 05" yang adalah kependekan dari angka "tahun 2605", karena tahun penanggalan yang dipergunakan pada masa waktu seratus tahun pemerintah pendudukan militer Jepang ketika itu yaitu sesuai dengan tahun penanggalan yang berjalan di Jepang, yang kala itu yaitu "tahun 2605".)

Perbedaan teks naskah Proklamasi Klad dan Otentik

Di dalam teks naskah Proklamasi Otentik sudah merasakan beberapa perubahan yaitu sebagai berikut :

  • Kata "Proklamasi" diubah menjadi "P R O K L A M A S I",
  • Kata "Hal2" diubah menjadi "Hal-hal",
  • Kata "tempoh" diubah menjadi "tempo",
  • Kata "Djakarta, 17 - 8 - '05" diubah menjadi "Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05",
  • Kata "Wakil2 bangsa Indonesia" diubah menjadi "Atas nama bangsa Indonesia",
  • Inti naskah Proklamasi Klad yaitu asli adalah tulisan tangan sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat, dan yaitu adalah hasil gubahan (karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo. Sedangkan inti naskah Proklamasi Otentik yaitu adalah hasil ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan Proklamasi),
  • Pada naskah Proklamasi Klad memang tidak ditandatangani, sedangkan pada naskah Proklamasi Otentik sudah ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta.

Klip suara naskah yang dibacakan oleh Ir. Soekarno di studio RRI

Tempat Pembacaan teks naskah Proklamasi Otentik oleh Ir. Soekarno yang pertama kalinya yaitu di Jalan Pegangsaan Timur 56 – Jakarta Pusat, tepat pada tanggal 17 Agustus 1945 (hari di mana diperingati sebagai "Hari Kemerdekaan Republik Indonesia"), pukul 11.30 masa Nippon (sebutan untuk negara Jepang pada ketika itu). Masa Nippon yaitu adalah patokan zona masa yang dipakai pada masa waktu seratus tahun pemerintah pendudukan militer Jepang kala itu. Namun perlu dikenal pula bahwa pada ketika teks naskah Proklamasi itu dibacakan oleh Bung Karno, masa itu tidak benar yang merekam suara ataupun video, yang benar hanyalah dokumentasi foto-foto detik-detik Proklamasi.

Aci suara asli dari Ir. Soekarno ketika membacakan teks naskah Proklamasi yang sering kita dengarkan ketika ini yaitu bukan adalah suara yang direkam pada tanggal pada tanggal 17 Agustus 1945 tetapi yaitu suara asli dia yang direkam pada tahun 1951 di studio Radio Republik Indonesia (RRI), yang sekarang bertempat di Jalan Ajang Merdeka Barat 4-5 – Jakarta Pusat. Dokumentasi berupa suara asli hasil rekaman atas pembacaan teks naskah Proklamasi oleh Bung Karno ini mampu terwujudkan yaitu berkat prakarsa dari salah satu pendiri RRI, Jusuf Ronodipuro.

Berikut ini yaitu klip hasil rekaman suara asli dari Presiden Soekarno ketika membacakan teks naskah Proklamasi di studio Radio Republik Indonesia (RRI), pada tahun 1951:

Teks pidato proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia

Saudara-saudara sekalian!Aku telah menanti Anda untuk hadir di sini untuk menyaksikan peristiwa dalam sejarah kami yang paling penting.Selama beberapa dekade kita, Rakyat Indonesia, telah berjuang untuk kebebasan negara kita-bahkan selama ratusan tahun!Benar gelombang dalam gerakan kita untuk memenangkan kemerdekaan yang naik, dan benar yang jatuh, namun semangat kami sedang ditentukan dalam arah cita-cita kami.Juga selama masa waktu seratus tahun Jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak pernah selesai. Pada masa waktu seratus tahun Jepang itu hanya muncul bahwa kita membungkuk pada mereka. Tetapi pada dasarnya, kita sedang terus membangun daya kita sendiri, kita sedang percaya pada daya kita sendiri.Kini telah hadir ketika ketika benar-benar kita mengambil nasib gerakan kita dan nasib negara kita ke tangan kita sendiri. Hanya suatu bangsa cukup berani untuk mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri hendak mampu berdiri dalam daya.Oleh karena semalam kami telah musyawarah dengan tokoh-tokoh Indonesia dari seluruh Indonesia. Bahwa pengumpulan deliberatif dengan suara bulat berpendapat bahwa sekarang telah datang masa untuk mendeklarasikan kemerdekaan.Saudara-saudara:Bersama ini kami menyalakan solidaritas penentuan itu.Dengarkan Proklamasi kami :
P R O K L A M A S I

KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA.


HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN
DENGAN CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG SESINGKAT-SINGKATNYA.

DJAKARTA, 17 AGUSTUS 1945


ATAS NAMA BANGSA INDONESIA.
SUKARNO-HATTA.Jadi, Saudara-saudara!Kita sekarang sudah bebas!Tidak benar lagi penjajahan yang mengikat negara kita dan bangsa kita!Mulai ketika ini kita membangun negara kita. Sebuah negara lepas sama sekali, Negara Republik Indonesia-lamanya dan tidak berkesudahan independen. Semoga Tuhan memberkati dan membuat terlindung kemerdekaan kita ini! [6]

Kegiatan Penyebaran Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Wilayah Indonesia sangatlah lapang. Komunikasi dan transportasi sekitar tahun 1945 sedang sangat terbatas. Di samping itu, hambatan dan larangan untuk menyebarkan berita proklamasi oleh pasukan Jepang di Indonesia, adalah sejumlah faktor yang mengakibatkan berita proklamasi merasakan keterlambatan di sejumlah daerah, terutama di luar Jawa. Namun dengan penuh tekad dan semangat berjuang, pada belakangnya peristiwa proklamasi dikenal oleh segenap rakyat Indonesia. Semakin jelasnya ikuti pembahasan di bawah ini. Penyebaran proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 di daerah Jakarta mampu diterapkan secara cepat dan segera menyebar secara lapang. Pada hari itu juga, teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Proses Radio dari Kantor Domei (sekarang Kantor Berita ANTARA), Waidan B. Palenewen. Dia menerima teks proklamasi dari seorang wartawan Domei yang bernama Syahruddin. Kemudian dia memerintahkan F. Wuz (seorang markonis), agar berita proklamasi disiarkan tiga kali beruntun. Baru dua kali F. Wuz menerapkan tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan radio sambil marah-marah, karena mengetahui berita proklamasi telah tersiar ke luar menempuh udara.

Meskipun orang Jepang tersebut memerintahkan penghentian siaran berita proklamasi, tetapi Waidan Palenewen tetap menanti F. Wuz untuk terus menyiarkan. Berita proklamasi kemerdekaan diulangi setiap setengah jam sampai pukul 16.00 ketika siaran selesai. Dampak dari penyiaran tersebut, pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita dan menyalakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945 pemancar tersebut disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Sekalipun pemancar pada kantor Domei disegel, para pemuda bersama Jusuf Ronodipuro (seorang pembaca berita di Radio Domei) ternyata membuat pemancar baru dengan bantuan teknisi radio, di selangnya Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar. Mereka mendirikan pemancar baru di Menteng 31, dengan kode panggilan DJK 1. Dari sinilah kemudian berita proklamasi kemerdekaan disiarkan.

Usaha dan perjuangan para pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi juga diterapkan menempuh media pers dan surat selebaran. Nyaris seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 berisi berita proklamasi kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Harian Suara Asia di Surabaya adalah koran pertama yang berisi berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda yang berjuang menempuh media pers selang lain B.M. Diah, Sayuti Melik, dan Sumanang. Proklamasi kemerdekaan juga dipasarkan untuk rakyat Indonesia menempuh pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding tembok dan gerbong kereta api, misalnya dengan slogan Respect Our Constitution, August 17!!! (Hormatilah Konstitusi Kami, 17 Agustus!!!). Menempuh berbagai kegiatan dan media tersebut, belakangnya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia mampu tersebar lapang di wilayah Indonesia dan di luar negeri. Di samping menempuh media massa, berita proklamasi juga disebarkan secara langsung oleh para utusan daerah yang menghadiri sidang PPKI. Berikut ini para utusan PPKI yang ikut menyebarkan berita proklamasi :

Peringatan 17 Agustus 1945

Mengapa golongan tua tidak mau terburu-buru membacakan proklamasi kemerdekaan indonesia

Pengibaran Bendera Sang Saka Merah Putih pada setiap perayaan 17 Agustus.

Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari lomba panjat pinang, lomba makan kerupuk, sampai upacara militer di Istana Merdeka, seluruh proses dari warga ikut berpartisipasi dengan kegiatan masing-masing.

Lomba-lomba tradisional

Barang yang diadu yang seringkali menghiasi dan meramaikan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI dipersiapkan di kampung-kampung/ pedesaan disertai oleh warga setempat dan dikoordinir oleh pengurus kampung/ pemuda desa

Peringatan Detik-detik Proklamasi

Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka dipimpin oleh Presiden RI selangku Inspektur Upacara. Peringatan ini kebanyakan disiarkan secara langsung oleh seluruh stasiun televisi. Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan sirene, pengibaran bendera Sang Saka Merah Putih (Bendera Pusaka), pembacaan naskah Proklamasi, dan lain-lain. Pada sore hari terdapat kegiatan penurunan bendera Sang Saka Merah Putih.

Pustaka

  1. ^ Sekitar Proklamasi 1 oleh Rushdy Hoesein
  2. ^ Zahorka, H. Sejarah dari Tugu Peringatan Pahlawan Jerman di Arca Domas, Indonesia.
  3. ^ Sekitar Proklamasi 5 oleh Rushdy Hoesein
  4. ^ ibid
  5. ^ ibid
  6. ^ Terjemahan lepas sama sekali dari George McT. Kahin, Sukarno's Proclamation of Indonesian Independence, Cornell University, Indonesia, Volume 69 (April 2000), hal. 1--4

Lihat pula

Tautan luar

  • (Indonesia) Mitos dan Realitas Menjelang Proklamasi
  • (Inggris) Proklamasi @ YouTube.com

Sumber :
andrafarm.com, p2k.ggiklan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb-nya.


Page 5

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada hari Jumat, tanggal 17 Agustus 1945 tahun Masehi, atau tanggal 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dengan ditemani oleh Drs. Mohammad Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56 – Jakarta Pusat.

Latar belakangan

Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh lingkungan kehidupan. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk semakin menegaskan hasrat dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga mengakibatkan Jepang menyerah untuk Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.

Mengapa golongan tua tidak mau terburu-buru membacakan proklamasi kemerdekaan indonesia

Soekarno, Hatta selangku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk berjumpa Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan hendak memberikan kemerdekaan untuk Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah untuk Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak wujud kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.

Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang menempuh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, menyebut untuk Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang hendak segera memberikan kemerdekaan untuk Indonesia dan proklamasi kemerdekaan mampu dilakukan dalam beberapa hari, tergantung kegiatan kerja PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.

Dua hari kemudian, ketika Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap ketika sudah harus menyerah untuk Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, selang yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan untuk Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI ketika itu mampu menimbulkan pertumpahan darah yang agung, dan mampu mengakibatkan sangat fatal bila para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karenanya yaitu hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI yaitu badan hasil pekerjaan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya adalah 'hadiah' dari Jepang (sic).

Mengapa golongan tua tidak mau terburu-buru membacakan proklamasi kemerdekaan indonesia

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah untuk Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang sedang berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji hendak mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini menempuh radio BBC. Sesudah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak mau acak-acak. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada ketika proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam wujud rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI yaitu sebuah badan yang diwujudkan oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.

Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk mendapat konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Ajang Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.

Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Admiral Muda Maeda, di Jalan Ajang Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas kesuksesan mereka di Dalat. Sambil menjawab dia belum menerima konfirmasi serta sedang menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang bertalian dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.

Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilakukan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak kenal telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.

Peristiwa Rengasdengklok

Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana --yang konon kabarnya terbakar gelora heroismenya sesudah berwawancara dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka --yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang proses PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya yaitu agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melaksanakan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. karenanya diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo sukses meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Sesudah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak mampu dipakai untuk pertemuan sesudah pukul 10 malam, karenanya tawaran Admiral Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.

Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Admiral Muda Maeda

Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Tadashi Maeda dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa semenjak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak mampu memberi izin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Belakangnya Sukarno-Hatta menanti agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan kegiatan akal-akal tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di kawasan Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.

Sesudah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Admiral Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) disertai oleh Myoshi guna melaksanakan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Sesudah menyapa Sukarno-Hatta yang dilepaskan bertukar pikiran dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakangan mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian benar kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berfaedah kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berfaedah "transfer of power". Bung Hatta, Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak benar yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima sedang didengungkan.

Sesudah pemikiran berakhir disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor kaki tangan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.[2] Pada awal mulanya pembacaan proklamasi hendak dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung gagasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56[3] (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).

Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi

Perundingan selang golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlanjut pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di admiral Tadashi Maeda Jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Pemikiran teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah, Sayuti Melik, Sukarni, dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu yaitu Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir selang lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Kegiatan dimulai pada pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta ketika itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.

Pada awal mulanya Trimurti dimohon untuk menaikkan bendera namun dia menolak dengan gagasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh karena itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakangan membawa nampan mengandung bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Sesudah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya.[4]. Sampai ketika ini, bendera pusaka tersebut sedang disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.

Sesudah upacara berakhir berlanjut, kurang semakin 100 orang proses Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata datang acak-acak karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditampik. Belakangnya Hatta memberikan amanat singkat untuk mereka.[5]

Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang kemudian dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berwujud Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang hendak diwujudkan kemudian.

Sesudah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama. Presiden dan wakil presiden hendak dibantu oleh sebuah Komite Nasional.

Inti Teks Proklamasi

Mengapa golongan tua tidak mau terburu-buru membacakan proklamasi kemerdekaan indonesia

Teks Naskah "Proklamasi Klad" yang diletakkan di Monumen Nasional (Monas).

Naskah Proklamasi Klad

Teks naskah Proklamasi Klad yaitu asli adalah tulisan tangan sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat, dan yaitu adalah hasil gubahan (karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo, yang intinya yaitu sebagai berikut :

Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal2 jang tentang pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, 17 - 8 - '05


Wakil2 bangsa Indonesia.

Naskah baru sesudah merasakan perubahan

Teks naskah Proklamasi yang telah merasakan perubahan, yang dikenal dengan sebutan naskah "Proklamasi Otentik", yaitu adalah hasil ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan Proklamasi), yang intinya yaitu sebagai berikut :

P R O K L A M A S I
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang tentang pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05


Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.


(Keterangan: Tahun pada kedua teks naskah Proklamasi di atas (baik pada teks naskah Proklamasi Klad maupun pada teks naskah Proklamasi Otentik) tertulis angka "tahun 05" yang adalah kependekan dari angka "tahun 2605", karena tahun penanggalan yang dipergunakan pada masa waktu seratus tahun pemerintah pendudukan militer Jepang ketika itu yaitu sesuai dengan tahun penanggalan yang berlanjut di Jepang, yang kala itu yaitu "tahun 2605".)

Perbedaan teks naskah Proklamasi Klad dan Otentik

Di dalam teks naskah Proklamasi Otentik sudah merasakan beberapa perubahan yaitu sebagai berikut :

  • Kata "Proklamasi" diubah menjadi "P R O K L A M A S I",
  • Kata "Hal2" diubah menjadi "Hal-hal",
  • Kata "tempoh" diubah menjadi "tempo",
  • Kata "Djakarta, 17 - 8 - '05" diubah menjadi "Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05",
  • Kata "Wakil2 bangsa Indonesia" diubah menjadi "Atas nama bangsa Indonesia",
  • Inti naskah Proklamasi Klad yaitu asli adalah tulisan tangan sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai pencatat, dan yaitu adalah hasil gubahan (karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo. Sedangkan inti naskah Proklamasi Otentik yaitu adalah hasil ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan Proklamasi),
  • Pada naskah Proklamasi Klad memang tidak ditandatangani, sedangkan pada naskah Proklamasi Otentik sudah ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta.

Klip suara naskah yang dibacakan oleh Ir. Soekarno di studio RRI

Tempat Pembacaan teks naskah Proklamasi Otentik oleh Ir. Soekarno yang awal mulanya yaitu di Jalan Pegangsaan Timur 56 – Jakarta Pusat, tepat pada tanggal 17 Agustus 1945 (hari di mana diperingati sebagai "Hari Kemerdekaan Republik Indonesia"), pukul 11.30 masa Nippon (sebutan untuk negara Jepang pada ketika itu). Masa Nippon yaitu adalah patokan zona masa yang dipakai pada masa waktu seratus tahun pemerintah pendudukan militer Jepang kala itu. Namun perlu dikenal pula bahwa pada ketika teks naskah Proklamasi itu dibacakan oleh Bung Karno, masa itu tidak benar yang merekam suara ataupun video, yang benar hanyalah dokumentasi foto-foto detik-detik Proklamasi.

Aci suara asli dari Ir. Soekarno ketika membacakan teks naskah Proklamasi yang sering kita dengarkan ketika ini yaitu bukan adalah suara yang direkam pada tanggal pada tanggal 17 Agustus 1945 tetapi yaitu suara asli dia yang direkam pada tahun 1951 di studio Radio Republik Indonesia (RRI), yang sekarang bertempat di Jalan Ajang Merdeka Barat 4-5 – Jakarta Pusat. Dokumentasi berupa suara asli hasil rekaman atas pembacaan teks naskah Proklamasi oleh Bung Karno ini mampu terwujudkan yaitu berkat prakarsa dari salah satu pendiri RRI, Jusuf Ronodipuro.

Berikut ini yaitu klip hasil rekaman suara asli dari Presiden Soekarno ketika membacakan teks naskah Proklamasi di studio Radio Republik Indonesia (RRI), pada tahun 1951:

Teks pidato proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia

Saudara-saudara sekalian!Aku telah menanti Anda untuk hadir di sini untuk menyaksikan peristiwa dalam sejarah kami yang paling penting.Selama beberapa dekade kita, Rakyat Indonesia, telah berjuang untuk kebebasan negara kita-bahkan selama ratusan tahun!Benar gelombang dalam gerakan kita untuk memenangkan kemerdekaan yang naik, dan benar yang jatuh, namun semangat kami sedang ditentukan dalam arah cita-cita kami.Juga selama masa waktu seratus tahun Jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak pernah selesai. Pada masa waktu seratus tahun Jepang itu hanya muncul bahwa kita membungkuk pada mereka. Tetapi pada dasarnya, kita sedang terus mendirikan daya kita sendiri, kita sedang percaya pada daya kita sendiri.Kini telah hadir ketika ketika benar-benar kita mengambil nasib gerakan kita dan nasib negara kita ke tangan kita sendiri. Hanya suatu bangsa cukup berani untuk mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri hendak mampu berdiri dalam daya.Oleh karena semalam kami telah musyawarah dengan tokoh-tokoh Indonesia dari seluruh Indonesia. Bahwa pengumpulan deliberatif dengan suara bulat berpendapat bahwa sekarang telah datang masa untuk mendeklarasikan kemerdekaan.Saudara-saudara:Bersama ini kami mencetuskan solidaritas penentuan itu.Dengarkan Proklamasi kami :
P R O K L A M A S I

KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA.


HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN
DENGAN CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG SESINGKAT-SINGKATNYA.

DJAKARTA, 17 AGUSTUS 1945


ATAS NAMA BANGSA INDONESIA.
SUKARNO-HATTA.Jadi, Saudara-saudara!Kita sekarang sudah bebas!Tidak benar lagi penjajahan yang mengikat negara kita dan bangsa kita!Mulai ketika ini kita mendirikan negara kita. Sebuah negara lepas sama sekali, Negara Republik Indonesia-lamanya dan tidak berkesudahan independen. Semoga Tuhan memberkati dan membuat terlindung kemerdekaan kita ini! [6]

Kegiatan Penyebaran Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Wilayah Indonesia sangatlah luas. Komunikasi dan transportasi sekitar tahun 1945 sedang sangat terbatas. Di samping itu, hambatan dan larangan untuk menyebarkan berita proklamasi oleh pasukan Jepang di Indonesia, adalah sejumlah faktor yang mengakibatkan berita proklamasi merasakan keterlambatan di sejumlah kawasan, terutama di luar Jawa. Namun dengan penuh tekad dan semangat berjuang, pada belakangnya peristiwa proklamasi dikenal oleh segenap rakyat Indonesia. Semakin jelasnya ikuti pembahasan di bawah ini. Penyebaran proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 di kawasan Jakarta mampu dilakukan secara cepat dan segera menyebar secara luas. Pada hari itu juga, teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Proses Radio dari Kantor Domei (sekarang Kantor Berita ANTARA), Waidan B. Palenewen. Dia menerima teks proklamasi dari seorang wartawan Domei yang bernama Syahruddin. Kemudian dia memerintahkan F. Wuz (seorang markonis), agar berita proklamasi disiarkan tiga kali beruntun. Baru dua kali F. Wuz menerapkan tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan radio sambil marah-marah, karena mengetahui berita proklamasi telah tersiar ke luar menempuh udara.

Meskipun orang Jepang tersebut memerintahkan penghentian siaran berita proklamasi, tetapi Waidan Palenewen tetap menanti F. Wuz untuk terus menyiarkan. Berita proklamasi kemerdekaan diulangi setiap setengah jam sampai pukul 16.00 ketika siaran selesai. Dampak dari penyiaran tersebut, pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita dan mencetuskan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945 pemancar tersebut disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Sekalipun pemancar pada kantor Domei disegel, para pemuda bersama Jusuf Ronodipuro (seorang pembaca berita di Radio Domei) ternyata membuat pemancar baru dengan bantuan teknisi radio, di selangnya Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar. Mereka mendirikan pemancar baru di Menteng 31, dengan kode panggilan DJK 1. Dari sinilah kemudian berita proklamasi kemerdekaan disiarkan.

Usaha dan perjuangan para pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi juga dilakukan menempuh media pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Harian Suara Asia di Surabaya adalah koran pertama yang memuat berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda yang berjuang menempuh media pers selang lain B.M. Diah, Sayuti Melik, dan Sumanang. Proklamasi kemerdekaan juga disebarluaskan untuk rakyat Indonesia menempuh pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding tembok dan gerbong kereta api, misalnya dengan slogan Respect Our Constitution, August 17!!! (Hormatilah Konstitusi Kami, 17 Agustus!!!). Menempuh berbagai kegiatan dan media tersebut, belakangnya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia mampu tersebar luas di wilayah Indonesia dan di luar negeri. Di samping menempuh media massa, berita proklamasi juga disebarkan secara langsung oleh para utusan kawasan yang menghadiri sidang PPKI. Berikut ini para utusan PPKI yang ikut menyebarkan berita proklamasi :

Peringatan 17 Agustus 1945

Mengapa golongan tua tidak mau terburu-buru membacakan proklamasi kemerdekaan indonesia

Pengibaran Bendera Sang Saka Merah Putih pada setiap perayaan 17 Agustus.

Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari lomba panjat pinang, lomba makan kerupuk, sampai upacara militer di Istana Merdeka, seluruh proses dari warga ikut berpartisipasi dengan kegiatan masing-masing.

Lomba-lomba tradisional

Barang yang diadu yang seringkali menghiasi dan meramaikan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI dipersiapkan di kampung-kampung/ pedesaan disertai oleh warga setempat dan dikoordinir oleh pengurus kampung/ pemuda desa

Peringatan Detik-detik Proklamasi

Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka dipimpin oleh Presiden RI selangku Inspektur Upacara. Peringatan ini biasanya disiarkan secara langsung oleh seluruh stasiun televisi. Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan sirene, pengibaran bendera Sang Saka Merah Putih (Bendera Pusaka), pembacaan naskah Proklamasi, dan lain-lain. Pada sore hari terdapat kegiatan penurunan bendera Sang Saka Merah Putih.

Pustaka

  1. ^ Sekitar Proklamasi 1 oleh Rushdy Hoesein
  2. ^ Zahorka, H. Sejarah dari Tugu Peringatan Pahlawan Jerman di Arca Domas, Indonesia.
  3. ^ Sekitar Proklamasi 5 oleh Rushdy Hoesein
  4. ^ ibid
  5. ^ ibid
  6. ^ Terjemahan lepas sama sekali dari George McT. Kahin, Sukarno's Proclamation of Indonesian Independence, Cornell University, Indonesia, Volume 69 (April 2000), hal. 1--4

Lihat juga

Tautan luar

  • (Indonesia) Mitos dan Realitas Menjelang Proklamasi
  • (Inggris) Proklamasi @ YouTube.com

Sumber :
andrafarm.com, p2k.ggiklan.com, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, dsb-nya.


Page 6

Cara yaitu serangkaian gerak-gerak yang dibuat yang spesifik, sikap yang dibuat atau operasi yang mesti dijalankan atau dieksekusi dengan cara yang sama supaya selalu mendapat hasil yang sama dari kondisi yang sama (contohnya cara kesehatan dan keselamatan kerja).

Semakin tepatnya, kata ini bisa mengindikasikan rangkaian aktivitas, tugas-tugas, langkah-langkah, keputusan-keputusan, perhitungan-perhitungan dan bagian-bagian, yang dijalankan melewati serangkaian pekerjaan yang menghasilkan suatu tujuan yang diinginkan, suatu produk atau sebuah akhir suatu peristiwa. Sebuah cara kebanyakan mengakibatkan sebuah perubahan.

Cara dapat diartikan juga :

  • Instruksi atau resep, serangkaian perintah yang menunjukkan bagaimana menyiapkan atau membuat sesuatu
  • Subrutin atau cara (ilmu komputer), sebuah sub program yang merupakan bagian dari program yang mulia
  • Algoritma, dalam matematika dan ilmu komputer, serangkaian operasi atau perhitungan sebagai menyelesaikan tugas tertentu
  • Cara operasi standar
  • cara hukum
  • cara parlemen
  • Procedure Text

Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya.


Page 7

Cara yaitu serangkaian gerak-gerak yang dibuat yang spesifik, sikap yang dibuat atau operasi yang mesti dijalankan atau dieksekusi dengan cara yang sama supaya selalu mendapat hasil yang sama dari kondisi yang sama (contohnya cara kesehatan dan keselamatan kerja).

Semakin tepatnya, kata ini bisa mengindikasikan rangkaian aktivitas, tugas-tugas, langkah-langkah, keputusan-keputusan, perhitungan-perhitungan dan bagian-bagian, yang dijalankan melewati serangkaian pekerjaan yang menghasilkan suatu tujuan yang diinginkan, suatu produk atau sebuah akhir suatu peristiwa. Sebuah cara kebanyakan mengakibatkan sebuah perubahan.

Cara dapat diartikan juga :

  • Instruksi atau resep, serangkaian perintah yang menunjukkan bagaimana menyiapkan atau membuat sesuatu
  • Subrutin atau cara (ilmu komputer), sebuah sub program yang merupakan bagian dari program yang mulia
  • Algoritma, dalam matematika dan ilmu komputer, serangkaian operasi atau perhitungan sebagai menyelesaikan tugas tertentu
  • Cara operasi standar
  • cara hukum
  • cara parlemen
  • Procedure Text

Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya.


Page 8

Cara yaitu serangkaian gerak-gerak yang dibuat yang spesifik, sikap yang dibuat atau operasi yang mesti dijalankan atau dieksekusi dengan cara yang sama supaya selalu mendapat hasil yang sama dari kondisi yang sama (contohnya cara kesehatan dan keselamatan kerja).

Semakin tepatnya, kata ini bisa mengindikasikan rangkaian aktivitas, tugas-tugas, langkah-langkah, keputusan-keputusan, perhitungan-perhitungan dan bagian-bagian, yang dijalankan melewati serangkaian pekerjaan yang menghasilkan suatu tujuan yang diinginkan, suatu produk atau sebuah akhir suatu peristiwa. Sebuah cara kebanyakan mengakibatkan sebuah perubahan.

Cara dapat diartikan juga :

  • Instruksi atau resep, serangkaian perintah yang menunjukkan bagaimana menyiapkan atau membuat sesuatu
  • Subrutin atau cara (ilmu komputer), sebuah sub program yang merupakan bagian dari program yang mulia
  • Algoritma, dalam matematika dan ilmu komputer, serangkaian operasi atau perhitungan sebagai menyelesaikan tugas tertentu
  • Cara operasi standar
  • cara hukum
  • cara parlemen
  • Procedure Text

Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya.


Page 9

Cara yaitu serangkaian gerak-gerak yang dibuat yang spesifik, sikap yang dibuat atau operasi yang mesti dijalankan atau dieksekusi dengan cara yang sama supaya selalu mendapat hasil yang sama dari kondisi yang sama (contohnya cara kesehatan dan keselamatan kerja).

Semakin tepatnya, kata ini bisa mengindikasikan rangkaian aktivitas, tugas-tugas, langkah-langkah, keputusan-keputusan, perhitungan-perhitungan dan bagian-bagian, yang dijalankan melewati serangkaian pekerjaan yang menghasilkan suatu tujuan yang diinginkan, suatu produk atau sebuah akhir suatu peristiwa. Sebuah cara kebanyakan mengakibatkan sebuah perubahan.

Cara dapat diartikan juga :

  • Instruksi atau resep, serangkaian perintah yang menunjukkan bagaimana menyiapkan atau membuat sesuatu
  • Subrutin atau cara (ilmu komputer), sebuah sub program yang merupakan bagian dari program yang mulia
  • Algoritma, dalam matematika dan ilmu komputer, serangkaian operasi atau perhitungan sebagai menyelesaikan tugas tertentu
  • Cara operasi standar
  • cara hukum
  • cara parlemen
  • Procedure Text

Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya.


Page 10

Cara yaitu serangkaian gerak-gerak yang dibuat yang spesifik, sikap yang dibuat atau operasi yang mesti dijalankan atau dieksekusi dengan cara yang sama supaya selalu mendapat hasil yang sama dari kondisi yang sama (contohnya cara kesehatan dan keselamatan kerja).

Semakin tepatnya, kata ini bisa mengindikasikan rangkaian aktivitas, tugas-tugas, langkah-langkah, keputusan-keputusan, perhitungan-perhitungan dan bagian-bagian, yang dijalankan melewati serangkaian pekerjaan yang menghasilkan suatu tujuan yang diinginkan, suatu produk atau sebuah akhir suatu peristiwa. Sebuah cara kebanyakan mengakibatkan sebuah perubahan.

Cara dapat diartikan juga :

  • Instruksi atau resep, serangkaian perintah yang menunjukkan bagaimana menyiapkan atau membuat sesuatu
  • Subrutin atau cara (ilmu komputer), sebuah sub program yang merupakan bagian dari program yang mulia
  • Algoritma, dalam matematika dan ilmu komputer, serangkaian operasi atau perhitungan sebagai menyelesaikan tugas tertentu
  • Cara operasi standar
  • cara hukum
  • cara parlemen
  • Procedure Text

Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya.


Page 11

Cara yaitu serangkaian gerak-gerak yang dibuat yang spesifik, sikap yang dibuat atau operasi yang mesti dijalankan atau dieksekusi dengan cara yang sama supaya selalu mendapat hasil yang sama dari kondisi yang sama (contohnya cara kesehatan dan keselamatan kerja).

Semakin tepatnya, kata ini bisa mengindikasikan rangkaian aktivitas, tugas-tugas, langkah-langkah, keputusan-keputusan, perhitungan-perhitungan dan bagian-bagian, yang dijalankan melewati serangkaian pekerjaan yang menghasilkan suatu tujuan yang diinginkan, suatu produk atau sebuah akhir suatu peristiwa. Sebuah cara kebanyakan mengakibatkan sebuah perubahan.

Cara dapat diartikan juga :

  • Instruksi atau resep, serangkaian perintah yang menunjukkan bagaimana menyiapkan atau membuat sesuatu
  • Subrutin atau cara (ilmu komputer), sebuah sub program yang merupakan bagian dari program yang mulia
  • Algoritma, dalam matematika dan ilmu komputer, serangkaian operasi atau perhitungan sebagai menyelesaikan tugas tertentu
  • Cara operasi standar
  • cara hukum
  • cara parlemen
  • Procedure Text

Sumber :
wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, informasi.web.id, p2k.kelas-karyawan.co.id, dsb-nya.


Page 12

Bagian merupakan urutan pelaksanaan atau perihal sahnya yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin memakai waktu, ruang, keahlian atau sumber daya yang lain, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu bagian mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya. Bandingkan: pengolahan.


Sumber :
p2k.kucing.biz, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, diskusi.biz, dsb.


Page 13

Bagian merupakan urutan pelaksanaan atau perihal sahnya yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin memakai waktu, ruang, keahlian atau sumber daya yang lain, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu bagian mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya. Bandingkan: pengolahan.


Sumber :
p2k.kucing.biz, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, diskusi.biz, dsb.


Page 14

Bagian merupakan urutan pelaksanaan atau perihal sahnya yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin memakai waktu, ruang, keahlian atau sumber daya yang lain, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu bagian mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya. Bandingkan: pengolahan.


Sumber :
p2k.kucing.biz, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, diskusi.biz, dsb.


Page 15

Bagian merupakan urutan pelaksanaan atau perihal sahnya yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin memakai waktu, ruang, keahlian atau sumber daya yang lain, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu bagian mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya. Bandingkan: pengolahan.


Sumber :
p2k.kucing.biz, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, diskusi.biz, dsb.


Page 16

Bagian merupakan urutan pelaksanaan atau perihal sahnya yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin memakai waktu, ruang, keahlian atau sumber daya yang lain, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu bagian mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya. Bandingkan: pengolahan.


Sumber :
p2k.kucing.biz, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, diskusi.biz, dsb.


Page 17

Bagian merupakan urutan pelaksanaan atau perihal sahnya yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin memakai waktu, ruang, keahlian atau sumber daya yang lain, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu bagian mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya. Bandingkan: pengolahan.


Sumber :
p2k.kucing.biz, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, diskusi.biz, dsb.


Page 18

Bagian merupakan urutan pelaksanaan atau perihal sahnya yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin memakai waktu, ruang, keahlian atau sumber daya yang lain, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu bagian mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya. Bandingkan: pengolahan.


Sumber :
p2k.kucing.biz, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, diskusi.biz, dsb.


Page 19

Bagian merupakan urutan pelaksanaan atau perihal sahnya yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin memakai waktu, ruang, keahlian atau sumber daya yang lain, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu bagian mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya. Bandingkan: pengolahan.


Sumber :
p2k.kucing.biz, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, diskusi.biz, dsb.


Page 20

Prosesor skalar menggambarkan kelas sangat sederhana dari prosesor komputer.[1] Prosesor skalar memproses 1 item data pada suatu waktu (item data khas yang dijadikan integral atau bilangan titik melayang). Sebaliknya, dalam sebuah prosesor vektor, sebuah ajar sederhana beroperasi secara serentak pada item-item data berlipat ganda. Perbedaannya dapat disamakan selang aritmatika skalar dan vektor.

Lihat pula

  • Pipa salura instruksi
  • Penghitungan paralel
  • Superskalar

Catatan


Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, buku.us, dsb-nya.


Page 21

Prosesor skalar menggambarkan kelas sangat sederhana dari prosesor komputer.[1] Prosesor skalar memproses 1 item data pada suatu waktu (item data khas yang dijadikan integral atau bilangan titik melayang). Sebaliknya, dalam sebuah prosesor vektor, sebuah ajar sederhana beroperasi secara serentak pada item-item data berlipat ganda. Perbedaannya dapat disamakan selang aritmatika skalar dan vektor.

Lihat pula

  • Pipa salura instruksi
  • Penghitungan paralel
  • Superskalar

Catatan


Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, buku.us, dsb-nya.


Page 22

Prosesor skalar menggambarkan kelas sangat sederhana dari prosesor komputer.[1] Prosesor skalar memproses 1 item data pada suatu waktu (item data khas yang dijadikan integral atau bilangan titik melayang). Sebaliknya, dalam sebuah prosesor vektor, sebuah ajar sederhana beroperasi secara serentak pada item-item data berlipat ganda. Perbedaannya dapat disamakan selang aritmatika skalar dan vektor.

Lihat pula

  • Pipa salura instruksi
  • Penghitungan paralel
  • Superskalar

Catatan


Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, buku.us, dsb-nya.


Page 23

Prosesor skalar menggambarkan kelas sangat sederhana dari prosesor komputer.[1] Prosesor skalar memproses 1 item data pada suatu waktu (item data khas yang dijadikan integral atau bilangan titik melayang). Sebaliknya, dalam sebuah prosesor vektor, sebuah ajar sederhana beroperasi secara serentak pada item-item data berlipat ganda. Perbedaannya dapat disamakan selang aritmatika skalar dan vektor.

Lihat pula

  • Pipa salura instruksi
  • Penghitungan paralel
  • Superskalar

Catatan


Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, buku.us, dsb-nya.


Page 24

Prosesor skalar menggambarkan kelas sangat sederhana dari prosesor komputer.[1] Prosesor skalar memproses 1 item data pada suatu waktu (item data khas yang dijadikan integral atau bilangan titik melayang). Sebaliknya, dalam sebuah prosesor vektor, sebuah ajar sederhana beroperasi secara serentak pada item-item data berlipat ganda. Perbedaannya dapat disamakan selang aritmatika skalar dan vektor.

Lihat pula

  • Pipa salura instruksi
  • Penghitungan paralel
  • Superskalar

Catatan


Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, buku.us, dsb-nya.


Page 25

Prosesor skalar menggambarkan kelas sangat sederhana dari prosesor komputer.[1] Prosesor skalar memproses 1 item data pada suatu waktu (item data khas yang dijadikan integral atau bilangan titik melayang). Sebaliknya, dalam sebuah prosesor vektor, sebuah ajar sederhana beroperasi secara serentak pada item-item data berlipat ganda. Perbedaannya dapat disamakan selang aritmatika skalar dan vektor.

Lihat pula

  • Pipa salura instruksi
  • Penghitungan paralel
  • Superskalar

Catatan


Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, buku.us, dsb-nya.


Page 26

Prosesor skalar menggambarkan kelas sangat sederhana dari prosesor komputer.[1] Prosesor skalar memproses 1 item data pada suatu waktu (item data khas yang dijadikan integral atau bilangan titik melayang). Sebaliknya, dalam sebuah prosesor vektor, sebuah ajar sederhana beroperasi secara serentak pada item-item data berlipat ganda. Perbedaannya dapat disamakan selang aritmatika skalar dan vektor.

Lihat pula

  • Pipa salura instruksi
  • Penghitungan paralel
  • Superskalar

Catatan


Sumber :
p2k.kurikulum.org, wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, buku.us, dsb-nya.