Dimana ranting dipatah disitu air di ciduk dimana bumi dipijak disitulah langit dijunjung makna ungkapan diatas adalah?

Berikut ini adalah terjemahan arti peribahasa Dimana ranting dipatah, disitu air disauk dalam kamus Peribahasa Indonesia

Dimana ranting dipatah, disitu air disaukHendaklah patuh pada adat dan aturan yang berlaku di tempat yang kita kunjungi/tinggali.

Dimana ranting dipatah, disitu air disauk terdiri dari 6 kata, yaitu Dimana, ranting, dipatah,, disitu, air dan disauk

Demikianlah penjelasan arti peribahasa "Dimana ranting dipatah, disitu air disauk" dalam kamus Peribahasa Indonesia.

Kamus Peribahasa Indonesia ini merupakan kamus online yang dapat Anda gunakan secara gratis melalui website kamuslengkap.com. Kamus ini disusun berdasarkan abjad dari A sampai Z yang memuat ribuan kata di dalamnya. Selain kamus Peribahasa Indonesia, Anda juga dapat menemukan kamus lainnya. Gunakan menu di atas halaman ini untuk mengakses kamus-kamus tersebut. Pencarian kata dapat dilakukan menggunakan form pencarian.

Maksud: Menurut adat atau peraturan di tempat yang kita diami atau tinggal.

Sebuah pepatah lama yang tentunya sudah begitu familiar bagi kita semua. Pepatah ini tentunya bisa ditafsirkan dalam banyak makna positif. Salahsatunya terkait dengan budaya, dimana ketika kita tinggal disuatu tempat,suatu daerah tertentu, sudah selayaknya kita berperilaku, bersikap dan menghargai budaya setempat dengan adat istiadatnya.  Demikian halnya dengan Binus Bandung menjunjung dan sangat mengapresiasi nilai-nilai budaya Sunda dan menjadikannya sebagai suatu ciri khas dari Binus Bandung. Mengapa? Tentunya karena nilai-nilai kesundaan ini merupakan tatanan nilai yang diyakini dan dijalankan oleh masyarakat  Sunda, yang juga merupakan khasanah budaya lokal yang adiluhung.

Mari kita sedikit mengenal mengenai masyarakat Sunda dan nilai kearifannya

Siapa sebenernya yang disebut masyarakat Sunda? Ya tentunya masyarakat Sunda ini adalah mereka yang tinggal di Jawa Barat yang berbahasa ibu Sunda. Masyarakat Sunda ini memiliki sejumlah karakteristik mentalitas yang khas sebagai masyarakat ladang (huma )yaitu mereka secara alamiah dan tipografinya hidup didaerah perbukitan.

Nilai kesundaan yang sangat khas yang tercermin, melekat dan diamalkan dalam pergaulan sehari-hari adalah nilai Silih Asah, Silih Asih dan Silih Asuh (SILAS).

Apa itu Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh (SILAS)?

Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh secara konsepnya merupakan nilai kearifan lokal yang juga menjadi falsafah hidup masyarakat Sunda. Nilai-nilai ini melekat dan dijadikan pegangan, landasan dalam hidup bermasyarakat.

Secara harafiah, silih sendiri dapat disubtitusi dalam bahasa Indonesia dengan kata “saling”. Kata silih ini bukan sekedar menunjukan kesadaran untuk berbagi, tetapi juga merujuk pada kesadaran bahwa apa yang dikerjakan dan dihasilkan adalah untuk kepentingan bersama. Silih juga mencerminkan suatu kesadaran untuk dapat maju dan bertumbuh kembang bersama.

Silih Asih berarti saling mengasihi, saling mencintai satu sama lainnya. Memberi perhatian, afeksi, dan kasih sayang, satu sama lain menunjukan kepeduliannya, memberikan apa yang dibutuhkan dengan tulus. Silih Asah secara harafiah memiliki arti mempertajam. Silih Asah, mempunyai makna saling bertukar ilmu, satu sama lain mengajarkan apa yang dia ketahui dan kuasai. Sedangkan Silih Asuh dapat diartikan sebagai saling mengasuh, mengayomi, membimbing satu sama lainnya. Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh dapat diartikan sebagai  saling mempertajam diri, saling mengasihi, dan saling memelihara.

Dalam bersosialisasi yang Nyunda ,SILAS ini dapat dimaknai sebagai berikut:

  • Silih Asih atau silaturahim yang bening,
  • Silih Asah atau saling mencerdaskan akal pikiran lahir batin,
  • dan Silih Asuh atau sadar posisi, proporsional dan profesional.

Di dalam bersosialisasi yang sehat, nilai kesundaaan SILAS perlu didukung dengan nilai kemanusiaan yang Nyunda yaitu Manusia Sunda anu cageur (sehat lahir batin, sehat fisik dan psikis, sehat jasmani dan rohani), bageur (hidupnya sesuai dengan hukum Agama,  dan hati nurani), bener (jelas dan benar visi, misi hidupnya), pinter  (mampu mengatasi masalah hidup).

Mari kita menjaga silaturahmi dan bersosialisasi dengan menjunjung nilai-nilai Kesundaan. Let’s do Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh

Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung: haruslah mengikuti/menghormati adat istiadat di tempat tinggal kita.

Peribahasa Indonesia
A B C D E F G H I J K L M N
O P Q R S T U V W X Y Z

Arti dari peribahasa Di mana ranting dipatah, di situ air disauk adalah Di mana kita berada hendaknya selalu mengikuti peraturan adat istiadat setempat.  Peribahasa Di mana ranting dipatah, di situ air disauk merupakan peribahasa berbahasa Indonesia yang dimulai dengan huruf D.  Peribahasa Di mana ranting dipatah, di situ air disauk dapat anda gunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan sebagai suatu perumpamaan yang mempunyai arti Di mana kita berada hendaknya selalu mengikuti peraturan adat istiadat setempat.

Penjelasan Peribahasa Lebih Rinci / Detil :

Peribahasa : Di mana ranting dipatah, di situ air disauk


Arti Peribahasa :  Di mana kita berada hendaknya selalu mengikuti peraturan adat istiadat setempat Bentuk Lain Peribahasa : - Arti Kata Tidak Umum : Arti disauk (sauk) adalah dicedok / ditimba Huruf Depan Peribahasa : D Bahasa Peribahasa : Bahasa Indonesia Keterangan : - Informasi peribahasa Di mana ranting dipatah, di situ air disauk pada situs web ini bukanlah penjelasan resmi ataupun bagian dari kamus peribahasa bahasa indonesia resmi.  Apabila ada kekurangan atau pun kesalahan pada pemaparan peribahasa Di mana ranting dipatah, di situ air disauk, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.  Tuliskan pertanyaan, pengalaman, komentar maupun opini anda terkait dengan peribahasa Di mana ranting dipatah, di situ air disauk di form komentar di bagian bawah situs web kita tercinta ini agar kita bisa diskusikan bersama-sama.  Mari kita biasakan menggunakan peribahasa Di mana ranting dipatah, di situ air disauk dalam ucapan maupun tulisan untuk melestarikan peribahasa nasional kita, terima kasih.

Kembali Menuju Ke :


Halaman Utama
Daftar Peribahasa
Daftar Peribahasa Indonesia
Daftar Peribahasa Indonesia Berawalan Huruf D

Jakarta -

Peribahasa 'di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung' merupakan peribahasa yang populer di Indonesia. Peribahasa ini ternyata memiliki makna mendalam di kehidupan masyarakat.

Peribahasa termasuk salah satu bentuk karya sastra Melayu yang berkembang di Indonesia. Peribahasa adalah ungkapan ringkas yang berisi pesan tersirat, berupa perbandingan, nasihat, hingga prinsip hidup suatu masyarakat.

Baca juga: Peribahasa: Pengertian, Jenis-jenis, dan Contohnya

Di Mana Bumi Dipijak, di Situ Langit Dijunjung

Salah satu peribahasa yang populer di kalangan masyarakat adalah 'di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung'. Peribahasa tersebut mengandung arti bahwa seseorang sudah sepatutnya mengikuti atau menghormati adat istiadat yang berlaku di tempat tinggalnya.

Dalam buku Peribahasa Watafa oleh Zanariah Abdol dijelaskan, peribahasa ini berisi pesan agar mematuhi peraturan di tempat yang didiami. Dengan kata lain, seseorang harus bisa beradaptasi dengan tempat tinggalnya (bukan hanya tempat asal), untuk dapat diterima dengan baik.

Contohnya, Kamarul merupakan seorang laki-laki yang gemar merantau ke negara orang. Dia diterima oleh penduduk dengan hati terbuka karena dia pandai menyesuaikan diri dengan cara hidup dan peraturan yang ada di negara tersebut.

Contoh Peribahasa Populer

Dirangkum dari buku Peribahasa dan Pantun Indonesia yang disusun tim Indonesia Cerdas dan buku Peribahasa Indonesia oleh Kiftiawati dan Endry Sulistyo, berikut 10 contoh peribahasa populer lainnya:

1. Ke langit tak sampai, ke bumi tak nyata

Artinya: Pekerjaan yang serba tanggung.

2. Disangkakan langit itu rendah dipandang dekat, dicapai tak boleh

Artinya: Jangan menganggap mudah sesuatu yang akan dikerjakan

3. Langit diukir anak istri kelaparan

Artinya: Orang yang banyak cakap, tetapi tidak dapat memberikan hasil sama sekali.

4. Di mana ada kemauan, di sana ada jalan

Artinya: Seseorang yang mempunyai niat dan mau berusaha, pasti akan ada kemudahan saat menemui kesulitan.

5. Di mana tak ada lang, akulah lang, kata belalang

Artinya: Kalau tak ada orang yang pandai, orang bodoh pun mengaku pandai.

Baca juga: Struktur dan Keunikan Karmina, Sastra Melayu yang Mirip Pantun

6. Di mana tembilang terentak, di situ cendawan tumbuh

Artinya: Bila timbul suatu kesukaran, akan ada ide untuk memecahkannya.

7. Dinding sampai ke langit, empang sampai ke seberang

Artinya: Pekerjaan harus dilakukan sampai selesai jangan tanggung-tanggung. Peribahasa tersebut juga dapat diartikan sebagai larangan harus tegas supaya ditaati.

8. Di rumah beraja-raja, di hutan berberuk-beruk

Artinya: Seseorang harus dapat menyesuaikan diri dengan tempat tinggalnya

9. Dikasih hati minta jantung

Artinya: Orang yang melonjak, sudah diberi sedikit tetapi meminta lebih.

10. Duduk sama rendah, tegak sama tinggi

Artinya: Memiliki martabat atau kedudukan yang sederajat.

Nah, itulah arti peribahasa 'di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung' dan 10 contoh peribahasa populer lainnya.



Simak Video "Berpantun di Sidang Tahunan, Bamsoet: Koalisi Masih Bisa Berubah"

Dimana ranting dipatah disitu air di ciduk dimana bumi dipijak disitulah langit dijunjung makna ungkapan diatas adalah?


(kri/lus)