Hambatan-hambatan apa saja yang sering dialami remaja dalam mencapai kemandirian

Hambatan-hambatan apa saja yang sering dialami remaja dalam mencapai kemandirian

Krisis identitas rentan terjadi pada remaja. Sumber foto:  jefriegeovanie.id

Balamuda, masa remaja adalah masa di mana individu masih kerap kali mengalami tahap transisi menuju dewasa, yang memiliki tingkat emosi cenderung belum stabil. Pada 1998 telah dicetuskan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) International Youth Day atau Hari Remaja Internasional dan diperingati pertama kali pada tahun 2000 setiap 12 Agustus.

Selain dijadikan sebagai hari peringatan untuk merayakan hal berkaitan dengan remaja, Hari Remaja Internasional pun dijadikan ajang bagi remaja di dunia untuk saling berbagi ilmu pengetahuan dan informasi. Pengetahuan tersebut dapat berupa permasalahan mental atau psikis yang rentan dialami remaja, seperti krisis identitas.

Nah, Balamuda tau gak sih apa itu krisis identitas?

Dosen tetap Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Mulia Sari Dewi, M.Si., Psikolog mengatakan, krisis identitas remaja merupakan ketidakmampuan atau kesulitan yang dialami remaja dalam menentukan siapa dirinya, status, hal penting dan yang dibanggakan dari dirinya. Setiap remaja akan mencari identitas pribadi yang menunjukkan individualitas atau keunikan yang dimilikinya daripada orang lain. Identitas diri merupakan bagian penting dari kematangan jiwa seseorang.

Hmm, mengapa sih remaja rentan mengalami krisis identitas ya, Balamuda?

Nih, ada beberapa hal yang memengaruhi remaja lebih rentan mengalami krisis identitas. Pertama, perubahan fisik dari anak-anak kemudian menjadi remaja. Kedua, adanya kematangan seksual, yakni  ketertarikan pada lawan jenis. Ketiga, kematangan dalam berpikir. Tidak hanya berpikir pada diri sendiri, namun ada juga kaitannya dengan dirinya dan orang lain, serta dengan masa depan.

Oiya, ada pernyataan yaitu perempuan lebih besar peluangnya mengalami krisis identitas, masa sih? Jadi, krisis identitas ini gak berpengaruh pada jenis kelamin, Balamuda. Baik perempuan atau laki-laki, semua dapat mengalaminya. Hanya faktor usia saja, remaja lebih rentan terkena dibanding orang dewasa atau anak-anak.

Nah, ada faktor lainnya yang memicu remaja mengalami krisis identitas nih Balamuda yaitu masa kecil. Hal tersebut lantaran mencakup beberapa aspek, misalnya, pengalaman berhasil yang dicapainya, apresiasi yang didapatkan dari orang penting dalam hidupnya, kemandirian, dan hubungannya dengan keluarga atau teman sebaya.

Dampak apa sih, yang dapat ditimbulkan dari krisis identitas ya, Balamuda?

Nah, dampak yang ditimbulkan dari krisis identitas adalah kegagalan dalam menemukan jati dirinya. Orang yang tidak memiliki jati diri nanti akan kebingungan dalam menentukan, mengungkapkan diri, dan kesulitan menentukan arah hidupnya. Perilaku yang akhirnya muncul pada remaja yang mengalami krisis identitas adalah tidak mudah bergaul, kinerja tidak baik, atau bahkan dapat terlibat pada hal yang negatif. Wah berpengaruh juga ya, Balamuda.

Lalu, bagaimana cara mengatasinya ya Balamuda?

Dilansir dari laman Hello Sehat, kunci utama ketika mengalami krisis identitas terutama pada remaja adalah mampu melepaskan “beban”, yang tertahan dipikiran terlebih dulu nih, Balamuda. Selanjutnya, hindari banyak waktu untuk berpikir mengenai hal yang justru menciutkan semangat.

Terakhir, Balamuda perlu ingat bahwa setiap orang memiliki kemampuan dan keterbatasannya masing-masing yang menjadi pembeda dengan orang lain. Menghadapi situasi seperti ini memang tidak mudah lho. Akan tetapi, Balamuda tetap berusaha untuk menemukan berbagai hal menyenangkan dalam menjalani hidup, ya. Jadi, hidup ini tergantung pada kita yang menjalankan. Tetap berpikir positif ya, Balamuda!

(Milla Rosa)

Hambatan-hambatan apa saja yang sering dialami remaja dalam mencapai kemandirian

Hambatan-hambatan apa saja yang sering dialami remaja dalam mencapai kemandirian
Lihat Foto

Shutterstock

Guru matematika.

KOMPAS.com - Melibatkan keluarga dalam hal ini orangtua dalam praktek pendidikan di sekolah bukanlah mudah, terutama pelibatan orangtua dalam hal pemikiran, ide, atau gagasan.

Hal ini mengingat, seringkali antara sekolah dan orangtua kadang memiliki harapan dan kepentingan berbeda tentang bagaimana mendidik anak.

Ahmad Suriansyah, seorang doktor bidang manajemen pendidikan lulusan Universitas Utara Malaysia, dalam bukunya “Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat: Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat” menulis, banyak kendala atau hambatan ditemui dalam menyatukan harapan dan kepentingan tersebut.

Dilansir dari forum Sahabat Keluarga Kemendikbud, hambatan-hambatan tersebut antara lain:

1. Ekonomi

Orangtua siswa yang memiliki tingkat ekonomi masih rendah sering disibukkan dengan pekerjaan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kesibukan ini menyebabkan mereka cenderung sulit berpartisipasi/terlibat aktif dalam berbagai kegiatan bersama sekolah.

Baca juga: Mendikbud: Semua Penanganan Pendidikan Akan Berbasis Zonasi

Orangtua siswa kurang percaya diri untuk membantu sekolah. Hal ini diperkuat dengan sikap pihak sekolah yang juga kurang percaya diri membantu orangtua murid dalam mengatasi masalah-masalah pendidikan anak di rumah.

3. Kesenjangan generasi

Orangtua siswa yang usianya sangat tua atau tokoh masyarakat yang sudah sepuh cenderung tidak mau terlibat banyak dalam berbagai kegiatan sekolah, meskipun sebenarnya keterlibatan mereka sangat dibutuhkan sekolah.

4. Kesibukan pekerjaan

Kesibukan pekerjaan merupakan salah satu hal yang menjadi pertimbangan bagi orangtua siswa terlibat dalam berbagai kegiatan sekolah, lebih-lebih di pedesaan yang umumnya bermatapencaharian sebagai petani.

5. Norma dan nilai budaya

Faktor budaya dari orangtua yang kuat seakan-akan guru adalah seorang ahli yang memiliki kemampuan mengatasi segala masalah. Akibatnya, orangtua sering menyerahkan sepenuhnya keberhasilan pendidikan anaknya kepada pihak sekolah.

6. Budaya kelas

Keterbukaan sekolah untuk mengajak partisipasi orangtua siswa masih belum optimal. Ada keraguan pihak guru dan sekolah dan bahkan ketakutan kalau orangtua siswa melakukan intervensi pada hal-hal teknis yang menjadi kewenangan guru.

7. Pengalaman negatif masa lalu

Sekolah sering memiliki pengalaman negatif akibat keterlibatan orangtua siswa. Hal ini membawa dan mempengaruhi sekolah untuk enggan berbuat banyak dalam membangun kemitraan yang optimal.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Semua remaja bisa dipastikan mengalami perasaan cemas, khawatir, panik gelisah dan berbagai perasaan lainnya yang memang wajar sebagai reaksi ketika seorang remaja menghadapi sebuah masalah atau stres. Akan tetapi, jika perasaan tersebut tidak bisa dikontrol dengan baik, maka akan timbul berbagai penyimpangan dan menjadi hambatan dalam perkembangan remaja.

Dalam proses belajar sendiri, perubahan tingkah laku tidak terjadi secara penuh dan dipicu karena beberapa faktor yang tidak mendukung dan menjadi hambatan dan ada banyak fakta psikologis remaja yang harus dipelajari dengan baik. Ada banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan dalam remaja seperti faktor internal dan faktor eksternal yang secara khusus akan kami ulas berikut ini.

Intelegensi sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan remaja dan menentukan berhasil atau tidaknya seorang remaja dalam belajar. Seorang remaja yang memiliki intelegensi tinggi akan sanggup menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi sehingga bisa berkembang secara baik dibandingkan seorang remaja yang memiliki intelegensi rendah.

Namun, intelegensi tidak dapat menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar dan berkembang sebab belajar sendiri merupakan proses yang cukup kompleks dan banyak faktor lain yang bisa berpengaruh.

  1. Kesalahan Cara Orang Tua Mendidik

Orang tua merupakan hal pertama dimana anak anak mendapatkan banyak pendidikan dimulai sejak mereka dilahirkan bahkan saat masih ada dalam kandungan. Cara orang tua dalam mendidik anak akan besar pengaruhnya pada perkembangan anak remaja sehingga keluarga yang sehat juga akan menentukan keberhasilan dari perkembangan anak.

Orang tua yang acuh dan tidak memperhatikan kepentingan serta kebutuhan anak dalam belajar, tidak bisa mengatur anak, tidak memantau perkembangan anak dan membantu anak dalam mengatasi berbagai kesulitan akan menjadi penghambat dalam perkembangan anak di usia remaja. Selain itu, kebiasaan orang tua yang selalu memanjakan anak juga sangat buruk pengaruhnya terhadap perkembangan remaja. Cara mengatasi kenakalan remaja terbaik adalah dengan lebih memperhatikan perkembangan anak khususnya di usia remaja.

Pengaruh yang didapat dari teman bergaul juga sangat berpengaruh pada perkembangan psikologi remaja. Teman bergaul yang baik akan mendukung tahap perkembangan anak remaja semakin baik. Sedangkan teman bergaul yang buruk juga akan memberikan hambatan dalam perkembangan anak remaja.

Contoh dari pengaruh buruk dari teman bergaul diantaranya adalah senang begadang, merokok, senang menonton film dewasa, minum minuman keras, tawuran dan berbagai pengaruh buruk lainnya.

Usia remaja sangat lekat hubungannya dengan pertumbuhan fisik yang cepat dan menjadi hal penting dalam usia remaja. Saat seorang remaja memiliki perkembangan fisik atau ciri ciri pubertas tidak seperti seharusnya, maka bisa menyebabkan rasa tidak percaya diri dan tidak puas begitu pun dengan perkembangan fisik yang tidak proporsional seperti kematangan organ reproduksi di masa remaja yang bisa menyebabkan penyimpangan perilaku seksual di usia remaja.

  1. Perkembangan Kognitif dan Bahasa

Remaja juga memiliki perkembangan kemampuan intelektual yang berkembang secara pesat. Saat seorang remaja tidak mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan intelektualnya khususnya dalam pendidikan di sekolah seperti mengenal dan mendalami kemampuan berbahasa asing, maka juga akan menghambat perkembangan anak remaja.

Terbatasnya kesempatan dan sarana membuat seorang remaja kesulitan dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan berbahasa sebab sedikit banyak hal ini berpengaruh pada kesuksesan anak remaja yang juga berdampak pada aspek emosional dan kepribadian impulsif, sosial dan beberapa aspek perilaku serta kepribadian yang lainnya.

Pengalaman sangat penting dalam perkembangan kognitif usia remaja. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki seorang remaja, maka semakin bagus juga kemampuan kognitif yang dimiliki. Hal ini juga berlaku sebaliknya. Saat seorang remaja kurang memiliki pengalaman, maka kemampuan kognitif mereka juga sangat rendah.

Pengalaman yang dimiliki remaja sangat penting dalam bagaimana mereka menyelesaikan setiap masalah yang terjadi dalam hidup sehingga remaja yang belum banyak pengalaman akan lebih mengutamakan kemampuan operasional konkret dibandingkan operasional formal yakni menyelesaikan masalah tanpa didukung dengan materi yang kngkret.

  1. Lingkungan Masyarakat Luas

Kehidupan masyarakat yang terjadi di sekeliling anak remaja juga berdampak pada perkembangan mereka. Jika masyarakat yang ada di sekeliling adalah kumpulan orang tidak terpelajar, senang berjudi, mabuk mabukan, mencuri dan berbagai kebiasaan buruk lainnya, maka akan menghambat perkembangan dari seorang remaja.

Jiwa mereka yang labil akan mudah terpengaruh sehingga mengikuti perbuatan tidak baik yang terjadi di sekelilingnya. Mereka akan kehilangan semangat untuk belajar sebab seluruh perhatiannya sudah tercurah pada perbuatan buruk yang dilakukan disekitarnya.

Mass media yang dimaksud disini adalah beberapa benda seperti radio, bioskop, televisi, surat kabar, buku dan sebagainya yang beredar dengan bebas di masyarakat. Mass media ini bisa memberikan pengaruh baik dan buruk bagi perkembangan remaja termasuk pada pengaruh media sosial dalam psikologi remaja.

Pengaruh buruk yang bisa diberikan diantaranya adalah tema pergaulan bebas, percabulan, pembunuhan, cerita tentang detektif dan berbagai kegiatan buruk lain yang akan membuat seorang remaja terpengaruh dan mengikuti kebiasaan dari cerita tersebut. Jika tidak dikontrol dengan baik dan tidak diawasi oleh orang tua bahkan pendidik, maka ini semua akan menjadi penghambat dalam perkembangan seorang remaja.

Ekonomi keluarga juga memiliki peran penting dalam proses perkembangan anak remaja. Kebutuhan pokok seperti makanan, kesehatan, tempat berteduh dan berbagai kebutuhan mendasar lainnya hanya bisa terpenuhi jika berasal dari keluarga yang mampu.

Namun untuk anak remaja yang berasal dari keluarga kurang mampu, mengakibatkan anak selalu mengalami kesedihan dan macam macam sifat manusia tidak baik lainnya, masalah kesehatan dan masalah lain sehingga anak lemaja cenderung minder dalam pergaulan. Bahkan tidak jarang juga anak remaja yang sudah mencari nafkah untuk membantu keuangan keluarga yang akhirnya menghambat perkembangan anak usia remaja.

Motivasi merupakan pendorong seseorang untuk melakukan sesuatu hal yang bisa berasal dari diri sendiri atau orang lain. Motivasi yang berasal dari diri sendiri yakni intrinsik berasal dari hati karena menyadari pentingnya sesuatu hal. Sedangkan dorongan atau motivasi yang berasal dari luar seperti orang tua, sahabat, guru dan faktor lainnya.

Saat seorang anak remaja kurang termotivasi baik dari diri sendiri atau faktor lingkungan atau orang lain, hal yang terjadi adalah semakin malas dalam mengusahakan sesuatu yang akhirnya bisa menghambat cita cita dan juga perkembangan anak remaja.

Bakat merupakan potensi yang bisa mempengaruhi aktivitas seseorang. Setiap orang sebenarnya sudah dikaruniai banyak bakat berbeda yang bisa digunakan untuk mendukung perkembangan hidup sehingga bisa lebih baik.

Namun, karena faktor malas dalam menggali bakat sebenarnya yang ada dalam diri sendiri, maka yang terjadi adalah seseorang terlihat seperti tidak memiliki arti, penyebab lemah mental pada anak remaja dan tidak bisa melakukan apapun dalam kehidupan dan akhirnya membuat seseorang putus asa dan semakin terpuruk khususnya pada usia remaja.

Cacar fisik juga menjadi faktor penghambat seorang remaja karena ada sesuatu hal yang kurang pada fisik atau tubuhnya sehingga timbul gejala gangguan mental pada remaja.

Cacat fisik ini tentunya sangat mengganggu tumbuh kembang seorang anak remaja baik dalam bidang pendidikan, pergaulan dan berbagai masalah lain khususnya jika ditambah dengan cemoohan dari orang lain. Apabila ini terjadi, lembaga pendidikan khusus sangat dibutuhkan untuk membangun mental anak remaja supaya bisa lebih kuat dan akhirnya tumbuh seperti anak remaja pada umumnya.

Perubahan fisik yang dialami remaja akan berpengaruh pada perubahan psikologis dimana emosi akan lebih tinggi dan lebih intens dibandingkan biasanya dan akhirnya timbul gangguan psikologis remaja.

Emosi tinggi ini akhirnya bisa terlihat dalam bentuk tingkah laku seperti kebingungan, emosi yang terlalu berkobar dan mudah meledak, sering bertengkar, tidak memiliki gairah dan semangat, malas dan berbagai bentuk sel defense mechanism lainnya.

Emosi ini tidak selamanya akan terjadi dan akan hilang seiring bertambahnya usia. Namun jika tidak ditangani dengan baik, maka akhirnya bisa membentuk seorang remaja menjadi pribadi buruk dan terbawa hingga dewasa.

Perasaan kosong pada remaja terjadi karena proses berkembang dari anak menuju dewasa sehingga menuntut anak remaja untuk bisa mengambil posisi dalam masyarakat. Sedangkan pada sisi berbeda, para remaja berusaha untuk melakukan hal yang dilakukan orang dewasa namun dilarang sebab masih dianggap terlalu kecil untuk ikut campur dalam urusan orang dewasa yang akhirnya menimbulkan tanda tanda stress pada remaja.

  1. Pertentangan Dengan Diri Sendiri

Transisi remaja dari anak anak menuju orang dewasa akan menimbulkan banyak tuntutan dari keluarga, lingkungan, masyarakat dan juga diri sendiri. Segala macam tuntutan ini akan membuat remaja bingung dalam memenuhi tuntutan tersebut dan akhirnya muncul pertentangan dalam diri sendiri.

Dalam mencapai sebuah eksistensi, mencari perhatian, mendapat kepopuleran, prestasi dan hal lain, anak remaja akan menjadi gelisah yang terlihat dari sifat pemberontak dalam diri remaja dan akhirnya terlihat dalam perilaku sebab keinginan diri sendiri bertentangan dengan keinginan orang disekitarnya. Cara menghilangkan kecemasan terbaik adalah lebih mengenalkan pada agama dan terus mendampingi anak selama masa pertumbuhannya tersebut.

Hambatan terakhir dalam perkembangan remaja adalah canggung saat bergaul dimana sebagian anak remaja yang sedang beranjak dewasa memiliki perasaan ini. Remaja sangat erat kaitannya dan menjadi faktor penting dalam perkembangan identitas diri remaja untuk menemukan siapa dirinya yang sebenarnya namun statusnya masih berada di antara anak anak dan juga orang dewasa sehingga akhirnya timbul perasaan canggung dan kaku dalam bergaul.

Dari ulasan diatas sudah bisa dibuktikan jika hambatan dalam perkembangan remaja sedikit banyak juga dipengaruhi dengan faktor lingkungan disekitarnya. Untuk itu, sebagai orang tua, guru atau orang disekelilingnya juga harus berusaha sedemikian rupa agar anak remaja bisa tumbuh dan berkembang secara baik sehingga tidak menjadi “sampah masyarakat”.