Berikut akibat yang timbul jika alat reproduksi tidak dijaga kebersihannya adalah . . . .

Penyakit pada sistem reproduksi wanita tidak boleh dianggap sepele. Jika tidak diobati, beberapa penyakit pada sistem reproduksi wanita ini dapat meningkatkan risiko wanita mengalami gangguan kesuburan.

Sistem reproduksi wanita terdiri dari labia mayora, labia minora, kelenjar Bartholin, klitoris, vagina, uterus atau rahim, ovarium (indung telur), dan tuba falopi.

Berikut akibat yang timbul jika alat reproduksi tidak dijaga kebersihannya adalah . . . .

Organ-organ yang disebut di atas berfungsi untuk mendukung proses reproduksi manusia, mulai dari memproduksi sel telur, berhubungan seksual, melindungi dan merawat janin selama hamil, hingga melahirkan.

Namun, terkadang berbagai organ tersebut tidak dapat bekerja dengan baik akibat adanya penyakit pada sistem reproduksi wanita.

Berbagai Penyakit pada Sistem Reproduksi Wanita

Ada banyak penyakit yang dapat menyerang sistem reproduksi wanita, di antaranya:

1. Sindrom ovarium polikistik

Sindrom ovarium polikistik (PCOS) adalah salah satu penyakit pada sistem reproduksi wanita yang sering menyebabkan masalah kesuburan. Penyakit ini sering ditemukan pada wanita dengan usia subur.

Penyakit ini disebabkan oleh gangguan pada ovarium atau kelenjar adrenal, sehingga hormon androgen (hormon seks laki-laki) di dalam tubuh wanita berjumlah lebih banyak dari kadar normal. Tingginya kadar hormon ini akan mengganggu perkembangan ovarium dan pelepasan sel telur selama ovulasi.

Wanita yang memiliki PCOS dapat mengalami beberapa tanda dan gejala, seperti:

  • Haid tidak teratur
  • Banyak rambut atau bulu yang tumbuh di bagian tubuh tertentu
  • Mudah berjerawat
  • Kebotakan

2. Infeksi menular seksual (IMS)

Penyakit pada sistem reproduksi wanita yang mungkin muncul lainnya adalah infeksi menular seksual. Wanita yang berhubungan seksual tanpa kondom dengan penderita IMS akan tertular penyakit tersebut. Ketika diderita oleh perempuan hamil, maka IMS bisa menyebabkan dampak seriusbagi janin.

3. Miom

Penyakit pada sistem reproduksi wanita lainnya adalah fibroid rahim atau miom. Miom merupakan pertumbuhan tumor jinak pada dinding otot rahim yang menyerang perempuan pada usia subur.

Meski penyebab pasti miom rahim masih belum diketahui, namun ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko wanita untuk terkena penyakit ini, yaitu:

  • Gangguan hormonal (perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron)
  • Faktor genetik atau keturunan
  • Menderita obesitas
  • Terlalu banyak mengonsumsi daging merah

4. Kanker pada sistem reproduksi wanita

Kanker yang menyerang organ reproduksi wanita disebut juga kanker ginekologis. Beberapa jenis kanker yang termasuk dalam kelompok kanker ginekologi adalah kanker rahim, kanker serviks, kanker ovarium, kanker vagina, dan kanker vulva.

5. Endometriosis

Salah satu penyakit pada sistem reproduksi wanita yang juga sering didengar adalah endometriosis. Kondisi ini terjadi ketika lapisan jaringan di rahim tumbuh di organ atau bagian tubuh lain, misalnya di ovarium, saluran cerna, atau kandung kemih.

Penyakit ini banyak menyerang wanita di usia 30–40 tahunan. Gejala endometriosis antara lain:

  • Nyeri pada panggul atau perut
  • Nyeri menstruasi yang sangat menyakitkan
  • Perdarahan di luar masa menstruasi
  • Nyeri saat BAB atau berhubungan intim

6. Radang panggul

Penyakit radang panggul adalah infeksi pada organ reproduksi wanita. Penyakit ini biasanya terjadi akibat masuknya bakteri dari vagina ke panggul yang lalu menimbulkan peradangan di daerah tersebut.

Penyakit radang panggul ini juga bisa disebabkan oleh infeksi menular seksual, seperti gonore. Gejala radang panggul biasanya berupa:

  • Nyeri panggul atau perut
  • Nyeri saat berkemih atau berhubungan seksual
  • Demam
  • Munculnya cairan berbau atau darah dari vagina

Jika tidak segera diobati, penyakit radang panggul ini bisa menyebabkan infertilitas.

7. Rahim turun (prolaps uteri)

Rahim turun adalah kondisi di mana posisi rahim turun hingga ke vagina atau keluar dari bagian tersebut. Rahim turun lebih banyak terjadi pada wanita yang sudah menopause, usia tua, pernah melahirkan secara normal lebih dari dua kali, dan wanita yang memiliki kelemahan otot panggul.

Gejala penyakit ini antara lain:

  • Muncul rasa tidak nyaman di perut atau panggul
  • Tampak adanya benda atau benjolan yang keluar dari vagina
  • Nyeri saat berhubungan seks
  • Susah menahan buang air kecil (inkontinensia urine)

8. Interstitial cystitis

Penyakit lain yang bisa menyerang organ reproduksi wanita adalah interstitial cystitis. Kondisi ini terjadi ketika kandung kemih atau daerah sekitar panggul mengalami nyeri kronis, sehingga mengakibatkan ketidaknyamanan terus-menerus.

Wanita yang menderita penyakit ini akan sering merasa ingin buang air kecil, ada ketidaknyamanan atau nyeri di perut atau panggul, sensasi seperti mendapat tekanan pada perut, dan nyeri saat berkemih.

Jika Anda merasakan salah satu atau beberapa tanda gejala yang kemungkinan mengarah ke salah satu penyakit pada sistem reproduksi wanita tersebut, hal yang harus dilakukan adalah memeriksakan diri ke dokter. Untuk memastikan kondisi Anda dan mendapatkan penanganan yang sesuai.

Halodoc, Jakarta – Menjaga kebersihan tubuh adalah hal yang penting dilakukan, termasuk kebersihan di seputar organ intim. Baik pria maupun wanita, menjaga kebersihan alat kelamin sama sekali tidak boleh diabaikan. Sebab, kebersihan organ intim yang tidak terjaga bisa memicu terjadinya infeksi yang mengakibatkan penyakit.

Nyatanya, enggak menjaga kebersihan alat kelamin dengan baik bisa menyebabkan gangguan kesehatan maupun aktivitas seksual yang terganggu. Area reproduksi yang tidak terjaga kebersihannya bisa saja mengeluarkan bau yang menyengat, menjadi tempat tinggal jamur dan bakteri, hingga meningkatkan risiko terjadinya penyakit menular seksual.

Kalau sudah begitu, bukan hanya kamu yang akan mengalami dampaknya, tetapi juga bisa menular pada pasangan. Lantas, bagaimana cara terbaik untuk menjaga kebersihan dan kesehatan organ reproduksi dengan benar? Berikut pembahasannya!

Baca juga: 3 Penyakit Kulit yang Bisa Menyerang Alat Kelamin

Menjaga Kebersihan Alat Kelamin untuk Pria

Salah satu cara agar alat kelamin tetap sehat adalah dengan menjaga bagian tersebut tetap bersih dan kering. Pada pria, caranya adalah dengan selalu membersihkan kulit di daerah kelamin, terutama setelah berenang, mandi, ataupun berkeringat. Itu penting dilakukan untuk menghindari penyebaran infeksi. Bila kamu ingin menggunakan sabun, pilihlah sabun yang ringan atau tidak mengandung pewangi untuk mengurangi risiko iritasi kulit. Hindari juga menggunakan bedak pada Mr.P, karena dapat menyebabkan iritasi.

Selain itu, agar kebersihan dan kesehatan alat kelamin tetap terjaga, pastikan juga untuk selalu mengganti celana dalam dengan rutin. Ini penting dilakukan untuk menghindari infeksi, iritasi, serta bau yang menyengat. Selain itu, pilih pakaian dalam yang terbuat dari kain terbaik. Pakaian dalam dengan kain katun adalah pilihan terbaik agar alat kelamin bisa “bernapas” dan bisa menunjang aktivitas harian dengan baik.

Membersihkan alat kelamin juga harus dilakukan setiap habis melakukan hubungan intim agar organ tersebut tetap sehat. Selain itu, hindari juga aktivitas seksual yang bersifat ekstrem, untuk menghindari Mr. P mengalami gangguan yang tidak diinginkan. Jangan lupa juga untuk selalu menggunakan pengaman alias kondom agar terhindar dari risiko penularan penyakit seksual.

Baca juga: Ini Alasan Kenapa Area Kelamin Harus Dibersihkan Sehabis Berkemih

Menjaga Kebersihan Alat Kelamin untuk Wanita

Pada wanita, menjaga alat kelamin tetap kering adalah hal yang perlu dilakukan untuk menghindari perkembangbiakan bakteri di Miss. V. Pasalnya, area intim cenderung mudah mengalami basah karena berbagai alasan, termasuk berkeringat dan keputihan.

Miss V yang dibiarkan basah bisa memicu bakteri dan jamur berkembang biak dan menyebabkan bau tidak sedap pada area reproduksi. Jika mengalami kondisi ini, pastikan untuk mengganti pakaian dalam secara rutin agar terhindar dari infeksi bakteri pemicu penyakit.

Saat sedang datang bulan alias menstruasi, pastikan juga untuk rutin mengganti pembalut setidaknya 5–7 jam sekali. Sebab, pembalut yang tidak diganti dan dipakai dalam jangka waktu lama bisa memicu ruam, bau tidak sedap, dan meningkatkan risiko infeksi.

Pastikan juga untuk selalu membersihkan area kewanitaan setelah melakukan hubungan intim dengan pasangan. Sebab saat melakukan aktivitas seksual, cairan tubuh dan partikel dari kondom bisa meningkatkan risiko infeksi pada Miss V. Agar terhindar dari hal yang tidak diinginkan, selalu bersihkan area intim dengan sabun yang ringan dan air bersih. Jangan lupa untuk selalu membasuh dan mengeringkan Miss V, sehingga infeksi bakteri tidak terjadi.

Baca juga: Inilah 6 Cara yang Tepat Jaga Kebersihan Miss V

Jika mengalami gangguan pada organ reproduksi dan butuh saran dokter, pakai aplikasi Halodoc saja. Kamu bisa dengan mudah menghubungi dokter melalui Video/Voice Call dan Chat kapan dan di mana saja tanpa perlu ke luar rumah. Dapatkan informasi seputar kesehatan dan tips hidup sehat dari dokter terpercaya. Yuk, download Halodoc sekarang di App Store dan Google Play!

Referensi:
NHS. Diakses pada 2020. How to keep a penis clean.
Medical News Today. Diakses pada 2020. Should you clean your vagina?.