As-salam artinya allah subhanahu wa ta'ala maha pemberi

Mengimani Allah sebagai As-Salam merupakan bagian integral dari tauhid rububiyyah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu al-asma’ al-husna (nama terbaik) Allah SWT adalah As-Salam, Maha Pemberi Kesejahteraan. Makna kata As-Salam, secara bahasa, dapat dilihat dua perspektif, yaitu dari segi dzat, sifat dan perbuatan Allah, dan dari segi manusia atau makhluk-Nya.

Dari segi dzat, sifat, dan perbuatanNya, As-Salam berarti terbebas dari segala kekurangan, cacat, dan keburukan. Sedangkan dari perspektif manusia atau makhlukNya, As-Salam itu berarti Maha Pemberi Keselamatan, Kesejahteraan, dan Kedamaian.

Sebagai makhluk-Nya, manusia diciptakan dengan fitrah yang cenderung mencintai keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan lahir dan batin. Maka, meneladani As-Salam, berarti mengaktualisasikan nilai kesejahteraan, keselamatan, dan perdamaian dalam kehidupan.

Setiap Mukmin harus meyakini bahwa sumber segala perdamaian, keselamatan, dan kesejahteraan adalah Allah, As-Salam. Mengimani Allah sebagai sumber As-Salam merupakan bagian integral dari tauhid rububiyyah. Tauhid ini penting diaktualisasikan karena tidak jarang konflik bersenjata sesama Muslim, seperti yang terjadi di Suriah, Irak, Yaman, Afganistan, dan lainnya, sama-sama memekikkan Allahu Akbar. Ironis.

Oleh karena itu, pesan dan teladan As-Salam perlu dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai manifestasi dari As-Salam, semua ciptaan Allah itu seimbang, sempurna, tidak mengandung cacat dan cela sedikit pun, dan tidak ada yang sia-sia, sehingga Mukmin yang mengimani-Nya harus bertasbih, memahasucikan-Nya dari segala kekurangan dan keburukan.

Allah SWT menyerukan jalan keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan, karena jalan inilah yang mengantarkan ke surga, kampung akhirat yang penuh kedamaian dan kesejahteraan. Seruan menempuh jalan kedamaian dan kesejahteraan itu harus diikuti dengan menempuh jalan Islam.

“Dan Allah menyeru (manusia) ke Darus-salam (surga), dan memberikan petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus (Islam)," (Qs Yunus [10]: 25).

Jalan keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan itu merupakan pilihan yang petunjuk jalannya telah diberikan Allah dengan syariat-Nya. Syariat Islam sejatinya adalah peta jalan (road map) yang mengantarkan ke surga Allah, Darus-salam.

Dengan menerjemahkan As-Salam dalam kehidupan, tauhid As-Salam dapat menghadirkan budaya keamanan, kedamaian, ketenteraman, kesejahteraan, dan kerukunan. Oleh sebab itu, aktualisasi sifat As-Salam dapat diwujudkan dengan mengamalkan pesan Nabi Muhammad SAW, “Wahai umat manusia, tebarkanlah salam (jalan kedamaian, keselamatan, dan kesejahteraan), berilah makan (kepada orang yang membutuhkan), jalinlah tali silaturrahim, dan shalat malamlah saat mayoritas manusia tidur lelap, niscaya kalian semua akan masuk surga dengan selamat dan penuh kedamaian,” (HR al-Turmudzi, Ibn Majah, Ahmad, al-Darimi, dan al-Hakim).

Jadi, esensi Islam itu adalah subul As-Salam (jalan keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan) yang berasal dari Allah, yang diyakini dapat mengantarkan Mukmin ke surga-Nya, Dar As-Salam (kampung akhirat yang penuh keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan abadi).

-----

Muhbib Abdul Wahab, Dosen Pascasarjana FITK UIN Syarif Hidayatullah dan Sekretaris LP2 PP Muhammadiyah.

Sumber: Majalah SM Edisi 10 Tahun 2017

https://www.suaramuhammadiyah.id/2020/11/04/as-salam-allah-maha-memberi-kesejahteraan/

sumber : Suara Muhammadiyah

Nama Allah, As Salam ( السلام ) dibaca As Salam termasuk Al-Asma`ul Husna, firman Allah :

  • Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, raja, yang maha suci, yang maha sejahtera,yang maha memelihara,yang maha mengaruniakan keamanan, yang maha perkasa,yang maha kuasa,yang memiliki segala keagungan, yang maha suci Allah dari yang mereka persaekutukan.(Al-Hasyr [59]: 23)

Hadits Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wasalam

Baca Juga : Al Quddus Artinya

Nama ini juga tersebut dalam sebuah hadits Nabi Muhammad dari sahabat Tsauban :
كَانَ رَسُولُ اللهِ n إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلاَتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلاَثًا وَقَالَ: اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. قَالَ الْوَلِيدُ: فَقُلْتُ لِلْأَوْزَاعِي: كَيْفَ الْاِسْتِغْفَارُ؟ قَالَ: تَقُولُ: أَسْتَغْفِرُ اللهَ، أَسْتَغْفِرُ اللهَ.

Dahulu Rasulullah SAW jika selesai dari shalatnya beristighfar tiga kali dan mengucapkan, “Ya Allah, Engkau-lah as-Salam dan dari-Mu-lah keselamatan. Mahabesar Engkau, wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan!”
Al-Walid (salah satu perawi hadits ini) bertanya kepada al-Auza’i (gurunya), “Bagaimanakah cara beristighfar?” Ia berkata, “Engkau mengucapkan, ‘Astaghfirullah, astaghfirullah! (Aku mohon ampun kepada Allah, aku mohon ampun kepada Allah l!)’.” (Sahih, HR. Muslim)

Nama Allah, Assallamu bermakna bermakna bahwa segala sesuatu yang buruk maupun tercela tidak ada pada-Nya. Demikian pula, Dialah yang memiliki seluruh kesejahteraan dan keselamatan dalam segala bentuknya. Kepada makhluk, asma ini juga memiliki makna bahwa hanya dari Dialah keselamatan dan kesejahteraan dan hanya Dialah yang bisa menyelamatkan dan menghindarkan makhluk dari segala sesuatu yang buruk maupun bencana.

Baca Juga : Yaumul Mahsyar

Apa yang bersumber dari-Nya pasti akan membawa kesejahteraan dan keselamatan. Dengan demikian, karena segala sesuatu bersumber dari-Nya, maka pada dasarnya “keburukan” itu tidak ada. Manusialah yang menyebut “buruk” pada sesuatu karena hal itu tidak disukainya, meski pada hakikatnya itu adalah jalan menuju keselamatan.

As-Salam adalah sumber kesejahteraan hidup, Allah telah menebarkan benih-benih kesejahteraan, Allah telah memberikan jalan keselamatan, Allah telah memberikan naluri untuk menepuh jalan keselamatan.
Ibnu Qutaibah mengatakan, “Dia menamai Diri-Nya dengan as-Salam karena Dia selamat dan bebas dari aib, kekurangan, kehancuran, serta kematian yang mengenai makhluk-Nya.” (Gharibul Qur’an)

Al-Khaththabi mengatakan, “As-Salam adalah sifat Allah, yaitu yang selamat dari segala aib, serta bebas dari segala kejelekan dan kekurangan yang dapat menimpa makhluk.” (Sya’nud Du’a).

Ibnu Katsir mengatakan ketika menjelaskan ayat di atas, “As-Salam yakni yang selamat dari segala cacat dan kekurangan karena kesempurnaan-Nya dalam Dzat, sifat, dan perbuatan-Nya.” As-Sa’di mengatakan, “Al-Quddus, as-Salam yakni yang diagungkan, yang suci dari seluruh kekurangan dan keserupaan makhluk terhadap-Nya, serta yang suci dari siapa pun yang akan mendekati atau menyamainya pada salah satu sisi kesempurnaan-Nya.”

Jadi, nama Allah al-Quddus dan as-Salam berarti kesucian Allah dari kekurangan pada segala sisi. Keduanya mengandung kesempurnaan yang paripurna dari segala sisi karena jika kekurangan itu tidak ada, berarti tetaplah kesempurnaan seluruhnya.

Dengan demikian, Dialah yang Mahasuci, Mahabesar, yang suci dari segala kejelekan serta yang terbebas dari penyerupaan dengan makhluk, kekurangan, dan segala yang bertolak belakang dengan kesempurnaan-Nya. Inilah patokan tentang apa yang Allah l suci darinya.

Baca Juga : Yaumul Hisab Adalah

Ia suci dari segala kekurangan dari sisi mana pun. Ia suci dan agung dari adanya penyerupaan, tandingan, atau lawan bagi-Nya. Ia suci pula dari kekurangan dalam hal sifat-sifat-Nya yang merupakan sifat yang paling sempurna, paling agung, dan paling luas.

Di antara kesempurnaan penyucian-Nya adalah penetapan sifat kesombongan dan keagungan bagi-Nya karena penyucian tersebut dimaksudkan untuk hal yang lain.

Penetapan sifat kesombongan dan keagungan bagi Allah dimaksudkan untuk menjaga kesempurnaan-Nya dari berbagai sangkaan yang jelek, semacam sangkaan jahiliah yang mengalamatkan kepada diri-Nya sangkaan-sangkaan jelek yang tidak pantas bagi kebesaran-Nya.

Jika seorang hamba mengucapkan pujian kepada Allah , “Subhanallah” (Mahasuci Allah), “Taqaddasallah” (Mahasuci Allah), atau “Ta’alallah” (Mahatinggi Allah) berarti dia sedang memuji-Nya dengan kesucian-Nya dari segala kekurangan, dengan segala kesempurnaan. (Tafsir Asma’illah)

Di antara ke 99 al-Asma’ul Husna satu diantaranya adalah as-Salam (السَّلامُ) yang bermakna kurang lebih Akar katanya adalah salima, yang maknanya berkisar pada keselamatan, kesejahteraan, kedamaian, serta keterhindaran dari segala sesuatu yang buruk maupun tercela.

Asma ini bermakna bahwa segala sesuatu yang buruk maupun tercela tidak ada pada-Nya. Demikian pula, Dialah yang memiliki seluruh kesejahteraan dan keselamatan dalam segala bentuknya. Kepada makhluk, asma ini juga memiliki makna bahwa hanya dari Dialah keselamatan dan kesejahteraan dan hanya Dialah yang bisa menyelamatkan dan menghindarkan makhluk dari segala sesuatu yang buruk maupun bencana.

Apa yang bersumber dari-Nya pasti akan membawa kesejahteraan dan keselamatan. Dengan demikian, karena segala sesuatu bersumber dari-Nya, maka pada dasarnya “keburukan” itu tidak ada. Manusialah yang menyebut “buruk” pada sesuatu karena hal itu tidak disukainya, meski pada hakikatnya itu adalah jalan menuju keselamatan.

As-Salam adalah sumber kesejahteraan hidup, Allah telah menebarkan benih-benih kesejahteraan, Allah telah memberikan jalan keselamatan, Allah telah memberikan naluri untuk menepuh jalan keselamatan.

Baca Juga : Yaumul Jaza Adalah

Kesejahteraan dan keselamatan adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan, hidup yang sempurna adalah hidup yang sejahtera dan selamat, bahagia di dunia dan selamat di akhirat. Tauladan As-Salam Orang yang telah menemukan makna “As-Salam”, menauladani, dan mendapatkan kekuatan dari As-Salam, maka dia disebut ABDUS SALAM, hamba yang Maha Selamat dan Sejahtera.

Dia adalah orang yang hidup sejahtera dan bahagia, sukses dan selamat baik didalam kehidupan dunia maupun kehidupan Akhirat.