Apa yang dimaksud dengan menstruasi brainly

Meskipun fase menstruasi telah dilalui setiap bulannya, namun masih banyak yang belum mengetahui apa saja yang terjadi dari masing-masing fase siklus haid tersebut. Padahal dengan memahami hal ini, maka Anda akan bisa memaklumi apa yang sedang dialami oleh tubuh dan mempersiapkan siasat untuk menghadapinya. Tidak hanya bagi para wanita, pria pun disarankan mengerti siklus menstruasi agar dapat memberikan pengertian dan membantu pasangannya dalam melalui fase-fase tersebut.

Ada 4 fase menstruasi dan masing-masing fase memiliki keunikan tersendiri. Masing-masing fase siklus menstruasi akan memberikan efek fisik dan emosional yang berbeda pada diri wanita. Jadi, jangan kaget kalau suasana perasaan seorang wanita akan mudah berubah, bahkan kondisi fisikpun juga demikian.

Iklan dari HonestDocs

Gratis Ongkir Seluruh Indonesia ✔️ Bisa COD ✔️ GRATIS Konsultasi Apoteker ✔️

Apa yang dimaksud dengan menstruasi brainly

Penjelasan masing-masing fase menstruasi

Berikut 4 fase siklus menstruasi yang dimaksud:

  1. Fase menstruasi atau pendarahan (hari 1 sampai 5)
  2. Fase folikular (hari 1 sampai 13)
  3. Fase ovulasi (hari 14)
  4. Fase luteal (hari 15-28)
Apa yang dimaksud dengan menstruasi brainly

2. Fase folikular

Ini disebut fase folikuler karena kelenjar pituitari (hipofisia) melepaskan hormon yang disebut Follicle Stimulating Hormone (FSH). Hormon inilah yang merangsang folikel dalam ovarium untuk tumbuh menjadi dewasa (matang).

Fase ini juga dimulai dari hari pertama menstruasi, tetapi berlangsung sampai hari ke-13 dari siklus menstruasi. Peristiwa berikut terjadi selama fase ini:

  • Kelenjar hipofisis di otak mengeluarkan hormon FSH yang merangsang sel-sel telur dalam ovarium untuk tumbuh.
  • Salah satu sel telur mulai masak di dalam struktur yang disebut folikel (kantung). Dibutuhkan 13 hari bagi sel telur untuk mencapai kematangan.
  • Ketika sel telur matang, folikel mengeluarkan hormon yang merangsang rahim untuk membentuk lapisan pembuluh darah dan jaringan lunak yang baru disebut endometrium. Ini merupakan langkah untuk pemulihan dari fase menstruasi yang pertama.

Selain itu, hormon estrogen dan testosteron mulai meningkat selama fase ini. Hal ini akan memberikan dorongan energi dan meningkatkan mood wanita. Anda bahkan mungkin merasa lebih tegas dan berani mengambil risiko.

Testosteron bertugas untuk merangsang libido, sedangkan estrogen membuat wanita merasa lebih terbuka dan menekan nafsu makannya.

3. Fase ovulasi

Ovulasi adalah puncak dari semua kerja keras tubuh selama fase menstruasi sebelumnya. Atas perintah otak melalui produksi hormon LH (luteinizing hormone), sel telur yang sudah matang akan dilepaskan dari folikel di ovarium ke saluran tuba (tuba fallopi) dan akan bertahan selama 12-24 jam.

Kejadian ini terjadi pada hari ke-14 dari siklus, sel telur yang dilepaskan tersapu ke tuba falopi oleh silia fimbriae. Fimbriae adalah struktur berbentuk seperti jari-jari yang terletak di ujung tuba falopi dekat dengan ovarium. Sedangkan silia merupakan rambut getar yang halus, berfungsi untuk mengantarkan sel telur menuju rahim.

Iklan dari HonestDocs

Gratis Ongkir Seluruh Indonesia ✔️ Bisa COD ✔️ GRATIS Konsultasi Apoteker ✔️

Apa yang dimaksud dengan menstruasi brainly

Pada fase ini, produksi hormon estrogen dan testosteron mencapai puncaknya, sehingga meningkatkan efek dari fase folikular. Anda mungkin merasa terlihat lebih baik dan percaya diri sehingga akan lebih mudah untuk mengendalikan pikiran dan perasaan. Bahkan, gairah seks Anda sedang berada di puncak tertinggi, lho!

4. Fase luteal

Disebut fase luteal karena pada fase menstruasi ini terbentuk korpus luteum, yaitu bekas folikel setelah ditinggal sel telur. Korpus luteum menghasilkan hormon progesteron.

Fase luteal adalah fase menstruasi yang terkahir. Fase luteal dimulai pada hari ke-15 dan berlangsung sampai akhir siklus menstruasi.

Peristiwa berikut terjadi selama fase luteal:

  • Sel telur yang dilepaskan selama fase ovulasi akan tetap berada di tuba falopi selama 24 jam.
  • Jika sel sperma tidak membuahi sel telur dalam waktu tersebut, sel telur akan hancur.
  • Hormon progesteron yang membuat rahim mempertahankan endometrium akan habis pada akhir siklus menstruasi. Hal ini menyebabkan dimulainya kembali fase siklus menstruasi berikutnya.

Pada fase luteal, produksi hormon estrogen dan testosteron akan menurun dan sebagai gantinya tubuh mulai memproduksi progesteron. Hormon progesteron adalah hormon anti-kecemasan alami, sehingga Anda berada pada suasana perasaan yang 'stabil' setelah 'menggebu-gebu' pada fase ovulasi.

Meski demikian, beberapa wanita juga bisa merasakan gejala PMS seperti keinginan makan makanan berkarbohidrat tinggi, perut kembung, sakit kepala, kecemasan dan kemurungan. Tak lama lagi dari gejala-gejala ini, maka datanglah menstruasi berikutnya.

Baca Juga: Tanda-Tanda Menstruasi Akan Segera Datang

Apa saja hormon yang memengaruhi siklus menstruasi?

Siklus menstruasi tidak hanya sekadar mengeluarkan darah setiap bulan, lalu kembali menunggu haid datang bulan depan. Di balik itu semua, siklus menstruasi terjadi dengan sangat kompleks dan dikendalikan oleh banyak kelenjar.

Setiap kelenjar juga menghasilkan hormon yang berbeda-beda pada saat siklus haid berlangsung. Struktur otak bernama hipotalamus bertugas untuk merangsang kelenjar pituitari yang mendorong ovarium menghasilkan berbagai hormon seks wanita.

Setidaknya ada 4 hormon penting yang memengaruhi keberjalanan siklus menstruasi Anda setiap bulannya, yaitu:

1. FSH

Semua hormon yang diproduksi oleh tubuh berasal dari hipotalamus. Hipotalamus adalah bagian kecil pada pusat otak, bertindak sebagai "kelenjar master" yang mengendalikan banyak fungsi vital dalam tubuh.

Nah, siklus haid dimulai ketika hipotalamus merangsang kelenjar endokrin untuk memproduksi banyak hormon, salah satunya gonadotropin-releasing hormone (GnRH). Hormon GnRH ini merangsang kelenjar pituitari untuk memproduksi banyak follicle stimulating hormone (FSH) dan menurunkan jumlah hormon LH.

FSH adalah hormon yang bertanggung jawab untuk merangsang perkembangan folikel (kantung kecil) menjadi sel telur yang matang. Sel telur inilah yang nantinya dipersiapkan menjelang masa subur.

2. Estrogen

Selama folikel berkembang dan menjadi matang, pada saat yang bersamaan memproduksi hormon estrogen. Hormon ini berperan penting untuk memberitahukan otak bahwa sel telur telah matang.

Setelah itu, hormon estrogen akan mengirimkan sinyal pada kelenjar pituitari untuk berhenti memproduksi FSH dan mulai memproduksi banyak luteinizing hormon atau hormon LH - kebalikan dari yang tadi. Jika tidak terjadi pembuahan, hormon estrogen akan menurun tajam dan terjadilah menstruasi.

Namun jika sel telur berhasil dibuahi sel sperma, maka estrogen akan bekerja bersama dengan progesteron untuk menghentikan ovulasi selama kehamilan. Hal inilah yang membuat Anda tidak menstruasi saat hamil.

3. LH

Luteinizing hormon atau LH adalah hormon yang bertugas untuk memicu terjadinya ovulasi atau pelepasan sel telur dari ovarium. Folikel sel telur yang sudah dilepaskan akan berubah menjadi korpus luteum atau folikel kosong.

4. Progesteron

Setelah terjadinya ovulasi, folikel kosong atau korpus luteum akan melepaskan hormon progesteron. Hormon progesteron adalah hormon yang membantu mempersiapkan lapisan rahim untuk berjaga-jaga jika nantinya terjadi pembuahan (kehamilan).

Namun, jika tidak ada kehamilan, maka kadar progesteron akan kembali menurun dan menyebabkan dinding rahim Anda meluruh. Proses inilah yang disebut dengan menstruasi atau haid.

Ciri-ciri siklus menstruasi tidak normal

Kalau diperhatikan, panjang siklus dan lama menstruasi antara Anda dan teman Anda, atau bahkan dengan saudara kandung perempuan Anda sendiri pun, bisa jadi berbeda. Anda mungkin memiliki siklus haid 28 hari, namun teman Anda bisa sampai 35 hari.

Tidak perlu khawatir jika panjang siklus haid Anda tidak sama seperti saudara kandung atau teman Anda, karena memang siklus menstruasi setiap wanita berbeda-beda.

Melansir dari Everyday Health, siklus menstruasi normal rata-rata terjadi setiap 21-35 hari. Sedangkan lama menstruasi yang normal berlangsung sekitar 3-7 hari.

Bila panjang siklus dan lama menstruasi Anda kurang atau melebihi waktu tersebut, bisa jadi ini pertanda bahwa siklus menstruasi Anda tidak normal.

Ciri-ciri siklus menstruasi tidak normal adalah:

  • Siklus haid kurang dari 21 hari atau lebih dari 35 hari
  • Lama menstruasi lebih dari 8-10 hari.
  • Terdapat gumpalan darah dengan diameter lebih dari 2,5 cm
  • Tidak menstruasi selama beberapa bulan yang bukan karena kehamilan

Baca Selanjutnya: Arti Tekstur dan Warna Darah Menstruasi

Untuk mengetahui normal atau tidaknya siklus menstruasi Anda, sebaiknya selalu catat panjang siklus dan jumlah hari haid Anda. Catat selama minimal 3 bulan, kemudian hitung rata-ratanya minimal 3 bulan. 

Jika panjang siklus haid lebih dari 35 hari atau lama menstruasi lebih dari 10 hari, lalu masalah ini terjadi selama berbulan-bulan, segera konsultasikan ke dokter.

Cara menghitung siklus haid

Cara menghitung siklus haid dimulai dari hari pertama darah menstruasi Anda keluar di bulan ini. Bercak cokelat atau flek yang biasanya muncul beberapa hari menjelang haid tidak termasuk ke dalam siklus haid Anda, ya!

Contohnya begini: Misalnya saja, hari pertama menstruasi Anda di bulan ini jatuh pada tanggal 12 Mei. Jangan lupa tandai di kalender. Tunggulah sampai menstruasi Anda berakhir, lalu jangan lupa kembali tandai kalender Anda.

Ketika bulan depan Anda haid lagi, jangan lupa catat kembali tanggalnya. Misalnya Anda haid pada tanggal 10 Juni, maka inilah awal siklus haid Anda yang baru.

Setelah itu, hitung rentang waktu antara hari pertama menstruasi sebelumnya (12 Mei) sampai satu hari sebelum menstruasi Anda bulan berikutnya (tanggal 9 Juni). Jangan hitung sampai tanggal 10 Juni karena pada hari itu, Anda sudah menstruasi lagi. Hal ini sudah terhitung ke dalam siklus haid selanjutnya.

Setelah dihitung, dari tanggal 12 Mei sampai 10 Juni ada 29 hari. Nah, inilah panjang siklus haid Anda, yaitu per 29 hari sekali.

Baca Juga: 11 Penyebab Menstruasi Lama Tak Kunjung Berhenti

Artikel ini hanya sebagai informasi kesehatan, bukan diagnosis medis. HonestDocs menyarankan Anda untuk tetap melakukan konsultasi langsung dengan dokter yang ahli dibidangnya.

Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?
(1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat)

Terima kasih atas saran dan masukannya! Kami akan meningkatkan kualitas layanan kami agar lebih bermanfaat.