Peristiwa G30S/PKI atau Gerakan 30 September PKI merupakan gerakan pemberontakan yang terjadi pada masa demokrasi terpimpin. Gerakan ini sukses membuat gempar seluruh Indonesia saat itu. Terjadi berpuluh puluh tahun yang lalu, peristiwa pemberontakan G30S/PKI ini masih menyisakan misteri yang tak terpecahkan. Salah satu misteri tersebut adalah Siapa Dalang Dari Peristiwa Tersebut? Banyak ahli baik dari Indonesia maupun luar negeri yang mencoba mengungkapkan misteri siapa dalang pelaku pemberontakan G30S/PKI. Pada artikel ini, kamunya akan menemukan 6 teori yang dikemukakan oleh berbagai pakar tentang siapa dalang atau pelaku utama dari gerakan pemberontakan 30 September PKI. Teori 1: Gerakan 30 September Merupakan Persoalan Internal Angkatan Darat Dikemukakan oleh:Ben Anderson W.F.Wertheim Coen Hotsapel Menyatakan bahwa: Gerakan September terjadi karena adanya persoalan di kalangan Angkatan Darat sendiri. Dasar teori tersebut misalnya: pernyataan yang dikeluarkan oleh pimpinan gerakan Letnan Kolonel Untung ⇒ para pimpinan Angkatan Darat hidup bermewah mewahan dan memperkaya diri sehingga mencemari nama baik Angkatan Darat. Pendapat ini berlawanan dengan kenyataan. Misalnya: Jenderal A.H Nasution, Panglima Angkatan Bersenjata yang ternyata hidup sederhana.Teori 2: Dalang Peristiwa G30S Adalah Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) Dikemukakan oleh Peter Dale Scott dan Geoffrey Robinson.
Teori 3: Gerakan 30 September Merupakan Pertemuan Antara Kepentingan Inggris dan Amerika Serikat Dikemukakan oleh Greg Poulgrain. Pada masa itu, Indonesia sedang melakukan konfrontasi terhadap Malaysia yang mendirikan Federasi Malaysia, suatu negara boneka bentukan Inggris. Inggris ingin sikap konfrontasi yang dilakukan presiden Soekarno itu diakhiri dengan cara menggulingkannya dari tampuk kekuasaan. Keinginan Inggris tersebut sejalan dengan AS yang ingin melenyapkan komunis dari Indonesia. Teori 4: Soekarno Adalah Dalang Gerakan 30 September Dikemukakan oleh :Anthony Dake dan John Hughes.
Namun teori ini punya kelemahan seperti: Tindakan Soekarno yang ternyata menolak mendukung G30S. Dalam sidang Kabinet Dwikora di Bogor, Soekarno mengutuk gerakan ini. Teori 5: Tidak Ada Pemeran Tunggal dan Skenario Besar Dalam Peristiwa Gerakan 30 September (teori chaos) Dikemukakan antara lain oleh: John D Legge Menurut teori ini ⇒ tidak ada dalang dan skenario besar dalam peristiwa G30S. Gerakan ini muncul karena perpaduan antara berbagai hal seperti : Unsur unsur Nekolim (negara barat) Pimpinan PKI yang maruk. Oknum oknum ABRI yang tidak benar. Semuanya pecah dalam improvisasi di lapangan.Teori 6; Dalang Gerakan 30 September Adalah PKI Dikemukakan oleh: Nugroho Notosusanto Ismail Saleh
Semoga informasi ini bermanfaat bagi kamu yang telah berkunjung ke blog saya. Terima kasih. Perpanjangan Masa Edar Vaksin COVID-19 Dekati Kedaluwarsa, Amankah? pada 30 Sep 2015, 22:26 WIB Diperbarui 30 Sep 2015, 22:26 WIB Monumen Pancasila Sakti didirikan untuk mengenang keberhasilan Pancasila dalam membendung paham komunis di Indonesia, Jakarta, Selasa (30/9/2014) (Liputan6.com/Johan Tallo) Liputan6.com, Jakarta - Gerakan 30 September 1965, disingkat sebagai Gestapu atau G30S. Sebuah gerakan yang mengawali babak baru di Indonesia. Babak yang dimulai dari terbunuhnya 6 orang jenderal dan seorang perwira yang dikubur secara tidak manusiawi di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Ada berbagai versi tentang gerakan itu. Hermawan Sulistyo dalam bukunya Palu Arit di Ladang Tebu menyebut ada 5 skenario terkait peristiwa ini. Skenario PKI sebagai dalang, masalah internal Angkatan Darat, Soekarno yang bertanggung jawab, Soeharto dibalik Gestapu, dan jaringan intelijen serta CIA. John Roosa dalam Dalih Pembunuhan Massal menyebut G30S menjadi peristiwa penting hanya karena Soeharto dan para perwira di sekitarnya pada awal Oktober 1965 memutuskan untuk membuat peristiwa itu menjadi penting. Apapun versinya, peristiwa ini menjadi salah satu bagian yang selalu dikenang masyarakat Indonesia. Setidaknya ada 4 tokoh dalam catatan Liputan6.com yang disebut-sebut dalam Gestapu, yakni: Scroll down untuk melanjutkan membaca Gerakan 30 September (Gestapu) merupakan awal goyahnya kekuasaan Soekarno hingga akhirnya lengser. Sebab, Bapak Proklamasi tersebut menolak untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia setelah berhembus kabar 6 orang jenderal dan seorang perwira diculik oleh partai tersebut. Terlebih, Wikipedia menyebut Soekarno belum mampu memberikan sebuah sistem ekonomi yang layak untuk mengangkat warganya dari kemiskinan, meski berhasil menyatukan negara Indonesia yang hampir terpecah. 22 Juni 1966, MPRS menolak pidato pertanggung jawaban Soekarno mengenai sikapnya terhadap peristiwa G30S. Pidato pertanggung jawaban ini ditolak oleh MPRS hingga akhirnya pada 20 Februari 1967 Soekarno menandatangani Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka.Soeharto kemudian resmi ditunjuk sebagai presiden Indonesia setahun kemudian. Soekarno hidup sebagai tahanan rumah sampai kematiannya pada 1970. Scroll down untuk melanjutkan membaca Bertolak belakang dengan nasib Soekarno, Gestapu menjadi pembuka pintu rezim pria yang berjuluk The Smiling General itu. Pada peristiwa Gestapu, Soeharto merupakan satu jenderal yang bernasib baik. Dia gagal menjadi target pembunuhan, sedangkan 6 orang jenderal dan seorang perwira lain diculik dan dibunuh. Walaupun, hal ini juga masih diperdebatkan. Versi resmi sejarah pada masa Orde Baru, sehari setelah Gestapu, Soeharto segera mengamankan Jakarta. Saat Soekarno mulai meredup, 11 Maret 1966, keluar Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang sampai saat ini masih dipertanyakan keasliannya. Surat itu ditandatangani oleh Soekarno dan berisi perintah agar Soeharto yang masih berpangkat Letnan Jenderal mengambil tindakan penjagaan keamanan pemerintahan dan keselamatan pribadi presiden.Setelah Soekarno lengser, pada 1968, MPRS resmi menunjuk Soeharto sebagai Presiden Indonesia. Dia terus berkuasa hingga dilengserkan rakyat pada 1998. Scroll down untuk melanjutkan membaca Dipa Nusantara Aidit yang lebih dikenal dengan DN Aidit, lahir di Tanjung Pandan, Belitung, 30 Juli 1923. Di bawah kepemimpinannya, PKI menjadi partai komunis ketiga terbesar di dunia, setelah Uni Soviet dan RRC. Dia lah yang mengembangkan sejumlah kelompok masyarakat, seperti Pemuda Rakyat, Gerwani, Barisan Tani Indonesia (BTI) dan Lekra. Namun, gerakan PKI ini dinilai semakin berani. Pada 30 September 1965 terjadilah tragedi nasional yang dimulai di Jakarta dengan diculik dan dibunuhnya 6 orang jenderal dan seorang perwira. Versi Pemerintah Orde Baru, gerakan ini dimotori oleh PKI. Sebagai pimpinan partai, Aidit dituduh sebagai dalang peristiwa ini. Tuduhan tersebut belum sempat dibuktikan karena Aidit tewas dalam pengejaran oleh militer ketika melarikan diri ke Yogyakarta. Dia dibunuh oleh militer di sana. Scroll down untuk melanjutkan membaca Letkol Untung Sutopo bin Syamsuri, tokoh kunci Gerakan 30 September 1965. Dia merupakan salah satu biang keladi gerakan itu menurut versi AD, seperti yang Liputan6.com kutip dari buku Palu Arit di Ladang Tebu milik Hermawan Sulistyo. Dia memimpin pasukan untuk menculik 7 jenderal. Namun, gerakan Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan Resimen Tjakrabirawa Letkol Untung Syamsuri itu hanya bertahan 24 jam. Untung mengaku hanya ingin menculik dan menghadapkan 7 jenderal ke Soekarno. Namun, Soekarno marah dan meminta gerakan tersebut dihentikan. Pada kondisi itu, Untung tidak memiliki rencana cadangan. Dia justru membubarkan pasukannya dan lari. Untung berpindah-pindah selama 10 hari di Jakarta. Lalu dia naik bus, mencoba lari ke Kebumen, kampung halamannya. Baru sampai Tegal, ada pos pemeriksaan. Takut, Untung malah turun dari bus. Dia disangka copet dan dipukuli massa. Setelah itu Untung diserahkan pada polisi militer yang membawanya ke Jakarta. Untung diadili dan ditembak mati. (Bob/Ron) Lanjutkan Membaca ↓ |