Tidur tapi otak masih bekerja

KOMPAS.com- Tidur menjadi kebutuhan penting untuk menyeimbangkan metabolisme di tubuh setelah seharian beraktifitas. Saat tertidur lelap, apa yang terjadi dengan otak kita? Apakah juga ikut tidur?

John Peever menjelaskan bahwa tidur sangat berguna untuk memulihkan kesegaran tubuh dan pikiran. Direktur Laboratorium Biologi Sistem Saraf di Universitas Toronto tersebut juga berpendapat, tidur mampu membersihkan memori-memori buruk di otak, dan memaksimalkan daya ingat saat belajar.

Bahkan, Peever menyebut, tidur baik untuk meningkatkan nafsu makan, suasana hati, serta libido.

Berdasar penelitian, di dalam otak kita terdapat dua variasi gelombang tidur yaitu, gelombang pelan atau sering disebut tidur lelap (SWS: Sleep-slow-wave sleep). Kemudian, yang kedua tidur bermimpi atau Rapid Eye Movement (REM).

Dikutip dari Scientific America, Selasa (1/9/2015), rata-rata, kita tidur dengan tipe terlelap atau SWS. Ini ditandai dengan gelombang otak yang besar dan lamban, otot yang rileks dan pelan, pernapasan dalam yang dapat membantu otak dan tubuh pulih kembali setelah seharian beraktifitas.

Baca Juga: Mengapa Kita Jangan Sampai Membangunkan Anjing yang Tidur?

Di saat tertidur dalam kondisi SWS, otak ternyata tidak otomatis berhenti bekerja. Otak hanya akan beristirahat. Sebaliknya, tidur yang diatur akan membuat otak "tidur" dalam tahap tertentu.

Secara teknis, rasa ingin tidur berawal dari bagian otak yang memproduksi SWS. Menurut para peneliti, SWS ini terjadi karena aktivitas dua kelompok sel yaitu; nukleus preoptik ventrolateral di hipotalamus dan zona "parafacial" di batang otak.

Kedua kelompok sel tersebut bisa memicu hilangnya kesadaran seseorang apabila terpicu suatu rangsangan. Setelah tertidur lelap, proses tidur bermimpi atau REM menyusul.

Peneliti menemukan hal yang menarik saat orang dalam kondisi bermimpi alias REM. Mereka mengatakan bahwa saat orang bermimpi, aktivitas otak sangat tinggi namun otot tubuh mulai melemah atau lemas.

Pernafasan serta detak jantung menjadi tidak beraturan saat bermimpi. Hal ini masih menjadi misteri bagi para ahli biokimia dan neurobiologi untuk mencari tujuan dari mimpi itu sendiri.

Selama ini, peneliti mengetahui bahwa terdapat kelompok sel di batang otak, yang disebut subcoeruleus nucleus atau inti subkoreulus yang mengendalikan mimpi. Apabila sel-sel tersebut mengalami masalah, orang tidak mengalami gejala fisik seperti digambarkan saat bermimpi. Saat itulah orang merasa mimpinya tidak tuntas atau berhenti begitu saja.

Baca Juga: Sains Ungkap Dampak Kurang Tidur pada Otak dan Mental

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Liputan6.com, Jakarta - Pada umumnya, orang-orang tahu bahwa dalam satu hari ada 24 jam dan 60 menit.  Sewajarnya, manusia memanfaatkan sepertiga waktu ini untuk tidur.

Di satu sisi, mereka yang terlalu ambisius selalu bertanya-tanya: Apakah mungkin kita bisa memanfaatkan waktu ini dan mempelajari keterampilan baru atau bahkan sebuah bahasa? Dengan kata lain, apakah pembelajaran saat tidur (sleep learning) bisa otomatis terjadi?

Jawabannya adalah "ya" dan "tidak", tergantung pada apa yang kita maksud dengan "belajar" (learning).

  • Selain Tidur, 4 Kebiasaan Ini Disarankan Jangan Dilakukan Usai Makan
  • Ini 5 Hal yang Terjadi pada Tubuh Jika Tak Tidur Selama Satu Hari
  • 5 Jurus Jitu Agar Anda Tertidur dalam 10, 60, dan 120 Detik

Menyerap informasi kompleks atau mengambil keterampilan baru dari awal dengan mendengarkan rekaman audio saat tidur, hampir pasti mustahil. Tetapi penelitian menunjukkan bahwa ketika kita tidur, otak tidak menganggur (masih tetap bekerja) dan beberapa bentuk pembelajaran dapat terjadi.

Sleep learning: dari tipuan hingga ke sains

Konsep sleep learning, atau hypnopedia, memiliki sejarah panjang. Studi pertama yang menunjukkan tentang sebuah memori dan manfaat pembelajaran dari tidur, diterbitkan pada tahun 1914 oleh psikolog Jerman, Rosa Heine.

Dia menemukan bahwa mempelajari materi baru di malam hari sebelum tidur menghasilkan ingatan yang lebih baik dibandingkan dengan belajar di siang hari.

Berkat banyak penelitian yang dilakukan sejak saat itu, kita sekarang tahu bahwa tidur sangat penting untuk membentuk ingatan jangka panjang dari apa yang telah kita temui pada siang hari.

Otak yang tidur memutar ulang pengalaman yang dialami kita pada hari itu, kemudian menstabilkannya dengan memindahkannya dari hippocampus --tempat pertama kali ingatan terbentuk-- ke area-area di seluruh otak.

Mengingat begitu banyak yang terjadi pada ingatan selama tidur, lantas apakah ingatan itu dapat diubah, ditingkatkan atau bahkan dibentuk lagi?

Tidur tapi otak masih bekerja

Salah satu pendekatan populer untuk mempelajari sleep learning adalah Psycho-phone, perangkat yang cukup tenar pada tahun 1930-an. Alat ini memberikan pesan motivasi untuk kita saat tidur, seperti "Aku memancarkan kasih sayang," yang seharusnya membantu kita dalam menyerap ide-ide di alam bawah sadar dan bangun dengan kepercayaan diri yang besar.

Pada awalnya, penelitian ini tampak mendukung gagasan di balik perangkat seperti Psycho-phone. Beberapa studi awal menemukan bahwa orang-orang mempelajari materi yang mereka temui selama tidur. Tetapi temuan itu dibantah pada 1950-an, ketika para ilmuwan mulai menggunakan EEG (elektroensefalografi) untuk memantau gelombang otak saat kita tidur.

Periset menemukan bahwa jika pembelajaran telah terjadi, itu dikarenakan rangsangan (stimuli) telah membangunkan saraf-saraf lain di dalam tubuh. Tetapi dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah studi mengungkapkan bahwa otak mungkin tidak bekerja dengan penuh selama kita tidur.

Temuan ini menunjukkan bahwa saat tidur, otak masih tetap menyerap informasi dan bahkan membentuk ingatan baru. Namun memori tersebut bersifat implisit. Dengan kata lain, bentuk pembelajaran ini sangat mendasar, jauh lebih sederhana daripada apa yang harus dicapai otak ketika kita ingin belajar bahasa Jerman atau mekanika kuantum.

"Selama beberapa dekade, literatur ilmiah mengatakan sleep learning tidak mungkin terjadi," kata Thomas Andrillon, seorang ahli saraf di Monash University, Melbourne, Australia, demikian seperti dikutip dari Live Science, Senin (11/3/2019). "Tetapi orang-orang tidak benar-benar tertarik pada bentuk pembelajaran dasar ini."

Bagi para ilmuwan, penemuan baru-baru ini telah membangkitkan harapan tentang penerapan yang mungkin dilakukan, imbuh Andrillon kepada Live Science. Misalnya, sifat implisit sleep learning membuat fenomena tersebut bermanfaat bagi orang yang ingin melepaskan kebiasaan buruk mereka, seperti merokok, atau membentuk kebiasaan baru yang baik.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Posisi tidur dapat mengungkapkan kepribadian seseorang. Yuk, cari tahu posisi tidur dan temukan kepribadianmu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Apakah otak kita bekerja saat kita tidur?

Ketika sedang tidur, otak kita tetap aktif bekerja untuk mengedit memori di dalam otak. Otak memilih dan memutuskan memori mana yang akan dibuang, dan memori mana yang disimpan. Neuron di dalam otak dan tubuh kita jumlahnya sangat banyak, dan 86 miliar di antaranya saling berkomunikasi melalui sinyal listrik dan kimia.

Kenapa saat tidur pikiran tidak tenang?

Beberapa penyebab yang menyebabkan seseorang mengalami kesulitan untuk tidur, diantaranya stress, kecemasan maupun kegelisahan, depresi, gangguan mental lainnya seperti bipolar, kebiasaan sebelum tidur seperti bermain gadget, laptop, televisi, konsumsi makanan Dan minuman tertentu seperti kopi.

Cara agar pikiran tidak kemana mana saat tidur?

Berikut beberapa cara untuk menenangkan pikiran sebelum tidur yang bisa Anda coba:.
Buat tubuh dan pikiran rileks. ... .
Membuat rutinitas sebelum tidur. ... .
Mandi air hangat. ... .
4. Buat jadwal tidur teratur. ... .
Tulis buku harian. ... .
6. Ciptakan suasana tidur yang nyaman. ... .
7. Rutin berolahraga..

Kenapa susah tidur malam menurut psikologi?

Insomnia dapat disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari kebiasaan mengonsumsi minuman berkafein atau alkohol sebelum tidur hingga masalah psikologis, seperti stres, depresi, dan gangguan cemas. Selain itu, insomnia juga dapat dipicu oleh kondisi medis tertentu, seperti nyeri sendi, dan efek samping obat-obatan.