Siapakah tokoh yang membangkitkan semangat rakyat Surabaya dengan orasinya

tuliskan 10 dosa yang dilakukan oleh otak, apakah harus diperbarui? untuk diperbarui tulis ya atau tidak

potensi industri batik Pekalongan​

kenapa setiap umur seratus kita udah tua berikan pendapat nya

kerajaan-kerajaan hindu dan buddha di indonesia, khususnya yang terletak di wilayah jawa tengah dapat hidup berdampingan dan mempunyai rasa toleransi … tinggi. hal ini terbukti dengan

kerajaan banten tumbuh dan berkembang menjadi bandar dagang yang sangat ramai karena…..

kesultanan aceh mengalami masa ekspansi dan pengaruh terluas pada masa kepemimpinan sultan iskandar muda (1607 - 1636) atau sultan meukuta alam. hal i … ni dibuktikan dengan ...

keselamatan hanya ada pada keyakinan/kepercayaan yang dimilikinya sedangkan agama lain dipandang sesat, sikap yang demikian disebut

lomba jalan cepat diadakan pertama kali pada tahun 1876 di kota

1. Mengapa bangsa Indonesia masih harus beriuang lagi mempertanau kemerdekaannya? --​

jelaskan bagian bagian kalender hijriyah dan masehi​

Bukan tanpa alasan Kota Surabaya mendapat julukan sebagai Kota Pahlawan. Kegigihan perjuangan para pahlawan yang terlibat dalam pertempuran di Surabaya menjadi inspirasi yang mengobarkan semangat perjuangan pejuang-pejuang di berbagai kota di Indonesia. 

Para pahlawan Surabaya yang terlibat dalam pertempuran tersebut berjasa tak hanya bagi kota kelahirannya, tetapi juga untuk Indonesia secara keseluruhan. Saat bertandang ke Surabaya, Anda bisa mengunjungi Tugu Pahlawan untuk mengetahui kisah kepahlawanan mereka.

Namun, jika Anda tak sabar untuk mengetahui siapa saja para pahlawan dalam pertempuran di Surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan, berikut ini adalah tokoh-tokoh berpengaruh yang bisa Anda cari tahu lebih dalam.

1. Bung Tomo

Memanfaatkan radio sebagai alat perjuangan dalam mewujudkan kemerdekaan adalah spesialisasi tokoh yang memiliki nama asli Sutomo ini. Akrab dipanggil Bung Tomo, jurnalis media elektronik ini dikenal punya kemampuan orasi luar biasa yang membuat semangat para pejuang semakin berkobar. Tanpa orasi-orasinya, rasanya sulit membayangkan para pejuang tetap bersemangat saat Belanda memberikan ultimatum untuk menyerahkan Surabaya. “Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!“ adalah salah satu kalimat paling terkenal yang pernah diucapkan oleh Bung Tomo.

2. KH. Mas Mansur

Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, tokoh Empat Serangkai yang terdiri dari Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan KH. Mas Mansur sering disebut-sebut sebagai tokoh sentral pejuang tanpa senjata yang mengawal kemerdekaan Indonesia. Nah, KH. Mas Mansur ternyata merupakan salah satu pejuang Surabaya yang berjuang lewat organisasi dan karya tulisannya. Ia memang tak mengangkat senjata, namun kiprahnya di bidang politik membuat NICA mengincarnya dan membuatnya di penjara hingga meninggal di tahanan.

3. HR. Mohammad Mangoendiprodjo

Lahir di Sragen, Jawa Tengah, HR. Mohammad Mangoendiprodjo dikenal sangat aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan di daerah Jawa Timur, khususnya saat terjadi pertempuran di Surabaya. Perannya dalam mengoordinir pengambilan senjata dari tentara Jepang untuk mempersenjatai Tentara Keamanan Rakyat membuatnya jadi tokoh yang amat diperhitungkan. Bahkan di pertempuran Surabaya, ia memegang kunci penting negosiasi gencatan senjata dengan Brigadir Mallaby.

4. Gubernur Suryo

Sebagai Gubernur pertama Jawa Timur saat terjadinya Pertempuran Surabaya, peran Gubernur Suryo sama pentingnya dengan Mangoendiprodjo sehubungan dengan perjanjian gencatan senjata dengan Brigadir Mallaby. Hal paling diingat mengenai Gubernur Suryo adalah ketegasannya menentang saat Inggris memberikan ultimatum pada Indonesia agar menyerahkan Surabaya setelah kematian Mallaby. Dalam pidatonya lewat RRI, Gubernur Suryo menyatakan bahwa Arek-arek Suroboyo tidak akan pernah menyerah pada ultimatum Inggris dan akan melawan hingga tetes darah penghabisan.

5. Mayjen Sungkono

Dalam Pertempuran Surabaya, Mayjen Sungkono memegang peranan penting sebagai Panglima Angkatan Perang Surabaya. Ia berperan ganda sebagai pemimpin pertempuran yang berani dan penyulut semangat para pejuang hingga mereka tak takut akan persenjataan lengkap dan mutakhir milik tentara Inggris. Meski dengan hanya persenjataan minim hasil rampasan dari tentara Jepang, para pejuang di Surabaya mampu membuat pasukan Inggris kewalahan.

Meski Pertempuran Surabaya berakhir dengan kekalahan jika dilihat dari penguasaan wilayah, tetapi kemenangan Indonesia ada di sisi mentalitas perjuangan bangsa. Daerah-daerah lain yang mengetahui perjuangan Arek-arek Suroboyo yang tak kenal takut pada penjajah mengobarkan semangat yang tak bisa padam di berbagai daerah di Indonesia. Para pejuang Surabaya telah membuktikan bahwa di bawah tekanan macam apapun, kemerdekaan adalah hal yang tidak bisa dikompromikan.

Siapakah tokoh yang membangkitkan semangat rakyat Surabaya dengan orasinya

Siapakah tokoh yang membangkitkan semangat rakyat Surabaya dengan orasinya
Lihat Foto

Dok. Kompas

Bung Tomo berpidato Pada Rapat Umum B.P.R.I di Surabaya, Pada Tgl 20 Mei 1950

KOMPAS.com - Kedatangan pihak Sekutu yang diboncengi oleh NICA (Netherlands Indies Civil Administration) pada Oktober 1945 membuat rakyat Indonesia menjadi geram.

Proklamasi Kemerdekaan yang baru saja dicetuskan pada 17 Agustus 1945 seketika mendapatkan tantangan baru.

Rakyat dari berbagai daerah bersiap menghadapi kedatangan Belanda lagi. Selain melucuti senjata Jepang dan pasukannya, pihak Sekutu memang mempunyai misi lain, yaitu menancapkan kembali kolonialisme Belanda di Indonesia.

Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan laskar rakyat dari berbagai daerah bersiaga untuk berjuang sampai titik darah penghabisan.

Mereka tak mau jika kedaulatan Indonesia kembali ke tangan penjajah. Sudah lama Indoneia berada dalam belenggu penjajahan, kini saatnya berjuang dan bangkit melawan hegemoni penjajah.

Warga Surabaya menjadi beringas ketika tentara Sekutu mulai datang pada Oktober 1945. Barisan pemuda mulai bersatu dan merapatkan barisan. Minggu pertama Oktober 1945, Surabaya praktis menjadi pusat perlawanan bersenjata.

Semua penjara dibuka, tawanan dibebaskan dan mereka yang ditahan atas tuduhan politik dan pidana bergabung menjadi satu dalam barisan massa di dalam Kota Surabaya.

Bung Tomo tampil sebagai pimpinan yang mengobarkan semangat perlawanan, terutama bagi Pemuda Republik Indonesia (PRI) yang didirikan pada September 1945.

Siaran Bung Tomo mulai melanglang ke berbagai radio di Surabaya. Buku Indonesia dalam Arus Sejarah Edisi ke-6 menjelaskan, siaran Bung Tomo selalu dibuka dengan "Allahu Akbar! Allahu Akbar!", yang berhasil menggerakan hati warga, terutama masyarakat santri di Surabaya.

Orasi penyemangat Bung Tomo dibarengi dengan Resolusi Jihad yang disuarakan Nahdlatul Ulama (NU). Resolusi Jihad yang merupakan deklarasi yang disampaikan pimpinan NU, KH Hasyim Asy'ari pada 22 Oktober 1945 menyerukan perlawanan terhadap upaya penjajahan.

Liputan6.com, Jakarta - Peristiwa 10 November 1945 menjadi momen warga Surabaya untuk bersama-sama berjuang mempertahankan kemerdekaan. Pada momen tersebut tak lepas dari sosok Bung Tomo.

Pria bernama asli Sutomo ini dikenal sebagai pengobar semangat Arek-Arek Suroboyo untuk berjuang pada pertempuran 10 November 1945. Hal ini pula yang terlekat di sosok Bung Tomo. Demikian dilansir dari buku Bung Tomo, Hidup dan Mati Pengobar Semangat Tempur 10 November karya Abdul Waid.

Usai berjuang dengan pena, ia berjuang dengan senjata. Pada peristiwa 10 November 1945 itu, Bung Tomo merupakan tokoh tak dilupakan. Peristiwa 10 November itu bermula setelah terjadinya kekalahan pihak Jepang. Kemudian rakyat dan pejuang Indonesia berupaya keras mendesak para tentara Jepang untuk menyerahkan semua senjatanya kepada Indonesia.

Dari sini muncul banyak pertempuran di berbagai daerah. Pertempuran-pertempuran itu memakan korban yang tidak terhitung jumlahnya. Para pemimpin militer Jepang didesak untuk menyerahkan senjata dengan suka rela. Namun, Jepang masih menampakkan sikap setengah-setengah untuk menyerahkan senjatanya kepada Indonesia.

Pada saat pergerakan melucuti senjata Jepang berbuah perang di mana-mana, tentara Inggris mendarat di Jakarta pada 15 September 1945. Kemudian tentara Inggris juga mendarat di Surbaya pada 25 Oktober  1945.

Informasi mengenai datangnya tentara sekutu di Surabaya dikabarkan pertama kali oleh Menteri Penerangan Amir Syarifuddin dari Jakarta. Dari informasi itu, disebutkan kalau kedatangan tentara sekutu ke Surabaya tergabung dalam Allief Forces Netherland East Indies (AFNEI) atas keputusan dan nama Blok Sekutu.

Kedatangannya untuk mengangkut orang Jepang yang sudah kalah perang dan para orang asing yang ditawan pada zaman Jepang. Menteri berpesan agar pemerintah daerah di Surabaya  menerima baik dan membantu tugas tentara sekutu tersebut.

Akan tetapi, rakyat Surabaya tidak percaya begitu saja mengenai informasi tersebut. Bung Tomo adalah orang pertama yang tidak percaya terhadap apa yang disampaikan oleh pemerintah pusat melalui Amir Syarifuddin. Oleh karena itu, ia mengajak semua masyarakat Surabaya berhati-hati dan mencurigai kedatangan Inggris sebagai usaha membantu mengembalikan kolonialisme Belanda di Indonesia.

Kecurigaan Bung Tomo dan kawan-kawannya itu bukan tanpa alasan. Sebelumnya, Kolonel P.J.G Huijer, perwira tentara sekutu berkebangsaan Belanda yang datang di Surabaya pertama kali pada 23 September sebagai utusan Laksamana Pertama Patterson, Pimpinan Angkatan Laut sekutu di Asia Tenggara, ternyata membawa misi rahasia dari pimpinan tertinggi Angkatan Laut Kerajaan Belanda.

Di Surabaya, Huijer menentang revolusi yang dikobarkan para pejuang Indonesia. Sikap ini memancing kemarahan para pejuang di Surabaya. Huijer ditangkap dan ditawan oleh aparat keamanan Indonesia di Kalisosok.

Jelang kedatangan tentara Inggris di Surabaya, Drg Moesopo yang menjadi Menteri Pertahanan RI mengajak kepada seluruh rakyat Surabaya untuk bersiap-siap perang dengan pasukan Inggris.

Rakyat Surabaya diajak untuk bersiap siaga menyambut kedatangan tentara Inggris dengan senjata. Drg Moesopo menyambut kedatangan tentara Inggris dengan senjata.

Selain itu, Drg Moesopo masih berpidato melalui siaran radio pada malam harinya. Ia mengingatkan kepada tentara Inggris dan NICA agar jangan mendarat di Surabaya.

Namun, ternyata Inggris yang datang membawa misi mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan Belanda sebagai negeri jajahan Hindia Belanda. NICA ikut membonceng bersama rombongan tentara Inggris untuk tujuan itu. Hal ini memicu gejolak rakyat Indonesia dan memunculkan pergerakan perlawan rakyat Indonesai di mana-mana melawan tentara AFNEI dan pemerintahan NICA.

Scroll down untuk melanjutkan membaca