Mengapa sektor pertanian mendapatkan perhatian yang besar dari pemerintah dinasti Ayyubiyah jelaskan

Petani saat panen padi.

Jakarta- Ketahanan dan keamanan pangan merupakan isu penting di dunia sejalan dengan pesatnya pertumbuhan populasi global. Ketahanan dan keamanan pangan merupakan faktor kunci bagi banyak aktivitas ekonomi di dunia. Perbaikan teknologi dan inovasi pada bidang pertanian tentu akan menciptakan peluang dan peningkatan produktivitas pertanian menuju kedaulatan pangan dan keamanan negara.

Menurut Ketua Umun Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Jenderal TNI (Purn) Moeldoko, sehebat apa pun persenjataan sebuah negara, keamanannya akan terancam bila sektor pangannya rapuh. Oleh karena itu, sektor pertanian harus mendapat perhatian serius agar segera dibenahi.

"Ketahanan dan kedaulatan pangan bisa jadi ancaman serius bila petani dan pertanian tidak dibenahi," ujar Moeldoko Kantor Sekretariat DPN HKTI, Jl HOS Cokroaminoto, Jakarta, Kamis (15/3).

Menurutnya, ada empat komponen utama ketahanan pangan, yaitu ketersediaan pangan, akses pangan, pemanfaatan pangan, dan stabilitas pangan.

"Ketersediaan pangan adalah kemampuan memiliki sejumlah pangan yang cukup untuk kebutuhan dasar. Akses pangan adalah kemampuan memiliki sumber daya, secara ekonomi maupun fisik, untuk mendapatkan bahan pangan bernutrisi," jelasnya.

Pemanfaatan pangan adalah kemampuan dalam memanfaatkan bahan pangan dengan benar dan tepat secara proporsional. Komponen keempat, yaitu kestabilan dari ketiga komponen tersebut dalam kurun waktu yang panjang.

"Bila komponen tersebut tak terpenuhi maka bisa menimbulkan bencana kelaparan. Hasil studi Perserikatan Bangsa Bangsa menyebutkan bahwa krisis pangan yang telah dialami oleh 583 juta orang di sejumlah negara di Asia-Pasifik tahun 2008 lalu tampaknya sekarang mulai terjadi lagi," tutur Moeldoko.

Kini kelaparan mengancam lebih dari 850 juta populasi dunia. Jumlah itu kemungkinan akan meningkat lagi secara drastis pada masa mendatang akibat dari adanya kemiskinan, konflik yang terus terjadi di beberapa kawasan, perubahan cuaca dan iklim, menyempitnya lahan pertanian, program pertanian yang tidak produktif, dan tentu saja meningkatnya populasi global.

"Pertambahan penduduk dunia berlangsung sangat tinggi dan cepat. Laporan yang disusun oleh Departemen Populasi Divis Urusan Sosial dan Ekonomi PBB pada Juni 2017, memperkirakan bahwa populasi dunia saat ini mencapai hampir 7,6 miliar dan akan meningkat menjadi 8,6 miliar pada 2030, lalu menjadi 9,8 miliar pada tahun 2050 dan 11,2 miliar pada 2100," terang mantan Panglima TNI ini.

PBB memperkirakan bahwa mulai sekarang hingga 2050, setengah pertumbuhan populasi dunia akan terkonsentrasi di sembilan negara, yakni India, Nigeria, Kongo, Pakistan, Ethiopia, Tanzania, Amerika Serikat, Uganda, dan Indonesia.

Asia merupakan benua dengan tingkat populasi penduduk terbesar yakni hampir 4,5 miliar orang. Sementara Asia Tenggara berpenduduk sekitar 650 juta, dengan sekitar 260 juta di antaranya merupakan penduduk Indonesia.

Asia sendiri sebagai produsen sekaligus konsumen terbesar komoditas pangan di dunia, kini tengah menghadapi tantangan besar untuk memberi makan bagi jumlah penduduknya yang sangat besar. Pertambahan penduduk yang sangat cepat, produktivitas panen yang stagnan, kelangkaan air dan polusi, perubahan iklim, dan tekanan lainnya membuat semakin sulit untuk menjaga keamanan pangan di kawasan itu.

"Khusus untuk Indonesia, pada perayaan hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-100 tahun pada 2045, penduduk Indonesia diprediksi akan mencapai angka 330 juta. Artinya, kebutuhan pangan dibutuhkan terus menerus naik kira-kira 3% per tahun," tambah Moeldoko.

Dia menambahkan, potensi terbesar dari produk pertanian Indonesia adalah padi. Di mana padi merupakan produk utama dalam mempercepat pertumbuhan perekonomian nasional. Pada 2005 kebutuhan beras setara 52,8 juta ton gabah kering giling (GKG). Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan beras sampai pada 2025 diprediksikan masih akan terus meningkat mencapai 65,9 juta ton GKG.

"Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat, maka untuk dapat memberikan jaminan pangan kepada pertambahan penduduk tersebut, diperlukan jaminan ketersediaan pangan yang memadai. Oleh karena itu segala daya dan upaya dilakukan oleh pemerintah untuk menciptakan ketahanan pangan, baik melalui program swasembada atau bahkan mengimpor, demi menjaga adanya stabilitas ekonomi dan politik nasional," paparnya.

Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini

Sumber: Suara Pembaruan


Sejarah Negara Com – Bidang pertanian merupakan salah satu Kemajuan yang diraih masa Dinasti Abbasiyah. Bidang pertanian maju pesat pada awal pemerintahan Dinasti Abbasiyah, karena pusat pemerintahannya berada di daerah yang sangat subur, di tepian sungai yang dikenal dengan nama Sawad.

Pertanian merupakan sumber utama pemasukan negara dan pengolahan tanah hampir sepenuhnya dikerjakan oleh penduduk asli, yang statusnya mengalami peningkatan pada masa rezim baru.

Lahan-lahan pertanian yang terlantar, dan desa-desa yang hancur di berbagai wilayah kerajaan diperbaiki dan dibangun kembali secara bertahap.

Daerah rendah di lembah Tigris-Efrat, yang merupakan daerah terkaya setelah Mesir, dan dipandang sebagai surga Aden, mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat. Mereka membuka kembali saluran irigasi yang lama dari sungai Efrat, dan membuat saluran irigasi baru, sehingga membentuk sebuah jaringan yang sempurna.

Ada 113 kanal besar pertama yang disebut Nahr ‘Isa setelah digali kembali oleh keluarga Al-Manshur, menghubungkan aliran sungai Efrat di Anbar sebelah barat laut dengan sungai Tigris di Baghdad. Salah satu cabang utama Nahr ‘Isa adalah Sharah.

Kanal terbesar kedua adalah Nahr Sharshar, yang bertemu dengan sungai Tigris di daerah Madain. Kanal ketiga adalah Nahr Al-Malik (sungai raja) yang tersambung ke sungai Tigris di bawah Madain. Di bawah dua sungai tersebut terdapat Nahr Kutsa dan Sharah Besar, yang mengairi sejumlah saluran.

Kanal lainnya adalah Dujayl merupakan sungai yang lebih kecil dari Diljah, Tigris, yang awalnya menghubungkan Tigris dengan Efrat. Semakin dangkal pada abad ke-10, dan nama itu kemudian menjadi nama kanal baru berbentuk oval, yang merupakan cabang dari sungai Tigris di bawah Kadisiyah dan membuat beberapa cabang lain sebelum akhirnya bertemu kembali dengan sungai Tigris.

Kanal lainnya yang kurang penting adalah Nahr Ash-Shilah yang digali di Wash oleh Al-Mahdi. Para ahli geografi Arab menyebutkan beberapa khalifah yang menggali atau membuka saluran yang dalam kebanyakan kasus sebenarnya hanya menggali dan membuka kembali kanal-kanal yang pernah ada sebelumnya sejak masa Babilonia.

Di Irak dan Mesir, yang dilakukan adalah mengaktifkan kembali jaringan kanal lama. Bahkan, sebelum Perang Dunia Pertama, Sir William Willcock yang ditugaskan oleh pemerintahan Utsmani untuk mengkaji persoalan irigasi di Irak, merekomendasikan untuk membuka lagi aliran sungai yang lama daripada membangun kanal-kanal baru.

Tanaman asli Irak terdiri atas gandum, padi, kurma, wijen, kapas, dan rami. Daerah yang sangat subur berada di bantaran tepian sungai ke selatan, Sawad, yang menumbuhkan berbagai jenis buah dan sayuran, yang tumbuh di daerah panas maupun dingin. Kacang, jeruk, terong, tebu, dan beragam bunga seperti bunga mawar dan violet juga tumbuh subur.

Mengapa sektor pertanian mendapatkan perhatian yang besar dari pemerintah dinasti Ayyubiyah jelaskan

Mengapa sektor pertanian mendapatkan perhatian yang besar dari pemerintah dinasti Ayyubiyah jelaskan
Lihat Foto

New World Encyclopedia

Fransiskus dari Assisi di hadapan Sultan Al-Kamil dari Dinasti Ayyubiyah.

KOMPAS.com - Dinasti Ayyubiyah atau Bani Ayyubiyah adalah dinasti Muslim Sunni keturunan etnis Kurdi yang pernah berkuasa sejak abad ke-12.

Pada masa jayanya, dinasti yang pusat pemerintahannya berada di Mesir ini pernah menguasai hampir seluruh wilayah Timur Tengah.

Pendiri Dinasti Ayyubiyah adalah Salahuddin Al-Ayubi, yang sebelumnya menjadi wazir (setara perdana menteri) di Mesir, di bawah Dinasti Fatimiyah.

Dinasti Ayyubiyah berkuasa selama kurang lebih satu abad, hingga pertengahan abad ke-13.

Baca juga: Latar Belakang Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Sejarah berdirinya

Sejarah berdirinya Daulah Ayyubiyah dapat ditelusuri sejak melemahnya Dinasti Fatimiyah (909-1172).

Pada pertengahan abad ke-12, Dinasti Fatimiyah semakin melemah karena beberapa faktor. Salah satunya disebabkan oleh permasalahan internal, khususnya perebutan posisi Wazir.

Wazir adalah seorang penasihat atau menteri berkedudukan tinggi, yang biasanya ditemukan dalam sistem monarki Islam.

Selain itu, serangan pasukan Salib ke Mesir juga menjadi salah satu penyebab melemahnya Dinasti Fatimiyah.

Pada 1164, Salahuddin Al-Ayyubi dan pamannya, Syirkuh, dikirim oleh penguasa Damaskus, Nuruddin Zanki, ke Mesir untuk membantu Fatimiyah melawan serangan pasukan Salib.

Dalam pertempuran itu, pasukan Salahuddin dan Syirkuh berhasil mempertahankan Mesir setelah mengalahkan pasukan Salib.

Mengapa sektor pertanian mendapatkan perhatian yang besar dari pemerintah dinasti Ayyubiyah jelaskan

BincangSyariah.Com – Dinasti Ayyubiyah memiliki peran penting dalam peradaban Islam selama ia berdiri. Selain penyebaran ajaran Islam Sunni di Timur Tengah dan Asia Tengah, kemajuan Dinasti Ayyubiyah juga terjadi di bidang-bidang lain, seperti pendidikan, ilmu pengetahuan, kesehatan, ekonomi dan arsitektur.

Kejayaan dinasti ini memang terjadi begitu gemilang pada masa Shalahuddin al-Ayyubi, setelahnya kejayaan Dinasti Fatimiyah mulai runtuh karena keturunannya disibukkan dengan perebutan tahta dan mempertahankan wilayah. Ekspansi besar-besaran pun memang hanya terjadi pada masa Sholahuddin, selainnya semua tak seberapa.

Mengapa sektor pertanian mendapatkan perhatian yang besar dari pemerintah dinasti Ayyubiyah jelaskan

Kemajuan Ekonomi

Pada masa Sholahuddin memimpin, ia beberapa kali menghadapi peperangan dari tentara Salib. Peperangan tersebut justru makin menguatkan hubungan dagangnya dengan Eropa. Produksi barang dagang makin meningkat khususnya dalam bidang pertanian dan perdagangan. Barang-barang yang diproduksi di bidang pertanian misalnya wijen, kharub, aprikot (buahnya mirip buah Persik), dan milet (jenis jewawut). Pendistribusian bahan-bahan tersebut justru makin meluas setelah terjadinya perang Salib. Hal tersebut karena mengundang para peziarah kristen yang berkunjung ke Yerussalem, sedangkan saat itu Yerussalem berada di tangan Islam.

Selain tanaman-tanaman, terdapat juga kerajinan yang terbuat dari berbagai bahan seperti kaca, tembikar dan emas juga meningkat. Dekorasi dan seni yang epik juga mengundang perhatian para peziarah. Selain alasan kemenangan Islam atas Yerussalem, hal yang menyebabkan ekonomi meningkat pada masa Sholahuddin adalah jalur dagang yang berada di laut merah saat itu hanya bisa ditempuh oleh Dinasti Ayyubiyah. Sedangkan jalur tersebut melewati pelabuhan Mesir dan Yaman.

Kemajuan Pendidikan

Begitu juga dalam bidang pendidikan. Kemajuan tersebut dibuktikan dengan adanya pembangunan-pembangunan madrasah. Lembaga-lembaga pendidikan yang dibangun bukan hanya bertujuan untuk pendidikan formal semata, melainkan juga untuk penyebaran Islam Sunni. Pembangunan madrasah terjadi di berbagai kota seperti di Aleppo, Yerussalem, Kairo dan Iskandariyah.

Bahkan, meski Ayyubiyah menganut teologi Sunni dan bermazhab Syafi’i, pemerintah juga membangun lembaga pendidikan untuk mazhab-mazhab fikih lain, seperti Hanafi, Hanbali dan Maliki. Meskipun, pembangunan lembaga pendidikan mazhab Syafi’i lebih mendominasi. Tapi hal tersebut menunjukkan bahwa Shalahuddin tidak menutup kesempatan kepada masyarakat untuk mempelajari mazhab lain.

Kesejahteraan guru dan siswa pada masa itupun sangat terjamin. Para guru selain dibayar, mereka juga diberi tempat tinggal dan hidup bersama siswa. Siswa di sana juga diwajibkan untuk tinggal di asrama yang telah disediakan. Kebijakan ini bertujuan agar siswa mendapatkan kesempatan belajar yang cukup leluasa. Mereka tidak hanya mempelajari ilmu pengetahuan, melainkan juga keterampilan lainnya bersama guru.

Intensitas pertemuan mereka dengan gurunya juga sangat banyak. Saat itu, lembaga pendidikan menjadi tempat yang sangat bergengsi. Orang-orang yang hendak bekerja di pemerintahan harus dipastikan telah lulus dari lembaga pendidikan tersebut.

Kemajuan Kesehatan

Sedangkan kemajuan dalam bidang kesehatan dibuktikan dengan pembangunan beberapa rumah sakit dan peningkatan pelayanan kesehatan di beberapa kota. Misal, Shalahuddin membangun dua rumah sakit di Damaskus dan Kairo. Tidak hanya lembaga kesehatan untuk masyarakat, tetapi juga dibangun sekolah khusus kesehatan. Pada masanya lahirlah cendekiawan dan dokter yang juga mengabdi di rumah sakit tersebut seperti Musha bin Maimun dan Ibnu al-Baithar yang sangat masyhur itu. Beberapa dokter tidak hanya mengabdi dan bekerja di rumah sakit umum, tetapi juga ada sebagian yang mengabdi di istana dan bekerja di sana.

Kemajuan Arsitektur

Tidak luput juga kemajuan di bidang arsitektur. Pada masa kepemimpinan Sholahuddin, ia menutup Kairo dan al-Fusthat di dalam tembok kota. Teknik perbentengan juga banyak ia pelajari dari tentara salib dan Dinasti Fatimiyah. Masjid al-Firdaus yang dibangun di Aleppo pada tahun 1236 dianggap sebagai mahakarya dari dinasti ini. Begitu juga dengan pembangunan tembok di Kairo yang dibangun demi pertahanan militer. Pembangunan dimulai pada masa Sholahuddin dan diselesaikan pada masa kepemimpinan Khalifah al-Kamil. Begitulah beberapa kemajuan yang sempat terjadi dan dibangun pada pemerintahan Dinasti Ayyubiyah sampai akhirnya ia runtuh di tangan Dinasti Mamluk.

*Dikelola dari berbagai sumber