Penerapan laju reaksi dalam bidang farmasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kinetika reaksi menggambarkan suatu study secara kuantitatif tentang perubahan – perubahan kadar terhadap waktu oleh reaksi kimia. Kecepatan reaksi ditentukan oleh kecepatan terbentuknya zat hasil, dan kecepatan pengurangan reaktan. Tetapan kecepatan (K) adalah faktor pembanding yang menunjukkan hubungan antara kecepatan reaksi dengan konsentrasi reaktan.

     Keberadaan reaksi kimia ditentukan oleh tinjauan termodinamika dan kinetika. Termodinamika memberikan informasi ke arah mana reaksi/ perubahan kimia itu secara spontan dapat berlangsung, atau dengan kata lain ke arah manakah sistem kimia itu mempunyai kestabilan yang lebih besar. Sedangkan kinetika mempermasalahkan laju reaksi dan mekanisme reaksinya.

     Pada percobaan ini, kita akan melakukan dua macam peercobaan yaitu mengamati pengaruh suhu terhadap kecepatab reaksi dan menentuka orded reaksi dan tetapan kecepatan reaksi. Informasi kinetika di gunakan untuk meramalkan secara rinci mekanisme suatu reaksi yaitu langkah-langkah yang ditempuh pereaksi untuk menentukan hasil reaksi tertentu sesuai yang diinginkan. Disamping itu kinetika juga memberikan informasi untuk mengendalikan laju reaksi. Informasi semacam itu sangat berguna bagi para ahli sintesis senyawa kimia, sehingga hasil sintesanya memuaskan.

     Salah satu faktor pada persamaan laju reaksi itu kecuali suhu., keadaan zat, katalisator dan kepekatan pereaksi adalah tingkat reaksi. Tingkat reaksi ini ditentukan dari hasil percobaan yang menyatakan hubungan antara laju reaksi dengan kepekatan pereaksi tersebut masing-masing.       

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dilakukannya  praktikum ini adalah :

·         Menentukan orde reaksi dan tetapan kecepatan reaksi

·         Menentukan faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Kinetika menggambarkan suatu study secara kuantitatif tentang perubahan-perubahan kadar terhadap waktu oleh reaksi kimia. Kecepatan reaksi ditentukan oleh kecepatan terbentuknya zat hasil, dan kecepatan pengurangan reaktan. Tetapan kecepatan (K) adalah faktor pembanding yang menunjukkan hubungan antara kecepatan reaksi dengan konsentrasi reaktan (Anonim, 2011) :

Reaksi        A + B                  C + D

mA + nB             xC + yD

maka kecepatan reaksinya adalah :

V =  =  =  =  = K [A]m[B]n

Dimana K adalah konstanta kecepatan reaksi, m dan n merupakan orde reaksi.

Dalam ilmu kimia, laju reaksi menunjukan perubahan konsentrasi zat yang terlibat dalam reaksi setiap satuan waktu. Konsentrasi pereaksi dalam suatu reaksi kimia semakin lama semakin berkurang, sedangkan hasil reaksi semakin lama semakin bertambah (Anderton, 1997).

Untuk mempercepat laju rekaksi ada 2 cara yang dapat dilakukan yaitu memperbesar energi kinetik suatu molekul atau menurunkan harga Ea. Kedua cara itu bertujuan agar molekul-molekul semakin banyak memiliki energi yang sama atau lebih dari energi aktivasi sehingga tumbukan yang terjadi semakin banyak (Ryan, 2001).

Laju didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi per satuan waktu. Satuan yang umum adalah mol dm-3-1. Umumnya laju reaksi meningkat dengan meningkatnya konsentrasi, dan dapat dinyatakan dengan (Dogra, 1984) :

Laju = k f (C1, C2, … Ci)

Dimana k adalah konstanta laju, juga disebut konstanta laju spesifik atau konstanta kecepatan, C1,C2 … adaalah konsentrasi dari reaktan-reaktan dan produk-produk.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi ialah: macam zat yang mengadakan reaksi, konstr/tekanan, temperature, adanya katalisator dan radiasi yaitu adanya sinar dengan panjang gelombang tertentu. Beberapa reaksi terjadi dengan sangat cepat misalnya penetralan larutan asam kuat dengan basa kuat. Tetapi ada pula reaksi yang berjalan sangat lambat, misalnya reaksi H2 dan O2 pada temperature kamar tanpa adanya katalisator. Beberapa reaksi berjalan sangat lambat pada temperature kamar, tetapi kecepatan reaksi ini akan bertambah dengan cepat pada kenaikan temperature (Respati, 1981).

Orde reaksi menggambarkan bentuk matematik di mana hasil percobaan dapat dtunjukkan. Orde reaksi hanya dapat dihitunf secara eksperimen, dan hanya dapat diramalkan jika suatu mekanisme reaksi diketahui ke seluruh orde reaksi yang dapat ditentukan sebagai jumlah dari eksponen untuk masing-masing reaktan, sedangkan harga eksponen untuk masing-masing reaktan dikenal sebagai orde reaksi untuk komponen itu (Dogra, 1984).

Waktu paruh (t1/2) suatu zat radioaktif merupakan waktu yang diperlukan oleh separuh dari bobot awal tertentu dari zat itu untuk berubah menjadi zat lain. Waktu-paruh ditentukan secara eksperimen dengan mencacah banyaknya pancaran dalam suatu kurun waktu yang sesuai, oleh sautu contoh radioaktif yang bobotnya diketahui. Unsure-unsur radioaktif tertentu mempunyai waktu-paruh yang amat pendek dan unsur-unsur lain yang waktu-paruhnya amat panjang (Keenan, 1986).

Waktu paruh didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan bila separuh konsentrasi dari suatu reaktan digunakan. Waktu paruh dapat ditentukan dengan tepat hanya jika satu jenis reaksn terlibat, tetapi jika suatu reaksi berlangsung antara jenis reaktan yang berbeda, waktu paruh harus ditentukan terhadap reaktan tertentu saja (Dogra, 1984).

Reaksi kimia adalah proses berubahnya pereaksi menjadi hasil reaksi. Proses itu ada yang lambat dan ada yang cepat. Contohnya bensin terbakar lebih cepat dibandingkan dengan minyak tanah. Ada reaksi yang berlangsung sangat cepat, seperti membakar dinamit yang menghasilkan ledakan, dan yang sangat lambat adalah seperti proses berkaratnya besi. Pembahasan tentang kecepatan (laju) reaksi disebut kinetika kimia. Dalam kinetika kimia ini dikemukakan cara menentukan laju reaksi dan faktor apa yang mempengaruhinya (Syukri,1999).

Kinetika reaksi merupakan cabang ilmu kimia yang membahas tentang laju reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Laju (kecepatan) reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil reaksi terhadap satuan waktu. Laju rekasi suatu reaksi kimia dapat dinyatakan dengan persamaan laju reaksi. Untuk reaksi berikut (Petrucci, 1987) :

A + B AB

Persamaan laju reaksi secara umum ditulis sebagai berikut:

R = k [A]m [B]n

K sebagai konstanta laju reaksi, m dan n orde parsial masing-masing pereaksi.

Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi laju reaksi berguna dalam mengontrol kecepatan reaksi berlangsung cepat, seperti pembuatan amoniak dari nitrogen dan hidrogen, atau dalam pabrik menghasilkan zat tertentu. Akan tetapi kadangkala kita ingin memperlambat laju reaksi, seperti mengatasi berkaratnya besi, memperlambat pembusukan makanan oleh bakteri, dan sebagainya (Syukri, 1999).

Besarnya laju reaksi dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut (Petrucci, 1987) :

a. Sifat dan ukuran pereaksi. Semakin reaktif dari sifat pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah atau reaksi berlangsung semakin cepat. Semakin luas permukaan zat pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah, hal ini dapat dijelaskan dengan semakin luas permukaan zat yang bereaksi maka daerah interaksi zat pereaksi semakin luas juga. Permukaan zat pereaksi dapat diperluas dengan memperkecil ukuran pereaksi. Jadi untuk meningkatkan laju reaksi, pada zat pereaksi dalam bentuk serbuk lebih baik bila dibandingkan dalam bentuk bongkahan.

b. Konsentrasi. Dari persamaan umum laju reaksi, besarnya laju reaksi sebanding dengan konsentrasi pereaksi. Jika natrium tiosulfat dicampur dengan asam kuat encer maka akan timbul endapan putih. Reaksi-reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Na2S2O3 + 2H+ 2Na+ + H2S2O3 (cepat)

H2S2O3 H2SO3 + S (lambat)

Na2S2O3 + 2H+ 2Na+ + H2S2O3 + S

Reaksi ini terdiri dari dua buah reaksi yang konsekutif (sambung menyambung). Pada reaksi demikian, reaksi yang berlangsung lambat menentukan laju reaksi keseluruhan. Dalam hal ini reaksi yang paling lambat ialah penguraian H2S2O3.

Berhasil atau gagalnya suatu proses komersial untuk menghasilkan suatu senyawa sering tergantung pada penggunaan katalis yang cocok. Selang suhu dan tekanan yang dapat digunakan dalam proses industri tidak mungkin berlangsung dalam reaksi biokimia. Tersedianya katalis yang cocok untuk reaksi-reaksi ini mutlak bagi makhluk hidup (Hiskia, 1992).

c. Suhu Reaksi. Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikkan karena kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel pereaksi. Akibatnya jumlah dan energi tumbukan bertambah besar. Pengaruh perubahan suhu terhadap laju reaksi secara kuantitatif dijelaskan dengan hukum Arrhenius yang dinyatakan dengan persamaan sebagi berikut:

k = Ae-Ea/RT atau ln k = -Ea + ln ART

Dengan R = konstanta gas ideal, A = konstanta yang khas untuk reaksi (faktor frekuensi) dan Ea = energi aktivasi yang bersangkutan.

d. Katalis adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi untuk memepercepat jalannya reaksi. Katalis biasanya ikut bereaksi sementara dan kemudian terbentuk kembali sebagai zat bebas. Suatu reaksi yang menggunakan katalis disebut reaksi katalis dan prosesnya disebut katalisme. Katalis suatu reaksi biasanya dituliskan diatas tanda panah.

Orde reaksi berkaitan dengan pangkat dalam hukum laju reaksi, reaksi yang berlangsung dengan konstan, tidak bergantung pada konsentrasi pereaksi disebut orde reaksi nol. Reaksi orde pertama lebih sering menampakkan konsentrasi tunggal dalam hukum laju, dan konsentrasi tersebut berpangkat satu. Rumusan yang paling umum dari hukum laju reaksi orde dua adalah konsentrasi tunggal berpangkat dua atau dua konsentrasi masing-masing berpangkat satu. Salah satu metode penentuan orde reaksi memerlukan pengukuran laju reaksi awal dari sederet percobaan. Metode kedua membutuhkan pemetaan yang tepat dari fungsi konsentrasi pereaksi terhadap waktu. Untuk mendapatkan grafik garis lurus (Hiskia, 1992).

B. Uraian Bahan

1. Aquadest (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi                        : AQUA DESTILLATA

Nama Lain                            : Air suling

RM/BM                                  : H2O / 18,02

Rumus Struktur                   : H – O - H

Pemerian                              : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau;    tidak berasa

Penyimpanan                      : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan                            : Sebagai pelarut

2. Asam Klorida (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi                        : ACIDUM CHLORIDUM

Nama Lain                            : Asam Klorida

RM/BM                                  : HCl / 36,43

Pemerian                              : Tidak berwarna, berasap, bau meransang, jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan bau hilang

Kelarutan                              : Larut dalam 2 bagian air

Penyimpanan                      : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan                            : Sebagai sampel

3. Natrium Tiosulfat (Ditjen POM, 1979)

Nama Resmi                        : NATRII TIOSULFAS

Nama Lain                            : Natrium Tiosulfat

RM/BM                                  : Na2S2O3 / 248,17

Pemerian                              : Hablur besar tidak berwarna /serbuk hablur kasar. Dalam lembab meleleh basah, dalam hampa udara merapuh

Kelarutan                              : Larut dalam 0,5 bagian air, praktis tidak larut dalam etanol

Penyimpanan                      : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan                            : Sebagai sampel

C. Prosedur Kerja (Anonim, 2013)

a. Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi

·         Buatlah larutan Na2S2O3 0,1; 0,01 dan 0,5 N dan HCl 0,1; 0,01 dan 0,5 N

·         Campurkan 10 ml larutan HCl 0,1; 0,01 dan 0,5 N dengan 10 ml larutan Na2S2O3 0,1 N. Catatlah waktu mulai pencampuran hingga terbentuk kekeruhan

·         Campurkan pula 10 ml larutan Na2S2O3 0,1; 0,01 dan 0,5 dengan 10 ml larutan HCl 0,1 N

b. Menentukan Pengaruh Suhu Terhadap Laju Reaksi

Dicampurkan 5 ml larutan Na2S2O3 0,1 N dengan 5 ml larutan HCl 0,1 N pada suhu kamar, suhu 50o dan suhu 100o C

g. Menentukan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi

·         Larutan Asam Formiat 0,1 M sebanyak 4 ml

·         Tambahkan ke dalam larutan KMnO4 0,01 N sebanyak 5 ml

·         Dicukupkan volumenya dengan aquadest hingga 50 ml

·         Diukur kadar KMnO4 pada waktu-waktu tertentu dan diperoleh data sebagai berikut :

Waktu (menit)

Kadar KMnO4 ppm

3

0,081

6

0,076

9

0,07

12

0,069

15

0,068

Tentukan orde reaksi dan tetapan laju reaksi dari data di atas.

BAB III

CARA KERJA

A. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu erlenmeyer, gelas ukur 5 ml, gelas kimia 5 ml, lap halus, penangas air, pipet tetes, termometer dan vial.

B. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu aluminium foil, aquadest,  larutan HCl 0,1; 0,01 dan 0,5 N, larutan Na2S2O3 0,1; 0,01 dan 0,5 N dan tissue.

C. Langkah Percobaan

a. Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi

·         Dibuat larutan Na2S2O3 0,1; 0,01 dan 0,5 N dan HCl 0,1; 0,01 dan 0,5 N

·         Dicampur 5 ml larutan HCl 0,1; 0,01 N dan 0,5 N dengan 5 ml larutan Na2S2O3 0,1 N. Catatlah waktu mulai pencampuran hingga terbentuk kekeruhan

·         Dicampur pula 5 ml larutan Na2S2O3 0,1; 0,01 dan 0,5 N dengan 5 ml HCl 0,1 N

b. Pengaruh Suhu Terhadap Laju Reaksi

·         Dicampur 5 ml larutan Na2S2O3 0,1 N dengan 5 ml larutan HCl 0,1 N

·         Diukur pada suhu kamar, suhu 50o dan suhu 100o C

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Percobaan dan Perhitungan

a. Tabel

1.  Penentuan pengaruh konsentrasi pereaksi terhadap laju reaksi

Campuran larutan

Waktu (menit)

5 ml Na2S2O3 0,1N + 5 ml HCL 0,1N

1,56 menit

5 ml Na2S2O3 0,1N + 5 ml HCL 0,01N

7,50 menit

5 ml Na2S2O3 0,1N + 5 ml HCL 0,5N

2,06 menit

5 ml    HCL 0,1N       + 5ml  Na2S2O3 0,0N

37,53 menit

5 ml   HCL 0,01N     + 5 ml Na2S2O3 0,5N

22, 88 detik

5 ml    HCL 0,1N       + 5 ml Na2S2O3 0,1N

2,21 menit

2.  Penentuan pengaruh suhu terhadap laju reaksi

Campuran larutan

Suhu (

Waktu reaksi (Menit)

10 ml  Na2S2O3 0,1N + 10 ml HCL 0,1N

Kamar

2,21 menit

50

49 detik

100

19,41 detik

3.    Penentuan orde reaksi, tetapan laju reaksi dan waktu paruh reaksi.

Waktu (menit)

Kadar KMnO4 ppm

Log C

1/C

3

0,081

-1,0915

12,345

6

0,076

-1,119

13,157

9

0,07

-1,154

14,285

12

0,069

-1,161

14,492

15

0,068

-1,167

14,705

4.    Nilai R dan persamaan garis lurus

Orde reaksi

Nilai r

Persamaan garis lurus

0

-0,941

Y = 0,0827 + (-0,0011)x

1

0,947

Y = (-1,080) + (-6,466.10-3)x

2

0,949

Y = 11,9803 + 0,2018x

b. Perhitungan :

a.  Pembuatan larutan

-     Na2 S2O3 0,1 N dengan volume 500 ml

-     HCl 0,1 N dengan volume 500 ml

b.  Tetapan laju reaksi dan waktu paruh

Orde 0 ( t vs C )

a = 0,0827

b = -0,0011

r = -0,941

Orde  1 (t vs log C)

a = -1,080

b = -6,466-3

r = -0,947

Orde  2 (t vs log 1/ C)

a = 11,9803

b = 0,2018

r = 0,949                   mendekati +/-1

t 1/2 untuk orde 2 :

Y  = a + bx

K         = b              

K         = 0,2018

B. PEMBAHASAN

Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat peraksi semakin sedikit, sedangkan produk semakin banyak. Laju raeaksi berhubungan dengan cepat atau lambat nya reaksi berlangsung.

Laju reaksi adalah penurunan konsentrasi terhadap waktu tertentu. Laju reaksi dinyatakan sebagai laju berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya produk.

Tetapan kecepatan (K) adalah faktor pembanding yang menunjukkan hubungan antara kecepatan reaksi dengan konsentrasi reaktan.

Orde reaksi berkaitan dengan pangkat dalam hukum laju reaksi, reaksi yang berlangsung dengan konstan, tidak bergantung pada konsentrasi pereaksi disebut orde reaksi nol. Reaksi orde pertama lebih sering menampakkan konsentrasi tunggal dalam hukum laju, dan konsentrasi tersebut berpangkat satu. Rumusan yang paling umum dari hukum laju reaksi orde dua adalah konsentrasi tunggal berpangkat dua atau dua konsentrasi masing-masing berpangkat satu. Salah satu metode penentuan orde reaksi memerlukan pengukuran laju reaksi awal dari sederet percobaan. Metode kedua membutuhkan pemetaan yang tepat dari fungsi konsentrasi pereaksi terhadap waktu. Untuk mendapatkan grafik garis lurus.

Pada percobaan kali ini, akan ditentukan pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi. Pertama-tama disiapkan alat dan bahan dan dihitung waktu mulai pencampuran hingga terbentuk kekeruhan. Dan dimasukkan 5 ml Na2S2O3 0,1 N dan 5 ml HCl 0,1 N ke dalam vial, dan didapatkan waktunya yaitu 1,56 menit. Setelah itu, vial diisi dengan 5 ml Na2S2O3 0,1 N dan 5 ml HCl 0,01 N, sehingga didapatkan waktunya yaitu 7,50 menit. Kemudian 5 ml Na2S2O3 0,1 N dan 5 ml HCl 0,5 N, sehingga didapatkan waktunya yaitu 2,06 menit. Dan isi dalam vial 5 ml HCl 0,1 N dan 5 ml Na2S2O3 0,01 N, sehingga didapatkan waktunya yaitu 37,53 menit. Diisi lagi vial dengan 5 ml HCl 0,1 N dan 5 ml Na2S2O3 0,5 N, dan didapatkan waktunya yaitu 22,88 menit. Kemudian diisi vial dengan 5 ml HCl 0,1 N dan 5 ml Na2S2O3 0,1 N dan didapatkan waktunya yaitu 2,21 menit.

Berdasarkan hasil waktu yang didapatkan, semakin besar konsentrasi maka semakin cepat laju reaksinya. Terbukti pada percobaan konsentrasi HCl dan Na2S2O3 0,5 N. Waktu yang dibutuhkan larutan Na2S2O3 0,5 N + HCl 0,1 N adalah 22,88 menit. Sedangkan ketika percobaan konsentrasi HCl dan Na2S2O3 0,01 N waktu yang dibutuhkan Na2S2O3 0,1 N adalah 7,50 menit dan larutan HCl 0,1 N dan  Na2S2O3 0,01 N adalah 37,53 menit. Jadi terbukti bahwa HCl dan Na2S2O3 0,5 N waktu yang dibutuhakn untuk bereaksi adalah lebih cepat dibandingkan dengan Na2S2O3 0,01 N.

Pada percobaan kedua yaitu diisi 5 ml larutan Na2S2O3 0,1 N dengan 5 ml larutan HCl 0,1 N , diukur suhunya sesuai dengan suhu kamar dengan menggunakan termometer dan dicatat waktunya dengan menggunakan stopwatch. Ditunggu larutan hingga berubah warna menjadi keruh, lalu dimatikan stopwatch dan dicata waktunya. Sehingga didapatkan waktunya yaitu 2,21 detik. Kemudian dinaikkan suhunya menjadi 500 , C dan waktu yang didapatkan yaitu 49 detik. Kemudian dinaikkan lagi suhunya menjadi 1000 C, sehingga didapatkan waktunya yaitu 19,41 detik. Dan apabila semakin tinggi suhu maka semakin cepat laju reaksinya.

Pada percobaan ketiga menentukan orde reaksi, tetapan laju reaksi dan waktu paruh reaksi. Pada waktu 3 menit, kadar KmnO4 0,081, log C = -1,091 dan 1/C = 12,345. Pada waktu 6 menit kadar KmnO4 0,076, log C = -1,119 dan 1/C = 13,157. Kemudian waktu 9 menit kadar KmnO4 0,07, log C = -1,154 dan 1/C = 14,285.  Pada waktu 12 menit kadar KmnO4 0,069, log C = -1,161 dan 1/C = 14,492.  Dan pada waktu 15 menit kadar KmnO4 0,068,  log C = -1,167 dan 1/C = 14,705.

Sehingga nilai r pada orde reaksi 0 = -0,941, nilai r pada orde reaksi 1 = -0,947 dan nilai r pada orde reaksi 2 = 0,941. Dari data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa reaksi tersbut termaksud orde 2 yaitu yang mendekati -+1. Dan didapatkan tetapan laju reaksinya yaitu 0,2018. Dengan waktu paruh yaitu 59,52 menit.

Menurut buku teknik kimia maju, waktu paruh KMnO4 yaitu 60 menit, lebih lama dari hasil yang didapatkan pada saat praktikum yaitu 59,52 menit.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu :

1.  Temperatur, menyebabkan peningkatan energy kinetic, sehingga laju reaksi akan berubah jika suhunya naik.

2.  Luas permukaan, laju reaksi berbanding lurus ddengan luas permukaan sentuhan sehingga semakin luas permukaan, maka akan semakin cepat reaksinya.

3.  Katalis, sebagai zat yang dapat mempercepat suatu reaksi, tetapi   tidak memiliki perubahan kimia yang kekal dalam reaksi itu. Konsentrasi atau kepekatan, berbanding lurus dengan laju reaksi sehingga semakin besar konsentrasi larutan maka zat terlarut akan semakin banyak.

4. konsentrasi, semakin naik konsentrasi, maka smakin naik pula laju reaksinya dan sebaliknya semakin turun konsentrasi maka kecepatan reaksinya semakin kecil.

Tujuan ditentukannya nila t1/2 yaitu untuk mengetahui waktu dimana suatu produk tetap memenuhi spesifikasinya jika disimpan dalam wadahnya yang sesuai dengan kondisi atau waktu yang diperlukan untuk hilangnya konsentrasi setengahnya dan dapat digunakan untuk mengatur aturan pakai obat.

Aplikasi kinetika reaksi dalam bidang farmasi contohnya dalam pembuatan obat. Dengan mempelajari kinetika reaksi maka kita dapat mengetahui laju reaksi obat terhadap kerja enzim.

Menurut buku martin, proses laju merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan bagi setiap orang yang berkaitan dengan bidang kefarmasian, mulai dari pengusaha obat sampai ke pasien. Ahli farmasi harus mengetahui ketidakstabilan potensial dari obat yang dibuatnya.  Dokter dan penderita harus diyakinkan bahwa obat yang tertulis dan digunakannya akan sampai pada tempat pengobatan dalam konsentrasi cukup untuk mencapai efek pengobatan yang diinginkan. Adapun aplikasi kinetika reaksi dalam bidang farmasi contohnya dalam pembuatan obat. Dengan mempelajari kinetika reaksi maka kita dapat mengetahui laju reaksi obat terhadap kerja enzim.

Faktor kesalahan yang mungkin terjadi dan mempengaruhi hasil praktikum antara lain kelebihan atau kekurangan larutan dalam pencampuran yang tidak sesuai dengan prosedur, suhu lingkungan yang mungkin tidak sesuai dengan suhu yang sudah ditentukan, dan mungkin juga karena alat yang tidak steril (tidak bersih).

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

  1. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi yaitu semakin besar konsentrasi maka reaksi yang berjalanpun akan semakin cepat . Dan sebaliknya, jika konsentrasi semakin kecil maka reaksi yang berjalanpun akan semakin lambat.
  2. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi yaitu semakin besar suhu maka semakin besar atau cepat pula laju reaksinya. Dan sebaliknya, jika suhu semakin kecil maka semakin kecil atau lambat pula laju reaksinya.
  3. Dari hasil perhitungan untuk KmnO4 diperoleh bahwa KmnO4 mengikuti orde 2 dengan nilai k adalah 0,2018 dan t1/2 adalah 59,52 menit

B. Saran

1.    Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam melakukan percobaan.

2.    Sebaiknya praktikan tidak ribut ketika praktikum sedang berlangsung.

3.    Diharapkan bimbingan yang lebih baik lagi dari asisten kepada praktikan

DAFTAR PUSTAKA

Anderton, J. D. 1997. Foundation of Chemistry. Edisi kedua. Melbourne: Longman.

Anonim, 2011. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika I. Universitas Muslim Indonesia : Makassar

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI: Jakarta

Dogra, S, K. 1984. Kimia Fisika dan Soal-Soal. Universitas Indonesia: Jakarta

Hiskia, A dan Tupamalu. 1992. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. ITB: Bandung

Keenan, C. 1986. Ilmu Kimia untuk Universitas Edisi VI. Erlangga: Jakarta

Pettruci, dkk. 1987. Kimia Dasar Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Modern Edisi IX Jilid 2. Erlangga: Jakarta

Respati. 2011. Dasar-Dasar Ilmu Kimia untuk Universitas. Rineka Cipta: Yogyakarta

Ryan, Lawrie. 2001. Chemistry For You. Nelson Thomes: London

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar. Penerbit ITB: Bandung

           SKEMA KERJA

A.   Menetukan Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi

Dibuat larutan Na2S2O3 dan HCl 0,1 N; 0,01 N, dan 0,5 N.

Dicampurkan 5 ml larutan HCl 0,1 N dengan 5 ml larutan Na2S2O3  0,1 N; 0,01 N, dan 0,5 N.

Dicampurkan 5 ml larutan Na2S2O3 0,1 N dengan 5 ml larutan HCl 0,1 N; 0,01 N, dan 0,5 N.

Dicatat waktu mulai pencampuran hingga terbentuk kekruhan.

B.   Menentukan Pengaruh Suhu Terhadap Laju Reaksi

   Dicampurkan 5 ml larutan Na2S2O3 0,1 N.

                     Ditambahkan 5 ml larutan HCl 0,1 N.

             Pada suhu kamar, suhu 500 C dan suhu 1000 C.

A.   Menetukan Orde Reaksi dan Tetapan Laju Reaksi

             Dilarutkan asam formiat 0,1 N sebanyak 4 ml.

              Ditambahkan ke dalam larutan KMnO4 0,01 N.

     Dicukupkan volumenya dengan aquadest hingga 50 ml.

         Diukur kadar KMnO4 pada waktu-waktu tertentu.

LAMPIRAN

Gambar : 5 ml larutan Na2S2O3  0,1 N + 5 ml larutan HCl 0,1 N pada suhu 100oC.

Gambar : 5 ml larutan Na2S2O3  0,1 N + 5 ml larutan HCl 0,1 N pada suhu 50oC.

Gambar : 5 ml larutan Na2S2O3  0,1 N + 5 ml larutan HCl 0,1 N ( suhu kamar )

Gambar : 5 ml larutan Na2S2O3  0,1 N + 5 ml larutan HCl 0,5 N

Gambar : 5 ml larutan Na2S2O3  0,1 N + 5 ml larutan HCl 0,01 N

Gambar : 5 ml larutan HCl 0,1 N + 5 ml larutan Na2S2O3  0,1 N

Gambar : 5 ml larutan HCl 0,1 N + 5 ml larutan Na2S2O3  0,01 N



Page 2