Pada masa pendudukannya Jepang membuat organisasi Jawa Hokokai yang dimaksudkan untuk

Pembentukan Jawa Hokokai Dimaksudkan untuk Menarik Simpati Rakyat Indonesia, Foto: Unsplash/Specna Arms

Selama menjajah Indonesia pada tahun 1942-1945, Jepang sempat membentuk beberapa organisasi, salah satunya Jawa Hokokai. Pembentukan jawa hokokai dimaksudkan untuk menarik simpati rakyat Indonesia dan mendapatkan dukungan nyata dari para pemuda Indonesia untuk turut membantu Jepang di dalam peperangan.

Pembentukan Jawa Hokokai Dimaksudkan untuk Menarik Simpati Rakyat Indonesia

Pembentukan Jawa Hokokai Dimaksudkan untuk Menarik Simpati Rakyat Indonesia , Foto: Unsplash/Steven Diaz

Selama menjajah Indonesia, Jepang sempat mendirikan beberapa organisasi untuk keperluan propaganda, seperti: Gerakan Tiga A dan Putera.

Organisasi Gerakan Tiga A adalah organisasi yang didirikan pada 29 Maret 1942 sebagai propaganda Jepang selama perang dunia ke II yang terdiri atas ‘Nippon Pemimpin Asia’, ‘Nippon Pelindung Asia’ dan ‘Nippon Cahaya Asia’.

Setelah itu, organisasi Putera atau Pusat Tenaga Rakyat juga didirikan oleh pemerintah Jepang pada 16 April 1943 dan dipimpin oleh Empat Serangkai. Namun, kedua organisasi tersebut tidak berlangsung lama dan segera dibubarkan.

Dikutip dari buku Sejarah untuk SMP dan MTs, Dr. Nana N.S. & Dra. Sudarini S., (2005:113), Jawa Hokokai dibentuk oleh Jenderal Kumakici Harada pada 8 Januari 1944 silam dengan tujuan untuk menumbuhkan persatuan dan semangat rakyat. Dengan persatuan dan semangat tersebut, maka Jepang bisa memperoleh dukungan dari lingkup rukun tetangga yang berisi 10 - 20 keluarga.

Jawa Hokokai dibentuk setelah beberapa organisasi bentukan Jepang lainnya mengalami kegagalan, seperti: Gerakan Tiga A dan Putera. Karena itu, Jawa Hokokai ditangani langsung oleh pemerintah Jepang. Dengan begitu, persiapan seluruh rakyat Jawa untuk membantu Jepang di dalam peperangan diharapkan dapat berjalan lebih baik.

Lebih dalam lagi, pembentukan Jawa hokokai bertujuan untuk melatih para pemuda Indonesia sebagai pasukan siap mati di dalam perang Pasifik berdasarkan 3 kebaktian, yakni: mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan, dan melaksanakan sesuatu tindakan dengan bukti nyata.

Namun, saat Jawa Hokokai aktif berdiri, Jepang malah mengalami kekalahan di dalam Perang Asia Timur Raya. Alhasil, Jepang tidak berhasil memperoleh dukungan dari rakyat Indonesia, karena Ir. Soekarno, dkk. Segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.

Jadi, tujuan pembentukan Jawa Hokokai pada masa penjajahan Jepang adalah untuk memperoleh dukungan maksimal dari rakyat dan pasukan berani mati yang berasal dari para pemuda Indonesia, untuk dimanfaatkan di dalam perang Pasifik. (BRP)

Himpunan Kebaktian Rakjat (奉公会, Hōkōkai) merupakan perkumpulan yang dibentuk oleh Jepang pada 8 Januari 1944 sebagai pengganti Pusat Tenaga Rakyat. Hokokai awalnya dibentuk di Jawa oleh Panglima Tentara Keenambelas, Jendral Kumakici Harada.[1] Hal ini dilakukan karena Jepang sadar bahwa Poetera lebih bermanfaat bagi perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia dibandingkan membela kepentingan Jepang untuk berperang melawan sekutu.

Berbeda dengan Poetera yang telah didirikan sebelumnya, Hokokai tidak memasukkan unsur pejabat Jepang di dalam organisasinya. Hokokai menghimpun semua pimpinan dari setiap golongan masyarakat baik pribumi maupun kelompok etnis lain seperti Tionghoa, India, dan Arab.[2]

 

Ir. Soekarno merupakan penasihat utama Jawa Hokokai.

Jawa Hokokai merupakan organisasi resmi pemerintah dan berada langsung di bawah pengawasan pejabat Jepang.[3] Tujuan pendirian organisasi ini adalah untuk penghimpunan tenaga rakyat, baik secara lahir ataupun batin sesuai dengan hokosishin (semangat kebaktian). Adapun yang termasuk semangat kebaktian itu di antaranya mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan, dan melaksanakan sesuatu dengan bukti. Pemimpin tertinggi perkumpulan ini adalah Gunseikan dan Soekarno menjadi penasihat utamanya. Jawa Hokokai dibentuk sebagai organisasi pusat yang merupakan kumpulan dari Hokokai (奉公会, Hōkōkai, secara literal Himpunan Pengabdi Masyarakat) atau jenis pekerjaan (profesi), antara lain Himpunan Kebaktian Dokter (bahasa Jepang: 医師 奉公会, Hepburn: Ishi Hōkōkai, Nihon-shiki: Izi Hôkôkai), Himpunan Kebaktian Pendidik (教育奉公会, Kyōiku Hōkōkai), Organisasi Wanita (婦人会, Fujinkai) dan Pusat Budaya (啓民文化指導所, Keimin Bunka Shidōsho). Perkumpulan ini adalah pelaksana pengerahan atau mobilisasi (penggerakan) barang yang berguna untuk kepentingan perang. Keanggotaan Jawa Hokokai adalah para pemuda yang berusia minimal 14 tahun dan maksimal 22 tahun.[4]

Kegiatan

Jawa Hokokai berasal dari Hoko Seishin (semangat kebangkitan). Kebangkitan yang dimaksud memiliki tiga dasar, yaitu mengorbankan diri, memperkuat persaudaraan, dan melakukan seluruh tugas yang dibebankan oleh Jepang. Tiga hal ini sangat dituntut oleh Jepang karena sudah terdesak dalam peperangan. Adapun tiga kegiatan yang dilakukan oleh Jawa Hokokai adalah sebagai berikut.

  • Melakukan sesuatu dengan ikhlas dan sekuat tenaga untuk mewujudkan kepentingan Jepang.
  • Memimpin rakyat untuk menyumbangkan seluruh tenaga berdasarkan rasa persaudaraan antar sesama bangsa.
  • Memperkokoh pembelaan tanah air.[5]

Selain itu, Jawa Hokokai juga merupakan organisasi pusat dengan unit kegiatan di bidang pembelajaran atau keguruan, organisasi budaya, dan perusahaan. Organisasi ini juga diberi tugas untuk memobilisasi masa dalam rangka mengumpulkan padi, permata, besi tua, dan menanam jarak untuk diserahkan ke Jepang.[3] Pengendalian politik yang dilakukan oleh Jawa Hokokai harus atas sepengetahuan Jepang dan khusus untuk kepentingan Jepang pula.[5]

Setelah Gerakan Tiga A dan Putera dibubarkan, Jepang perlu membentuk organisasi sosial lainnya. Organisasi ini dibutuhkan untuk menguatkan dukungan rakyat pribumi.

Apalagi, pada tahun 1944, Jepang mulai terhimpit dalam perang melawan negara-negara Barat. Sebagai pengganti Gerakan Tiga A dan Putera, Jepang membentuk Jawa Hokokai.

Panglima Tentara ke-16 Jepang, Jenderal Kumaikici Harada membentuk Jawa Hokokai atau Himpunan Kebaktian Jawa pada 8 Januari 1944. Jawa Hokokai dibentuk untuk menumbuhkan persatuan dan semangat rakyat.

Untuk menghadapi perang Jepang, rakyat diharapkan memberi darma baktinya terhadap pemerintah demi kemenangan perang. Kebaktian yang dimaksud yaitu:

1). Mengorbankan diri 2). Mempertebal persaudaraan, dan 3). Melaksanakan suatu tindakan dengan bukti

Berbeda dengan Putera yang digerakkan oleh tokoh pergerakan nasional, Jawa Hokokai benar-benar organisasi resmi pemerintah.

Pimpinan pusat, Gunseikan, dan dipegang oleh orang Jepang. Pimpinan daerah dari daerah syu (dipimpin syukocan), desa (ku dipimpin kuco), hingga tingkat rukun tetangga gumi, dipegang orang Jepang.

Soekarno dan Hasyim Asy'ari hanya berperan sebagai penasihat.

Jawa Hokokai dibentuk sampai rukun tetangga untuk mengorganisasikan 10 hingga 20 keluaga.

Pengerahan tenaga rakyat Program-program Jawa Hokokai yakni:

1). Melaksanakan segala tindakan dengan nyata dan ikhlas demi pemerintah Jepang 2). Memimpin rakyat untuk mengembangkan tenaganya berdasarkan semangat persaudaraan 3). Memperkokoh pembelaan tanah air

Jawa Hokokai terdiri dari hokokai (himpunan kebaktian) sesuai dengan bidang profesi. Ada Kyoiku Hokokai (kebaktian para pendidik guru-guru) dan Izi Hokokai (wadah kebaktian para dokter).

Ada juga anggota istimewa Keimin Bunka Shidosho (Pusat Kebudayaan) dan Fujinkai.

Fujinkai adalah organisasi perempuan yang meleburkan seluruh organisasi perempuan Indonesia. Jepang memerlukan organisasi ini sebagai tenaga bantuan untuk mengatasi masalah sosial ekonomi yang buruk pada masa itu.

Fujinkai dipimpin oleh Nyonya Sunarjo Mangunpuspito, tokoh pergerakan nasional. Melalui Fujinkai, diadakan kegiatan sosial di kampung-kampung di dalam kota, antara lain penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan.

Fujinkai juga mengadakan kegiatan bertanam kapas, memintal benang, dan menenun. Pada dasarnya, kegiatan Fujinkai adalah untuk membantu meringankan penderitaan rakyat.

Untuk memenangkan perang Jepang, anggota Jawa Hokokai memang diminta mengerahkan tenaga dan hasil bumi sesuai dengan target yang di tentukan.

Jawa Hokokai hanya berkembang di Pulau Jawa. Di Sumatra, organisasi seperti Jawa Hokokai sulit dibentuk. Hal ini dikarenakan Sumatra punya suku, bahasa, dan adat istiadat, sehingga sulit dibentuk organisasi yang terpusat.

Di luar Jawa, hanya ada organisasi lokal yang di tingkat daerah. Golongan nasionalis di luar Jawa pun tidak mendapatkan wadah.

  1. ^ "Djawa Hokoka | Portal Resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta". jakarta.go.id. Diakses tanggal 2020-08-13. [pranala nonaktif permanen]
  2. ^ Zed, Mestika; Amri, Emizal; Edmihardi (2002). Sejarah perjuangan kemerdekaan 1945-1949 di Kota Padang dan sekitarnya. Yayasan Citra Budaya Indonesia. ISBN 978-979-95830-5-5. 
  3. ^ a b S.Pd, Drs Tugiyono Ks , Drs Tri Widiarto, M. Pd , Drs, Henny Dewi Koeswanti, M. Pd , Drs Sunardi, Drs Jono Trimanto, Drs Mirza Fansyuri, Ratna Evy Kristina. Pengetahuan Sosial Sejarah 2. Grasindo. ISBN 978-979-732-383-7. 
  4. ^ Sejarah. Yudhistira Ghalia Indonesia. ISBN 978-979-746-195-9. 
  5. ^ a b ix, untuk smp/mts kelas. Ilmu Pengetahuan Sosial 3. Grasindo. ISBN 978-979-462-882-9. 

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hokokai&oldid=20131054"


Page 2

8 Januari adalah hari ke-8 dalam kalender Gregorian dengan 357 hari (atau 358 hari dalam tahun kabisat) menjelang akhir tahun.

1
2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30 31  
  • 1297 - Monako merdeka.
  • 1867 - Warga Afrika Amerika diberikan hak pilih di District of Columbia, Amerika Serikat.
  • 1912 - Kongres Nasional Afrika didirikan.
  • 1916 - Perang Dunia I: Tentara sekutu mundur dari Gallipoli.
  • 1918 - Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson mengumumkan "Program 14 Titik"-nya setelah Perang Dunia I.
  • 1926 - Abdul-Aziz bin Saud menjadi Raja Hejaz dan menamainya Arab Saudi.
  • 1989 - Musibah Kegworth menewaskan 47 orang di Britania Raya.
  • 1996 - Krisis sandera Mapenduma, militan OPM kelompok Kelly Kwalik menyandera 26 anggota Tim Ekspedisi Lorentz 95 di desa Mapenduma, Jayawijaya, Irian Jaya.
  • 1823 - Alfred Russel Wallace, ahli lingkungan dan biologi Britania (w. 1913)
  • 1935 - Elvis Presley, penyanyi dan gitaris Amerika (w. 1977)
  • 1942 - Stephen Hawking, fisikawan dan penulis Inggris (w. 2018)
  • 1974 - Rieke Diah Pitaloka, pesinetron Indonesia, anggota DPR-RI
  • 1979 - Donna Agnesia, aktris Indonesia
  • 1979 - Marsha Timothy, aktris Indonesia
  • 1983 - Kim Jong-un, Pemimpin Tertinggi Korea Utara
  • 1992 - Apostolos Vellios, pemain sepak bola Yunani
  • 1995 - Ravi Murdianto, penjaga gawang utama Tim nasional sepak bola U-19 Indonesia
  • 1324 - Marco Polo, petualang Italia (l. 1254)
  • 1642 - Galileo Galilei, astronom dan fisikawan Italia (l. 1564)
  • 1855 - Diponegoro (l. 1785)
  • 1941 - Robert Baden-Powell, pendiri Gerakan Kepanduan. (l. 1857)
  • 1942 - Joseph Franklin Rutherford, Presiden Lembaga Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania (l. 1869)
  • 1997 - Melvin Calvin, kimiawan Amerika Serikat, pemenang Hadiah Nobel tahun 1961 (l. 1911)
  • 2011 - Elfa Secioria, komposer Indonesia (l. 1959)
  • 1982 - Maulid Nabi Muhammad SAW 1402 Hijriah.
  • 2000 - Idul Fitri 1420 Hijriah.

7 Januari - 8 Januari - 9 Januari

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=8_Januari&oldid=20136957"