Pada fase ekspirasi Apakah yang terjadi pada paru-paru?

Tags (tagged): sistem, respirasi, pernapasan, unkris, sistem organ, digunakan, pertukaran, otot antartulang, rusuk mekanismenya, dibedakan, rusuk sehingga rongga, dada menjadi, kecil, sebagai akibatnya, menjadi, lebih kecil, daripada, tekanan luar sehingga, udara, pusat, ilmu, pengetahuan hidung rongga, hidung faring, laring, trakea paru paru, zona sistem, pusat ilmu, pengetahuan


Page 2

Tags (tagged): sistem, respirasi, pernapasan, unkris, sistem organ, digunakan, pertukaran, otot antartulang, rusuk mekanismenya, dibedakan, rusuk sehingga rongga, dada menjadi, kecil, sebagai akibatnya, menjadi, lebih kecil, daripada, tekanan luar sehingga, udara, pusat, ilmu, pengetahuan hidung rongga, hidung faring, laring, trakea paru paru, zona sistem, pusat ilmu, pengetahuan


Page 3

Tags (tagged): sistem, respirasi, pernapasan, unkris, sistem organ, digunakan, pertukaran, otot antartulang, rusuk mekanismenya, dibedakan, rusuk sehingga rongga, dada menjadi, kecil, sebagai akibatnya, menjadi, lebih kecil, daripada, tekanan luar sehingga, udara, pusat, ilmu, pengetahuan hidung rongga, hidung faring, laring, trakea paru paru, zona sistem, pusat ilmu, pengetahuan


Page 4

Tags (tagged): sistem, respirasi, pernapasan, unkris, sistem organ, digunakan, pertukaran, otot antartulang, rusuk mekanismenya, dibedakan, rusuk sehingga rongga, dada menjadi, kecil, sebagai akibatnya, menjadi, lebih kecil, daripada, tekanan luar sehingga, udara, center, of, studies hidung rongga, hidung faring, laring, trakea paru paru, zona sistem, center of, studies


Page 5

Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) (kelahiran di Surakarta, Jawa Tengah, 6 November 1949) adalah seorang dosen[1] dan pakar jantung[1] yang menjabat untuk anggota Dewan Pertimbangan Presiden sejak 25 Januari 2010. Sebelumnya beliau menjabat untuk Menteri Kesehatan Indonesia dalam Kabinet Indonesia Bersatu pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Beliau merupakan salah satu dari empat perempuan yang menjabat untuk menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu, selain Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta.

Beliau melakukan pekerjaan untuk staf pengajar kardiologi Universitas Indonesia. Setelah itu, selama 25 tahun, beliau menjadi pakar jantung di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

Pada tanggal 20 Oktober 2004, Siti Fadilah dilantik menjadi Menteri Kesehatan oleh Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.

Pada tahun 2007, beliau menulis buku berjudul Ketikanya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung konspirasi Amerika Serikat dan organisasi WHO dalam mengembangkan senjata biologis dengan menggunakan virus flu burung. Buku ini menuai protes dari petinggi WHO dan Amerika Serikat.

Beliau menikah dengan Ir. Muhamad Supari dan dikaruniai 3 orang anak.

Pendidikan

Siti Fadilah menyelesaikan sekolah atasnya di SMAN 1 Surakarta . Beliau menerima gelar sarjana dari Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta) pada tahun 1972. Pada 1987, beliau menerima gelar master (S-2) untuk penyakit jantung dan pembuluh darah dari Universitas Indonesia pada 1987. Pada 1996, beliau menerima gelar doktor (S-3) dari Universitas Indonesia.

Kursus

Pada 1993, beliau mengambil kursus Kardiologi Molekuler di Heart House Washington DC, Maryland (Amerika Serikat) dan kursus Epidemiologi di Fakultas Universitas Indonesia (1997). Pada 1998, beliau kursus Preventive Cardiology di Goteborg (Swedia) dan peneliti di Bowman Grey Comparative Medicine (Universitas Wake Forest, Amerika Serikat).

Karier

Sebelum menjadi menteri

Beliau tampil untuk dosen tamu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, dosen tamu di Pasca Sarjana Jurusan Epidemiologi Universitas Indonesia dan pengajar Departemen Jantung dan Pembuluh Darah Pusat Jantung Nasional Harapan Kita/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan staf pengajar kardiologi Universitas Indonesia.

Siti Fadilah telah menjabat menjadi pakar jantung Rumah Sakit Jantung Harapan Kita selama 25 tahun. Beliau juga menjadi Kepala Unit Penelitian Yayasan Jantung Indonesia dan Kepala Pusat Penelitian Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

Menjadi menteri kesehatan

Pada 20 Oktober 2004, beliau ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memimpin Departemen Kesehatan. Beliau mengaku terkejut karena ditunjuk menjadi menteri. Serah terima jabatan menkes dari Achmad Sujudi ke Siti Fadilah dilaksanakan di Jakarta, 21 Oktober 2004. Film kaleidoskop Departemen Kesehatan tahun 1999-2004 diputar pada cara tsb. Selain itu, Achmad Sujudi juga menyerahkan 32 buku yang berisi keaktifan, kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang diproduksi serta memori jabatan yang diharapkan dapat menjadi acuan kebijakan selanjutnya.

Siti Fadilah mengakhiri pengiriman virus flu burung ke laboratorium WHO pada November 2006[2][3] karena ketakutan akan pengembangan vaksin yang lalu dijual ke negara-negara berkembang, dengan Amerika Serikat mendapat keuntungan dan Indonesia tidak mendapat apa-apa.[4] Beliau juga takut bahwa vaksin itu akan dipakai untuk senjata biologi.[4] Setelah itu, beliau berupaya mengembalikan hak Indonesia. Pada 28 Maret 2007, Indonesia mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan WHO untuk memulai pengiriman virus dengan cara baru untuk memberikan akses vaksin terhadap negara berkembang.[5] Siti Fadilah mengkonfirmasi pada tanggal 15 Mei 2007 bahwa Indonesia kembali mengirimkan sampel H5N1 ke laboratorium WHO.[5][3]

Pada Maret 2007, beliau menuding Askes tidak menyalurkan klaim rumah sakit sesuai dengan permintaan dalam rapat di Dewan Perwakilan Rakyat.

Pada tanggal 6 Januari 2008, Siti Fadilah merilis buku Ketikanya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung yang berisi tentang konspirasi Amerika Serikat dan WHO dalam mengembangkan "senjata biologis" dengan menggunakan virus flu burung. Bukunya dianggap membongkar konspirasi WHO dan AS[6] Siti Fadilah "membuka kedok" World Health Organization (WHO) yang telah lebih dari 50 tahun mewajibkan virus sharing yang ternyata banyak merugikan negara miskin dan berkembang asal virus tsb.[4] Buku ini menuai protes dari petinggi-petinggi WHO dan AS. Buku edisi Bahasa Inggris ditarik dari peredaran untuk dilaksanakan revisi,[7] sedangkan buku edisi Bahasa Indonesia masih beredar dan memasuki cetakan ke-4.

Berikut adalah sebagian kutipan dari apa yang tertulis di buku tsb.

Namun ironisnya pembuat vaksin adalah perusahaan yang berada di negara-negara industri, negara maju, negara kaya yang tidak mempunyai kasus flu burung pada manusia. Dan selanjutnya vaksin itu dijual ke semua dunia juga akan dijual ke negara kita. Tetapi tanpa sepengetahuan lebih-lebih kompensasi untuk si pengirim virus, adalah saudara kita yang berada di Vietnam.
Mengapa begini? Jiwa kedaulatan diri sendiri terusik. Seolah diri sendiri melihat ke balik, berada bayang-bayang penjajah dengan semena-mena merampas padi yang menguning, karena kita hanya dapat menumbuk padi menggunakan lesung, sedangkan sang penjajah punya mesin sleyp padi yang modern. Seolah diri sendiri melihat penjajah menyedot minyak bumi di Tanah Cairan kita seenaknya, karena kita tidak menduduki teknologi dan tidak memiliki uang untuk mengolahnya. Inikah yang dikata neo-kolonialisme yang diramal oleh Bung Karno 50 tahun yang lalu? Ketidak-berdayaan suatu bangsa menjadi sumber keuntungan bangsa yang lain? Demikian jugakah pengiriman virus influenza di WHO yang sudah berlanjut selama 50 tahun, dengan dalih oleh karena beradanya GISN (Global Influenza Surveillance Network). Diri sendiri tidak memahami siapa yang membangun GISN yang sangat berkuasa tsb sehingga negara-negara penderita Flu Burung tampak tidak berkekuatan menjalani ketentuan yang digariskan oleh WHO menempuh GISN dan mesti patuh meskipun berada ketidak-adilan?

Siti Fadilah menjamin bahwa Indonesia dapat menghasilkan vaksin flu burung sendiri pada Mei 2008.[8][9] Beliau juga menyatakan bahwa industri vaksin Indonesia setara dengan Republik Rakyat Tiongkok.[10]

Pada Selasa, 12 Mei 2009, beliau memohon disampaikan secara khusus supaya penerimaan mahasiswa asing untuk segi kedokteran dihentikan secara bertahap kepada petinggi Universitas Padjadjaran, Bandung, dihadapan para wartawan, ketika pergi ke Rumah Sakit Mata Cicendo, Bandung. Alasannya, masih banyak orang Indonesia yang bersedia aci dokter, serta fasilitas rumah sakit yang dipakai untuk praktik mahasiswa kedokteran asing dibiayai oleh uang rakyat tetapi dipakai yang akan menjadi dokter dari Malaysia.[11]

Departemen Kesehatan melakukan pekerjaan sama dengan Metro TV, membuat cara talkshow yang bernama Bincang Bincang Bareng Bu Menkes yang kerap disingkat B4M. Cara ini kerap tayang setiap ahad malam, dan yang bertindak untuk co-host adalah Denny Chandra dan Kelik.

Pada bulan Oktober 2009 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara formal melantik menteri Kabinet Bersatu II. [12] Endang Rahayu Sedyaningsih ditunjuk untuk pengganti Siti Fadilah untuk Menteri Kesehatan yang baru.[13]

Tersangka Korupsi Proyek Peralatan Kesehatan 2005

Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah menjadi tersangka kasus dugaan korupsi pada bulan April 2012 atas proyek pengadaan peralatan kesehatan untuk perihal acinya luar biasa tahun 2005 senilai 15 Milyar Rupiah dengan lebih kurang kerugian negara sebesar 6 Milyar Rupiah. [14] [15]

Penghargaan

Penghargaan yang pernah diterima selang lain:[16]

Lihat juga

Referensi

Footnote

Tautan luar

Lihat juga

Kabinet Indonesia Bersatu (2004–2009)

 

Presiden: Susilo Bambang Yudhoyono | Wakil Presiden: Muhammad Jusuf Kalla

 

Menko Polhukam: Widodo Adi Sutjipto • Menko Perekonomian: Aburizal Bakrie, Boediono, Sri Mulyani (Plt.) • Menko Kesra: Alwi Shihab, Aburizal Bakrie • Mensesneg: Yusril Ihza Mahendra, Hatta Rajasa • Mendagri: Mohammad Ma'ruf, Widodo Adi Sutjipto (ad-interim), Mardiyanto • Menlu: Hassan Wirajuda • Menhan: Juwono Sudarsono • Menkumham: Hamid Awaluddin, Andi Matalatta • Menkeu: Jusuf Anwar, Sri Mulyani • Menteri ESDM: Purnomo Yusgiantoro • Menperin: Andung A. Nitimiharja, Fahmi Idris • Mendag: Mari Elka Pangestu • Mentan: Anton Apriyantono • Menhut: M. S. Kaban • Menhub: Hatta Rajasa, Jusman Syafii Djamal • Menteri KP: Freddy Numberi • Mennakertrans: Fahmi Idris, Erman Soeparno • Menteri PU: Djoko Kirmanto • Menkes: Siti Fadilah Supari • Mendiknas: Bambang Sudibyo • Mensos: Bachtiar Chamsyah • Menag: Muhammad Maftuh Basyuni • Menbudpar: Jero Wacik, Mohammad Nuh (ad-interim) • Menkominfo: Sofyan Djalil, Mohammad Nuh • Mennegristek: Kusmayanto Kadiman • Menneg KUKM: Suryadharma Ali, Mari Elka Pangestu (ad-interim) • Menneg LH: Rachmat Witoelar • Menneg PP: Meutia Hatta • Menneg PAN: Taufiq Effendi, Widodo Adi Sutjipto (ad-interim) • Menneg PDT: Saifullah Yusuf, Muhammad Lukman Edy, Djoko Kirmanto (ad-interim) • Menneg PPN/Kepala Bappenas: Sri Mulyani, Paskah Suzetta • Menneg BUMN: Soegiharto, Sofyan Djalil • Mennegpera: Muhammad Yusuf Asy'ari • Mennegpora: Adhyaksa Dault • Jaksa Luhur: Abdul Rahman Saleh, Hendarman Supandji • Panglima TNI: Endriartono Sutarto, Djoko Suyanto, Djoko Santoso • Kapolri: Da'i Bachtiar, Sutanto, Bambang Hendarso Danuri

 

Sekretaris Kabinet: Sudi Silalahi


edunitas.com


Page 6

Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) (kelahiran di Surakarta, Jawa Tengah, 6 November 1949) adalah seorang dosen[1] dan pakar jantung[1] yang menjabat untuk anggota Dewan Pertimbangan Presiden sejak 25 Januari 2010. Sebelumnya beliau menjabat untuk Menteri Kesehatan Indonesia dalam Kabinet Indonesia Bersatu pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Beliau merupakan salah satu dari empat perempuan yang menjabat untuk menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu, selain Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta.

Beliau melakukan pekerjaan untuk staf pengajar kardiologi Universitas Indonesia. Setelah itu, selama 25 tahun, beliau menjadi pakar jantung di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

Pada tanggal 20 Oktober 2004, Siti Fadilah dilantik menjadi Menteri Kesehatan oleh Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.

Pada tahun 2007, beliau menulis buku berjudul Ketikanya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung konspirasi Amerika Serikat dan organisasi WHO dalam mengembangkan senjata biologis dengan menggunakan virus flu burung. Buku ini menuai protes dari petinggi WHO dan Amerika Serikat.

Beliau menikah dengan Ir. Muhamad Supari dan dikaruniai 3 orang anak.

Pendidikan

Siti Fadilah menyelesaikan sekolah atasnya di SMAN 1 Surakarta . Beliau menerima gelar sarjana dari Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta) pada tahun 1972. Pada 1987, beliau menerima gelar master (S-2) untuk penyakit jantung dan pembuluh darah dari Universitas Indonesia pada 1987. Pada 1996, beliau menerima gelar doktor (S-3) dari Universitas Indonesia.

Kursus

Pada 1993, beliau mengambil kursus Kardiologi Molekuler di Heart House Washington DC, Maryland (Amerika Serikat) dan kursus Epidemiologi di Fakultas Universitas Indonesia (1997). Pada 1998, beliau kursus Preventive Cardiology di Goteborg (Swedia) dan peneliti di Bowman Grey Comparative Medicine (Universitas Wake Forest, Amerika Serikat).

Karier

Sebelum menjadi menteri

Beliau tampil untuk dosen tamu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, dosen tamu di Pasca Sarjana Jurusan Epidemiologi Universitas Indonesia dan pengajar Departemen Jantung dan Pembuluh Darah Pusat Jantung Nasional Harapan Kita/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan staf pengajar kardiologi Universitas Indonesia.

Siti Fadilah telah menjabat menjadi pakar jantung Rumah Sakit Jantung Harapan Kita selama 25 tahun. Beliau juga menjadi Kepala Unit Penelitian Yayasan Jantung Indonesia dan Kepala Pusat Penelitian Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

Menjadi menteri kesehatan

Pada 20 Oktober 2004, beliau ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memimpin Departemen Kesehatan. Beliau mengaku terkejut karena ditunjuk menjadi menteri. Serah terima jabatan menkes dari Achmad Sujudi ke Siti Fadilah dilaksanakan di Jakarta, 21 Oktober 2004. Film kaleidoskop Departemen Kesehatan tahun 1999-2004 diputar pada cara tsb. Selain itu, Achmad Sujudi juga menyerahkan 32 buku yang berisi perkara, kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang dihasilkan serta memori jabatan yang diharapkan dapat menjadi acuan kebijakan selanjutnya.

Siti Fadilah mengakhiri pengiriman virus flu burung ke laboratorium WHO pada November 2006[2][3] karena ketakutan akan pengembangan vaksin yang lalu dijual ke negara-negara berkembang, dengan Amerika Serikat mendapat keuntungan dan Indonesia tidak mendapat apa-apa.[4] Beliau juga takut bahwa vaksin itu akan dipakai untuk senjata biologi.[4] Setelah itu, beliau berupaya mengembalikan hak Indonesia. Pada 28 Maret 2007, Indonesia mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan WHO untuk memulai pengiriman virus dengan cara baru untuk memberikan akses vaksin terhadap negara berkembang.[5] Siti Fadilah mengkonfirmasi pada tanggal 15 Mei 2007 bahwa Indonesia kembali mengirimkan sampel H5N1 ke laboratorium WHO.[5][3]

Pada Maret 2007, beliau menuding Askes tidak menyalurkan klaim rumah sakit sesuai dengan permintaan dalam rapat di Dewan Perwakilan Rakyat.

Pada tanggal 6 Januari 2008, Siti Fadilah merilis buku Ketikanya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung yang berisi tentang konspirasi Amerika Serikat dan WHO dalam mengembangkan "senjata biologis" dengan menggunakan virus flu burung. Bukunya dianggap membongkar konspirasi WHO dan AS[6] Siti Fadilah "membuka kedok" World Health Organization (WHO) yang telah lebih dari 50 tahun mewajibkan virus sharing yang ternyata banyak merugikan negara miskin dan berkembang asal virus tsb.[4] Buku ini menuai protes dari petinggi-petinggi WHO dan AS. Buku edisi Bahasa Inggris ditarik dari peredaran untuk dilaksanakan revisi,[7] sedangkan buku edisi Bahasa Indonesia masih beredar dan memasuki cetakan ke-4.

Berikut adalah sebagian kutipan dari apa yang tertulis di buku tsb.

Namun ironisnya pembuat vaksin adalah perusahaan yang berada di negara-negara industri, negara maju, negara kaya yang tidak mempunyai kasus flu burung pada manusia. Dan selanjutnya vaksin itu dijual ke semua dunia juga akan dijual ke negara kita. Tetapi tanpa sepengetahuan lebih-lebih kompensasi untuk si pengirim virus, adalah saudara kita yang berada di Vietnam.
Mengapa begini? Jiwa kedaulatan diri sendiri terusik. Seolah diri sendiri melihat ke balik, berada bayang-bayang penjajah dengan semena-mena merampas padi yang menguning, karena kita hanya dapat menumbuk padi menggunakan lesung, sedangkan sang penjajah punya mesin sleyp padi yang modern. Seolah diri sendiri melihat penjajah menyedot minyak bumi di Tanah Cairan kita seenaknya, karena kita tidak menduduki teknologi dan tidak memiliki uang untuk mengolahnya. Inikah yang dikata neo-kolonialisme yang diramal oleh Bung Karno 50 tahun yang lalu? Ketidak-berdayaan suatu bangsa menjadi sumber keuntungan bangsa yang lain? Demikian jugakah pengiriman virus influenza di WHO yang sudah berlanjut selama 50 tahun, dengan dalih oleh karena beradanya GISN (Global Influenza Surveillance Network). Diri sendiri tidak memahami siapa yang mendirikan GISN yang sangat berkuasa tsb sehingga negara-negara penderita Flu Burung tampak tidak berkekuatan menjalani ketentuan yang digariskan oleh WHO menempuh GISN dan mesti patuh meskipun berada ketidak-adilan?

Siti Fadilah menjamin bahwa Indonesia dapat menghasilkan vaksin flu burung sendiri pada Mei 2008.[8][9] Beliau juga menyatakan bahwa industri vaksin Indonesia setara dengan Republik Rakyat Tiongkok.[10]

Pada Selasa, 12 Mei 2009, beliau memohon disampaikan secara khusus supaya penerimaan mahasiswa asing untuk bidang kedokteran dihentikan secara bertahap kepada petinggi Universitas Padjadjaran, Bandung, dihadapan para wartawan, ketika pergi ke Rumah Sakit Mata Cicendo, Bandung. Alasannya, masih banyak orang Indonesia yang ingin aci dokter, serta fasilitas rumah sakit yang dipakai untuk praktik mahasiswa kedokteran asing dibiayai oleh uang rakyat tetapi dipakai yang akan menjadi dokter dari Malaysia.[11]

Departemen Kesehatan melakukan pekerjaan sama dengan Metro TV, membuat cara talkshow yang bernama Bincang Bincang Bareng Bu Menkes yang kerap disingkat B4M. Cara ini kerap tayang setiap ahad malam, dan yang bertindak untuk co-host adalah Denny Chandra dan Kelik.

Pada bulan Oktober 2009 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara formal melantik menteri Kabinet Bersatu II. [12] Endang Rahayu Sedyaningsih ditunjuk untuk pengganti Siti Fadilah untuk Menteri Kesehatan yang baru.[13]

Tersangka Korupsi Proyek Peralatan Kesehatan 2005

Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah menjadi tersangka kasus dugaan korupsi pada bulan April 2012 atas proyek pengadaan peralatan kesehatan untuk perihal acinya luar biasa tahun 2005 senilai 15 Milyar Rupiah dengan lebih kurang kerugian negara sebesar 6 Milyar Rupiah. [14] [15]

Penghargaan

Penghargaan yang pernah diterima selang lain:[16]

Lihat juga

Referensi

Footnote

Pranala luar

Lihat juga

Kabinet Indonesia Bersatu (2004–2009)

 

Presiden: Susilo Bambang Yudhoyono | Wakil Presiden: Muhammad Jusuf Kalla

 

Menko Polhukam: Widodo Adi Sutjipto • Menko Perekonomian: Aburizal Bakrie, Boediono, Sri Mulyani (Plt.) • Menko Kesra: Alwi Shihab, Aburizal Bakrie • Mensesneg: Yusril Ihza Mahendra, Hatta Rajasa • Mendagri: Mohammad Ma'ruf, Widodo Adi Sutjipto (ad-interim), Mardiyanto • Menlu: Hassan Wirajuda • Menhan: Juwono Sudarsono • Menkumham: Hamid Awaluddin, Andi Matalatta • Menkeu: Jusuf Anwar, Sri Mulyani • Menteri ESDM: Purnomo Yusgiantoro • Menperin: Andung A. Nitimiharja, Fahmi Idris • Mendag: Mari Elka Pangestu • Mentan: Anton Apriyantono • Menhut: M. S. Kaban • Menhub: Hatta Rajasa, Jusman Syafii Djamal • Menteri KP: Freddy Numberi • Mennakertrans: Fahmi Idris, Erman Soeparno • Menteri PU: Djoko Kirmanto • Menkes: Siti Fadilah Supari • Mendiknas: Bambang Sudibyo • Mensos: Bachtiar Chamsyah • Menag: Muhammad Maftuh Basyuni • Menbudpar: Jero Wacik, Mohammad Nuh (ad-interim) • Menkominfo: Sofyan Djalil, Mohammad Nuh • Mennegristek: Kusmayanto Kadiman • Menneg KUKM: Suryadharma Ali, Mari Elka Pangestu (ad-interim) • Menneg LH: Rachmat Witoelar • Menneg PP: Meutia Hatta • Menneg PAN: Taufiq Effendi, Widodo Adi Sutjipto (ad-interim) • Menneg PDT: Saifullah Yusuf, Muhammad Lukman Edy, Djoko Kirmanto (ad-interim) • Menneg PPN/Kepala Bappenas: Sri Mulyani, Paskah Suzetta • Menneg BUMN: Soegiharto, Sofyan Djalil • Mennegpera: Muhammad Yusuf Asy'ari • Mennegpora: Adhyaksa Dault • Jaksa Luhur: Abdul Rahman Saleh, Hendarman Supandji • Panglima TNI: Endriartono Sutarto, Djoko Suyanto, Djoko Santoso • Kapolri: Da'i Bachtiar, Sutanto, Bambang Hendarso Danuri

 

Sekretaris Kabinet: Sudi Silalahi


edunitas.com


Page 7

Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) (kelahiran di Surakarta, Jawa Tengah, 6 November 1949) adalah seorang dosen[1] dan pakar jantung[1] yang menjabat untuk anggota Dewan Pertimbangan Presiden sejak 25 Januari 2010. Sebelumnya beliau menjabat untuk Menteri Kesehatan Indonesia dalam Kabinet Indonesia Bersatu pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Beliau merupakan salah satu dari empat perempuan yang menjabat untuk menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu, selain Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta.

Beliau melakukan pekerjaan untuk staf pengajar kardiologi Universitas Indonesia. Setelah itu, selama 25 tahun, beliau menjadi pakar jantung di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

Pada tanggal 20 Oktober 2004, Siti Fadilah dilantik menjadi Menteri Kesehatan oleh Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.

Pada tahun 2007, beliau menulis buku berjudul Ketikanya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung konspirasi Amerika Serikat dan organisasi WHO dalam mengembangkan senjata biologis dengan menggunakan virus flu burung. Buku ini menuai protes dari petinggi WHO dan Amerika Serikat.

Beliau menikah dengan Ir. Muhamad Supari dan dikaruniai 3 orang anak.

Pendidikan

Siti Fadilah menyelesaikan sekolah atasnya di SMAN 1 Surakarta . Beliau menerima gelar sarjana dari Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta) pada tahun 1972. Pada 1987, beliau menerima gelar master (S-2) untuk penyakit jantung dan pembuluh darah dari Universitas Indonesia pada 1987. Pada 1996, beliau menerima gelar doktor (S-3) dari Universitas Indonesia.

Kursus

Pada 1993, beliau mengambil kursus Kardiologi Molekuler di Heart House Washington DC, Maryland (Amerika Serikat) dan kursus Epidemiologi di Fakultas Universitas Indonesia (1997). Pada 1998, beliau kursus Preventive Cardiology di Goteborg (Swedia) dan peneliti di Bowman Grey Comparative Medicine (Universitas Wake Forest, Amerika Serikat).

Karier

Sebelum menjadi menteri

Beliau tampil untuk dosen tamu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, dosen tamu di Pasca Sarjana Jurusan Epidemiologi Universitas Indonesia dan pengajar Departemen Jantung dan Pembuluh Darah Pusat Jantung Nasional Harapan Kita/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan staf pengajar kardiologi Universitas Indonesia.

Siti Fadilah telah menjabat menjadi pakar jantung Rumah Sakit Jantung Harapan Kita selama 25 tahun. Beliau juga menjadi Kepala Unit Penelitian Yayasan Jantung Indonesia dan Kepala Pusat Penelitian Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

Menjadi menteri kesehatan

Pada 20 Oktober 2004, beliau ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memimpin Departemen Kesehatan. Beliau mengaku terkejut karena ditunjuk menjadi menteri. Serah terima jabatan menkes dari Achmad Sujudi ke Siti Fadilah dilaksanakan di Jakarta, 21 Oktober 2004. Film kaleidoskop Departemen Kesehatan tahun 1999-2004 diputar pada cara tsb. Selain itu, Achmad Sujudi juga menyerahkan 32 buku yang berisi perkara, kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang dihasilkan serta memori jabatan yang diharapkan dapat menjadi acuan kebijakan selanjutnya.

Siti Fadilah mengakhiri pengiriman virus flu burung ke laboratorium WHO pada November 2006[2][3] karena ketakutan akan pengembangan vaksin yang lalu dijual ke negara-negara berkembang, dengan Amerika Serikat mendapat keuntungan dan Indonesia tidak mendapat apa-apa.[4] Beliau juga takut bahwa vaksin itu akan dipakai untuk senjata biologi.[4] Setelah itu, beliau berupaya mengembalikan hak Indonesia. Pada 28 Maret 2007, Indonesia mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan WHO untuk memulai pengiriman virus dengan cara baru untuk memberikan akses vaksin terhadap negara berkembang.[5] Siti Fadilah mengkonfirmasi pada tanggal 15 Mei 2007 bahwa Indonesia kembali mengirimkan sampel H5N1 ke laboratorium WHO.[5][3]

Pada Maret 2007, beliau menuding Askes tidak menyalurkan klaim rumah sakit sesuai dengan permintaan dalam rapat di Dewan Perwakilan Rakyat.

Pada tanggal 6 Januari 2008, Siti Fadilah merilis buku Ketikanya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung yang berisi tentang konspirasi Amerika Serikat dan WHO dalam mengembangkan "senjata biologis" dengan menggunakan virus flu burung. Bukunya dianggap membongkar konspirasi WHO dan AS[6] Siti Fadilah "membuka kedok" World Health Organization (WHO) yang telah lebih dari 50 tahun mewajibkan virus sharing yang ternyata banyak merugikan negara miskin dan berkembang asal virus tsb.[4] Buku ini menuai protes dari petinggi-petinggi WHO dan AS. Buku edisi Bahasa Inggris ditarik dari peredaran untuk dilaksanakan revisi,[7] sedangkan buku edisi Bahasa Indonesia masih beredar dan memasuki cetakan ke-4.

Berikut adalah sebagian kutipan dari apa yang tertulis di buku tsb.

Namun ironisnya pembuat vaksin adalah perusahaan yang berada di negara-negara industri, negara maju, negara kaya yang tidak mempunyai kasus flu burung pada manusia. Dan selanjutnya vaksin itu dijual ke semua dunia juga akan dijual ke negara kita. Tetapi tanpa sepengetahuan lebih-lebih kompensasi untuk si pengirim virus, adalah saudara kita yang berada di Vietnam.
Mengapa begini? Jiwa kedaulatan diri sendiri terusik. Seolah diri sendiri melihat ke balik, berada bayang-bayang penjajah dengan semena-mena merampas padi yang menguning, karena kita hanya dapat menumbuk padi menggunakan lesung, sedangkan sang penjajah punya mesin sleyp padi yang modern. Seolah diri sendiri melihat penjajah menyedot minyak bumi di Tanah Cairan kita seenaknya, karena kita tidak menduduki teknologi dan tidak memiliki uang untuk mengolahnya. Inikah yang dikata neo-kolonialisme yang diramal oleh Bung Karno 50 tahun yang lalu? Ketidak-berdayaan suatu bangsa menjadi sumber keuntungan bangsa yang lain? Demikian jugakah pengiriman virus influenza di WHO yang sudah berlanjut selama 50 tahun, dengan dalih oleh karena beradanya GISN (Global Influenza Surveillance Network). Diri sendiri tidak memahami siapa yang mendirikan GISN yang sangat berkuasa tsb sehingga negara-negara penderita Flu Burung tampak tidak berkekuatan menjalani ketentuan yang digariskan oleh WHO menempuh GISN dan mesti patuh meskipun berada ketidak-adilan?

Siti Fadilah menjamin bahwa Indonesia dapat menghasilkan vaksin flu burung sendiri pada Mei 2008.[8][9] Beliau juga menyatakan bahwa industri vaksin Indonesia setara dengan Republik Rakyat Tiongkok.[10]

Pada Selasa, 12 Mei 2009, beliau memohon disampaikan secara khusus supaya penerimaan mahasiswa asing untuk bidang kedokteran dihentikan secara bertahap kepada petinggi Universitas Padjadjaran, Bandung, dihadapan para wartawan, ketika pergi ke Rumah Sakit Mata Cicendo, Bandung. Alasannya, masih banyak orang Indonesia yang ingin aci dokter, serta fasilitas rumah sakit yang dipakai untuk praktik mahasiswa kedokteran asing dibiayai oleh uang rakyat tetapi dipakai yang akan menjadi dokter dari Malaysia.[11]

Departemen Kesehatan melakukan pekerjaan sama dengan Metro TV, membuat cara talkshow yang bernama Bincang Bincang Bareng Bu Menkes yang kerap disingkat B4M. Cara ini kerap tayang setiap ahad malam, dan yang bertindak untuk co-host adalah Denny Chandra dan Kelik.

Pada bulan Oktober 2009 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara formal melantik menteri Kabinet Bersatu II. [12] Endang Rahayu Sedyaningsih ditunjuk untuk pengganti Siti Fadilah untuk Menteri Kesehatan yang baru.[13]

Tersangka Korupsi Proyek Peralatan Kesehatan 2005

Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah menjadi tersangka kasus dugaan korupsi pada bulan April 2012 atas proyek pengadaan peralatan kesehatan untuk perihal acinya luar biasa tahun 2005 senilai 15 Milyar Rupiah dengan lebih kurang kerugian negara sebesar 6 Milyar Rupiah. [14] [15]

Penghargaan

Penghargaan yang pernah diterima selang lain:[16]

Lihat juga

Referensi

Footnote

Pranala luar

Lihat juga

Kabinet Indonesia Bersatu (2004–2009)

 

Presiden: Susilo Bambang Yudhoyono | Wakil Presiden: Muhammad Jusuf Kalla

 

Menko Polhukam: Widodo Adi Sutjipto • Menko Perekonomian: Aburizal Bakrie, Boediono, Sri Mulyani (Plt.) • Menko Kesra: Alwi Shihab, Aburizal Bakrie • Mensesneg: Yusril Ihza Mahendra, Hatta Rajasa • Mendagri: Mohammad Ma'ruf, Widodo Adi Sutjipto (ad-interim), Mardiyanto • Menlu: Hassan Wirajuda • Menhan: Juwono Sudarsono • Menkumham: Hamid Awaluddin, Andi Matalatta • Menkeu: Jusuf Anwar, Sri Mulyani • Menteri ESDM: Purnomo Yusgiantoro • Menperin: Andung A. Nitimiharja, Fahmi Idris • Mendag: Mari Elka Pangestu • Mentan: Anton Apriyantono • Menhut: M. S. Kaban • Menhub: Hatta Rajasa, Jusman Syafii Djamal • Menteri KP: Freddy Numberi • Mennakertrans: Fahmi Idris, Erman Soeparno • Menteri PU: Djoko Kirmanto • Menkes: Siti Fadilah Supari • Mendiknas: Bambang Sudibyo • Mensos: Bachtiar Chamsyah • Menag: Muhammad Maftuh Basyuni • Menbudpar: Jero Wacik, Mohammad Nuh (ad-interim) • Menkominfo: Sofyan Djalil, Mohammad Nuh • Mennegristek: Kusmayanto Kadiman • Menneg KUKM: Suryadharma Ali, Mari Elka Pangestu (ad-interim) • Menneg LH: Rachmat Witoelar • Menneg PP: Meutia Hatta • Menneg PAN: Taufiq Effendi, Widodo Adi Sutjipto (ad-interim) • Menneg PDT: Saifullah Yusuf, Muhammad Lukman Edy, Djoko Kirmanto (ad-interim) • Menneg PPN/Kepala Bappenas: Sri Mulyani, Paskah Suzetta • Menneg BUMN: Soegiharto, Sofyan Djalil • Mennegpera: Muhammad Yusuf Asy'ari • Mennegpora: Adhyaksa Dault • Jaksa Luhur: Abdul Rahman Saleh, Hendarman Supandji • Panglima TNI: Endriartono Sutarto, Djoko Suyanto, Djoko Santoso • Kapolri: Da'i Bachtiar, Sutanto, Bambang Hendarso Danuri

 

Sekretaris Kabinet: Sudi Silalahi


edunitas.com


Page 8

Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) (kelahiran di Surakarta, Jawa Tengah, 6 November 1949) adalah seorang dosen[1] dan pakar jantung[1] yang menjabat untuk anggota Dewan Pertimbangan Presiden sejak 25 Januari 2010. Sebelumnya beliau menjabat untuk Menteri Kesehatan Indonesia dalam Kabinet Indonesia Bersatu pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Beliau merupakan salah satu dari empat perempuan yang menjabat untuk menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu, selain Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta.

Beliau melakukan pekerjaan untuk staf pengajar kardiologi Universitas Indonesia. Setelah itu, selama 25 tahun, beliau menjadi pakar jantung di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

Pada tanggal 20 Oktober 2004, Siti Fadilah dilantik menjadi Menteri Kesehatan oleh Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.

Pada tahun 2007, beliau menulis buku berjudul Ketikanya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung konspirasi Amerika Serikat dan organisasi WHO dalam mengembangkan senjata biologis dengan menggunakan virus flu burung. Buku ini menuai protes dari petinggi WHO dan Amerika Serikat.

Beliau menikah dengan Ir. Muhamad Supari dan dikaruniai 3 orang anak.

Pendidikan

Siti Fadilah menyelesaikan sekolah atasnya di SMAN 1 Surakarta . Beliau menerima gelar sarjana dari Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta) pada tahun 1972. Pada 1987, beliau menerima gelar master (S-2) untuk penyakit jantung dan pembuluh darah dari Universitas Indonesia pada 1987. Pada 1996, beliau menerima gelar doktor (S-3) dari Universitas Indonesia.

Kursus

Pada 1993, beliau mengambil kursus Kardiologi Molekuler di Heart House Washington DC, Maryland (Amerika Serikat) dan kursus Epidemiologi di Fakultas Universitas Indonesia (1997). Pada 1998, beliau kursus Preventive Cardiology di Goteborg (Swedia) dan peneliti di Bowman Grey Comparative Medicine (Universitas Wake Forest, Amerika Serikat).

Karier

Sebelum menjadi menteri

Beliau tampil untuk dosen tamu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, dosen tamu di Pasca Sarjana Jurusan Epidemiologi Universitas Indonesia dan pengajar Departemen Jantung dan Pembuluh Darah Pusat Jantung Nasional Harapan Kita/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan staf pengajar kardiologi Universitas Indonesia.

Siti Fadilah telah menjabat menjadi pakar jantung Rumah Sakit Jantung Harapan Kita selama 25 tahun. Beliau juga menjadi Kepala Unit Penelitian Yayasan Jantung Indonesia dan Kepala Pusat Penelitian Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

Menjadi menteri kesehatan

Pada 20 Oktober 2004, beliau ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memimpin Departemen Kesehatan. Beliau mengaku terkejut karena ditunjuk menjadi menteri. Serah terima jabatan menkes dari Achmad Sujudi ke Siti Fadilah dilaksanakan di Jakarta, 21 Oktober 2004. Film kaleidoskop Departemen Kesehatan tahun 1999-2004 diputar pada cara tsb. Selain itu, Achmad Sujudi juga menyerahkan 32 buku yang berisi keaktifan, kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang diproduksi serta memori jabatan yang diharapkan dapat menjadi acuan kebijakan selanjutnya.

Siti Fadilah mengakhiri pengiriman virus flu burung ke laboratorium WHO pada November 2006[2][3] karena ketakutan akan pengembangan vaksin yang lalu dijual ke negara-negara berkembang, dengan Amerika Serikat mendapat keuntungan dan Indonesia tidak mendapat apa-apa.[4] Beliau juga takut bahwa vaksin itu akan dipakai untuk senjata biologi.[4] Setelah itu, beliau berupaya mengembalikan hak Indonesia. Pada 28 Maret 2007, Indonesia mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan WHO untuk memulai pengiriman virus dengan cara baru untuk memberikan akses vaksin terhadap negara berkembang.[5] Siti Fadilah mengkonfirmasi pada tanggal 15 Mei 2007 bahwa Indonesia kembali mengirimkan sampel H5N1 ke laboratorium WHO.[5][3]

Pada Maret 2007, beliau menuding Askes tidak menyalurkan klaim rumah sakit sesuai dengan permintaan dalam rapat di Dewan Perwakilan Rakyat.

Pada tanggal 6 Januari 2008, Siti Fadilah merilis buku Ketikanya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung yang berisi tentang konspirasi Amerika Serikat dan WHO dalam mengembangkan "senjata biologis" dengan menggunakan virus flu burung. Bukunya dianggap membongkar konspirasi WHO dan AS[6] Siti Fadilah "membuka kedok" World Health Organization (WHO) yang telah lebih dari 50 tahun mewajibkan virus sharing yang ternyata banyak merugikan negara miskin dan berkembang asal virus tsb.[4] Buku ini menuai protes dari petinggi-petinggi WHO dan AS. Buku edisi Bahasa Inggris ditarik dari peredaran untuk dilaksanakan revisi,[7] sedangkan buku edisi Bahasa Indonesia masih beredar dan memasuki cetakan ke-4.

Berikut adalah sebagian kutipan dari apa yang tertulis di buku tsb.

Namun ironisnya pembuat vaksin adalah perusahaan yang berada di negara-negara industri, negara maju, negara kaya yang tidak mempunyai kasus flu burung pada manusia. Dan selanjutnya vaksin itu dijual ke semua dunia juga akan dijual ke negara kita. Tetapi tanpa sepengetahuan lebih-lebih kompensasi untuk si pengirim virus, adalah saudara kita yang berada di Vietnam.
Mengapa begini? Jiwa kedaulatan diri sendiri terusik. Seolah diri sendiri melihat ke balik, berada bayang-bayang penjajah dengan semena-mena merampas padi yang menguning, karena kita hanya dapat menumbuk padi menggunakan lesung, sedangkan sang penjajah punya mesin sleyp padi yang modern. Seolah diri sendiri melihat penjajah menyedot minyak bumi di Tanah Cairan kita seenaknya, karena kita tidak menduduki teknologi dan tidak memiliki uang untuk mengolahnya. Inikah yang dikata neo-kolonialisme yang diramal oleh Bung Karno 50 tahun yang lalu? Ketidak-berdayaan suatu bangsa menjadi sumber keuntungan bangsa yang lain? Demikian jugakah pengiriman virus influenza di WHO yang sudah berlanjut selama 50 tahun, dengan dalih oleh karena beradanya GISN (Global Influenza Surveillance Network). Diri sendiri tidak memahami siapa yang membangun GISN yang sangat berkuasa tsb sehingga negara-negara penderita Flu Burung tampak tidak berkekuatan menjalani ketentuan yang digariskan oleh WHO menempuh GISN dan mesti patuh meskipun berada ketidak-adilan?

Siti Fadilah menjamin bahwa Indonesia dapat menghasilkan vaksin flu burung sendiri pada Mei 2008.[8][9] Beliau juga menyatakan bahwa industri vaksin Indonesia setara dengan Republik Rakyat Tiongkok.[10]

Pada Selasa, 12 Mei 2009, beliau memohon disampaikan secara khusus supaya penerimaan mahasiswa asing untuk segi kedokteran dihentikan secara bertahap kepada petinggi Universitas Padjadjaran, Bandung, dihadapan para wartawan, ketika pergi ke Rumah Sakit Mata Cicendo, Bandung. Alasannya, masih banyak orang Indonesia yang bersedia aci dokter, serta fasilitas rumah sakit yang dipakai untuk praktik mahasiswa kedokteran asing dibiayai oleh uang rakyat tetapi dipakai yang akan menjadi dokter dari Malaysia.[11]

Departemen Kesehatan melakukan pekerjaan sama dengan Metro TV, membuat cara talkshow yang bernama Bincang Bincang Bareng Bu Menkes yang kerap disingkat B4M. Cara ini kerap tayang setiap ahad malam, dan yang bertindak untuk co-host adalah Denny Chandra dan Kelik.

Pada bulan Oktober 2009 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara formal melantik menteri Kabinet Bersatu II. [12] Endang Rahayu Sedyaningsih ditunjuk untuk pengganti Siti Fadilah untuk Menteri Kesehatan yang baru.[13]

Tersangka Korupsi Proyek Peralatan Kesehatan 2005

Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah menjadi tersangka kasus dugaan korupsi pada bulan April 2012 atas proyek pengadaan peralatan kesehatan untuk perihal acinya luar biasa tahun 2005 senilai 15 Milyar Rupiah dengan lebih kurang kerugian negara sebesar 6 Milyar Rupiah. [14] [15]

Penghargaan

Penghargaan yang pernah diterima selang lain:[16]

Lihat juga

Referensi

Footnote

Tautan luar

Lihat juga

Kabinet Indonesia Bersatu (2004–2009)

 

Presiden: Susilo Bambang Yudhoyono | Wakil Presiden: Muhammad Jusuf Kalla

 

Menko Polhukam: Widodo Adi Sutjipto • Menko Perekonomian: Aburizal Bakrie, Boediono, Sri Mulyani (Plt.) • Menko Kesra: Alwi Shihab, Aburizal Bakrie • Mensesneg: Yusril Ihza Mahendra, Hatta Rajasa • Mendagri: Mohammad Ma'ruf, Widodo Adi Sutjipto (ad-interim), Mardiyanto • Menlu: Hassan Wirajuda • Menhan: Juwono Sudarsono • Menkumham: Hamid Awaluddin, Andi Matalatta • Menkeu: Jusuf Anwar, Sri Mulyani • Menteri ESDM: Purnomo Yusgiantoro • Menperin: Andung A. Nitimiharja, Fahmi Idris • Mendag: Mari Elka Pangestu • Mentan: Anton Apriyantono • Menhut: M. S. Kaban • Menhub: Hatta Rajasa, Jusman Syafii Djamal • Menteri KP: Freddy Numberi • Mennakertrans: Fahmi Idris, Erman Soeparno • Menteri PU: Djoko Kirmanto • Menkes: Siti Fadilah Supari • Mendiknas: Bambang Sudibyo • Mensos: Bachtiar Chamsyah • Menag: Muhammad Maftuh Basyuni • Menbudpar: Jero Wacik, Mohammad Nuh (ad-interim) • Menkominfo: Sofyan Djalil, Mohammad Nuh • Mennegristek: Kusmayanto Kadiman • Menneg KUKM: Suryadharma Ali, Mari Elka Pangestu (ad-interim) • Menneg LH: Rachmat Witoelar • Menneg PP: Meutia Hatta • Menneg PAN: Taufiq Effendi, Widodo Adi Sutjipto (ad-interim) • Menneg PDT: Saifullah Yusuf, Muhammad Lukman Edy, Djoko Kirmanto (ad-interim) • Menneg PPN/Kepala Bappenas: Sri Mulyani, Paskah Suzetta • Menneg BUMN: Soegiharto, Sofyan Djalil • Mennegpera: Muhammad Yusuf Asy'ari • Mennegpora: Adhyaksa Dault • Jaksa Luhur: Abdul Rahman Saleh, Hendarman Supandji • Panglima TNI: Endriartono Sutarto, Djoko Suyanto, Djoko Santoso • Kapolri: Da'i Bachtiar, Sutanto, Bambang Hendarso Danuri

 

Sekretaris Kabinet: Sudi Silalahi


edunitas.com


Page 9

Pada fase ekspirasi Apakah yang terjadi pada paru-paru?

Gambar lengkap sistem pernapasan manusia.

Sistem pernapasan atau sistem respirasi yaitu sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas. Pada binatang berkaki empat, sistem pernapasan umumnya termasuk arus yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di mana terjadi pertukaran gas. Diafragma menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya. Berbagai variasi sistem pernapasan ditemukan pada berbagai macam makhluk hidup. Bahkan pohon pun memiliki sistem pernapasan.

Pernapasan dada

Pernapasan dada yaitu pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.

  1. Fase inspirasi. Fase ini diawali berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada terangkat atau membesar, dampaknya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
  2. Fase ekspirasi. Fase ini yaitu fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang dimasuki oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai dampaknya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih agung daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.

Pernapasan perut

Pernapasan perut yaitu pernapasan yang melibatkan otot diafragma. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.

  1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma sehingga rongga dada membesar, dampaknya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
  2. Fase ekspirasi. Fase ini yaitu fase relaksasi atau kembalinya otot diaframa ke posisi semula yang dimasuki oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai dampaknya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih agung daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.

Lihat pula


edunitas.com


Page 10

Pada fase ekspirasi Apakah yang terjadi pada paru-paru?

Gambar lengkap sistem pernapasan manusia.

Sistem pernapasan atau sistem respirasi yaitu sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas. Pada binatang berkaki empat, sistem pernapasan umumnya termasuk arus yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di mana terjadi pertukaran gas. Diafragma menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya. Berbagai variasi sistem pernapasan ditemukan pada berbagai macam makhluk hidup. Bahkan pohon pun memiliki sistem pernapasan.

Pernapasan dada

Pernapasan dada yaitu pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.

  1. Fase inspirasi. Fase ini diawali berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada terangkat atau membesar, dampaknya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
  2. Fase ekspirasi. Fase ini yaitu fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang dimasuki oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai dampaknya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih agung daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.

Pernapasan perut

Pernapasan perut yaitu pernapasan yang melibatkan otot diafragma. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.

  1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma sehingga rongga dada membesar, dampaknya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
  2. Fase ekspirasi. Fase ini yaitu fase relaksasi atau kembalinya otot diaframa ke posisi semula yang dimasuki oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai dampaknya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih agung daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.

Lihat pula


edunitas.com


Page 11

Pada fase ekspirasi Apakah yang terjadi pada paru-paru?

Gambar lengkap sistem pernapasan manusia.

Sistem pernapasan atau sistem respirasi yaitu sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas. Pada binatang berkaki empat, sistem pernapasan umumnya termasuk arus yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di mana terjadi pertukaran gas. Diafragma menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya. Berbagai variasi sistem pernapasan ditemukan pada berbagai macam makhluk hidup. Bahkan pohon pun memiliki sistem pernapasan.

Pernapasan dada

Pernapasan dada yaitu pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.

  1. Fase inspirasi. Fase ini diawali berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada terangkat atau membesar, dampaknya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
  2. Fase ekspirasi. Fase ini yaitu fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang dimasuki oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai dampaknya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih agung daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.

Pernapasan perut

Pernapasan perut yaitu pernapasan yang melibatkan otot diafragma. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.

  1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma sehingga rongga dada membesar, dampaknya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
  2. Fase ekspirasi. Fase ini yaitu fase relaksasi atau kembalinya otot diaframa ke posisi semula yang dimasuki oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai dampaknya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih agung daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.

Lihat pula


edunitas.com


Page 12

Pada fase ekspirasi Apakah yang terjadi pada paru-paru?

Gambar lengkap sistem pernapasan manusia.

Sistem pernapasan atau sistem respirasi yaitu sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas. Pada binatang berkaki empat, sistem pernapasan umumnya termasuk arus yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di mana terjadi pertukaran gas. Diafragma menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya. Berbagai variasi sistem pernapasan ditemukan pada berbagai macam makhluk hidup. Bahkan pohon pun memiliki sistem pernapasan.

Pernapasan dada

Pernapasan dada yaitu pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.

  1. Fase inspirasi. Fase ini diawali berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada terangkat atau membesar, dampaknya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
  2. Fase ekspirasi. Fase ini yaitu fase relaksasi atau kembalinya otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang dimasuki oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai dampaknya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih agung daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.

Pernapasan perut

Pernapasan perut yaitu pernapasan yang melibatkan otot diafragma. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut.

  1. Fase inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot diafragma sehingga rongga dada membesar, dampaknya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
  2. Fase ekspirasi. Fase ini yaitu fase relaksasi atau kembalinya otot diaframa ke posisi semula yang dimasuki oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai dampaknya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih agung daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.

Lihat pula


edunitas.com


Page 13

Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) (kelahiran di Surakarta, Jawa Tengah, 6 November 1949) adalah seorang dosen[1] dan berbakat jantung[1] yang menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden semenjak 25 Januari 2010. Sebelumnya ia menjabat sebagai Menteri Kesehatan Indonesia dalam Kabinet Indonesia Bersatu pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ia merupakan salah satu dari empat perempuan yang menjabat sebagai menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu, selain Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta.

Ia bekerja sebagai staf pengajar kardiologi Universitas Indonesia. Setelah itu, selama 25 tahun, ia menjadi berbakat jantung di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

Pada tanggal 20 Oktober 2004, Siti Fadilah dilantik menjadi Menteri Kesehatan oleh Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.

Pada tahun 2007, ia menulis buku berjudul Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Belakang Virus Flu Burung konspirasi Amerika Serikat dan organisasi WHO dalam mengembangkan senjata biologis dengan menggunakan virus flu burung. Buku ini menuai protes dari petinggi WHO dan Amerika Serikat.

Ia menikah dengan Ir. Muhamad Supari dan dikaruniai 3 orang anak.

Pendidikan

Siti Fadilah menyelesaikan sekolah atasnya di SMAN 1 Surakarta . Ia menerima gelar sarjana dari Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta) pada tahun 1972. Pada 1987, ia menerima gelar master (S-2) untuk penyakit jantung dan pembuluh darah dari Universitas Indonesia pada 1987. Pada 1996, ia menerima gelar doktor (S-3) dari Universitas Indonesia.

Kursus

Pada 1993, ia mengambil kursus Kardiologi Molekuler di Heart House Washington DC, Maryland (Amerika Serikat) dan kursus Epidemiologi di Fakultas Universitas Indonesia (1997). Pada 1998, ia kursus Preventive Cardiology di Goteborg (Swedia) dan peneliti di Bowman Grey Comparative Medicine (Universitas Wake Forest, Amerika Serikat).

Karier

Sebelum menjadi menteri

Ia tampil sebagai dosen tamu Fakultas Kesehatan Warga Universitas Indonesia, dosen tamu di Pasca Sarjana Jurusan Epidemiologi Universitas Indonesia dan pengajar Departemen Jantung dan Pembuluh Darah Pusat Jantung Nasional Harapan Kita/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan staf pengajar kardiologi Universitas Indonesia.

Siti Fadilah telah menjabat menjadi berbakat jantung Rumah Sakit Jantung Harapan Kita selama 25 tahun. Ia juga menjadi Kepala Unit Penelitian Yayasan Jantung Indonesia dan Kepala Pusat Penelitian Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

Menjadi menteri kesehatan

Pada 20 Oktober 2004, ia ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memimpin Departemen Kesehatan. Ia mengaku terkejut sebab ditunjuk menjadi menteri. Serah terima letak menkes dari Achmad Sujudi ke Siti Fadilah dipertontonkan di Jakarta, 21 Oktober 2004. Film kaleidoskop Departemen Kesehatan tahun 1999-2004 diputar pada perkara tersebut. Selain itu, Achmad Sujudi juga menyerahkan 32 buku yang berisi aktivitas yang dipekerjakan, kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang dihasilkan serta memori letak yang diharapkan dapat menjadi acuan kebijakan selanjutnya.

Siti Fadilah mengakhiri pengiriman virus flu burung ke laboratorium WHO pada November 2006[2][3] sebab ketakutan akan pengembangan vaksin yang lalu dijual ke negara-negara berkembang, dengan Amerika Serikat mendapat keuntungan dan Indonesia tidak mendapat apa-apa.[4] Ia juga takut bahwa vaksin itu akan digunakan untuk senjata biologi.[4] Setelah itu, ia berusaha mengembalikan hak Indonesia. Pada 28 Maret 2007, Indonesia mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan WHO untuk memulai pengiriman virus dengan metode baru untuk memberikan akses vaksin terhadap negara berkembang.[5] Siti Fadilah mengkonfirmasi pada tanggal 15 Mei 2007 bahwa Indonesia kembali mengirimkan sampel H5N1 ke laboratorium WHO.[5][3]

Pada Maret 2007, ia menuding Askes tidak menyalurkan klaim rumah sakit sesuai dengan permintaan dalam rapat di Dewan Perwakilan Rakyat.

Pada tanggal 6 Januari 2008, Siti Fadilah merilis buku Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Belakang Virus Flu Burung yang berisi mengenai konspirasi Amerika Serikat dan WHO dalam mengembangkan "senjata biologis" dengan menggunakan virus flu burung. Bukunya dianggap membongkar konspirasi WHO dan AS[6] Siti Fadilah "membuka kedok" World Health Organization (WHO) yang telah semakin dari 50 tahun mewajibkan virus sharing yang ternyata jumlah merugikan negara miskin dan berkembang asal virus tersebut.[4] Buku ini menuai protes dari petinggi-petinggi WHO dan AS. Buku edisi Bahasa Inggris ditarik dari peredaran untuk dipertontonkan revisi,[7] sedangkan buku edisi Bahasa Indonesia masih beredar dan memasuki cetakan ke-4.

Berikut adalah sebagian kutipan dari apa yang tertulis di buku tersebut.

Namun ironisnya pembuat vaksin adalah perusahaan yang benar di negara-negara industri, negara maju, negara kaya yang tidak mempunyai kasus flu burung pada manusia. Dan kesudahan vaksin itu dijual ke seluruh dunia juga akan dijual ke negara kita. Tetapi tanpa sepengetahuan apalagi kompensasi untuk si pengirim virus, adalah saudara kita yang benar di Vietnam.
Mengapa begini? Jiwa kedaulatan aku terusik. Seolah aku melihat ke belakang, benar bayang-bayang penjajah dengan semena-mena merampas padi yang menguning, sebab kita hanya bisa menumbuk padi menggunakan lesung, sedangkan sang penjajah punya mesin sleyp padi yang modern. Seolah aku melihat penjajah menyedot minyak bumi di Tanah Cairan kita seenaknya, sebab kita tidak menguasai teknologi dan tidak memiliki uang untuk mengolahnya. Inikah yang dikata neo-kolonialisme yang diramal oleh Bung Karno 50 tahun yang lalu? Ketidak-berdayaan suatu bangsa menjadi sumber keuntungan bangsa yang lain? Demikian jugakah pengiriman virus influenza di WHO yang sudah berlanjut selama 50 tahun, dengan dalih oleh sebab benarnya GISN (Global Influenza Surveillance Network). Aku tidak mengerti siapa yang mendirikan GISN yang sangat berkuasa tersebut sehingga negara-negara penderita Flu Burung terlihat tidak berkekuatan menjalani kepastian yang digariskan oleh WHO melalui GISN dan harus patuh meskipun benar ketidak-adilan?

Siti Fadilah menjamin bahwa Indonesia dapat memproduksi vaksin flu burung sendiri pada Mei 2008.[8][9] Ia juga menyatakan bahwa industri vaksin Indonesia setara dengan Republik Rakyat Tiongkok.[10]

Pada Selasa, 12 Mei 2009, ia menanti disampaikan secara khusus supaya penerimaan mahasiswa asing untuk segi kedokteran dibubarkan secara bertahap kepada petinggi Universitas Padjadjaran, Bandung, dihadapan para wartawan, saat pergi ke Rumah Sakit Mata Cicendo, Bandung. Alasannya, masih jumlah orang Indonesia yang akan sah dokter, serta sarana prasarana rumah sakit yang dipakai untuk praktik mahasiswa kedokteran asing dibiayai oleh uang rakyat tetapi dipakai yang akan menjadi dokter dari Malaysia.[11]

Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Metro TV, menciptakan perkara talkshow yang bernama Bincang Bincang Bareng Bu Menkes yang kerap disingkat B4M. Perkara ini kerap tayang setiap ahad malam, dan yang berperan sebagai co-host adalah Denny Chandra dan Kelik.

Pada bulan Oktober 2009 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara resmi melantik menteri Kabinet Bersatu II. [12] Endang Rahayu Sedyaningsih ditunjuk sebagai pengganti Siti Fadilah sebagai Menteri Kesehatan yang baru.[13]

Tersangka Korupsi Proyek Peralatan Kesehatan 2005

Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah menjadi tersangka kasus dugaan korupsi pada bulan April 2012 atas proyek pengadaan peralatan kesehatan untuk kejadian luar biasa tahun 2005 senilai 15 Milyar Rupiah dengan persangkaan kerugian negara sebesar 6 Milyar Rupiah. [14] [15]

Penghargaan

Penghargaan yang pernah diterima selang lain:[16]

Lihat pula

Pustaka

Catatan kaki

Tautan luar

Lihat pula

Kabinet Indonesia Bersatu (2004–2009)

 

Presiden: Susilo Bambang Yudhoyono | Wakil Presiden: Muhammad Jusuf Kalla

 

Menko Polhukam: Widodo Adi Sutjipto • Menko Perekonomian: Aburizal Bakrie, Boediono, Sri Mulyani (Plt.) • Menko Kesra: Alwi Shihab, Aburizal Bakrie • Mensesneg: Yusril Ihza Mahendra, Hatta Rajasa • Mendagri: Mohammad Ma'ruf, Widodo Adi Sutjipto (ad-interim), Mardiyanto • Menlu: Hassan Wirajuda • Menhan: Juwono Sudarsono • Menkumham: Hamid Awaluddin, Andi Matalatta • Menkeu: Jusuf Anwar, Sri Mulyani • Menteri ESDM: Purnomo Yusgiantoro • Menperin: Andung A. Nitimiharja, Fahmi Idris • Mendag: Mari Elka Pangestu • Mentan: Anton Apriyantono • Menhut: M. S. Kaban • Menhub: Hatta Rajasa, Jusman Syafii Djamal • Menteri KP: Freddy Numberi • Mennakertrans: Fahmi Idris, Erman Soeparno • Menteri PU: Djoko Kirmanto • Menkes: Siti Fadilah Supari • Mendiknas: Bambang Sudibyo • Mensos: Bachtiar Chamsyah • Menag: Muhammad Maftuh Basyuni • Menbudpar: Jero Wacik, Mohammad Nuh (ad-interim) • Menkominfo: Sofyan Djalil, Mohammad Nuh • Mennegristek: Kusmayanto Kadiman • Menneg KUKM: Suryadharma Ali, Mari Elka Pangestu (ad-interim) • Menneg LH: Rachmat Witoelar • Menneg PP: Meutia Hatta • Menneg PAN: Taufiq Effendi, Widodo Adi Sutjipto (ad-interim) • Menneg PDT: Saifullah Yusuf, Muhammad Lukman Edy, Djoko Kirmanto (ad-interim) • Menneg PPN/Kepala Bappenas: Sri Mulyani, Paskah Suzetta • Menneg BUMN: Soegiharto, Sofyan Djalil • Mennegpera: Muhammad Yusuf Asy'ari • Mennegpora: Adhyaksa Dault • Jaksa Luhur: Abdul Rahman Saleh, Hendarman Supandji • Panglima TNI: Endriartono Sutarto, Djoko Suyanto, Djoko Santoso • Kapolri: Da'i Bachtiar, Sutanto, Bambang Hendarso Danuri

 

Sekretaris Kabinet: Sudi Silalahi


edunitas.com


Page 14

Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) (kelahiran di Surakarta, Jawa Tengah, 6 November 1949) adalah seorang dosen[1] dan berbakat jantung[1] yang menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden semenjak 25 Januari 2010. Sebelumnya ia menjabat sebagai Menteri Kesehatan Indonesia dalam Kabinet Indonesia Bersatu pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ia merupakan salah satu dari empat perempuan yang menjabat sebagai menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu, selain Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta.

Ia bekerja sebagai staf pengajar kardiologi Universitas Indonesia. Setelah itu, selama 25 tahun, ia menjadi berbakat jantung di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

Pada tanggal 20 Oktober 2004, Siti Fadilah dilantik menjadi Menteri Kesehatan oleh Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.

Pada tahun 2007, ia menulis buku berjudul Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Belakang Virus Flu Burung konspirasi Amerika Serikat dan organisasi WHO dalam mengembangkan senjata biologis dengan menggunakan virus flu burung. Buku ini menuai protes dari petinggi WHO dan Amerika Serikat.

Ia menikah dengan Ir. Muhamad Supari dan dikaruniai 3 orang anak.

Pendidikan

Siti Fadilah mendudukkan sekolah atasnya di SMAN 1 Surakarta . Ia menerima gelar sarjana dari Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta) pada tahun 1972. Pada 1987, ia menerima gelar master (S-2) untuk penyakit jantung dan pembuluh darah dari Universitas Indonesia pada 1987. Pada 1996, ia menerima gelar doktor (S-3) dari Universitas Indonesia.

Kursus

Pada 1993, ia mengambil kursus Kardiologi Molekuler di Heart House Washington DC, Maryland (Amerika Serikat) dan kursus Epidemiologi di Fakultas Universitas Indonesia (1997). Pada 1998, ia kursus Preventive Cardiology di Goteborg (Swedia) dan peneliti di Bowman Grey Comparative Medicine (Universitas Wake Forest, Amerika Serikat).

Karier

Sebelum menjadi menteri

Ia tampil sebagai dosen tamu Fakultas Kesehatan Warga Universitas Indonesia, dosen tamu di Pasca Sarjana Jurusan Epidemiologi Universitas Indonesia dan pengajar Departemen Jantung dan Pembuluh Darah Pusat Jantung Nasional Harapan Kita/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan staf pengajar kardiologi Universitas Indonesia.

Siti Fadilah telah menjabat menjadi berbakat jantung Rumah Sakit Jantung Harapan Kita selama 25 tahun. Ia juga menjadi Kepala Unit Penelitian Yayasan Jantung Indonesia dan Kepala Pusat Penelitian Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

Menjadi menteri kesehatan

Pada 20 Oktober 2004, ia ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memimpin Departemen Kesehatan. Ia mengaku terkejut sebab ditunjuk menjadi menteri. Serah terima letak menkes dari Achmad Sujudi ke Siti Fadilah dipertontonkan di Jakarta, 21 Oktober 2004. Film kaleidoskop Departemen Kesehatan tahun 1999-2004 diputar pada perkara tersebut. Selain itu, Achmad Sujudi juga menyerahkan 32 buku yang berisi aktivitas yang dipekerjakan, kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang dihasilkan serta memori letak yang diharapkan dapat menjadi acuan kebijakan selanjutnya.

Siti Fadilah mengakhiri pengiriman virus flu burung ke laboratorium WHO pada November 2006[2][3] sebab ketakutan akan pengembangan vaksin yang lalu dijual ke negara-negara berkembang, dengan Amerika Serikat mendapat keuntungan dan Indonesia tidak mendapat apa-apa.[4] Ia juga takut bahwa vaksin itu akan digunakan untuk senjata biologi.[4] Setelah itu, ia berusaha mengembalikan hak Indonesia. Pada 28 Maret 2007, Indonesia mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan WHO untuk memulai pengiriman virus dengan metode baru untuk memberikan akses vaksin terhadap negara berkembang.[5] Siti Fadilah mengkonfirmasi pada tanggal 15 Mei 2007 bahwa Indonesia kembali mengirimkan sampel H5N1 ke laboratorium WHO.[5][3]

Pada Maret 2007, ia menuding Askes tidak menyalurkan klaim rumah sakit sesuai dengan permintaan dalam rapat di Dewan Perwakilan Rakyat.

Pada tanggal 6 Januari 2008, Siti Fadilah merilis buku Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Belakang Virus Flu Burung yang berisi mengenai konspirasi Amerika Serikat dan WHO dalam mengembangkan "senjata biologis" dengan menggunakan virus flu burung. Bukunya dianggap membongkar konspirasi WHO dan AS[6] Siti Fadilah "membuka kedok" World Health Organization (WHO) yang telah semakin dari 50 tahun mewajibkan virus sharing yang ternyata jumlah merugikan negara miskin dan berkembang asal virus tersebut.[4] Buku ini menuai protes dari petinggi-petinggi WHO dan AS. Buku edisi Bahasa Inggris ditarik dari peredaran untuk dipertontonkan revisi,[7] sedangkan buku edisi Bahasa Indonesia masih beredar dan memasuki cetakan ke-4.

Berikut adalah sebagian kutipan dari apa yang tertulis di buku tersebut.

Namun ironisnya pembuat vaksin adalah perusahaan yang benar di negara-negara industri, negara maju, negara kaya yang tidak mempunyai kasus flu burung pada manusia. Dan kesudahan vaksin itu dijual ke seluruh dunia juga akan dijual ke negara kita. Tetapi tanpa sepengetahuan lebih-lebih kompensasi untuk si pengirim virus, adalah saudara kita yang benar di Vietnam.
Mengapa begini? Jiwa kedaulatan aku terusik. Seolah aku melihat ke belakang, benar bayang-bayang penjajah dengan semena-mena merampas padi yang menguning, sebab kita hanya bisa menumbuk padi menggunakan lesung, sedangkan sang penjajah punya mesin sleyp padi yang modern. Seolah aku melihat penjajah menyedot minyak bumi di Tanah Cairan kita seenaknya, sebab kita tidak menguasai teknologi dan tidak memiliki uang untuk mengolahnya. Inikah yang dikata neo-kolonialisme yang diramal oleh Bung Karno 50 tahun yang lalu? Ketidak-berdayaan suatu bangsa menjadi sumber keuntungan bangsa yang lain? Demikian jugakah pengiriman virus influenza di WHO yang sudah berlanjut selama 50 tahun, dengan dalih oleh sebab benarnya GISN (Global Influenza Surveillance Network). Aku tidak mengerti siapa yang mendirikan GISN yang sangat berkuasa tersebut sehingga negara-negara penderita Flu Burung terlihat tidak berkekuatan menjalani kepastian yang digariskan oleh WHO melalui GISN dan harus patuh meskipun benar ketidak-adilan?

Siti Fadilah menjamin bahwa Indonesia dapat memproduksi vaksin flu burung sendiri pada Mei 2008.[8][9] Ia juga menyatakan bahwa industri vaksin Indonesia setara dengan Republik Rakyat Tiongkok.[10]

Pada Selasa, 12 Mei 2009, ia menanti disampaikan secara khusus supaya penerimaan mahasiswa asing untuk segi kedokteran dibubarkan secara bertahap kepada petinggi Universitas Padjadjaran, Bandung, dihadapan para wartawan, saat pergi ke Rumah Sakit Mata Cicendo, Bandung. Alasannya, masih jumlah orang Indonesia yang akan sah dokter, serta sarana prasarana rumah sakit yang dipakai untuk praktik mahasiswa kedokteran asing dibiayai oleh uang rakyat tetapi dipakai yang akan menjadi dokter dari Malaysia.[11]

Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Metro TV, menciptakan perkara talkshow yang bernama Bincang Bincang Bareng Bu Menkes yang kerap disingkat B4M. Perkara ini kerap tayang setiap ahad malam, dan yang berperan sebagai co-host adalah Denny Chandra dan Kelik.

Pada bulan Oktober 2009 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara resmi melantik menteri Kabinet Bersatu II. [12] Endang Rahayu Sedyaningsih ditunjuk sebagai pengganti Siti Fadilah sebagai Menteri Kesehatan yang baru.[13]

Tersangka Korupsi Proyek Peralatan Kesehatan 2005

Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah menjadi tersangka kasus dugaan korupsi pada bulan April 2012 atas proyek pengadaan peralatan kesehatan untuk kejadian luar biasa tahun 2005 senilai 15 Milyar Rupiah dengan persangkaan kerugian negara sebesar 6 Milyar Rupiah. [14] [15]

Penghargaan

Penghargaan yang pernah diterima selang lain:[16]

Lihat pula

Pustaka

Catatan kaki

Tautan luar

Lihat pula

Kabinet Indonesia Bersatu (2004–2009)

 

Presiden: Susilo Bambang Yudhoyono | Wakil Presiden: Muhammad Jusuf Kalla

 

Menko Polhukam: Widodo Adi Sutjipto • Menko Perekonomian: Aburizal Bakrie, Boediono, Sri Mulyani (Plt.) • Menko Kesra: Alwi Shihab, Aburizal Bakrie • Mensesneg: Yusril Ihza Mahendra, Hatta Rajasa • Mendagri: Mohammad Ma'ruf, Widodo Adi Sutjipto (ad-interim), Mardiyanto • Menlu: Hassan Wirajuda • Menhan: Juwono Sudarsono • Menkumham: Hamid Awaluddin, Andi Matalatta • Menkeu: Jusuf Anwar, Sri Mulyani • Menteri ESDM: Purnomo Yusgiantoro • Menperin: Andung A. Nitimiharja, Fahmi Idris • Mendag: Mari Elka Pangestu • Mentan: Anton Apriyantono • Menhut: M. S. Kaban • Menhub: Hatta Rajasa, Jusman Syafii Djamal • Menteri KP: Freddy Numberi • Mennakertrans: Fahmi Idris, Erman Soeparno • Menteri PU: Djoko Kirmanto • Menkes: Siti Fadilah Supari • Mendiknas: Bambang Sudibyo • Mensos: Bachtiar Chamsyah • Menag: Muhammad Maftuh Basyuni • Menbudpar: Jero Wacik, Mohammad Nuh (ad-interim) • Menkominfo: Sofyan Djalil, Mohammad Nuh • Mennegristek: Kusmayanto Kadiman • Menneg KUKM: Suryadharma Ali, Mari Elka Pangestu (ad-interim) • Menneg LH: Rachmat Witoelar • Menneg PP: Meutia Hatta • Menneg PAN: Taufiq Effendi, Widodo Adi Sutjipto (ad-interim) • Menneg PDT: Saifullah Yusuf, Muhammad Lukman Edy, Djoko Kirmanto (ad-interim) • Menneg PPN/Kepala Bappenas: Sri Mulyani, Paskah Suzetta • Menneg BUMN: Soegiharto, Sofyan Djalil • Mennegpera: Muhammad Yusuf Asy'ari • Mennegpora: Adhyaksa Dault • Jaksa Luhur: Abdul Rahman Saleh, Hendarman Supandji • Panglima TNI: Endriartono Sutarto, Djoko Suyanto, Djoko Santoso • Kapolri: Da'i Bachtiar, Sutanto, Bambang Hendarso Danuri

 

Sekretaris Kabinet: Sudi Silalahi


edunitas.com


Page 15

Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) (kelahiran di Surakarta, Jawa Tengah, 6 November 1949) adalah seorang dosen[1] dan berbakat jantung[1] yang menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden semenjak 25 Januari 2010. Sebelumnya ia menjabat sebagai Menteri Kesehatan Indonesia dalam Kabinet Indonesia Bersatu pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ia merupakan salah satu dari empat perempuan yang menjabat sebagai menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu, selain Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta.

Ia bekerja sebagai staf pengajar kardiologi Universitas Indonesia. Setelah itu, selama 25 tahun, ia menjadi berbakat jantung di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

Pada tanggal 20 Oktober 2004, Siti Fadilah dilantik menjadi Menteri Kesehatan oleh Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.

Pada tahun 2007, ia menulis buku berjudul Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Belakang Virus Flu Burung konspirasi Amerika Serikat dan organisasi WHO dalam mengembangkan senjata biologis dengan menggunakan virus flu burung. Buku ini menuai protes dari petinggi WHO dan Amerika Serikat.

Ia menikah dengan Ir. Muhamad Supari dan dikaruniai 3 orang anak.

Pendidikan

Siti Fadilah mendudukkan sekolah atasnya di SMAN 1 Surakarta . Ia menerima gelar sarjana dari Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta) pada tahun 1972. Pada 1987, ia menerima gelar master (S-2) untuk penyakit jantung dan pembuluh darah dari Universitas Indonesia pada 1987. Pada 1996, ia menerima gelar doktor (S-3) dari Universitas Indonesia.

Kursus

Pada 1993, ia mengambil kursus Kardiologi Molekuler di Heart House Washington DC, Maryland (Amerika Serikat) dan kursus Epidemiologi di Fakultas Universitas Indonesia (1997). Pada 1998, ia kursus Preventive Cardiology di Goteborg (Swedia) dan peneliti di Bowman Grey Comparative Medicine (Universitas Wake Forest, Amerika Serikat).

Karier

Sebelum menjadi menteri

Ia tampil sebagai dosen tamu Fakultas Kesehatan Warga Universitas Indonesia, dosen tamu di Pasca Sarjana Jurusan Epidemiologi Universitas Indonesia dan pengajar Departemen Jantung dan Pembuluh Darah Pusat Jantung Nasional Harapan Kita/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan staf pengajar kardiologi Universitas Indonesia.

Siti Fadilah telah menjabat menjadi berbakat jantung Rumah Sakit Jantung Harapan Kita selama 25 tahun. Ia juga menjadi Kepala Unit Penelitian Yayasan Jantung Indonesia dan Kepala Pusat Penelitian Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

Menjadi menteri kesehatan

Pada 20 Oktober 2004, ia ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memimpin Departemen Kesehatan. Ia mengaku terkejut sebab ditunjuk menjadi menteri. Serah terima letak menkes dari Achmad Sujudi ke Siti Fadilah dipertontonkan di Jakarta, 21 Oktober 2004. Film kaleidoskop Departemen Kesehatan tahun 1999-2004 diputar pada perkara tersebut. Selain itu, Achmad Sujudi juga menyerahkan 32 buku yang berisi aktivitas yang dipekerjakan, kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang dihasilkan serta memori letak yang diharapkan dapat menjadi acuan kebijakan selanjutnya.

Siti Fadilah mengakhiri pengiriman virus flu burung ke laboratorium WHO pada November 2006[2][3] sebab ketakutan akan pengembangan vaksin yang lalu dijual ke negara-negara berkembang, dengan Amerika Serikat mendapat keuntungan dan Indonesia tidak mendapat apa-apa.[4] Ia juga takut bahwa vaksin itu akan digunakan untuk senjata biologi.[4] Setelah itu, ia berusaha mengembalikan hak Indonesia. Pada 28 Maret 2007, Indonesia mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan WHO untuk memulai pengiriman virus dengan metode baru untuk memberikan akses vaksin terhadap negara berkembang.[5] Siti Fadilah mengkonfirmasi pada tanggal 15 Mei 2007 bahwa Indonesia kembali mengirimkan sampel H5N1 ke laboratorium WHO.[5][3]

Pada Maret 2007, ia menuding Askes tidak menyalurkan klaim rumah sakit sesuai dengan permintaan dalam rapat di Dewan Perwakilan Rakyat.

Pada tanggal 6 Januari 2008, Siti Fadilah merilis buku Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Belakang Virus Flu Burung yang berisi mengenai konspirasi Amerika Serikat dan WHO dalam mengembangkan "senjata biologis" dengan menggunakan virus flu burung. Bukunya dianggap membongkar konspirasi WHO dan AS[6] Siti Fadilah "membuka kedok" World Health Organization (WHO) yang telah semakin dari 50 tahun mewajibkan virus sharing yang ternyata jumlah merugikan negara miskin dan berkembang asal virus tersebut.[4] Buku ini menuai protes dari petinggi-petinggi WHO dan AS. Buku edisi Bahasa Inggris ditarik dari peredaran untuk dipertontonkan revisi,[7] sedangkan buku edisi Bahasa Indonesia masih beredar dan memasuki cetakan ke-4.

Berikut adalah sebagian kutipan dari apa yang tertulis di buku tersebut.

Namun ironisnya pembuat vaksin adalah perusahaan yang benar di negara-negara industri, negara maju, negara kaya yang tidak mempunyai kasus flu burung pada manusia. Dan kesudahan vaksin itu dijual ke seluruh dunia juga akan dijual ke negara kita. Tetapi tanpa sepengetahuan lebih-lebih kompensasi untuk si pengirim virus, adalah saudara kita yang benar di Vietnam.
Mengapa begini? Jiwa kedaulatan aku terusik. Seolah aku melihat ke belakang, benar bayang-bayang penjajah dengan semena-mena merampas padi yang menguning, sebab kita hanya bisa menumbuk padi menggunakan lesung, sedangkan sang penjajah punya mesin sleyp padi yang modern. Seolah aku melihat penjajah menyedot minyak bumi di Tanah Cairan kita seenaknya, sebab kita tidak menguasai teknologi dan tidak memiliki uang untuk mengolahnya. Inikah yang dikata neo-kolonialisme yang diramal oleh Bung Karno 50 tahun yang lalu? Ketidak-berdayaan suatu bangsa menjadi sumber keuntungan bangsa yang lain? Demikian jugakah pengiriman virus influenza di WHO yang sudah berlanjut selama 50 tahun, dengan dalih oleh sebab benarnya GISN (Global Influenza Surveillance Network). Aku tidak mengerti siapa yang mendirikan GISN yang sangat berkuasa tersebut sehingga negara-negara penderita Flu Burung terlihat tidak berkekuatan menjalani kepastian yang digariskan oleh WHO melalui GISN dan harus patuh meskipun benar ketidak-adilan?

Siti Fadilah menjamin bahwa Indonesia dapat memproduksi vaksin flu burung sendiri pada Mei 2008.[8][9] Ia juga menyatakan bahwa industri vaksin Indonesia setara dengan Republik Rakyat Tiongkok.[10]

Pada Selasa, 12 Mei 2009, ia menanti disampaikan secara khusus supaya penerimaan mahasiswa asing untuk segi kedokteran dibubarkan secara bertahap kepada petinggi Universitas Padjadjaran, Bandung, dihadapan para wartawan, saat pergi ke Rumah Sakit Mata Cicendo, Bandung. Alasannya, masih jumlah orang Indonesia yang akan sah dokter, serta sarana prasarana rumah sakit yang dipakai untuk praktik mahasiswa kedokteran asing dibiayai oleh uang rakyat tetapi dipakai yang akan menjadi dokter dari Malaysia.[11]

Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Metro TV, menciptakan perkara talkshow yang bernama Bincang Bincang Bareng Bu Menkes yang kerap disingkat B4M. Perkara ini kerap tayang setiap ahad malam, dan yang berperan sebagai co-host adalah Denny Chandra dan Kelik.

Pada bulan Oktober 2009 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara resmi melantik menteri Kabinet Bersatu II. [12] Endang Rahayu Sedyaningsih ditunjuk sebagai pengganti Siti Fadilah sebagai Menteri Kesehatan yang baru.[13]

Tersangka Korupsi Proyek Peralatan Kesehatan 2005

Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah menjadi tersangka kasus dugaan korupsi pada bulan April 2012 atas proyek pengadaan peralatan kesehatan untuk kejadian luar biasa tahun 2005 senilai 15 Milyar Rupiah dengan persangkaan kerugian negara sebesar 6 Milyar Rupiah. [14] [15]

Penghargaan

Penghargaan yang pernah diterima selang lain:[16]

Lihat pula

Pustaka

Catatan kaki

Tautan luar

Lihat pula

Kabinet Indonesia Bersatu (2004–2009)

 

Presiden: Susilo Bambang Yudhoyono | Wakil Presiden: Muhammad Jusuf Kalla

 

Menko Polhukam: Widodo Adi Sutjipto • Menko Perekonomian: Aburizal Bakrie, Boediono, Sri Mulyani (Plt.) • Menko Kesra: Alwi Shihab, Aburizal Bakrie • Mensesneg: Yusril Ihza Mahendra, Hatta Rajasa • Mendagri: Mohammad Ma'ruf, Widodo Adi Sutjipto (ad-interim), Mardiyanto • Menlu: Hassan Wirajuda • Menhan: Juwono Sudarsono • Menkumham: Hamid Awaluddin, Andi Matalatta • Menkeu: Jusuf Anwar, Sri Mulyani • Menteri ESDM: Purnomo Yusgiantoro • Menperin: Andung A. Nitimiharja, Fahmi Idris • Mendag: Mari Elka Pangestu • Mentan: Anton Apriyantono • Menhut: M. S. Kaban • Menhub: Hatta Rajasa, Jusman Syafii Djamal • Menteri KP: Freddy Numberi • Mennakertrans: Fahmi Idris, Erman Soeparno • Menteri PU: Djoko Kirmanto • Menkes: Siti Fadilah Supari • Mendiknas: Bambang Sudibyo • Mensos: Bachtiar Chamsyah • Menag: Muhammad Maftuh Basyuni • Menbudpar: Jero Wacik, Mohammad Nuh (ad-interim) • Menkominfo: Sofyan Djalil, Mohammad Nuh • Mennegristek: Kusmayanto Kadiman • Menneg KUKM: Suryadharma Ali, Mari Elka Pangestu (ad-interim) • Menneg LH: Rachmat Witoelar • Menneg PP: Meutia Hatta • Menneg PAN: Taufiq Effendi, Widodo Adi Sutjipto (ad-interim) • Menneg PDT: Saifullah Yusuf, Muhammad Lukman Edy, Djoko Kirmanto (ad-interim) • Menneg PPN/Kepala Bappenas: Sri Mulyani, Paskah Suzetta • Menneg BUMN: Soegiharto, Sofyan Djalil • Mennegpera: Muhammad Yusuf Asy'ari • Mennegpora: Adhyaksa Dault • Jaksa Luhur: Abdul Rahman Saleh, Hendarman Supandji • Panglima TNI: Endriartono Sutarto, Djoko Suyanto, Djoko Santoso • Kapolri: Da'i Bachtiar, Sutanto, Bambang Hendarso Danuri

 

Sekretaris Kabinet: Sudi Silalahi


edunitas.com


Page 16

Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K) (kelahiran di Surakarta, Jawa Tengah, 6 November 1949) adalah seorang dosen[1] dan berbakat jantung[1] yang menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden semenjak 25 Januari 2010. Sebelumnya ia menjabat sebagai Menteri Kesehatan Indonesia dalam Kabinet Indonesia Bersatu pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ia merupakan salah satu dari empat perempuan yang menjabat sebagai menteri dalam Kabinet Indonesia Bersatu, selain Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta.

Ia bekerja sebagai staf pengajar kardiologi Universitas Indonesia. Setelah itu, selama 25 tahun, ia menjadi berbakat jantung di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

Pada tanggal 20 Oktober 2004, Siti Fadilah dilantik menjadi Menteri Kesehatan oleh Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.

Pada tahun 2007, ia menulis buku berjudul Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Belakang Virus Flu Burung konspirasi Amerika Serikat dan organisasi WHO dalam mengembangkan senjata biologis dengan menggunakan virus flu burung. Buku ini menuai protes dari petinggi WHO dan Amerika Serikat.

Ia menikah dengan Ir. Muhamad Supari dan dikaruniai 3 orang anak.

Pendidikan

Siti Fadilah menyelesaikan sekolah atasnya di SMAN 1 Surakarta . Ia menerima gelar sarjana dari Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta) pada tahun 1972. Pada 1987, ia menerima gelar master (S-2) untuk penyakit jantung dan pembuluh darah dari Universitas Indonesia pada 1987. Pada 1996, ia menerima gelar doktor (S-3) dari Universitas Indonesia.

Kursus

Pada 1993, ia mengambil kursus Kardiologi Molekuler di Heart House Washington DC, Maryland (Amerika Serikat) dan kursus Epidemiologi di Fakultas Universitas Indonesia (1997). Pada 1998, ia kursus Preventive Cardiology di Goteborg (Swedia) dan peneliti di Bowman Grey Comparative Medicine (Universitas Wake Forest, Amerika Serikat).

Karier

Sebelum menjadi menteri

Ia tampil sebagai dosen tamu Fakultas Kesehatan Warga Universitas Indonesia, dosen tamu di Pasca Sarjana Jurusan Epidemiologi Universitas Indonesia dan pengajar Departemen Jantung dan Pembuluh Darah Pusat Jantung Nasional Harapan Kita/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan staf pengajar kardiologi Universitas Indonesia.

Siti Fadilah telah menjabat menjadi berbakat jantung Rumah Sakit Jantung Harapan Kita selama 25 tahun. Ia juga menjadi Kepala Unit Penelitian Yayasan Jantung Indonesia dan Kepala Pusat Penelitian Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

Menjadi menteri kesehatan

Pada 20 Oktober 2004, ia ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memimpin Departemen Kesehatan. Ia mengaku terkejut sebab ditunjuk menjadi menteri. Serah terima letak menkes dari Achmad Sujudi ke Siti Fadilah dipertontonkan di Jakarta, 21 Oktober 2004. Film kaleidoskop Departemen Kesehatan tahun 1999-2004 diputar pada perkara tersebut. Selain itu, Achmad Sujudi juga menyerahkan 32 buku yang berisi aktivitas yang dipekerjakan, kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang dihasilkan serta memori letak yang diharapkan dapat menjadi acuan kebijakan selanjutnya.

Siti Fadilah mengakhiri pengiriman virus flu burung ke laboratorium WHO pada November 2006[2][3] sebab ketakutan akan pengembangan vaksin yang lalu dijual ke negara-negara berkembang, dengan Amerika Serikat mendapat keuntungan dan Indonesia tidak mendapat apa-apa.[4] Ia juga takut bahwa vaksin itu akan digunakan untuk senjata biologi.[4] Setelah itu, ia berusaha mengembalikan hak Indonesia. Pada 28 Maret 2007, Indonesia mengumumkan bahwa mereka telah mencapai kesepakatan dengan WHO untuk memulai pengiriman virus dengan metode baru untuk memberikan akses vaksin terhadap negara berkembang.[5] Siti Fadilah mengkonfirmasi pada tanggal 15 Mei 2007 bahwa Indonesia kembali mengirimkan sampel H5N1 ke laboratorium WHO.[5][3]

Pada Maret 2007, ia menuding Askes tidak menyalurkan klaim rumah sakit sesuai dengan permintaan dalam rapat di Dewan Perwakilan Rakyat.

Pada tanggal 6 Januari 2008, Siti Fadilah merilis buku Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Belakang Virus Flu Burung yang berisi mengenai konspirasi Amerika Serikat dan WHO dalam mengembangkan "senjata biologis" dengan menggunakan virus flu burung. Bukunya dianggap membongkar konspirasi WHO dan AS[6] Siti Fadilah "membuka kedok" World Health Organization (WHO) yang telah semakin dari 50 tahun mewajibkan virus sharing yang ternyata jumlah merugikan negara miskin dan berkembang asal virus tersebut.[4] Buku ini menuai protes dari petinggi-petinggi WHO dan AS. Buku edisi Bahasa Inggris ditarik dari peredaran untuk dipertontonkan revisi,[7] sedangkan buku edisi Bahasa Indonesia masih beredar dan memasuki cetakan ke-4.

Berikut adalah sebagian kutipan dari apa yang tertulis di buku tersebut.

Namun ironisnya pembuat vaksin adalah perusahaan yang benar di negara-negara industri, negara maju, negara kaya yang tidak mempunyai kasus flu burung pada manusia. Dan kesudahan vaksin itu dijual ke seluruh dunia juga akan dijual ke negara kita. Tetapi tanpa sepengetahuan apalagi kompensasi untuk si pengirim virus, adalah saudara kita yang benar di Vietnam.
Mengapa begini? Jiwa kedaulatan aku terusik. Seolah aku melihat ke belakang, benar bayang-bayang penjajah dengan semena-mena merampas padi yang menguning, sebab kita hanya bisa menumbuk padi menggunakan lesung, sedangkan sang penjajah punya mesin sleyp padi yang modern. Seolah aku melihat penjajah menyedot minyak bumi di Tanah Cairan kita seenaknya, sebab kita tidak menguasai teknologi dan tidak memiliki uang untuk mengolahnya. Inikah yang dikata neo-kolonialisme yang diramal oleh Bung Karno 50 tahun yang lalu? Ketidak-berdayaan suatu bangsa menjadi sumber keuntungan bangsa yang lain? Demikian jugakah pengiriman virus influenza di WHO yang sudah berlanjut selama 50 tahun, dengan dalih oleh sebab benarnya GISN (Global Influenza Surveillance Network). Aku tidak mengerti siapa yang mendirikan GISN yang sangat berkuasa tersebut sehingga negara-negara penderita Flu Burung terlihat tidak berkekuatan menjalani kepastian yang digariskan oleh WHO melalui GISN dan harus patuh meskipun benar ketidak-adilan?

Siti Fadilah menjamin bahwa Indonesia dapat memproduksi vaksin flu burung sendiri pada Mei 2008.[8][9] Ia juga menyatakan bahwa industri vaksin Indonesia setara dengan Republik Rakyat Tiongkok.[10]

Pada Selasa, 12 Mei 2009, ia menanti disampaikan secara khusus supaya penerimaan mahasiswa asing untuk segi kedokteran dibubarkan secara bertahap kepada petinggi Universitas Padjadjaran, Bandung, dihadapan para wartawan, saat pergi ke Rumah Sakit Mata Cicendo, Bandung. Alasannya, masih jumlah orang Indonesia yang akan sah dokter, serta sarana prasarana rumah sakit yang dipakai untuk praktik mahasiswa kedokteran asing dibiayai oleh uang rakyat tetapi dipakai yang akan menjadi dokter dari Malaysia.[11]

Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Metro TV, menciptakan perkara talkshow yang bernama Bincang Bincang Bareng Bu Menkes yang kerap disingkat B4M. Perkara ini kerap tayang setiap ahad malam, dan yang berperan sebagai co-host adalah Denny Chandra dan Kelik.

Pada bulan Oktober 2009 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara resmi melantik menteri Kabinet Bersatu II. [12] Endang Rahayu Sedyaningsih ditunjuk sebagai pengganti Siti Fadilah sebagai Menteri Kesehatan yang baru.[13]

Tersangka Korupsi Proyek Peralatan Kesehatan 2005

Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah menjadi tersangka kasus dugaan korupsi pada bulan April 2012 atas proyek pengadaan peralatan kesehatan untuk kejadian luar biasa tahun 2005 senilai 15 Milyar Rupiah dengan persangkaan kerugian negara sebesar 6 Milyar Rupiah. [14] [15]

Penghargaan

Penghargaan yang pernah diterima selang lain:[16]

Lihat pula

Pustaka

Catatan kaki

Tautan luar

Lihat pula

Kabinet Indonesia Bersatu (2004–2009)

 

Presiden: Susilo Bambang Yudhoyono | Wakil Presiden: Muhammad Jusuf Kalla

 

Menko Polhukam: Widodo Adi Sutjipto • Menko Perekonomian: Aburizal Bakrie, Boediono, Sri Mulyani (Plt.) • Menko Kesra: Alwi Shihab, Aburizal Bakrie • Mensesneg: Yusril Ihza Mahendra, Hatta Rajasa • Mendagri: Mohammad Ma'ruf, Widodo Adi Sutjipto (ad-interim), Mardiyanto • Menlu: Hassan Wirajuda • Menhan: Juwono Sudarsono • Menkumham: Hamid Awaluddin, Andi Matalatta • Menkeu: Jusuf Anwar, Sri Mulyani • Menteri ESDM: Purnomo Yusgiantoro • Menperin: Andung A. Nitimiharja, Fahmi Idris • Mendag: Mari Elka Pangestu • Mentan: Anton Apriyantono • Menhut: M. S. Kaban • Menhub: Hatta Rajasa, Jusman Syafii Djamal • Menteri KP: Freddy Numberi • Mennakertrans: Fahmi Idris, Erman Soeparno • Menteri PU: Djoko Kirmanto • Menkes: Siti Fadilah Supari • Mendiknas: Bambang Sudibyo • Mensos: Bachtiar Chamsyah • Menag: Muhammad Maftuh Basyuni • Menbudpar: Jero Wacik, Mohammad Nuh (ad-interim) • Menkominfo: Sofyan Djalil, Mohammad Nuh • Mennegristek: Kusmayanto Kadiman • Menneg KUKM: Suryadharma Ali, Mari Elka Pangestu (ad-interim) • Menneg LH: Rachmat Witoelar • Menneg PP: Meutia Hatta • Menneg PAN: Taufiq Effendi, Widodo Adi Sutjipto (ad-interim) • Menneg PDT: Saifullah Yusuf, Muhammad Lukman Edy, Djoko Kirmanto (ad-interim) • Menneg PPN/Kepala Bappenas: Sri Mulyani, Paskah Suzetta • Menneg BUMN: Soegiharto, Sofyan Djalil • Mennegpera: Muhammad Yusuf Asy'ari • Mennegpora: Adhyaksa Dault • Jaksa Luhur: Abdul Rahman Saleh, Hendarman Supandji • Panglima TNI: Endriartono Sutarto, Djoko Suyanto, Djoko Santoso • Kapolri: Da'i Bachtiar, Sutanto, Bambang Hendarso Danuri

 

Sekretaris Kabinet: Sudi Silalahi


edunitas.com


Page 17

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) 4, 4 Februari, 4 Januari, 4 Juli, 4 Juni, 4 U, 4 vesta, 4 Vesta, 4-3-3, 402 SM, 403, 403 SM, 404 (film), 411, 411 SM, 412, 412 SM, 427 BC, 427 SM, 429, 42nd Street (film)


Page 18

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) 4, 4 Februari, 4 Januari, 4 Juli, 4 Juni, 4 U, 4 vesta, 4 Vesta, 4-3-3, 402 SM, 403, 403 SM, 404 (film), 411, 411 SM, 412, 412 SM, 427 BC, 427 SM, 429, 42nd Street (film)


Page 19

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) C, C-SPAN, C. S. Lewis, C. Th van Deventer, C.A. Bella Vista, C.G.E. Mannerheim, C.G.K. Reinwardt, C.H. Greenblatt, C.I.D. (film), Ca (huruf Arab), CA Bastia, Ca Bastia, Ca Batna, Cabagan, Isabela, Cabai, Cabai (disambiguasi), Cabai benalu, Cabai Panggul-kelabu, Cabai panggul-kuning, Cabai Panggul-kuning, Cabai perut-kuning


Page 20

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) C, C-SPAN, C. S. Lewis, C. Th van Deventer, C.A. Bella Vista, C.G.E. Mannerheim, C.G.K. Reinwardt, C.H. Greenblatt, C.I.D. (film), Ca (huruf Arab), CA Bastia, Ca Bastia, Ca Batna, Cabagan, Isabela, Cabai, Cabai (disambiguasi), Cabai benalu, Cabai Panggul-kelabu, Cabai panggul-kuning, Cabai Panggul-kuning, Cabai perut-kuning


Page 21

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) A, A Battle of Wits (film 2006), A battle of wits (film 2006), A Beautiful Mind, A better tomorrow, A Cinderella Story, A Clockwork Orange, A Clockwork Orange (film), A Collection, A Fresh Start for Something New, A Funny Thing Happened on the Way to the Forum, A Girl like Me, A Girl Like Me, A Journey (album), A kara, A Kind of Magic, A Kind of Magic (album), A Messenger, A Midsummer Night's Dream, A Midsummer Nights Dream, A Midsummer's Night Dream


Page 22

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) A, A Battle of Wits (film 2006), A battle of wits (film 2006), A Beautiful Mind, A better tomorrow, A Cinderella Story, A Clockwork Orange, A Clockwork Orange (film), A Collection, A Fresh Start for Something New, A Funny Thing Happened on the Way to the Forum, A Girl like Me, A Girl Like Me, A Journey (album), A kara, A Kind of Magic, A Kind of Magic (album), A Messenger, A Midsummer Night's Dream, A Midsummer Nights Dream, A Midsummer's Night Dream


Page 23

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) D, D'Maestro, D'Maleo Hotel & Convention Mamuju, D'Masiv, D'Plong: Sensasi Rock'n'Dut, D.o.t, D.T. Suzuki, D1 Tower, D14, DAAI TV, Daala Timur, Bulo, Polewali Mandar, Daallo Airlines, Daan Bovenberg, Dacia Nation, Dacia Romawi, Dactylia dichotoma, Dactylia varia, Dadang Wigiarto, Dadanggendis, Nguling, Pasuruan, Dadap, Dadap (disambiguasi)


Page 24

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) D, D'Maestro, D'Maleo Hotel & Convention Mamuju, D'Masiv, D'Plong: Sensasi Rock'n'Dut, D.o.t, D.T. Suzuki, D1 Tower, D14, DAAI TV, Daala Timur, Bulo, Polewali Mandar, Daallo Airlines, Daan Bovenberg, Dacia Nation, Dacia Romawi, Dactylia dichotoma, Dactylia varia, Dadang Wigiarto, Dadanggendis, Nguling, Pasuruan, Dadap, Dadap (disambiguasi)


Page 25

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) F, F-5 Freedom Fighter, F-84 Thunderjet, F-86 Sabre, F. Budi Hardiman, F.C. Gifu, F.C. Hansa Rostock, F.C. Internazionale, F.C. Internazionale Milano, F.L. Tobing, F.L. Wright, F.Scott Fitzgerald's Way Of Love, F.T. Island, F10, F3H Demon, F4F Wildcat, F6F Hellcat, FA Women's Premier League, FA Women's Super League, Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban, Fa-Tal - Gal a Todo Vapor


Page 26

Tags (tagged): Judul Topik (Artikel) F, F-5 Freedom Fighter, F-84 Thunderjet, F-86 Sabre, F. Budi Hardiman, F.C. Gifu, F.C. Hansa Rostock, F.C. Internazionale, F.C. Internazionale Milano, F.L. Tobing, F.L. Wright, F.Scott Fitzgerald's Way Of Love, F.T. Island, F10, F3H Demon, F4F Wildcat, F6F Hellcat, FA Women's Premier League, FA Women's Super League, Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban, Fa-Tal - Gal a Todo Vapor