Pancasila (sila 3, 4, dan 5): Show
Penjelasan pancasila sila ke 3 Bentuk nyata pengamalan Sila ketiga Pancasila yang dapat kita lakukan untuk memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia adalah dengan menjunjung tinggi bahasa persatuan bangsa Indonesia . Mengamalkan sila ketiga dari Pancasila dengan berbahasa Indonesia secara baik dan benar, maksudnya adalah kita selalu konsisten untuk menggunakan bahasa Indonesiasesuai dengan situasi pemakaian dan sesuai dengan kaidah kebahasaan dalam bahasa Indonesia .Bangsa Indonesia sudah bersatu padu sejak tanggal 28 Oktober 1928 silam. Dengan SumpahPemuda yang terjadi pada tanggal 28 Oktober 1928 tersebut, terbentuklah bangsa Indonesia yanglebih kuat daripada sebelumnya yang masih tercerai-berai. Salah satu unsur penyatu bangsa kitaadalah penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa kita. Dari Sabang sampaiMarauke seluruh warga negara Indonesia dapat berkomunikasi antarbudaya, antarsuku, danantaragama satu sama lain dengan menggunakan bahasa Indonesia . Hal ini membuktikan bahwadengan menggunakan bahasa Indonesa, kita dapat memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsakita. Dengan kata lain, menggunakan bahasa Indonesia adalah bentuk nyata pengamalan kitaterhadap sila ketiga Pancasila .Jadi, walaupun berbahasa Indonesia terkesan tidak modern, tetapi sebenarnya dengan berbahasa Indonesia , kita sudah mengamalkan silaketiga Pancasila Bentuk pengamalan ini berarti, dengan berbahasa Indonesia , kita sudah berusaha memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa kita dan sekaligus kita sudah ikut membangun bangsa ini ke arah kemajuan. Berdasarkan paparan di atas, menurut saya alangkah baiknya kita peringati hari lahirnya nama Pancasila padatanggal 1 Juni 2007 ini dengan semangat kita untuk tetap konsisten menggunakan bahasaIndonesia secara baik dan benar sebagai bentuk nyata pengamalan sila ketiga Pancasila Berikut contoh sikap yang mencerminkan di sila Ketiga :
Secara sederhana, pembahasan sila ke- 4 adalah demokrasi. Demokrasi yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Pemimpin yang hikmat adalah pemimpin yang berakal sehat, rasional, cerdas, terampil, dan seterusnya pada hal-hal yang bersifat fisik atau jasmaniah. Sementara kebijaksanaan adalah pemimpin yang berhatinurani, bijaksana, jujur, adil, dan seterusnya pada hal-hal yang bersifat psikis atau rohaniah. Jadi, pemimpin yang hikmat-kebijaksanaan itu lebih mengarah pada pemimpin yang profesional (hikmat) dan juga dewasa (bijaksana). Itu semua negara demokratis yang dipimpin oleh orang yang dewasa profesional dilakukan melalui tatanan dan tuntunan permusyawaratan atau perwakilan.Tegasnya, sila keempat merujuk pada NKRI sebagai Negara demokrasi-perwakilan yang dipimpin oleh orang profesional-dewasa melalui sistem musyawarah.
Nilai Yang Terkandung Pada Sila Ke Lima Keadilan Sosial ialah sifat masyarakat adil dan makmur berbahagia untuk semua orang, tidak ada penghinaan, tidak ada penghisapan, bahagia material dan bahagia spritual, lahir dan batin. Istilah adil yaitu menunjukkan bahwa orang harus memberi kepada orang lain apa yang menjadi haknya dan tahu mana haknya sendiri serta tahu apa kewajibannya kepada orang lain dan dirinya. Sosial berarti tidak mementingkan diri sendiri saja, tetapi mengutamakan kepentingan umum, tidak individualistik dan egoistik, tetapi berbuat untuk kepentingan bersama. Maka di dalam sila ke-5 tersebut terkandung nilai Keadilan tersebut didasari oleh hakekat keadilan manusia yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya serta hubungan manusia dengan Tuhannya.oleh karena itu manusia dikatakan pula sebagai makhluk Monopruralisme Konsekuensinya nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama adalah meliputi: 1.Keadilan Distributif Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama diperlukan tidak sama. Keadilan distributif sendiri yaitu suatu hubungan keadilan antara negara terhadap warganya, dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kesempatan dalam hidup bersama yang didasrkan atas hak dan kewajiban. 2.Keadilan Legal (Keadilan Bertaat) Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga negara terhadap negara dan dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam negara. Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan subtansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjadi kesatuannya. Dalam masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan menurut sifat dasarnya paling cocok baginya. Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan untuk yang lainnya disebut keadilan legal. 3.Keadilan Komulatif Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga satu dengan yang lainnya secara timbal balik. Keadilan ini bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan ini merupakan asan pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrem menjadikan ketidak adilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat. Berikut contoh sikap yang mencerminkan di sila Kelima :
Jakarta - Pancasila merupakan dasar negara yang mengandung nilai-nilai luhur. Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila tersebut dekat dengan kehidupan rakyat Indonesia. Seperti apa bunyi sila ke-3? Pancasila lahir tanggal 1 Juni 1945. Pada saat itu, tokoh kemerdekaan Indonesia yang juga Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno, mengusulkan rumusan pancasila dalam sidang pertama BPUPKI atau Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Bung Karno, panggilan Soekarno memberikan 5 gagasan yang kemudian disebut dengan Pancasila atau 5 sila. Bunyi sila ke-3 adalah "Persatuan Indonesia". Menurut Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, sila tersebut mengandung nilai sebagai landasan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Dalam sila ke-3 tersebut, terdapat tujuh butir pengamalan, sebagai berikut: 1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. 2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan. 3. Mengembangkan rasa cinta kepada Tanah Air dan bangsa. 4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan ber-Tanah Air Indonesia. 5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. 6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika. 7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa. Dikutip dari buku Pasti Bisa: Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SD/MI Kelas IV oleh Tim Tunas Karya Guru, berikut contoh pengamalan sila ke-3 di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat: Contoh Pengamalan Pancasila Sila ke-3 di Lingkungan Keluarga1. Giat belajar agar membanggakan keluarga. 2. Berperilaku hormat pada anggota keluarga lebih tua dan menghargai yang lebih muda. 3. Ikut membantu berbagai kegiatan dalam keluarga. 4. Mendahulukan kepentingan bersama, dibandingkan kepentingan pribadi. 5. Selalu menjaga kerukunan antar anggota keluarga. Contoh Pengamalan Pancasila Sila ke-3 di Lingkungan Sekolah1. Giat dan tekun belajar agar dapat membanggakan nama baik sekolah. 2. Saling menghargai antar sesama warga sekolah. 3. Mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi ataupun kepentingan kelompok. 4. Menjaga kerukunan antar warga sekolah. 5. Menunjukkan rasa cinta terhadap Tanah Air, bangsa, dan negara dengan melakukan upacara bendera dengankhidmad dan tertib, mempelajari sejarah bangsa agar semakin menghargai jasa dan perjuangan para pahlawan, dan mengetahui serta hafal lagu-lagu nasional. Selanjutnya Contoh Pengamalan sila ke-3 di Lingkungan Masyarakat
(kri/nwy) |