Langkah untuk menentukan validitas dan reliabilitas soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

BAB I

PENDAHULUAN

Interaksi belajar-mengajar diprioritaskan pada profesionalisme guru dan prestasi belajar siswa dengan menitikberatkan pada kebermutuan sumber ajar. Proses transfer ilmu tersebut membutuhkan kesatuan komponen-komponen pembelajaran dalam bersinergi membentuk kompleksitas ranah, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik sebagai pondasi pembentukan pengetahuan siswa. Keterkaitan antar komponen pembelajaran dijalankan selaras dengan konteks pembelajaran dan berpedoman pada tujuan yang akan dicapai. Tujuan pembelajaran yang telah dirancang, sesuai dengan silabus, menjadi tolok ukur keberhasilan belajar siswa.

Selaras dengan pencapaian tujuan pembelajaran, diperlukan evaluasi secara periodik terhadap perkembangan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa sebagai bahan evaluasi untuk mengukur sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap materi ajar yang telah disampaikan. Evaluasi sebagai proses penilaian pendidikan secara keseluruhan mencakup segala ketercapaian satuan pendidikan menghasilkan keberhasilan usaha yang ditempuh sesuai dengan tujuan pendidikan, yakni menghasilkan outputselaras dengan bidang yang dipelajari. Salah satu bentuk evaluasi pendidikan yang bersifat konkret dan numerikal dapat diketahui dari hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa diperoleh melalui penilaian.

Penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan (Suwandi, 2009:6).Tidak terlepas dari bentuk evaluasi, penilaian berhubungan erat dengan pengukuran. Pengukuran menghasilkan data untuk proses penilaian. Seperti yang dikemukakan Suwandi (2009:6), aspek kuantitatif pada penilaian diperoleh melalui pengukuran, sedangkan aspek kualitatifnya berupa penafsiran dan pertimbangan terhadap data kuantitatif hasil pengukuran tersebut. Hasil pengukuran menghasilkan data deskriptif berdasarkan penafsiran sesuai kriteria penilaian yang telah ditetapkan.

Pertimbangan kriteria soal yang berkategori baik diharapkan mampu memberikan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, guru dituntut mampu mempersiapkan dan melakukan penilaian dengan baik sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai secara optimal. Di akhir pembelajaran, guru diharapkan mampu menyusun alat tes yang dapat dipertanggungjawabkan. Seperti yang diungkapkan oleh Tuckman (dalam Nurgiyantoro, 2010:150) bahwa alat tes mesti dapat dipertanggungjawabkan dari segi kelayakan (appropriateness), validitas, reliabilitas, ketertafsiran (interpretability), dan kebergunaan (usability). Jadi, tujuan utama kegiatan penilaian digunakan untuk mengetahui sejauh mana kompetensi dasar yang dikuasai siswa setelah mengikuti serangkaian pembelajaran.

Seperti yang dikemukakan Tuckman, Purwanto (2011:114) juga sependapat bahwa sebagai sebuah alat ukur maka THB (Tes Hasil Belajar) harus memenuhi syarat sebagai alat ukur yang baik. Alat ukur yang baik harus memenuhi dua syarat yaitu validitas dan reliabilitas. Purwanto menjelaskan bahwa THB yang valid adalah THB yang mengukur dengan tepat keadaan yang ingin diukur. Sebaliknya, THB dikatakan tidak valid bila digunakan untuk mengukur suatu keadaan yang tidak tepat diukur dengan THB tersebut.

Validitas berhubungan erat dengan reliabilitas. Reliabilitas atau konsistensi pengukuran dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang valid, tetapi reliabilitas dapat diperoleh tanpa harus valid (Nurgiyantoro, 2010:150). Jika validitas berkaitan dengan kelayakan penafsiran hasil tes, maka reliabilitas berkaitan dengan konsistensi hasil pengujian tes. Pengujian hasil tes yang relatif tetap dapat dikatakan bahwa hasil tes tersebut reliabel/ dapat dipercaya, dalam arti kompetensi yang diujikan selaras dengan penguasaan siswa.

  • Rumusan Masalah
  • Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah:
  • Bagaimanakah hakikat validitas tes?
  • Bagaimanakah hakikat reliabilitas tes?
  • Tujuan Penulisan
  • Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
  • Mendeskripsikan hakikat validitas tes, yang meliputi: pengertian validitas tes, macam validitas tes, faktor-faktor yang mempengaruhi validitas tes, dan cara menghitung validitas tes
  • Mendeskripsikan hakikat reliabilitas tes yang meliputi: pengertian reliabilitas tes, macam-macam reliabilitas tes, faktor-faktor yang mempengaruhi reliabilitas tes, dan penghitungan reliabilitas tes.

BAB II

PEMBAHASAN

  • Hakikat Validitas Tes
  • Pengertian Validitas

Validitas sering diartikan kesahihan (Thoha, 2001: 109). Validitas adalah kualitas yang menunjukan hubungan antara suatu pengukuran (diagnosis) dengan arti atau tujuan kriteria belajar atau tingkah laku (Purwanto, 2002: 137). Sedangkan menurut Sukardi (2011: 3), validitas adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur. Suatu alat ukur disebut memiliki validitas bilamana alat ukur tersebut isinya layak mengukur objek yang seharusnya diukur dan sesuai dengan kriteria tertentu. Artinya adanya kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran. Validitas suatu instrumen evaluasi, tidak lain adalah derajat yang menunjukan di mana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur (Singarimbun & Effendi, 2011: 122).


Page 2

BAB I

PENDAHULUAN

Interaksi belajar-mengajar diprioritaskan pada profesionalisme guru dan prestasi belajar siswa dengan menitikberatkan pada kebermutuan sumber ajar. Proses transfer ilmu tersebut membutuhkan kesatuan komponen-komponen pembelajaran dalam bersinergi membentuk kompleksitas ranah, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik sebagai pondasi pembentukan pengetahuan siswa. Keterkaitan antar komponen pembelajaran dijalankan selaras dengan konteks pembelajaran dan berpedoman pada tujuan yang akan dicapai. Tujuan pembelajaran yang telah dirancang, sesuai dengan silabus, menjadi tolok ukur keberhasilan belajar siswa.

Selaras dengan pencapaian tujuan pembelajaran, diperlukan evaluasi secara periodik terhadap perkembangan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa sebagai bahan evaluasi untuk mengukur sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap materi ajar yang telah disampaikan. Evaluasi sebagai proses penilaian pendidikan secara keseluruhan mencakup segala ketercapaian satuan pendidikan menghasilkan keberhasilan usaha yang ditempuh sesuai dengan tujuan pendidikan, yakni menghasilkan outputselaras dengan bidang yang dipelajari. Salah satu bentuk evaluasi pendidikan yang bersifat konkret dan numerikal dapat diketahui dari hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa diperoleh melalui penilaian.

Penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan (Suwandi, 2009:6).Tidak terlepas dari bentuk evaluasi, penilaian berhubungan erat dengan pengukuran. Pengukuran menghasilkan data untuk proses penilaian. Seperti yang dikemukakan Suwandi (2009:6), aspek kuantitatif pada penilaian diperoleh melalui pengukuran, sedangkan aspek kualitatifnya berupa penafsiran dan pertimbangan terhadap data kuantitatif hasil pengukuran tersebut. Hasil pengukuran menghasilkan data deskriptif berdasarkan penafsiran sesuai kriteria penilaian yang telah ditetapkan.

Pertimbangan kriteria soal yang berkategori baik diharapkan mampu memberikan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, guru dituntut mampu mempersiapkan dan melakukan penilaian dengan baik sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai secara optimal. Di akhir pembelajaran, guru diharapkan mampu menyusun alat tes yang dapat dipertanggungjawabkan. Seperti yang diungkapkan oleh Tuckman (dalam Nurgiyantoro, 2010:150) bahwa alat tes mesti dapat dipertanggungjawabkan dari segi kelayakan (appropriateness), validitas, reliabilitas, ketertafsiran (interpretability), dan kebergunaan (usability). Jadi, tujuan utama kegiatan penilaian digunakan untuk mengetahui sejauh mana kompetensi dasar yang dikuasai siswa setelah mengikuti serangkaian pembelajaran.

Seperti yang dikemukakan Tuckman, Purwanto (2011:114) juga sependapat bahwa sebagai sebuah alat ukur maka THB (Tes Hasil Belajar) harus memenuhi syarat sebagai alat ukur yang baik. Alat ukur yang baik harus memenuhi dua syarat yaitu validitas dan reliabilitas. Purwanto menjelaskan bahwa THB yang valid adalah THB yang mengukur dengan tepat keadaan yang ingin diukur. Sebaliknya, THB dikatakan tidak valid bila digunakan untuk mengukur suatu keadaan yang tidak tepat diukur dengan THB tersebut.

Validitas berhubungan erat dengan reliabilitas. Reliabilitas atau konsistensi pengukuran dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang valid, tetapi reliabilitas dapat diperoleh tanpa harus valid (Nurgiyantoro, 2010:150). Jika validitas berkaitan dengan kelayakan penafsiran hasil tes, maka reliabilitas berkaitan dengan konsistensi hasil pengujian tes. Pengujian hasil tes yang relatif tetap dapat dikatakan bahwa hasil tes tersebut reliabel/ dapat dipercaya, dalam arti kompetensi yang diujikan selaras dengan penguasaan siswa.

  • Rumusan Masalah
  • Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah:
  • Bagaimanakah hakikat validitas tes?
  • Bagaimanakah hakikat reliabilitas tes?
  • Tujuan Penulisan
  • Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
  • Mendeskripsikan hakikat validitas tes, yang meliputi: pengertian validitas tes, macam validitas tes, faktor-faktor yang mempengaruhi validitas tes, dan cara menghitung validitas tes
  • Mendeskripsikan hakikat reliabilitas tes yang meliputi: pengertian reliabilitas tes, macam-macam reliabilitas tes, faktor-faktor yang mempengaruhi reliabilitas tes, dan penghitungan reliabilitas tes.

BAB II

PEMBAHASAN

  • Hakikat Validitas Tes
  • Pengertian Validitas

Validitas sering diartikan kesahihan (Thoha, 2001: 109). Validitas adalah kualitas yang menunjukan hubungan antara suatu pengukuran (diagnosis) dengan arti atau tujuan kriteria belajar atau tingkah laku (Purwanto, 2002: 137). Sedangkan menurut Sukardi (2011: 3), validitas adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur. Suatu alat ukur disebut memiliki validitas bilamana alat ukur tersebut isinya layak mengukur objek yang seharusnya diukur dan sesuai dengan kriteria tertentu. Artinya adanya kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran. Validitas suatu instrumen evaluasi, tidak lain adalah derajat yang menunjukan di mana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur (Singarimbun & Effendi, 2011: 122).


Langkah untuk menentukan validitas dan reliabilitas soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan

Lihat Humaniora Selengkapnya


Page 3

BAB I

PENDAHULUAN

Interaksi belajar-mengajar diprioritaskan pada profesionalisme guru dan prestasi belajar siswa dengan menitikberatkan pada kebermutuan sumber ajar. Proses transfer ilmu tersebut membutuhkan kesatuan komponen-komponen pembelajaran dalam bersinergi membentuk kompleksitas ranah, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik sebagai pondasi pembentukan pengetahuan siswa. Keterkaitan antar komponen pembelajaran dijalankan selaras dengan konteks pembelajaran dan berpedoman pada tujuan yang akan dicapai. Tujuan pembelajaran yang telah dirancang, sesuai dengan silabus, menjadi tolok ukur keberhasilan belajar siswa.

Selaras dengan pencapaian tujuan pembelajaran, diperlukan evaluasi secara periodik terhadap perkembangan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa sebagai bahan evaluasi untuk mengukur sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap materi ajar yang telah disampaikan. Evaluasi sebagai proses penilaian pendidikan secara keseluruhan mencakup segala ketercapaian satuan pendidikan menghasilkan keberhasilan usaha yang ditempuh sesuai dengan tujuan pendidikan, yakni menghasilkan outputselaras dengan bidang yang dipelajari. Salah satu bentuk evaluasi pendidikan yang bersifat konkret dan numerikal dapat diketahui dari hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa diperoleh melalui penilaian.

Penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan (Suwandi, 2009:6).Tidak terlepas dari bentuk evaluasi, penilaian berhubungan erat dengan pengukuran. Pengukuran menghasilkan data untuk proses penilaian. Seperti yang dikemukakan Suwandi (2009:6), aspek kuantitatif pada penilaian diperoleh melalui pengukuran, sedangkan aspek kualitatifnya berupa penafsiran dan pertimbangan terhadap data kuantitatif hasil pengukuran tersebut. Hasil pengukuran menghasilkan data deskriptif berdasarkan penafsiran sesuai kriteria penilaian yang telah ditetapkan.

Pertimbangan kriteria soal yang berkategori baik diharapkan mampu memberikan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, guru dituntut mampu mempersiapkan dan melakukan penilaian dengan baik sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai secara optimal. Di akhir pembelajaran, guru diharapkan mampu menyusun alat tes yang dapat dipertanggungjawabkan. Seperti yang diungkapkan oleh Tuckman (dalam Nurgiyantoro, 2010:150) bahwa alat tes mesti dapat dipertanggungjawabkan dari segi kelayakan (appropriateness), validitas, reliabilitas, ketertafsiran (interpretability), dan kebergunaan (usability). Jadi, tujuan utama kegiatan penilaian digunakan untuk mengetahui sejauh mana kompetensi dasar yang dikuasai siswa setelah mengikuti serangkaian pembelajaran.

Seperti yang dikemukakan Tuckman, Purwanto (2011:114) juga sependapat bahwa sebagai sebuah alat ukur maka THB (Tes Hasil Belajar) harus memenuhi syarat sebagai alat ukur yang baik. Alat ukur yang baik harus memenuhi dua syarat yaitu validitas dan reliabilitas. Purwanto menjelaskan bahwa THB yang valid adalah THB yang mengukur dengan tepat keadaan yang ingin diukur. Sebaliknya, THB dikatakan tidak valid bila digunakan untuk mengukur suatu keadaan yang tidak tepat diukur dengan THB tersebut.

Validitas berhubungan erat dengan reliabilitas. Reliabilitas atau konsistensi pengukuran dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang valid, tetapi reliabilitas dapat diperoleh tanpa harus valid (Nurgiyantoro, 2010:150). Jika validitas berkaitan dengan kelayakan penafsiran hasil tes, maka reliabilitas berkaitan dengan konsistensi hasil pengujian tes. Pengujian hasil tes yang relatif tetap dapat dikatakan bahwa hasil tes tersebut reliabel/ dapat dipercaya, dalam arti kompetensi yang diujikan selaras dengan penguasaan siswa.

  • Rumusan Masalah
  • Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah:
  • Bagaimanakah hakikat validitas tes?
  • Bagaimanakah hakikat reliabilitas tes?
  • Tujuan Penulisan
  • Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
  • Mendeskripsikan hakikat validitas tes, yang meliputi: pengertian validitas tes, macam validitas tes, faktor-faktor yang mempengaruhi validitas tes, dan cara menghitung validitas tes
  • Mendeskripsikan hakikat reliabilitas tes yang meliputi: pengertian reliabilitas tes, macam-macam reliabilitas tes, faktor-faktor yang mempengaruhi reliabilitas tes, dan penghitungan reliabilitas tes.

BAB II

PEMBAHASAN

  • Hakikat Validitas Tes
  • Pengertian Validitas

Validitas sering diartikan kesahihan (Thoha, 2001: 109). Validitas adalah kualitas yang menunjukan hubungan antara suatu pengukuran (diagnosis) dengan arti atau tujuan kriteria belajar atau tingkah laku (Purwanto, 2002: 137). Sedangkan menurut Sukardi (2011: 3), validitas adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur. Suatu alat ukur disebut memiliki validitas bilamana alat ukur tersebut isinya layak mengukur objek yang seharusnya diukur dan sesuai dengan kriteria tertentu. Artinya adanya kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran. Validitas suatu instrumen evaluasi, tidak lain adalah derajat yang menunjukan di mana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur (Singarimbun & Effendi, 2011: 122).


Langkah untuk menentukan validitas dan reliabilitas soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan

Lihat Humaniora Selengkapnya


Page 4

BAB I

PENDAHULUAN

Interaksi belajar-mengajar diprioritaskan pada profesionalisme guru dan prestasi belajar siswa dengan menitikberatkan pada kebermutuan sumber ajar. Proses transfer ilmu tersebut membutuhkan kesatuan komponen-komponen pembelajaran dalam bersinergi membentuk kompleksitas ranah, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik sebagai pondasi pembentukan pengetahuan siswa. Keterkaitan antar komponen pembelajaran dijalankan selaras dengan konteks pembelajaran dan berpedoman pada tujuan yang akan dicapai. Tujuan pembelajaran yang telah dirancang, sesuai dengan silabus, menjadi tolok ukur keberhasilan belajar siswa.

Selaras dengan pencapaian tujuan pembelajaran, diperlukan evaluasi secara periodik terhadap perkembangan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa sebagai bahan evaluasi untuk mengukur sejauh mana tingkat penguasaan siswa terhadap materi ajar yang telah disampaikan. Evaluasi sebagai proses penilaian pendidikan secara keseluruhan mencakup segala ketercapaian satuan pendidikan menghasilkan keberhasilan usaha yang ditempuh sesuai dengan tujuan pendidikan, yakni menghasilkan outputselaras dengan bidang yang dipelajari. Salah satu bentuk evaluasi pendidikan yang bersifat konkret dan numerikal dapat diketahui dari hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa diperoleh melalui penilaian.

Penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan (Suwandi, 2009:6).Tidak terlepas dari bentuk evaluasi, penilaian berhubungan erat dengan pengukuran. Pengukuran menghasilkan data untuk proses penilaian. Seperti yang dikemukakan Suwandi (2009:6), aspek kuantitatif pada penilaian diperoleh melalui pengukuran, sedangkan aspek kualitatifnya berupa penafsiran dan pertimbangan terhadap data kuantitatif hasil pengukuran tersebut. Hasil pengukuran menghasilkan data deskriptif berdasarkan penafsiran sesuai kriteria penilaian yang telah ditetapkan.

Pertimbangan kriteria soal yang berkategori baik diharapkan mampu memberikan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, guru dituntut mampu mempersiapkan dan melakukan penilaian dengan baik sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai secara optimal. Di akhir pembelajaran, guru diharapkan mampu menyusun alat tes yang dapat dipertanggungjawabkan. Seperti yang diungkapkan oleh Tuckman (dalam Nurgiyantoro, 2010:150) bahwa alat tes mesti dapat dipertanggungjawabkan dari segi kelayakan (appropriateness), validitas, reliabilitas, ketertafsiran (interpretability), dan kebergunaan (usability). Jadi, tujuan utama kegiatan penilaian digunakan untuk mengetahui sejauh mana kompetensi dasar yang dikuasai siswa setelah mengikuti serangkaian pembelajaran.

Seperti yang dikemukakan Tuckman, Purwanto (2011:114) juga sependapat bahwa sebagai sebuah alat ukur maka THB (Tes Hasil Belajar) harus memenuhi syarat sebagai alat ukur yang baik. Alat ukur yang baik harus memenuhi dua syarat yaitu validitas dan reliabilitas. Purwanto menjelaskan bahwa THB yang valid adalah THB yang mengukur dengan tepat keadaan yang ingin diukur. Sebaliknya, THB dikatakan tidak valid bila digunakan untuk mengukur suatu keadaan yang tidak tepat diukur dengan THB tersebut.

Validitas berhubungan erat dengan reliabilitas. Reliabilitas atau konsistensi pengukuran dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang valid, tetapi reliabilitas dapat diperoleh tanpa harus valid (Nurgiyantoro, 2010:150). Jika validitas berkaitan dengan kelayakan penafsiran hasil tes, maka reliabilitas berkaitan dengan konsistensi hasil pengujian tes. Pengujian hasil tes yang relatif tetap dapat dikatakan bahwa hasil tes tersebut reliabel/ dapat dipercaya, dalam arti kompetensi yang diujikan selaras dengan penguasaan siswa.

  • Rumusan Masalah
  • Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah:
  • Bagaimanakah hakikat validitas tes?
  • Bagaimanakah hakikat reliabilitas tes?
  • Tujuan Penulisan
  • Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
  • Mendeskripsikan hakikat validitas tes, yang meliputi: pengertian validitas tes, macam validitas tes, faktor-faktor yang mempengaruhi validitas tes, dan cara menghitung validitas tes
  • Mendeskripsikan hakikat reliabilitas tes yang meliputi: pengertian reliabilitas tes, macam-macam reliabilitas tes, faktor-faktor yang mempengaruhi reliabilitas tes, dan penghitungan reliabilitas tes.

BAB II

PEMBAHASAN

  • Hakikat Validitas Tes
  • Pengertian Validitas

Validitas sering diartikan kesahihan (Thoha, 2001: 109). Validitas adalah kualitas yang menunjukan hubungan antara suatu pengukuran (diagnosis) dengan arti atau tujuan kriteria belajar atau tingkah laku (Purwanto, 2002: 137). Sedangkan menurut Sukardi (2011: 3), validitas adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur. Suatu alat ukur disebut memiliki validitas bilamana alat ukur tersebut isinya layak mengukur objek yang seharusnya diukur dan sesuai dengan kriteria tertentu. Artinya adanya kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran. Validitas suatu instrumen evaluasi, tidak lain adalah derajat yang menunjukan di mana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur (Singarimbun & Effendi, 2011: 122).


Langkah untuk menentukan validitas dan reliabilitas soal yang digunakan untuk mengukur kemampuan

Lihat Humaniora Selengkapnya