Kekikiran adalah sifat buruk yang diakibatkan oleh cinta yang berlebihan terhadap

Selasa, 12 Mei 2020 - 15:41 WIB

Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Ilustrasi/SINDOnews

BAKHIL menurut bahasa adalah Al-bakhil yang artinya menahan sesuatu. Sedangkan menurut istilah, bakhil adalah perbuatan seseorang menahan atau tidak memberikan sesuatu yang semestinya wajib diberikan kepada seseorang yang pantas menerima.Hampir semua manusia mencintai harta benda dan berbagai perhiasan dunia. Namun sayangnya, berbagai perhiasan dunia tersebut sering membuat manusia menjadi sangat bakhil, pelit alias kikir dan hilang arah.

Bakhil atau kikir adalah di antara bentuk kemaksiatan hati yang besar dan dianggap merusak kehidupan manusia. (Baca juga: Ini Salah Satu Kemaksiatan Hati yang Sangat Berbahaya )

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam (SAW) memperingatkan: “Ada tiga hal yang dianggap dapat membinasakan kehidupan manusia, yaitu kekikiran (kebakhilan) yang dipatuhi, hawa nafsu yang diikuti, dan ketakjuban orang terhadap dirinya sendiri.” (Baca juga: Hati Adalah Raja, Amalan Hati Lebih Penting Ketimbang Amal Badan )

Hadis tersebut diriwayatkan oleh Thabrani dalam al-Awsath dari Anas dan Ibn Umar, yang menganggapnya sebagai hadis hasan dalam Shahih al-Jami' as-Shaghir, 3030 dan 3045.

Selasa, 12 Mei 2020 - 15:41 WIB

Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Ilustrasi/SINDOnews

BAKHIL menurut bahasa adalah Al-bakhil yang artinya menahan sesuatu. Sedangkan menurut istilah, bakhil adalah perbuatan seseorang menahan atau tidak memberikan sesuatu yang semestinya wajib diberikan kepada seseorang yang pantas menerima.Hampir semua manusia mencintai harta benda dan berbagai perhiasan dunia. Namun sayangnya, berbagai perhiasan dunia tersebut sering membuat manusia menjadi sangat bakhil, pelit alias kikir dan hilang arah.

Bakhil atau kikir adalah di antara bentuk kemaksiatan hati yang besar dan dianggap merusak kehidupan manusia. [Baca juga: Ini Salah Satu Kemaksiatan Hati yang Sangat Berbahaya ]

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam [SAW] memperingatkan: “Ada tiga hal yang dianggap dapat membinasakan kehidupan manusia, yaitu kekikiran [kebakhilan] yang dipatuhi, hawa nafsu yang diikuti, dan ketakjuban orang terhadap dirinya sendiri.” [Baca juga: Hati Adalah Raja, Amalan Hati Lebih Penting Ketimbang Amal Badan ]

Hadis tersebut diriwayatkan oleh Thabrani dalam al-Awsath dari Anas dan Ibn Umar, yang menganggapnya sebagai hadis hasan dalam Shahih al-Jami' as-Shaghir, 3030 dan 3045.

Sifat kikir bisa mendatangkan konsekuensi bagi pelakunya.

Rabu , 10 Jun 2020, 21:07 WIB

Republika/Tahta Aidilla

Sifat kikir bisa mendatangkan konsekuensi bagi pelakunya. Ilustrasi Sedekah

Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, Sebagai individu yang hidup di tengah masyarakat, sifat kikir pasti mempunyai konsekuensi yang bisa merugikan diri sendiri. 

Baca Juga

Minimal ada dua kerugian bagi orang yang kikir. Pertama, kerugian ketika di dunia, yaitu menimbulkan rasa permusuhan dan kebencian di antara orang-orang dekat dan warga sekitar di mana ia tinggal. 

Paling tidak kikir telah menimbulkan rasa tidak senang pada orang lain. Selain itu, orang yang kikir adalah orang yang letih. Ia mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menimbun kekayaan, namun ia tidak menikmati hartanya. Karena, ahli warisnyalah yang akan menikmatinya.

Kedua, kerugian yang diterima pada hari pembalasan nanti. Yakni, orang yang kikir akan mempertanggungjawabkan harta kekayaannya pada hari akhir nanti layaknya orang kaya. Padahal, seperti yang telah disebutkan bahwa ia hidup di dunia ini layaknya orang miskin yang terus-menerus mengejar harta, namun ia tidak menikmatinya.   

Kikir jelas merupakan sifat yang nyata-nyata dikecam oleh Allah SWT. Firman-Nya:  

هَا أَنْتُمْ هَٰؤُلَاءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ ۖ وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ ۚ وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ ۚ وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ     

 ''Ingatlah, kalian adalah orang-orang yang diminta untuk menafkahkan sebagian harta kalian di jalan Allah, namun di antara kalian terdapat orang-orang yang bakhil. Siapa pun yang bersikap bakhil [kikir], maka sesungguhnya ia bakhil [kikir] terhadap dirinya sendiri, sebab Allah Mahakaya dan kalian adalah orang-orang miskin.'' [QS Muhammad: 38].

Dari ayat di atas jelaslah bahwa orang-orang kikir adalah mereka yang mempunyai harta, namun ketika diminta untuk menafkahkan sebagiannya di jalan Allah, mereka menolak. Menafkahkan harta di jalan Allah itu macam-macam, antara lain, zakat, infak, sedekah, dan memberi makan anak yatim-piatu. 

Padahal, Allah SWT telah menjamin bahwa segala sesuatu yang diinfakkan dalam kerangka fi sabilillahtidak akan menjadi perbuatan yang sia-sia. 

وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ

''Apa pun yang kalian infakkan, maka Dia [Allah] akan menggantikannya. Dialah sebaik-baik pemberi rezeki." [QS Saba: 39].

Ada beberapa penyebab tertentu dari kekikiran. Di antaranya adalah takut miskin. Mengenai hal ini, Khalifah Ali bin Abi Thalib pernah menyatakan, ''Aku heran dengan orang yang kikir karena ia hanya mempercepat laju kemiskinannya, padahal ia berusaha lari dari kemiskinan. Ia kehilangan kesenangan hidup yang ia dambakan [karena tidak menikmati hartanya akibat kebakhilannya]. Ia hidup seperti orang yang miskin, namun ia harus mempertanggungjawabkan hartanya pada hari kiamat seperti orang kaya.''

Motif lain dari kekikiran adalah sikap berlebihan atau kekhawatiran berlebihan terhadap masa depan keluarga. 

Orang yang demikian lebih suka menabung seluruh uangnya untuk masa depan anak-anak/keluarga daripada menginfakkan sebagian daripadanya di jalan Allah. Mereka berkeyakinan, harta akan dapat melindungi masa depan anak-anaknya. Padahal, Alquran telah memberi petunjuk bahwa kekayaan dan anak-anak hanyalah cobaan/fitnah. [QS Al-Anfal: 28].

Motif berikutnya dari kekikiran adalah cinta harta secara berlebihan tanpa menganggapnya sebagai sarana ibadah. Mereka ini mengira bahwa zakat, infak, dan sedekah akan mengurangi hartanya. Padahal, Allahlah penetap segala rezeki.

  • kikir
  • kikir dalam islam
  • bahaya kikir
  • kikir dalam alquran
  • siksa kikir

sumber : Harian Republika

tirto.id - Di antara akhlak tercela yang harus dihindari umat Islam adalah sifat serakah dan kikir.

Jika serakah adalah keinginan untuk menimbun harta, maka sifat kikir adalah enggan mengeluarkan harta tersebut untuk disedekahkan.

Dalam Islam, perkara harta adalah urusan muamalah dengan lingkungan sekitar. Jika seorang muslim memiliki harta berlebih, maka pada harta itu, ada sebagian hak fakir dan miskin.

Karena itulah, Allah SWT memerintahkan umatnya untuk mengeluarkan zakat, sedekah, infak, dan lain sebagainya.

Salah satu tujuan perintah tersebut adalah untuk meningkatkan kesadaran sosial orang Islam untuk saling tolong menolong, menghindari sifat serakah, kikir, dan bakhil.

Selain itu, jika harta ditahan dan tidak dikeluarkan, maka harta itulah yang akan menjadi sebab dari azab Allah SWT di akhirat, sebagaimana dilansir NU Online.

Hal ini tergambar dalam firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 180:

"Janganlah sekali-kali orang-orang menjadi kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya. Mereka mengira bahwa [kikir] itu baik bagi mereka, padahal [kikir] itu buruk bagi mereka. Maka [harta] yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan [di leher] pada hari Kiamat. Milik Allah-lah warisan [apa yang ada] di langit dan di bumi. Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan," [QS. Ali Imran [3]: 180].

Apa pengertian sifat serakah dan kikir dalam Islam, serta bagaimana cara menghindarinya?

Berikut ini penjelasan mengenai definisi dan cara menghindari dua akhlak tercela tersebut, sebagaimana dikutip dari buku Akidah Akhlak [2020] yang ditulis oleh Mahdum.

Pengertian Sifat Serakah

Serakah adalah keinginan mempunyai harta secara berlebihan. Orang yang serakah tidak pernah puas, merasa kurang, dan ingin menguasai sesuatu lebih dari yang ia miliki.

Sifat serakah adalah bagian dari tabiat mendasar manusia yang harus ditekan. Hal ini digambarkan oleh Rasulullah SAW sebagai berikut:

“Jika anak Adam itu diberikan satu lembah emas, dia akan mencari yang kedua, dan jika dia diberikan yang kedua niscaya dia akan mencari lembah ketiga, dan tidak ada yang menutupi mulut anak Adam melainkan tanah, dan Allah SWT akan menerima taubat siapa saja yang bertaubat,"[H.R. Bukhari dan Muslim].

Orang yang serakah tidak pernah merasa cukup dengan harta yang dimilikinya, rakus terhadap harta, dan menginginkan kekayaan berlebihan.

Selain itu, orang serakah juga lebih mementingkan kepentingan pribadi, kalau perlu mengorbankan kepentingan orang lain.

Cara Menghindari Sifat Serakah

Jika seorang muslim ingin menghindari sifat serakah, ia harus menanamkan sikap kanaah, yaitu merasa cukup atas karunia dan kenikmatan Allah SWT.

Selain itu, Islam menganjurkan hidup sederhana. Artinya, tidak berlebihan dan menjauhi hidup bermewah-mewahan. Islam juga mengimbau umatnya agar tidak boros, apalagi menghabiskan harta untuk perkara sia-sia.

Dengan menyadari bahwa harta yang ia miliki merupakan amanah Allah, maka seorang muslim semestinya sudah terlepas dari sifat serakah. Di akhirat, harta yang diamanahi itu akan diminta pertanggungjawabannya di sisi Allah SWT.

Untuk menghindari sifat serakah, seorang muslim mesti mengingat ancaman dan azab Allah terhadap orang-orang serakah, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Humazah:

“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya, sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah [neraka]," [QS. Al-Humazah [104]: 1-4].

Pengertian Sifat Kikir

Sebagaimana serakah yang merupakan tabiat dasar manusia, demikian juga sifat kikir. Sifat kikir dan bakhil adalah keengganan mengeluarkan harta yang seharusnya disedekahkan. Sifat ini merupakan akhlak tercela yang harus dihindari dalam Islam.

Secara implisit, sifat kikir ini merupakan bentuk perebutan harta orang lain. Bagaimanapun juga, terdapat hak fakir dan miskin pada sebagian harta orang-orang berlebih. Hak-hak itulah yang harus dikeluarkan dalam bentuk zakat, sedekah, infak, hibah, dan lain sebagainya.

Orang yang kikir diancam Allah SWT dalam Al-Quran surah Al-Lail sebagai berikut:

“Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, mereka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan yang sukar, dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa," [QS. Al-Lail [92]: 8-11].

Cara Menghindari Sifat Kikir

Orang Islam yang ingin menghindari sifat kikir harus menyadari bahwa harta kekayaan adalah anugerah Allah SWT.

Karena itulah, jika Allah memerintahkan untuk mengeluarkan zakat atau sedekah, maka ia mesti taat pada perintah Allah tersebut.

Selain itu, harta kekayaan tidaklah kekal, serta tidak dibawa mati. Seorang muslim mesti mengetahui bahwasanya Allah SWT malah mengancam orang yang kikir.

Harta yang ia sayangi dan pertahankan di dunia akan menjadi belenggu di akhirat nantinya.

Artinya, jika tidak dikeluarkan zakat dan sedekahnya, maka harta itulah yang akan menghalanginya masuk surga.

Baca juga:

  • Mengenal Akhlak Tercela Ananiah, Sikap yang Asalnya dari Iblis
  • Arti Akhlak Mazmumah dalam Islam, Contoh & Doa untuk Menghindarinya
  • Jenis-Jenis Akhlak Menurut Islam: Pengertian, Contoh dan Manfaatnya

Baca juga artikel terkait AKHLAK TERCELA atau tulisan menarik lainnya Abdul Hadi
[tirto.id - hdi/tha]

Penulis: Abdul Hadi Editor: Dhita Koesno Kontributor: Abdul Hadi

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Video yang berhubungan