Jelaskan manfaat mempelajari pertumbuhan ilmu pada masa daulah umayyah untuk kehidupan sehari-hari

KOMPAS.com - Bani Umayyah adalah kekhalifahan kedua yang didirikan setelah wafatnya Nabi Muhammad, menggantikan Khulafaur Rasyidin.

Daulah Umayyah resmi berdiri pada 661 M, setelah wafatnya pemimpin terakhir Khulafaur Rasyidin, Khalifah Ali bin Abi Thalib.

Pendiri dan khalifah pertama Bani Umayyah adalah Muawiyah bin Abu Sufyan atau Muawiyah I.

Pemerintahan kekhalifahan ini sebenarnya berlangsung cukup lama, yaitu selama 365 tahun.

Namun, pemerintahannya terbagi atas dua periode, yaitu pemerintahan di Damaskus selama 90 tahun (661-750 M) dan pemerintahan di Cordoba (Spanyol) selama 275 tahun (setelah kekuasaannya di Damaskus digulingkan Kekhalifahan Abbasiyah).

Daulah Umayyah mencapai masa kejayaan pada periode pemerintahan Khalifah al-Walid I atau al-Walid bin Abdul Malik, yang memerintah antara 705-715 M.

Pada masanya, pembangunan tidak hanya difokuskan pada perluasan wilayah, tetapi juga membangun jalan raya, pabrik, gedung, masjid, dan panti asuhan untuk orang cacat.

Selain itu, ilmu pengetahuan juga berkembang pesat dan umat Islam hidup dengan aman, makmur, dan tenteram.

Baca juga: Kekhalifahan Bani Umayyah: Masa Keemasan dan Akhir Kekuasaan

Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayyah

Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayyah tidak terlepas dari Al-Farabi.

Al-Farabi adalah salah seorang ilmuwan muslim pada masa Bani Umayyah yang berhasil menuliskan karya-karyanya yang hingga saat ini masih digunakan rujukan oleh ilmuwan-ilmuwan dari zaman modern.

Selain memelajari ilmu agama, para ilmuwan muslim dari masa Bani Umayyah juga belajar banyak bidang keilmuan lainnya.

Faktor perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayyah adalah perluasan wilayah kekuasaan.

Berikut ini beberapa ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Kekhalifahan Bani Umayyah.

Ilmu Agama

Salah satu ilmu agama yang berkembang adalah ilmu hadis, yang ditandai dengan kodifikasi dan pembukuan hadis.

Kodifikasi hadis secara resmi dimulai pada masa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz.

Baca juga: 10 Tokoh Ilmuwan Muslim dan Keahliannya

Ilmu Bahasa

Pemerintah Bani Umayyah menjadikan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi dalam administrasi pemerintahan di berbagai wilayah.

Hal ini kemudian mendorong lahirnya ahli bahasa, yaitu Sibawaihi, yang menghasilkan karya berjudul Al-Kitab yang menjadi pedoman ilmu tata Bahasa Arab hingga saat ini.

Pada masa pemerintahan Abdul Malik, juga dilakukan pembaruan ragam tulisan Arab.

Hajaj Ibn Yusuf memperkenalkan tanda vokal dan tanda titik untuk membedakan beberapa huruf yang sama bentuknya.

Pembaruan ini menjadikan Bahasa Arab lebih sempurna sekaligus menghilangkan kesulitan bagi pembaca, khususnya orang-orang non-Arab.

Beberapa ilmuwan dalam bidang bahasa dan sastra beserta karyanya antara lain.

  • Ali al-Qali, karyanya berjudul al-Amali dan al-Nawadir
  • Abu Bakar Muhammad Ibn Umar, karyanya berjudul al-Af'al dan Fa'alta wa Af'alat
  • Abu Amr Ahmad ibn Muhammad ibn Abd Rabbih, karyanya dalam bentuk prosa berjudul al-Aqd al-Farid

Ilmu filsafat

Filsafat Islam pertama kali muncul pada masa Daulah Umayyah, dimulai dengan penerjemahan filsafat Yunani ke dalam Bahasa Arab.

Salah satu ilmuwan muslim dalam bidang filsafat yang sangat terkenal adalah Al-Farabi, yang menyetujui dan mengembangkan logika Aristoteles.

Al-Farabi menciptakan titik balik sejarah pemikiran filsafat Islam, dan salah satu karyanya adalah Ihsab al-Ulum (Perhitungan Ilmu).

Baca juga: Kekhalifahan Abbasiyah: Sejarah, Masa Keemasan, dan Akhir Kekuasaan

Ilmu Kedokteran

Ilmuwan dalam bidang kedokteran yang terkenal adalah Abu Al-Qasim Az-Zahrawi.

Az-Zahrawi adalah dokter bedah terkemuka di Cordoba yang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ilmu kedokteran, khususnya ilmu bedah.

Ia dikenal sebagai peletak dasar-dasar teknik ilmu bedah modern dan juga mampu menciptakan alat bedahnya sendiri.

Beberapa alat bedah yang diciptakannya juga masih digunakan hingga sekarang.

Semua pemikirannya dituangkan dalam Kitab at-Tasrif Liman 'Ajiza'an at-Ta'lif, tentang metode pengobatan yang digunakan sebagai rujukan para dokter di Barat.

Selain Az-Zahrawi, ilmuwan lain dalam bidang kedokteran adalah Abu al-Abbas an-Nabati, yang mengelompokkan tumbuh-tumbuhan berdasarkan nama, spesies, dan tempat tumbuhnya.

An-Nabati juga menulis Al-Jami fi Adwiyyah al-Mufradah dan membuat daftar obat-obatan sederhana dalam Bahasa Persia, Latin, dan Berber menurut susunan abjad.

Ilmu Kimia

Perkembangan ilmu kimia ditandai dengan munculnya beberapa ahli kimia seperti Abu al-Qasim Abbas ibn Farnas dan As-Sibai.

Baca juga: Khulafaur Rasyidin: Tugas dan Kebijakannya

Ilmu Fisika

Salah satu ahli fisika dari Bani Umayyah adalah Ibnu Bajjah, yang mengatakan bahwa selalu ada reaksi pada setiap aksi.

Teori ini sangat berpengaruh pada fisikawan setelahnya, termasuk Newton dan Galileo.

Selain itu, Ibnu Bajjah juga sangat berjasa dalam mengembangkan psikologi Islam.

Ilmu Astronomi

Para ilmuwan muslim sangat memerhatikan ilmu astronomi karena ilmu ini berhubungan dengan pelaksanaan beberapa ibadah, seperti waktu salat, penentuan arah kiblat, penetapan hisab, serta penentuan awal dan akhir Ramadan.

Salah seorang ilmuwan dalam bidang astronomi adalah Abu Ishaq az-Zarqali dari Toledo, Spanyol.

Kontribusinya yang terkenal adalah menciptakan peralatan astronomi dan Tabel Toledo.

Ilmu Sejarah

Pada masa Daulah Umayyah, banyak sejarawan muslim menulis kitab sejarah.

Beberapa ahli sejarah dan karyanya pada periode ini antara lain.

  • Ali Ibnu Hazm, yang menulis 400 judul buku
  • Abu Bakar Muhammad bin Umar, dengan karyanya yang berjudul Tarikh Ifititah al-Andalus
  • Hayyan bin Khallaf dengan karyanya yang berjudul al-Muqtabis fi Tarikh Rija al Andalus dan Al-Matin
  • Abu Marwan Abdul Malik bin Habib dengan karyanya at Tarikh

Referensi:

  • Barudin, Topaji Pandu. (2019). Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Umayyah. Klaten: Cempaka Putih.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Ilustrasi Dinasti Abbasiyah. Foto: iStock

Salah satu hikmah mempelajari sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan masa Abbasiyah adalah menumbuhkan keinginan untuk menuntut ilmu agama maupun ilmu lainnya seperti para cendekiawan Islam pada masa itu.

Kehidupan peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah sangat maju, sehingga pada masa itu dikatakan sebagai zaman keemasan Islam.

Umat muslim telah menggapai puncak kemuliaan dan kekayaan, baik itu di bidang kekuasaan, politik, ekonomi, dan terlebih lagi dalam bidang kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

Selain untuk menumbuhkan keinginan dalam menuntut ilmu pengetahuan, ada berbagai hikmah lainnya dalam mempelajari sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Abbasiyah. Untuk mengetahui lebih jelas, simak uraian lengkapnya di bawah ini.

Hikmah Mempelajari Sejarah Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Masa Abbasiyah

Ilustrasi wilayah Dinasti Abbasiyah. Foto: iStock

Dikutip dari Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP/MTs Kelas VIII oleh Muhammad Ahsan dan Sumiyati, berbagai bidang ilmu yang berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:

1. Penelitian Ilmu Pengetahuan Dilakukan oleh Umat Muslim

Dinasti Abbasiyah dapat menjadi pusat peradaban Islam karena berbagai macam penelitian dan kajian tentang ilmu pengetahuan dilakukan sendiri oleh umat muslim.

2. Melakukan Kegiatan Penerjemahan Buku Berbahasa Asing

Kegiatan penerjemahan buku berbahasa asing, seperti Yunani, Mesir, Persia, India, dan lain-lain ke dalam bahasa Arab dilakukan dengan sangat gencar.

Buku-buku yang diterjemahkan di antaranya tentang ilmu kedokteran, kimia, ilmu alam, logika, ilmu falak, filsafat, matematika, hingga seni.

Penerjemahan tersebut dilaksanakan dari generasi ke generasi pada masa kekhaIifahan Abu Ja’far, Harun ar-Rasyid, aI-Makmum, dan Mahdi.

3. Mendirikan Lembaga Baitul Hikmah

Pendirian lembaga ilmu pengetahuan yang diberi nama “Baitul Hikmah” sebagai pusat penerjemahan, penelitian, dan pengkajian ilmu perpustakaan, serta lembaga pendidikan (Perguruan Tinggi) oleh Khalifah Harun ar-Rasyid.

Adanya lembaga tersebut membuat umat muslim dapat mempelajari berbagai ilmu dalam bahasa Arab. Hasilnya, bermunculan sarjana-sarjana besar muslim dari berbagai disiplin ilmu yang sangat terkenal.

Selain itu, menghasilkan ulama-ulama besar yang sangat tersohor, seperti Imam Abu Hanafi, Imam Malik, Imam Syafei, Imam Hambali, Imam Bukhari, dan Imam Muslim.

4. Para Khalifah Membuka Peluang Sebesar-besarnya untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting dan mulia. Para khalifah dan pembesar lainnya membuka peluang sebesar-besarnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Para khalifah sendiri pada umumnya adalah ulama-ulama yang mencintai ilmu, menghormati para sarjana, dan memuliakan para pujangga.

Sementara itu, berbagai hikmah dalam mempelajari sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Abbasiyah adalah sebagai berikut.

  1. Meningkatkan keimanan kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

  2. Menumbuhkan semangat menuntut ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu dunia seperti yang telah dicontohkan oleh para cendekiawan Islam.

  3. Mengembangkan nilai-nilai kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam.

  4. Membina rasa kesatuan dan persatuan umat Islam dan kerukunan beragama di seluruh dunia yang tidak membeda-bedakan suku, bangsa, negara, warna kulit, dan lain sebagainya.