Jelaskan arti orang bodoh, yang membangun rumah diatas pondasi pasir

Matius 7:24-27 “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.”

Bagian akhir dari khotbah Yesus di bukit sesungguhnya Tuhan Yesus sedang menantang para pendengarnya. Kita tidak tahu berapa jam lamanya Yesus berkhotbah di atas Bukit, yang pasti saat itu berada di atas sebuah bukit membuat suara dari tempat tinggi sungguh menjangkau banyak audiens pendengar. Masa kini kita hanya membutuhkan Microphone saja untuk berbicara dihadapan khalayak ramai.

Bagian perikop Dua Macam Dasar/Fondasi sangat cocok bagi para pembaca Alkitab seperti Gerakan Baca Alkitab.

Mari kita pelajari bersama ada 3 Hal yang perlu kita renungkan bagi yang Mendengar/Membaca Firman Tuhan:

1. Seseorang yang sudah membaca Alkitab tidak dapat berdiam diri.

Ayat 24&25 mengisahkan tentang kelompok yang mendengar dan melakukan firman Tuhan sedangkan Ayat 26 ada kelompok yang mendengar/membaca Alkitab dan melalukannya/tidak melakukan firman Tuhan. Kelompok ini disebut Yesus sebagai Orang BODOH. Sebenarnya ada kelompok ketiga yang tidak dicatat yaitu Kelompok yang tidak mendengarkan firman Tuhan/Membaca Alkitab. Tentang ini kita tidak akan singgung.

Saudara/i, Tidak Memilih sebenarnya Juga Memilih. Alkitab berkata kepada siapa yang banyak diberi (mengerti banyak ajaran Alkitab), kepadanya akan banyak dituntut (melakukan dan mengajarkannya).

Saudaraku, Firman Tuhan yang kita baca dan renungkan pastinya akan berbicara kepada diri kita, akan memeriksa hidup kita. Kita tidak mungkin dapat berdiam diri. Alkitab berkata Firman Tuhan tajam bagai Pedang Bermata Dua.

2. Orang yang membaca firman Tuhan, itu berarti dia sedang membangun Fondasi/Dasar.

Seperti apa fondasi yang dibangunnya? Sesungguhnya firman Tuhan yang dia baca, renungkan, mengerti, akan menggantikan fondasi-fondasi lain yang kita miliki. Pertanyaannya sekarang, Apa fondasi anda? Terbuat dari apa fondasi anda? Jerami, Kayu, rumput keringkah?

Bagian ayat 26-27 berbicara bahwa ada seorang yang membangun rumah dengan fondasi PASIR. Pasir sesuatu yang sangat transien/sementara, begitu datang badai/gelombang besar, maka apapun yang didasarkan di atas pasir akan musnah dalam waktu cepat.

Membangun di atas fondasi Batu sesungguhnya tidak bisa dalam waktu singkat. Belajar Alkitab juga tidak bisa dalam waktu singkat. Sesuatu yang ditulis di atas batu, dapat bertahan lama dibanding ditulis di atas Pasir.

Apakah fondasimu dibangun di atas batu? Apakah Imanmu seteguh dan sekuat Batu Karang?

3. Memperingatkan orang yang baca Firman Tuhan akan menghadapi Badai.

Banyak orang berpikir jikalau dirinya sudah membaca, merenungkan dan hidup taat pada firman Tuhan, maka segalanya akan lancar, baik dan tidak ada badai. Ini Pemikiran yang tidak tepat. Seharusnya kita menyadari bahwa semua orang pasti akan menghadapi Badai dalam hidupnya, akan menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hidupnya.

Badai dalam hidup punya banyak tujuan: untuk memurnikan iman, agar hidup bersandar pada Tuhan, serta menyempurnakan karakter hidup kudus kita, dll. Saudaraku, Patutlah Imanmu haruslah didasarkan pada Firman Tuhan.

oleh Dr. Steven Einstain Liauw, Th.D (konselor Gerakan Baca Alkitab) dalam acara Launching Gerakan Baca Alkitab (GBA) Gelombang 2 sekaligus Gathering Grup FB Gerakan 1.000.000 Orang Baca Alkitab

Satu syarat yang harus diperhatikan oleh setiap orang yang ingin membangun rumah adalah rumah harus dibangun di atas batu atau tanah keras. Apapun bentuk fondasi rumah, fondasi harus berada di tanah yang keras.

YESUS ADALAH DASAR UNTUK MEMBANGUN KEHIDUPAN YANG KOKOH

Dengan membangun di atas batu maka rumah akan kuat. Ketika badai dan angin menerpanya, rumah tersebut akan tetap berdiri kokoh. Rumah juga berbicara tentang kehidupan kita. Kehidupan akan kuat kalau kita membangunnya di atas batu.

Kalau kita ingin kehidupan kita kokoh maka kita harus membangunnya di atas Yesus. Yesus adalah batu karang yang kokoh (1 Kor. 10:4). Siapapun yang membangun rumahnya dengan dasar Yesus, maka rumahnya pasti kokoh.

Bagaimana caranya, kehidupan kita dibangun di atas Yesus atau batu karang?
Ketika kita MENDENGAR DAN MELAKUKAN perkataan atau firman Tuhan, maka kita sedang membangun rumah di atas batu dan kita disebut orang yang bijaksana.

Tetapi ketika kita tidak melakukannya, maka kita adalah orang-orang bodoh yang mendirikan rumah di atas pasir dan pasti rumah atau kehidupan kita akan rubuh ketika angin atau masalah atau pergumulan datang.

Marilah kita bangun kehidupan kita di atas dasar Yesus.

Tuhan memberkati.

DOA :
Tuhan saya mau bangun kehidupan saya di atas dasar Tuhan Yesus. Saya akan baca, renungkan dan lakukan Firman Tuhan setiap hari sehingga kehidupan saya kuat dan kokoh. Dalam nama Tuhan Yesus, Amin.

Ibadah Minggu, 13 September 2020 

Oleh Pdt. Christian Sulistio (STT SAAT)

Manusia hidup dalam kondisi serba ketidakpastian. Kita dapat melihatnya dari situasi pada saat pandemi ini. Maka dari itu, kita memerlukan dasar yang kokoh supaya tetap dapat berdiri dengan kokoh. Pada bagian ini, Tuhan Yesus menceritakan perumpamaan tentang dua macam dasar.

Yang pertama, orang-orang yang mendengar perkataan Tuhan Yesus namun tidak mempercayainya dan tidak melakukannya di dalam kehidupan mereka. Orang-orang seperti ini diibaratkan dengan sebuah rumah yang dibangun di atas pasir, akan rubuh ketika dilanda hujan dan angin. Yang kedua, orang-orang yang mendengar perkataan Tuhan Yesus, mempercayainya, serta melakukannya di dalam kehidupan mereka. Mereka percaya bahwa perkataan Tuhan Yesus merupakan firman Allah yang berotoritas. Orang-orang seperti ini diibaratkan dengan sebuah rumah yang dibangun di atas batu. Rumah ini akan tetap kokoh berdiri walaupun diterpa angin dan hujan.

Bagaimana dengan kita, yang sering mendengar firman Tuhan? Jika kita mendasarkan hidup kita di atas firman Tuhan, maka kita akan tetap kokoh berdiri ketika diterpa oleh tantangan kehidupan. Di tengah segala ketidakpastian, masih ada firman Tuhan yang memberi kepastian dalam hidup kita. Perkataan orang-orang yang pandai dan bijaksana, mungkin baik. Tetapi itu tetap saja bukan firman Allah yang bisa kita sandarkan.

REFLEKSI

Allah telah memberikan Alkitab sebagai panduan bagi kehidupan orang percaya, yang tetap akan terbukti sebagai dasar yang kokoh sepanjang zaman. Maukah kita berdiri di atas dasar ini, atau malah mencari-cari dasar lain yang justru akan menghancurkan hidup kita?

PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN

  1. Sebutkan beberapa contoh “dasar yang tidak kokoh” yang biasa disandari oleh orang-orang di dalam kehidupan mereka sehari-hari. Bagaimana kira-kira hasilnya ketika tantangan hidup melanda?
  2. Percayakah Anda bahwa firman Tuhan merupakan dasar yang kokoh? Mengapa demikian?

AYAT ALKITAB PENDUKUNG

24 “Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. 25 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. 26 Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. 27 Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.” (Mat. 7:24-27)

Apakah Anda Membangun di Atas Pasir atau di Atas Batu?

APAKAH Anda senang membaca Alkitab? Apakah Anda bahkan menyediakan waktu untuk belajar Alkitab secara teratur dengan salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa? Jika demikian, Anda mungkin merasa bahwa pengetahuan yang Anda peroleh telah membantu Anda memahami dengan lebih baik mengapa ada begitu banyak problem di dunia dewasa ini. (Penyingkapan [Wahyu] 12:9, 12) Selain itu, banyak ayat Alkitab telah memberi Anda penghiburan pada masa-masa sulit serta harapan untuk masa depan.​—Mazmur 145:14; 147:3; 2 Petrus 3:13.

Memperoleh pengetahuan Alkitab yang saksama adalah langkah penting bagi orang-orang yang berhasrat menjadi pengikut Kristus. Namun, apakah itu saja langkah yang diperlukan? Tidak. Agar tetap menjadi orang Kristen sejati​—terutama sewaktu ada ujian iman​—seorang pelajar Alkitab perlu mengambil langkah penting lainnya. Apa itu? Untuk mendapatkan jawabannya, mari kita ulas secara singkat Khotbah di Gunung, khotbah yang disampaikan Yesus di sebuah gunung di Galilea.​—Matius 5:1, 2.

Dua Rumah Diuji

Apakah Anda mengetahui Khotbah di Gunung? Anda bisa menemukan khotbah yang terkenal ini di Injil Matius dan Injil Lukas. (Matius 5:1–7:29; Lukas 6:20-49) Hanya perlu 20 menit untuk membaca seluruh khotbah itu. Meskipun demikian, khotbah itu memuat lebih dari 20 kutipan dari Kitab-Kitab Ibrani dan lebih dari 50 perumpamaan. Salah satu perumpamaan​—mengenai pembangunan dua rumah​—menonjol karena Yesus menggunakannya sebagai penutup khotbahnya. Jika Anda memahami arti penting ilustrasi penutup itu, Anda akan dibantu untuk mengetahui bagaimana dapat tetap teguh sebagai pengikut Kristus tidak soal di bawah ujian iman apa pun.

Yesus berkata, ”Setiap orang yang mendengar perkataanku ini dan melakukannya akan disamakan dengan pria yang bijaksana, yang membangun rumahnya di atas batu. Kemudian hujan turun dengan lebat dan banjir datang dan angin bertiup serta menghantam rumah itu, tetapi tidak runtuh, karena didirikan di atas batu. Selanjutnya, setiap orang yang mendengar perkataanku ini dan tidak melakukannya akan disamakan dengan pria yang bodoh, yang membangun rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dengan lebat dan datanglah banjir dan angin pun bertiup serta menghantam rumah itu dan meruntuhkannya, dan keruntuhannya hebat.”​—Matius 7:24-27.

Orang ”yang Menggali sampai Dalam Sekali”

Kebenaran penting apa yang Yesus sampaikan kepada murid-muridnya melalui ilustrasi tentang dua pembangun ini? Untuk mengetahuinya, cermatilah kata-kata Yesus. Apa yang Anda perhatikan dari dua rumah itu? Keduanya tertimpa bencana yang sama. Keduanya bisa jadi mirip. Keduanya mungkin juga terletak di lokasi yang sama​—bahkan bersebelahan. Namun, yang satu dibangun di atas pasir, yang lainnya di atas batu. Bagaimana bisa begitu? Karena, sebagaimana dicatat di Injil Lukas, orang yang bijaksana itu ”menggali sampai dalam sekali” agar mencapai lapisan batu. (Lukas 6:48) Alhasil, rumah orang yang bijaksana itu tetap kokoh.

Apa yang Yesus ingin tandaskan? Yesus menceritakan ilustrasi itu untuk menandaskan, bukan penampilan atau lokasi kedua rumah itu maupun kekuatan unsur-unsur alam, melainkan tindakan para pembangunnya. Yang satu menggali sampai dalam sekali, sedangkan yang lainnya tidak. Bagaimana Anda bisa seperti orang yang bijaksana itu dan menggali sampai dalam sekali? Yesus sendiri menyimpulkan intisari ilustrasi itu dengan menyatakan, ”Maka, mengapa kamu memanggil aku ’Tuan! Tuan!’ tetapi tidak melakukan hal-hal yang aku katakan? Setiap orang yang datang kepadaku dan mendengar perkataanku dan melakukannya, aku akan memperlihatkan kepadamu seperti siapa dia: Dia seperti orang . . . yang menggali sampai dalam sekali dan meletakkan fondasi di atas batu.”​—Lukas 6:46-48.

Sesungguhnya, sekadar mendengarkan ajaran Alkitab atau membaca Alkitab di rumah adalah bagaikan membangun rumah di atas pasir​—tidak perlu penggalian. Namun, untuk melakukan, atau menerapkan, ajaran-ajaran Kristus dibutuhkan tekad dan upaya keras. Hal itu mencakup menggali sampai dalam sekali untuk mencapai lapisan batu.

Oleh karena itu, Anda tetap teguh sebagai pengikut Kristus atau tidak bergantung pada apakah Anda menerapkan apa yang Anda dengar atau tidak. Apabila Anda menerapkan dalam kehidupan sehari-hari apa yang dipelajari melalui pelajaran Alkitab, Anda seperti orang bijaksana yang menggali sampai dalam sekali. Maka, setiap pelajar Alkitab hendaknya menggunakan waktu sejenak untuk menanyai diri: ’Apakah saya pendengar, atau pelaku? Apakah saya sekadar membaca dan mempelajari Alkitab, atau apakah saya mengikuti perintah Alkitab sewaktu membuat keputusan?’

Manfaatnya Menggali sampai Dalam

Perhatikan pengalaman José. Orang tuanya mengajar dia untuk merespek standar moral Alkitab, tetapi ia tidak pernah mempelajari sendiri Firman Allah. ”Setelah meninggalkan rumah,” kata José, ”saya berusaha berbuat baik, tetapi saya terlibat pergaulan buruk. Saya mulai menggunakan narkoba, melakukan perbuatan amoralitas seksual, dan sering berkelahi.”

Akhirnya, José memutuskan untuk mengubah gaya hidupnya dan mempelajari Alkitab dengan serius. ”Satu hal yang benar-benar menggerakkan saya untuk berubah,” kata José, ”adalah membaca dan memahami Khotbah Yesus di Gunung. Namun, butuh waktu untuk mengubah kepribadian dan gaya hidup saya. Awalnya, saya takut pada apa yang akan dipikirkan ’teman-teman’ saya, tetapi saya mengatasi rasa takut itu. Saya tidak lagi berbohong serta menggunakan kata-kata mesum dan mulai menghadiri pertemuan ibadat Saksi-Saksi Yehuwa. Saya belajar bahwa tepat seperti yang Yesus janjikan, hidup sederhana serta menerapkan nasihat Alkitab memang benar-benar menghasilkan kebahagiaan yang langgeng.”​—Matius 5:3-12.

Apa saja manfaatnya apabila Anda menggali sampai dalam untuk membangun di atas batu​—yakni, apabila Anda dengan rajin menerapkan apa yang Anda baca dalam Firman Allah? Yesus menyatakan, ”Ketika banjir timbul, sungai melanda rumah itu, tetapi tidak cukup kuat untuk mengguncangkannya, sebab rumah itu dibangun dengan baik.” (Lukas 6:48) Ya, jika Anda membangun dengan baik dengan menerapkan apa yang Anda pelajari, ujian-ujian yang bagaikan badai tidak akan mengguncangkan rumah Anda apalagi merusakkannya. Alangkah menghiburnya hal itu!

Sang murid Yakobus, saudara tiri Yesus, menyebutkan berkat lain lagi bagi pelajar Alkitab yang tidak hanya menjadi pendengar tetapi benar-benar menjadi pelaku Firman Allah yang tertulis. Yakobus menulis, ”Jadilah pelaku firman, dan bukan pendengar saja . . . Dia yang meneliti hukum yang sempurna yang berkaitan dengan kemerdekaan, dan yang berkanjang dalam hal itu, pria ini akan berbahagia karena melakukan hal itu, sebab ia bukan pendengar yang suka lupa, melainkan pelaku dari pekerjaan itu.”​—Yakobus 1:22-25.

Ya, orang-orang yang menerapkan nasihat Alkitab benar-benar berbahagia. Selanjutnya, kebahagiaan demikian memberi para pengikut Kristus kekuatan untuk tetap teguh menghadapi cobaan-cobaan yang bagaikan badai yang menguji iman serta ketulusan pengabdian mereka kepada Allah.

Apa yang Akan Anda Lakukan?

Sewaktu Yesus menyampaikan Khotbah di Gunung, ia menandaskan bahwa melayani Yehuwa sering kali bukan soal, ini dan itu, melainkan ini atau itu. Misalnya, Yesus mengajarkan bahwa seseorang memiliki mata sederhana atau mata fasik, bahwa ia menjadi budak Allah atau kekayaan, bahwa ia berjalan di jalan yang sesak atau yang lebar. (Matius 6:22-24; 7:13, 14) Lalu, dalam ilustrasi penutup tentang kedua pembangun, Yesus memberi para pengikutnya satu jenis pilihan lagi: Bertindak seperti orang yang bijaksana atau yang bodoh.

Apabila Anda terus menerapkan dengan sepenuh hati apa yang Anda pelajari dalam pelajaran Alkitab, Anda bertindak bijaksana. Ya, menggali sampai dalam untuk membangun di atas batu akan menghasilkan berkat-berkat bagi Anda sekarang dan di masa depan.​—Amsal 10:25.

[Gambar di hlm. 30]

Kita bisa tetap teguh hanya dengan menerapkan apa yang kita pelajari