Hal yang menonjol dalam puisi diatas adalah

Unsur Intrinsik Puisi – Pengantar

Jika mendengar istilah “karya sastra”, teman-teman pasti akan membayangkan karya bersifat imajinasi yang bisa tersaji dalam bentuk karangan bebas ataupun tulisan dengan permainan kata dan rima. Karangan bebas kerap disebut sebagai prosa dan terbagi dalam banyak jenis, mulai dari novel, novelet, hingga cerpen. Sementara itu, tulisan dengan permainan kata dan bunyi dikenal dengan istilah puisi.

sumber gambar: mycutegraphics.com

Lihat juga materi StudioBelajar.com lainnya: Kalimat Efektif

Majas

Semua karya sastra tentu memiliki unsur pembangunnya, yang di antaranya berupa unsur intrinsik. Namun, ternyata unsur intrinsik puisi maupun prosa cukup berbeda. Jika sebelumnya kita telah membahas unsur intrinsik yang membangun sebuah cerpen, kali ini kita akan membahas unsur intrinsik yang ada pada karya sastra berupa puisi.

Secara umum, unsur intrinsik pada sebuah puisi dapat dibagi menjadi dua, yakni unsur batin dan unsur fisik. Berikut ini adalah ulasan mengenai kedua unsur intrinsik tersebut.

Unsur intrinsik yang satu ini sering disebut juga sebagai unsur isi dan mencakup permasalahan dan emosi yang terdapat pada karya sastra tersebut. Berikut adalah beberapa pembagian unsur batin dalam intrinsik sebuah puisi.

Sepanjang apa pun puisinya, hanya terdapat satu tema yang dibicarakan. Yang dimaksud dengan tema di sini adalah persoalan ataupun ide utama yang disajikan dalam tulisan tersebut. Sebagai contoh, tema tentang negara, tema tentang cinta, ataupun tema tentang masalah sosial.

Selaras dengan tema, amanat dari sebuah puisi cenderung tidak berbeda jauh dengan tema yang sedang diperbincangkan di dalamnya. Sebagai contoh, ketika mendapati puisi tentang masalah sosial, mungkin saja di dalamnya terdapat amanat mengenai ajakan untuk mengurangi kesenjangan sosial yang semakin melebar.

Dibandingkan dengan prosa, karya sastra dalam bentuk puisi lebih jelas menyampaikan perasaan dari penulisnya. Perasaan tersebut dapat tertuang dalam karya puisinya dan dapat dirasakan oleh teman-teman ketika membacanya. Unsur intrinsik puisi berupa emosi ini biasanya juga menyangkut perasaan pengarang terhadap tema yang sedang dibicarakannya. Contohnya, ada perasaan marah ketika membicarakan korupsi atau ada perasaan sedih ketika membicarakan kemiskinan.

Ketika menyampaikan perasaan dalam tulisan di puisi, pembaca dapat menangkap tonasi ataupun nada seperti apa yang sedang dipakai oleh penulis. Bisa saja walaupun kecewa, puisi tersebut dikarang dalam bentuk nada yang ringan, namun menyindir. Bisa juga kita menemukan puisi yang seakan mengajak kita untuk mengamini hal yang tertuang di dalamnya. Hal tersebut terjadi karena ada tonasi persuasif di dalamnya.

Jika unsur intrinsik puisi berupa unsur batin lebih melihat kepada isi puisi, berbeda dengan unsur fisik yang merupakan unsur pembangun puisi secara struktur. Dalam unsur fisik ini, dapat ditemukan ciri khas sebuah puisi dibandingkan karya sastra berupa prosa.

Teman-teman mungkin merasa puisi terdengar lebih “nyastra” dengan kata-katanya yang tidak umum. Pemilihan kata-kata pada puisi tersebut termasuk dalam unsur intrinsik puisi berupa unsur fisik yang dikenal sebagai diksi.

Tidak hanya bermain di pemilihan kata-kata, dalam sebuah puisi akan banyak dijumpai rangkaian kata yang bersifat konotatif, berlebihan, ataupun terkesan merendahkan diri. Inilah yang disebut sebagai gaya bahasa dalam puisi. Biasanya tiap penulis cenderung memiliki gaya bahasanya sendiri, yang paling mudah dilihat melalui majas-majas, seperti personifikasi, metafora, eufemisme, bahkan tak jarang ada yang menggunakan majas ironi.

Keunikan lain dalam sebuah puisi adalah ditemukannya kesamaan nada di beberapa bagian baris ataupun larik. Kesamaan nada atau bunyi tersebut disebut dengan istilah rima. Rima bisa dijumpai tidak hanya di akhir tiap larik atau baris, namun dapat juga berada di antara tiap kata dalam baris. Rima yang kuat biasa dijumpai pada jenis-jenis puisi lama atau klasik. Sementara itu, puisi modern biasanya sudah tidak terlalu bermain rima.

Puisi tidak hanya bermain di kata-kata, melainkan juga di bentuknya. Hal inilah yang dimaksud dengan tipografi, yaitu bentuk puisi secara kasat mata. Secara umum, mungkin teman-teman menemukan puisi dalam bentuk baris, namun ada juga puisi yang disusun dalam bentuk fragmen-fragmen bahkan dalam bentuk yang menyerupai apel, zigzag, ataupun model lainnya.

Judul Artikel: Unsur Intrinsik Puisi Kontributor: Teodora Nirmala Fau, S.Hum.

Alumnus Program Studi Bahasa Indonesia UI

Hal yang menonjol dalam puisi diatas adalah

Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang yang dibangun dengan menggunakan irama dan sajak yang menimbulkan efek tertentu. 

Puisi seringkali juga mengandung kata kiasan yang disampaikan secara implisit. 

Secara etimologis puisi berasal dari bahasa Yunani poites artinya membentuk, membuat, dan membangun. 

Dalam bahasa Latin poeta artinya menimbulkan, membangun, menyebabkan, dan menyair.

Puisi dibangun berasal dari dua unsur yaitu unsur fisik dan unsur batin puisi. 

Unsur fisik adalah unsur yang membangun puisi dari luar. Unsur ini terdiri dari diksi, pengimajinasian, kata konkret, bahasa figuratif, versifikasi, dan tata wajah (Waluyo, 1987:106 -130)

1. Diksi (pilihan kata)

 
Kata yang dipilih dalam puisi harus mempertimbangkan makna, bunyi, dan hubungan dengan kata lainya baik bait dan barisnya. 

Kata dalam puisi ada yang bersifat konotatif dan denotatif. Pemilihan kata dalam puisi biasanya menekankan keindahan. 

Kata yang bersifat konotatif dan berlambang dapat menimbulkan multi tafsir karena dapat memiliki lebih dari satu makna. Bahasa puisi cenderung padat, jadi pilihan kata sangat diperlukan.

2. Pengimajinasian

 
Pengimajinasian (imagery) merupakan kata atau rangkaian kata yang menimbulkan daya imajinasi kepada pendengar. 

Pengimajinasian atau imaji melibatkan unsur indrawi seperti penglihatan, suara, dan peraba. Unsur imaji dapat menimbulkan imajinasi seolah-olah merasa, mendengar, atau melihat apa yang risaukan oleh penyair. 

Pengimajinasian dibagi menjadi tiga yaitu animasi audif (mendengar suara) yakni dengan kata - kata yang seolah - olah penikmat puisi mendesar, misal dalam "rintihan ibu pertiwi".

Imajinasi visual (melihat benda - benda) yakni seolah - olah penikmat puisi melihat kejadian "gemercik air hujan".

Imajinasi taktil (meraba dan menyentuh) yakni seolah - olah menyentuh / meraba misal "hembusan angin".

3. Kata konkret

 
Kata konkret merupakan perwujudan dari kata - kata yang jelas, mudah dipahami, dan konkret. 

Melalui kata yang konkret puisi dapat dibayangkan dengan mudah oleh pendengar atau pembaca.

Seolah-olah pendengar puisi melihat, mendengar, dan merasakan apa yang digambarkan peristiwa dan keadaan yang digambarkan oleh penyair.

4. Majas (Bahasa Figuratif)

 
Puisi sangat lekat dengan majas. Banyak perumpamaan yang ditampilkan melalui kata atau ungkapanya. 

Majas juga menimbulkan banyak makna sehingga puisi menjadi prismatif. 

Majas dalam puisi juga digunakan untuk membandingkan benda atau kata dan mengiaskan sesuatu dengan hal lain. 

Selain itu, majas juga mampu menyampaikan maksud penyair lebih efekif. Majas yang umumnya digunakan yaitu metafora, simile, anafora, dan paradoks. 5. Versifikasi (Rima, Ritma, dan Metrum)

Rima merupakan pengulangan bunyi yang digunakan untuk memunculkan pengulangan bunyi pada keseluruhan baris dan bait.

Rima pada puisi lama disebut sajak (persamaan bunyi) yakni dengan pengulangan pada setiap baris. 

Ritma merupakan pengulangan pada frasa puisi yang juga disebut irama. Ritma diartikan pula sebagai naik turunya suara secara teratur. Metrum merupakan pengulangan tekanan kata.

6. Tata wajah (Tipografi)

 
Puisi tersusun membentuk bait, bukan paragraf. Puisi disusun secara berlarik-larik untuk menciptakan makna. 

Penerapan tipografi akan memperkuat penyajian puisi. Puisi tidak harus memenuhi aturan kepenulisan. 

Melalui tipografi ini, maka dapat dibedakan antara puisi dengan karya sastra lain seperti prosa dan scrip drama. 

Oleh sebab itu penggunaan huruf kapital dan tanda baca (titik, koma, titik titik titik, dan lain sebagainya) mempengaruhi makna puisi.

Selain unsur fisik, masih ada unsur batin seperti tema, perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), amanat (intention). 

Jenis tema puisi sudah kita bahas pada artikel sebelumnya yakni mengenal jenis tema puisi. Pembahasan unsur batin puisi akan dibahas pada artikel selanjutnya.

Sumber: Waluyo, H. J. (1987). Teori dan apresiasi puisi. Jakarta: Erlangga.

Hal yang menonjol dalam puisi diatas adalah


Contoh Soal Bahasa Indonesia Kelas 12 Dan Jawabannya Part3 atau bab ke-3, berisikan bahan soal yang diambil dari Bab 3 yaitu wacana Kebudayaan, dengan sub pokok bahasan ibarat keterkaitan gurindam dengan kehidupan sehari-hari, mengidentifikasi tema dan ciri puisi kontemporer, memahami prinsip-prinsip penulisan kritik dan esai, dan lain-lain. Tentunya berbeda dengan soal b. Indonesia bab pertama yang diambil dari Bab 1 dan soal pilihan ganda bab kedua (nomor 11-25) yang diambil dari Bab 2. Berikut, soal Bahasa Indonesia kelas 12 semester genap dengan kunci balasan untuk siswa SMA/SMK/MAK/MA/Sederajat dimulai dari pertanyaan nomor 26. 26. Berikut ini yang bukan ciri-ciri gurindam adalah…. a. mempunyai dua baris b. suku kata di tamat baris selalu sama c. mempunyai jumlah suku kata paling tidak 12 d. terdiri dari sampiran dan isi e. tidak terdapat sampiran Jawabannya: d 27. Gurindam berikut yang berisi tugas pentingnya memikirkan kehidupan lain sesudah mati adalah…. a. Barang siapa tiada memegang agama, Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama b. Barang siapa mengenal dunia, Tahulah ia barang yang terpedaya c. Barang siapa mengenal akhirat, Tahulah ia dunia mudarat (melarat) d. Barang siapa meninggalkan sembahyang Seperti rumah tiada bertiang e. Barang siapa meninggalkan puasa, Tidaklah menerima dua termasa Jawabannya: e

28. Pikir dahulu sebelum berkata,


Supaya terelak silang sengketa Pesan yang terkandung dalam gurindam di atas adalah…. a. jangan salah mencari teman b. hati-hati dengan perkataan c. kita harus selalu memenuhi janji d. jangan berbuat salah e. hendaklah selalu berkata jujur Jawabannya: b

29. Jangan gemar berbuat dusta,


Kelak dirimu menerima nista Pesan gurindam di atas ialah berkaitan dengan kewajiban insan untuk menjaga salah satu indranya, yaitu…. a. penglihatan b. pendengaran c. pengecapan d. penciuman e. perabaan Jawabannya: c 30. Di bawah ini merupakan ciri-ciri gurindam, kecuali…. a. mempunyai dua baris setiap hari b. mempunyai suku kata yang sama dengan pantun pada umumnya c. korelasi baris satu dengan baris kedua sama dengan pantun d. korelasi baris satu dengan dua tidak sama dengan pantun e. suara suku kata tamat pada baris pertama sama dengan suara suku kata tamat pada baris dua Jawabannya: c

31. Biarin!

Kamu bilang saya ini brengsek. Aku bilang biarin. Kamu bilang saya ini nggak punya arti. Aku bilang biarin. Kamu bilang saya ini nggak punya kepribadian. Aku bilang biarin. Kamu bilang saya nggak punya pengertian. Aku bilang biarin. Unsur yang menonjol dalam puisi di atas adalah…. a. tema b. nada c. kata konkret d. gaya bahasa e. rima Jawabannya: d 32. Puisi kontemporer biasanya menonjol pada teknik permainan penyair dalam…. a. makna b. kata c. realita d. gaya e. rima Jawabannya: b 33. Di bawah ini termasuk penyair dengan gaya kontemporer, kecuali…. a. Remy Silado b. Sutardji Calzoum Bachri c. Danarto d. F. Rahardi e. Amir Hamzah Jawabannya: e 34. Di bawah ini merupakan ciri-ciri sebuah artikel kritik, kecuali…. a. penafsiran b. penilaian c. analisis d. perenungan e. interprestasi Jawabannya: d 35. Berikut yang tidak termasuk objek sebuah kritik adalah…. a. struktur kata b. teknik penulisan c. gaya penulisan d. citra objek e. latar belakang tulisan Jawabannya: e 36. Salah satu hal yang sangat terasa dari puisi-puisi mereka ialah lemahnya imajinasi. Hampir-hampir tak ada imajinasi di situ. Mereka hanya menuangkan perasaan tanpa mengolahnya dengan ketajaman dan kejernihan imajinasi. Padahal, aspek imajinasi inilah justruyang penting dalam puisi, khususnya dalam sosial, di samping tentu daya ucap yang segar. Hal yang menonjol dalam penulisan kritik di atas adalah…. a. struktur kata b. teknik penulisan c. latar belakang tulisan d. citra objek e. gaya penulisan Jawabannya: e 37. Menurut saya, Umar Kayam populer sebagai pencerita yang sadar penuh dengan apa yang diceritakannya. Bahkan sebuah sumber menulis, baik secara ekspresi atau pun tulisan, kisah yang mengalir dari diri Umar Kayam bisa mebuat ‘pembaca atau pendengar’ baik ilmuwan, para seniman (pemula dan mapan), birokrat, aktivis, politisi ibarat tersihir…. Kutipan esai di atas membuktikan bahwa esai adalah…. a. mementingkan perilaku dan pandangan penulis b. berisi fakta-fakta c. mementingkan proses analisis e. mementingkan aspek bahasa yang informatif Jawabannya: a 38. Tujuan menulis kritik tertera di bawah ini, kecuali…. a. mengetahui kelemahan sastra b. menyusun teori sastra c. membantu perkembangan sastra d. menjelaskan baik buruknya karya sastra e. menunjukkan pemahaman kepada masyarakat wacana sastra Jawabannya: a 39. Esai pada soal no 12 termasuk esai…. a. renungan b. penjelasan c. analisis d. pendapat e. pandangan Jawabannya: d 40. Berikut ini merupakan jenis esai, yaitu…. a. proses b. keagamaan c. pendapat d. perjalanan e. sejarah Jawabannya: c

Selanjutnya masuk ke soal nomor 41-50 => Contoh Soal Bahasa Indonesia Kelas 12 Dan Jawabannya Part4