Faktor yang menyebabkan perpindahan kerajaan Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke Jawa timur adalah

tirto.id - Sejarah pemindahan Kerajaan Mataram Kuno (Kerajaan Mataram Hindu) atau Kerajaan Medang dari Jawa Tengah ke Jawa Timur disebabkan oleh beberapa faktor. Kerajaan bercorak Hindu-Buddha ini dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok (929-947 Masehi) yang sekaligus pendiri Wangsa Isyana.Kerajaan Medang merupakan sebutan untuk kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah di bawah kekuasaan Wangsa Sanjaya dan Syailendra pada abad ke-8 M. Kerajaan yang disebut juga Kerajaan Mataram Hindu atau Kerajaan Mataram Kuno.Saat periode Jawa Tengah atau sebelum pindah ke Jawa Timur, Kerajaan Medang pernah berpusat di Bhumi Mataram (Yogyakarta), kemudian sempat bergeser di sekitar Magelang atau kawasan Kedu, Jawa Tengah.
Kerajaan Medang, menurut Prasasti Canggal, pertama kali dipimpin oleh Sanna kendati saat itu belum berbentuk kerajaan. Pengganti Sanna adalah Sanjaya yang merupakan keponakannya. Ibunda Sanjaya, yakni Sannaha, adalah saudara perempuan Raja Sanna.Sanjaya mendirikan Kerajaan Medang atau Kerajaan Mataram Kuno dan bertakhta dengan gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Hal ini berdasarkan Prasasti Mantyasih yang berangka tahun 907 M.

Faktor Penyebab Pemindahan Kerajaan Mataram Kuno (Medang) dari Jawa Tengah ke Jawa Timur

Dikutip dari The Indianized states of Southeast Asia (1968) karya George Coedes, pusat Kerajaan Mataram Kuno atau Medang dipindahkan ke Jawa Timur pada sekitar tahun 929 M oleh Mpu Sindok dan dimulailah pemerintahan Wangsa Isyana (Ishana).
Mpu Sindok sendiri merupakan bangsawan tinggi di Kerajaan Medang era Jawa Tengah. Ia bertakhta sebagai pemimpin Kerajaan Medang periode Jawa Timur dengan gelar Śrī Mahārāja Rake Hino Dyaḥ Siṇḍok Śrī Īśānawikrama Dharmottuṅgadewawijaya (929-947 M).Lantas, apa faktor penyebab pemindahan Kerajaan Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok? Banyak pendapat dari ahli yang mengulas hal ini.Menurut teori van Bemmelen yang didukung oleh Prof. Boechari, seperti dikutip dari tulisan bertajuk "Merapi and the Demise of the Mataram Kingdom" (2006) oleh Handewi Soegiharto, alasan pindahnya kerajaan adalah karena letusan Gunung Merapi yang amat dahsyat.Erupsi Gunung Merapi yang kemudian melegenda dengan sebutan Pralaya Mataram atau "bencana di Mataram" itu diperkirakan terjadi antara tahun 924 hingga 929 M yang membuat ibu kota Medang di Mataram (Yogyakarta) luluh lantak. Bukti letusan Gunung Merapi ini dapat dilihat di beberapa candi yang hampir terkubur di bawah abu dan puing-puing, seperti Candi Sambisari, Candi Morangan, Candi Kedulan, Candi Kadisoka, Candi Kimpulan, dan lainnya.

Selain faktor bencana alam, alasan dipindahkannya kerajaan ke Jawa Timur diperkirakan juga disebabkan adanya serangan dari Kerajaan Sriwijaya (670-1025 M), seperti dikutip dari The Muslim World: A Historical Survey (1981) yang disusun oleh Bertold Spuler dan F.R.C. Bagley,

Teori lainnya, seperti yang dicetuskan oleh beberapa ahli termasuk R.C. De Longh dalam Handbook of Oriental Studies: Part 3 (1977), menyatakan bahwa pindahnya Kerajaan Medang dari Jawa Tengah ke Jawa Timur diduga sudah direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya.

Analisis terkait potensi pengembangan kawasan Jawa Timur lebih memungkinkan untuk menjadi pusat kerajaan sudah dilakukan. Kawasan Jawa Timur yang dimaksud adalah di sepanjang Sungai Brantas, dengan berbagai pertimbangan, seperti faktor alam, ekonomi, maupun politik.

Mpu Sindok Raja Pertama Kerajaan Medang Periode Jawa Timur

Belum diketahui secara pasti bagaimana pemerintahan Kerajaan Medang di Jawa Tengah berakhir. Raja terakhir Kerajaan Medang era Jawa Tengah yang diketahui adalah Sri Maharaja Rakai Sumba Dyah Wawa Sri Wijayalokanamottungga atau Dyah Wawa.Masa pemerintahan Dyah Wawa amat singkat, yakni kurang dari setahun pada 928-929 M. Penyebabnya belum diketahui, namun bisa diperkirakan dari faktor-faktor penyebab pemindahan Kerajaan Medang ke Jawa Timur, seperti letusan dahsyat Gunung Merapi atau adanya invasi Kerajaan Sriwijaya.Pada 929 M itulah Mpu Sindok memindahkan Kerajaan Medang dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, semula di Tamwlang kemudian beralih ke Watugaluh, di tepi Sungai Brantas. Tamwlang maupun Watugaluh diperkirakan terletak di sekitar Jombang. Dinyatakan oleh Mpu Sindok bahwa Kerajaan Medang di Watugaluh adalah kelanjutan dari Kerajaan Medang di Bhumi Mataram (Yogyakarta). Mpu Sindok atau Dyah Sindok sebelumnya adalah pejabat tinggi di Kerajaan Medang era Jawa Tengah. Ia memiliki dua istri, salah satunya bernama Sri Parameswari Dyah Kbi yang kemungkinan adalah putri Dyah Wawa. Dengan demikian, Mpu Sindok merasa berhak menduduki takhta lantaran ia telah menikahi putri raja sebelumnya. Mpu Sindok bergelar Śrī Mahārāja Rake Hino Dyaḥ Siṇḍok Śrī Īśānawikrama Dharmottuṅgadewawijaya (929-947 M) menjadi raja pertama Kerajaan Medang periode Jawa Timur.

Berdirinya Wangsa Isyana hingga Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno (Medang) di Jawa Timur

Seiring naik takhta, Mpu Sindok juga mendirikan wangsa atau dinasti baru, yakni Wangsa Isyana, penerus Wangsa Sanjaya maupun Syailendra yang sebelumnya menguasai Kerajaan Medang periode Jawa Tengah. Mpu Sindok sendiri merupakan keturunan Wangsa Sanjaya. Wangsa Isyana yang memerintah Kerajaan Medang di Jawa Timur menganut agama Hindu aliran Syiwa namun menanamkan toleransi yang tinggi terhadap agama lain, termasuk agama Buddha. Pada 947 M, Mpu Sindok meninggal dunia dan digantikan oleh putrinya yang bernama Sri Isyana Tunggawijaya. Sri Isyana Tunggawijaya memimpin Kerajaan Medang di Jawa Timur bersama suaminya, seorang bangsawan dari Bali bernama Sri Lokapala. Raja terakhir Kerajaan Medang di Jawa Timur adalah Dharmawangsa yang bergelar Sri Maharaja Isyana Dharmawangsa Teguh (991-1007 M). Raja ini pernah menyerang Kerajaan Sriwijaya di Sumatera.Namun, Kerajaan Medang di bawah pimpinan Dharmawangsa akhirnya runtuh pada 1007 M. Penyebab runtuhnya kerajaan ini adalah serangan tak terduga yang terjadi setahun sebelumnya yakni 1006 M.Saat itu, Dharmawangsa tengah mengadakan pesta pernikahan putrinya. Saat lengah, Kerajaan Medang diserang oleh sekutu Sriwijaya yang menewaskan Dharmawangsa. Tiga tahun kemudian, berdiri kerajaan baru sebagai penerus Kerajaan Medang. Kerajaan baru yang bernama Kerajaan Kahuripan ini dipimpin oleh Airlangga yang tidak lain adalah menantu dari Dharmawangsa.

sebutkan faktor-faktor yg menyebabkan terjadinya perpindahan pusat kekuasaan kerajaan mataram dari jawa tengah ke jawa timur!

Adanya peperangan yang memghancurkan kerajaan tersebut, sehingga para raja berusaha berpindah ketempat yang lebih aman.

Demikian Jawaban sebutkan faktor-faktor yg menyebabkan terjadinya perpindahan pusat kekuasaan kerajaan mataram dari jawa tengah ke jawa timur! Semoga membantu adi-adik yang sedang mencari jawaban. Kemudian kami sarankan untuk melakukan pencarian soal selanjutnya dan temukan jawabannya hanya di situs kami.

BACA JUGA  2^4+2b-^2     4b-^3       bentuk sederhananya adalah

Jawaban yang disediakan diatas hanya untuk digunakan oleh orang tua siswa dalam memandu proses belajar online anak. Soal diatas berupa pertanyaan yang terbuka, artinya banyak jawaban tidak terpaku seperti diatas. mudah-mudahan artikel ini bisa bermanfaat, Trimakasih

Ada beberapa faktor yang menyebabkan Kerajaan Mataram Kuno berpindah ke Jawa Timur, antara lain:

  1. Pertama di sebabkan oleh letusan gunung Merapi yang maha dahsyat, sehingga dalam anggapan para pujangga hal itu di sebut sebagai pralaya (kehancuran dunia pada masa akhir Kaliyuga), maka sesuai dengan landasan kosmologis kerajaan Mataram Kuno haruslah dibangaun kerajaan baru dengan wangsa yang baru pula. Karena itu maka Pu Sindok yang membangun kerajaan di Jawa Timur dianggap sebagai cikal bakal wangsa baru, yaitu wangsa Isana.(Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto.Sejarah Nasional Indonesia II. (Jakarta: Balai Pustaka,1993),hlm.157)
  2. Kedua runtuhnya kerajaan Mataram di sebabkan oleh krisis politik yang terjadi tahun 927-929 M.

Perebutan kekuasaan antara pangeran di Kerajaan Mataram Kuno ketika Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Baliltung Dharmodaya Mahasambu(Wawa) berkuasa. Perebutan kekuasaan tersebut menyebabkan perang antar pangeran, sehingga kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah menjadi kacau dan hancur.

Selain itu perpindahan Kerajaan Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur dilakukan untuk menghindari musuh-musuh politik seperti Kerajaan Sriwijaya, dimana Kerajaan Sriwijaya pada masa itu merupakan kerajaan besar yang menjadi pusat imperium maritime di asia tenggara.

  1. Ketiga runtuhnya kerajaan dan perpindahan letak kerajaan di karenakan pertimbangan ekonomi.

Faktor yang menyebabkan perpindahan kekuasaan Kerjaan Mataram Hindu Jawa Tengah ke Jawa Timur salah satunya adalah faktor ekonomi. Keadaan wilayah Jawa Timur berbeda dengan Jawa Tengah, di Jawa Timur ada dua sungai besar yang mengalir ke laut, yaitu Bengawan Solo dan Sungai Brantas. Bengawan Solo dan Sungai Brantas merupakan sungai yang lebar serta dalam dan pada waktu abad ke X sungai-sungai itu dengan mudah dilayari oleh perahu-perahu atau kapal-kapal besar hingga sampai wilayah pedalaman sampai Mojokerto, sedangkan perahu-perahu kecil dapat berlayar lebih jauh lagi ke wilayah pedalaman sampai di Kediri. Keberadaan sungai-sungai besar yang dapat dilayari oleh perahu-perahu besar sampai jauh di dareah pedalaman, maka wilayah Jawa Timur lebih menguntungkan untuk aktivitas perdagangan.( Soeroto, Mataram 1 (Bandung: Sanggabuwana, 1975), hlm. 28-29. )

Wilayah Jawa Timur terdapat pelabuhan-pelabuhan Pantai Utara dan terdapat pula pelabuhan-pelabuhan di sungai. Prasasti Kamalagyan tahun 1037 M menyebutkan adanya pelabuhan Hujung Galuh yang banyak didatangi oleh para pedagang dari pulau-pulau wilayah Nusantara.

Berikut adalah pendapat-pendapat dari para tokoh mengenai perpindahan puasat Kerajaan Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur:

a. De Casparis menduga pelabuhan tersebut terletak di daerah hilir di dekat Mojokerto.( Supratikno Rahardjo, Peradaban Jawa Dari Mataram Kuno sampai Majapahit Akhir (Jakarta: Komunitas Bambu, 2011), hlm. 290. )

b. Van Bemmelen memetakan kota Semarang dari 1940-1941 sebagai lembar peta Semarang-Ungaran sheet 73-74 skala 1:100.000. Van Bemmelen mengeluarkan peta kota itu dari tahu 1695-1940. Peta-peta ini dengan jelas menggambarkan abrasi pantai dari tahun ke tahun. Pantai bertambah maju 8 meter per tahun, bahkan sejak 1847 menjadi 12 meter per tahun. Sedimentasi pantai terjadi dengan intensif. Ini akibat penggundulan hutan di selatan Semarang dan napal serta lempung lunak Pliosen di sebelah Utara Gunung Ungaran makin tererosi di wilayah ini. Sedimentasi ini juga terjadi pada abad ke X.12 Para penguasa Mataram Hindu Jawa Tengah melihat bahwa pelabuhannya di Bergota dari tahun ke tahun semakin dangkal dan sempit akibat abrasi pantai. Kapal-kapal tidak dapat berlabuh di bandar Pelabuhan Bergota yang mengakibatkan perniagaan Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah menjadi mati. Inilah salah satu penyebab Mpu Sindok, raja di Mataram Hindu memutuskan memindahkan kerajaannya ke Jawa Timur di mana ada pelabuhan Ujung Galuh.( http://kabepiilampungcom.wordpress.com/2010/11/06/letusan-merapi-1006-menyebabkan-kerajaan-mataram-hindu-pindah/.)

c. Paul Michel Munoz berpendapat bahwa perpindahan Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah ke Jawa Timur karena sebuah hasrat untuk mendapat keuntungan dari kesempatan perdagangan yang ada di wilayah pesisir timur laut dan wilayah Delta Brantas sangat efektif untuk kegiatan perdagangan.

d. Suparman berpendapat bahwa Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah pindah ke Jawa Timur karena kerajaan tidak memiliki pelabuhan laut sehingga sulit berhubungan dengan dunia luar, akibatnya kemajuannya sangat lambat. Suparman juga mengatakan bahwa lembah Sungai Brantas yang sangat subur dan dapat dilayari oleh kapal-kapal besar, lebih menjanjikan bagi perkembangan sosial ekonomi, kesejahteraan, dan kemakmuran rakyat.

Wilayah pertanian di Jawa Timur memiliki sungai yang besar dan dalam sehingga menguntungkan untuk kegiatan perdagangan, wilayah Jawa Timur juga memiliki dataran rendah yang luas sehingga memungkinkan untuk kegiatan penanaman padi secara besar-besaran. Wilayah sekitar lembah Sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas merupakan wilayah pertanian yang sangat subur. Sejak pada tahun 928 M pemusatan penduduk berpindah ke wilayah Jawa Timur, khususnya di sebelah timur Sungai Brantas. Jawa Timur dengan wilayah dataran yang luas dan subur sehingga menghasilkan banyak beras. Beras dari Jawa Timur dibawa ke Sulawesi hingga Maluku. Rakyat di daerah pesisir Jawa Timur juga merupakan kaum pelaut yang ulung, sehingga menjelajahi laut-laut Indonesia dan mengadakan perdagangan sampai Semenanjung Malaysia sampai Tiongkok.

  1. Sejarawan Schrieke berpendapat yang menjadi penyebab kenapa pemerintahan. Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah pindah ke Jawa Timur adalah karena rakyat Jawa Tengah merasa menanggung beban yang amat berat karena diharuskan membangun monumen-monumen keagamaan yang besar seperti Candi Borobudur yang menghabiskan seluruh kejayaan kerajaan waktu itu yang sedang jaya-jayanya. Pembangunan monumen-monumen keagamaan yang megah dan mewah sangat membebani dan menyita banyak tenaga dari rakyat Mataram Hindu Jawa Tengah sehingga rakyat meninggalkan pekerjaan seperti bertani, berdagang dan aktivitas yang lainnya sehingga terjadilah migrasi massal ke Jawa Timur.Schrieke, selain itu juga mengatakan bahwa di wilayah Jawa Timur terdapat daya tarik delta Sungai Bengawan Solo dan lembah Sungai Brantas yang diduga memiliki daya tarik dari segi ekonomi, khususnya sebagai pintu gerbang perdagangan internasional
  2. Soekmono mengemukakan bawa pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi, rakyat Mataram Hindu mengalami berbagai kesulitan. Kekuasaan Sanjaya dan Syailendra di Jawa Tengah yang banyak menghasilkan bangunan-bangunan suci keagamaan yang serba megah dan mewah, tetapi sebaliknya sangat melemahkan tenaga rakyat dan penghasilan pertanian. Usaha mengutamakan kebesaran raja dengan membangun bangunan keagamaan berakibat menekan kehidupan rakyat.( R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2 (Yogyakarta: Kanisius, 1973), hlm. 47 )
  3. Paul Michel Munoz mengatakan bahwa kekuasaan Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah pindah ke Jawa Timur karena keperluan untuk menemukan suatu wilayah yang baru karena kondisi kehidupan di Jawa Tengah semakin memburuk karena kehidupan ekonomi merosot yang disebabkan juga meningkatnya aktivitas vulkanik.17 Perdagangan dan pertanian di Jawa Timur memberi banyak keuntungan dan kemakmuran masyarakat Kerajaan Mataram Hindu, oleh karena itu maka Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah sedikit demi sedikit dipindahkan ke Jawa Timur. Perpindahan itu mulai pada masa pemerintahan Raja Wawa, sesudah Raja Wawa yang menggantikan menjadi raja di Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah ialah Mpu Sindok, yang dulunya merupakan mahapatih Raja Wawa. Pada masa kekuasaan Mpu Sindok tahun 929 M pemerintahan Kerajaan Mataram Hindu Jawa Tengah sudah seluruhnya di pindah ke Jawa Timur yaitu di wilayah Jombang.

Terjadinya perpindahan pusat pemerintahan Mataram Kuno ke Jawa timur ini tentunya berdasarkan beberapa alasan yang kuat. Hal yang pertama adalah kondisi sosial politik yang semakin tidak stabil akibat perang memperebutkan kekuasaan antar kerabat istana sendiri. Hal yang kedua yang menjadi penyebab perpindahan ini adalah telah terjadi bencana alam akibat letusan Gunung Merapi. Hal yang ketiga yaitu perpindahan pusat pemerintahan Mataram Kuno ke Jawa Timur berkaitan dengan kondisi alam di Jawa Timur yang subur karena dekat dengan Sungai Brantas untuk mendukung pertanian dan perdagangan pusat kerajaan Mataram Kuno.


Dengan demikian, arti strategis pemindahan ibu kota Mataram Kuno secara ekonomi adalah karena lokasinya mendukung untuk pertanian dan perdagangan.