Dalam Olahraga atletik terdapat nomor lompat tinggi tahapan yang perlu diperhatikan adalah

LOMPAT tinggi merupakan nomor perlombaan dalam cabang olahraga atletik. Di Indonesia, lompat tinggi merupakan olahraga yang berada di bawah naungan organisasi PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia).

Olahraga lompat tinggi diperlombakan untuk memperoleh lompatan yang setinggi-tingginya saat melewati mistar dengan ketinggian tertentu. Tak dipungkiri, pada ajang olahraga muticabang seperti Olimpiade, lompat tinggi menjadi salah satu kategori yang diikutsertakan di cabang atletik.

Sejarah Lompat Tinggi

Dikutip World Athletics bahwa olahraga lompat tinggi mulai meraih popularitasnya pada abad ke-19 sejak diadakan kompetisi lompat tinggi di Skotlandia. Tepat pada saat itu tercatat lompatan tetinggi dihasilkan oleh seorang atlet dengan tinggi 1,68 meter menggunakan gaya gunting.

Seiring berjalannya waktu, hingga akhirnya di abad 20. Gaya lompat tinggi telah dikembangkan dan diadaptasi oleh seorang warga Irlandia-Amerika bernama Michael Sweency. Pada 1895, Sweency berhasil melakukan lompatan setinggi 1,97 meter dengan gaya eastern cut-off seperti gaya gunting.

Selanjutnya, seorang atlet George Horine mengembangkan teknik lompat dengan lebih efisien. Teknik itu dikenal dengan teknik Western Roll. Melalui teknik, Horine mencapai lompatan 2,1 meter pada 1912.

Sementara untuk nomor perlombaan lompat tinggi sudah menjadi bagian dari olahraga atletik sejak dimasukkan dalam gelaran Olimpiade 1896. Dilansir situs Greatest Sporting Nation, para atlet lompat tinggi sering menggunakan scissors technique atau teknik gunting dalam melakukan lompatan di abad ke-19 tersebut.

Teknik ini dilakukan dengan mengangkat serta melempar salah satu kaki untuk melewati tiang mistar, kemudian diikuti kaki satunya.

Sementara itu, gaya yang diperbolehkan dalam lompat tinggi ini diantaranya gaya gunting, guling sisi, guling straddle, dan flop. Sedangkan diperbolehkan menggunakan gaya baru asalkan tidak bertentangan dengan aturan internasional.

Biasanya untuk memperoleh lompatan yang lebih tinggi, mereka harus memiliki kekuatan, kecepatan tungkai dalam melakukan tolakan, posisi yang benar melewati mistar beserta gerakan awalan.

Semua keterampilan itu juga harus disesuaikan jenis gaya lompat tinggi yang akan digunakan.

Berikut bermacam teknik dasar lompat tinggi:

1. Teknik Awalan

Teknik awalah ialah suatu teknik dasar lompat tinggi untuk atlet dalam melakukan lompatan. Biasanya mereka melakukan awalan ini dengan cara berlari. Dimulai dari lari dengan kecepatan yang masih rendah hingga kencang, tidak sekencang lari dalam lompat jauh.

2. Teknik Tolakan

Teknik tolakan biasa dilakukan dengan menggunakan kaki terkuat agar seluruh tubuh terangkat hingga menuju dan melewati mistar. Tugas kaki ini tidak semata melakukan tolakan dengan kaki terkuat, tetapi juga melakukan ayunan menggunakan kaki yang lainnya. Tujuannya tentu untuk menghasilkan hasil lompatan yang tinggi

3. Teknik Melayang di Udara

Gerakan melayang pada gaya ini adalah memposisikan tubuh dengan sedemikian rupa. Caranya, saat melompat atau melakukan tolakan gunakanlah kaki terkuat. Ketika tubuh melayang di udara melewati mistar, usahakan memposisikan tubuh sesuai gaya lompat tinggi yang digunakan.

4. Teknik Mendarat

Tahap terakhir lompat tinggi adalah melakukan pendaratan. Upaya ini bertujuan agar kalian dapat mendarat diatas matras dengan sempurna. Meskipun pendaratan ini sifatnya bukan yang utama dalam penilaian. Namun, mendarat dengan baik akan terhindar dari resiko cedera. Sederhananya, penilaian dari lompat tinggi terletak dari hasil lompatan yang setingi-tingginya.

Kemudian gaya lompat tinggi memiliki beberapa jenis gaya, secara umum gaya lompat tinggi terbagi menjadi 4 jenis gaya, yaitu gaya gunting, gaya guling sisi, gaya straddle dan gaya flop. Masing-masing gaya memiliki tekniknya sendiri-sendiri, berikut penjelasannya.

Beberapa jenis gaya dalam lompat tinggi:

1. Gaya Gunting

Gaya ini jenis ini adalah gaya yang paling klasik pada lompat tinggi. Gaya ini mulai hadir ketika olahraga atletik mulai dipertandingkan di olimpiade Skotlandia di abad 19.

2. Gaya Guling Sisi

Gaya guling sisi merupakan gaya yang melakukan awalan dengan memposisikan tubuh berada di samping mistar, gaya yang sering disebut western roll ini dilakukan dengan cara mengangkat tubuh sehingga memposisikan tubuh sedemikan rupa hingga ketika diudara melayang dan terlentang disusul dengan putaran tubuh hingga akhirnya melewati mistar.

3. Lompat Tinggi Gaya Straddle

Gaya ini diciptakan dan diperkenalkan oleh Charles Dumas dan hampir mirip dengan gaya guling sisi, bahkan bisa dikatakan bahwa gaya ini adalah gaya penyempurna dari gaya guling sisi. Karena gaya ini tidak lagi menepatkan kepala lebih rendah dari pinggul.

4. Lompat Tinggi Gaya Flop

Gaya flop pertama kali dikenalkan pada tahun 1968 oleh Dick Ricardo Fosbury, yaitu seroang atlet asal amerika yang pernah memenangkan kejuaraan lompat tinggi di olimpiade Mexico. Sehingga gaya lompat ini sering disebut sebagai Fosbury Flop. (OL-14)

Lompat tinggi adalah suatu bentuk gerakan melompat ke atas dengan cara mengangkat kaki ke depan ke atas sebagai upaya membawa titik berat badan setinggi mungkin dan secepat mungkin jatuh (mendarat) dengan cara melakukan tolakan pada salah satu kaki untuk mencapai suatu ketinggian tertentu. Tujuan utama dari lompat tinggi adalah mengangkat badan setinggi mungkin agar dapat melewati mistar. Tingginya lompatan bergantung pada tiga faktor. Pertama, pelompat harus mengembangkan daya angkat sebesar mungkin agar dapat melempari badan ke udara dengan kecepatan yang sebesar-besarnya. Tinggi yang dicapai oleh badan sesuai dengan kecepatan yang digunakan untuk meningalkan tanah. Kedua, sudut tolakan sedapat mungkin mendekati tegak lurus agar dapat memusatkan gaya untuk mencapai ketinggian, namun sudut tolakan itu harus cukup untuk membawa badan dari sebelah mistar ke sebelah yang lain. Ketiga, jarak di mana titik berat badan dapat diangkat terbatas. Pada target lompatan, batas jarak harus antara 2 dan 3 kaki dimana seseorang pelompat yang terbaik dapat menolakan titik beratnya ke atas dari sikap berdiri dengan tangan disamping badan.[1]  

Dalam Olahraga atletik terdapat nomor lompat tinggi tahapan yang perlu diperhatikan adalah

Nicole Forrester seorang atlet lompat tinggi dunia.

Dalam cabang olahraga lompat tinggi, semua atlet berupaya untuk melompat setinggi mungkin. Dick Fosbury adalah nama orang yang merevolusi cabang olahraga lompat tinggi ketika ia memilih pendekatan yang berbeda dalam melompat. Sebelum Olimpiade Mexico City tahun 1968, semua atlet lompat tinggi melompat dengan cara berguling ke depan atau ke samping. Dick Fosbury mengubah pendekatan konvensional itu ketika memenangkan medali emas Olimpiade dengan cara melompat terbalik dan punggung terlebih dahulu. Cara ekstrem ini kemudian dipelajari oleh semua atlet lompat tinggi dunia setelah kesuksesan Fosbury pada Olimpiade 1968. Sejak Vladimir Yaschenko pada tahun 1978 mencetak rekor dunia gaya straddle dengan catatan tinggi 2,34 meter, semua juara dunia lompat tinggi setelah itu menggunakan gaya Fosbury Flop dalam mencetak rekor dunia. Rekor terbaik untuk cabang olahraga lompat tinggi dicetak oleh Javier Sotomayor asal Kuba pada 1993 dengan catatan tinggi 2,45 meter.[2]

Lapangan lompat tinggi terdiri dari jalur lari, palang dan daerah jatuh. Jalur lari digunakan untuk awalan sebelum melompat. Jalur lari yang digunakan untuk awalan tidak kurang dari 15 meter. Jalur ini tidak boleh naik atau turun. Kemiringannya harus sekecil mungkin. Sementara tempat yang digunakan untuk tolakan harus lurus dan tidak boleh miring. Palang adalah batas bawah yang harus dilewati atlet lompat tinggi. Dalam aturan IAAF, palang yang digunakan untuk lompat tinggi harus menggunakan balok yang terbuat dari fiber bukan logam. Peraturan ini digunakan untuk mencegah cedera ketika atlet melompat dan menyentuh palang. Palang diletakkan pada penyangga dan beberapa lubang untuk menempatkan palang di ketinggian yang diinginkan. Daerah jatuh adalah tempat yang diperbolehkan untuk mendarat setelah melompat. Panjang daerah jatuh atau tempat mendarat tidak boleh kurang dari 5 meter dan lebar 3 meter. [3]

  • Awalan merupakan kunci pertama bagi pelompat dalam melakukan lompatan.
  • Tumpuan dilakukan dengan kaki terkuat dan harus tepat pada titik tumpu.
  • Melayang saat melewati mistar, titik berat badan sedekat mungkin dengan mistar, dilakukan dengan tenaga sedikit mungkin dan sadar untuk menghindari gerakan yang tidak perlu.
  • Pendaratan merupakan sikap badan saat mendarat tergantung dari masing-masing gaya, dilakukan secara sadar dan posisi badan sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan rasa sakit atau cedera.[4]

 

Yelena Slesarenko pada Stavanger Games 2007.

Gaya guling perut salah satu gaya dalam lompat tinggi di mana posisi badan telungkup untuk melewati mistar. Karakteristik dalam pelaksanaan gaya guling perut diawali dengan gerakan awalan, tolakan atau tumpuan, sikap badan di atas mistar dan mendarat. Pada awalan pelompat mengambil langkah dari depan mistar atau bilah ke belakang 5 atau 7 langkah, pada hitungan 5 atau 7 langkah kaki kiri atau tumpu menginjak balok tolakan. Pada waktu akan melakukan tumpuan, pelompat pada tiga atau lima langkah terakhir harus sudah mempersiapkan kakinya untuk melakukan tolakan yang sekuat-kuatnya, sehingga dapat mengangkat tubuhnya melayang ke atas. Tolakan dimulai dari tumit, terus ke telapak kaki dan berakhir pada ujung jari kaki yang dilakukan secara cepat dan tepat. Pada saat titik berat badan berada di atas kaki tolakan, secepat mungkin pergelangan kaki ditolak lurus ke atas, badan dicondongkan ke belakang hingga berat badan berada pada kaki belakang (kaki ayun) sikap badan di atas mistar dibentuk mulai dari saat lepasnya kaki tolak sampai melayang di atas mistar.[5] Posisi badan di atas mistar yaitu setelah tungkai yang diayunkan melewati mistar, posisi badan telungkup di atas mistar, dengan posisi pinggul lebih tinggi dari punggung. Kaki tolak dengan lutut dibengkokkan menuju ke samping. Sementara itu, kepala di miringkan kebawah mistar, tubuh akan jatuh menuju tempat pendaratannya.[6] Pada waktu mendarat atau jatuh yang pertama kali kena adalah kaki kanan dan tangan, bila tumpuan menggunakan kaki kiri, lalu bergulingnya yaitu menyusur punggung, tangan dan berakhir pada bahu dan punggung badan.[5]

Guling sisi

Gaya guling sisi adalah gaya dimana pelompat melakukan tolakan dengan kaki yang terdekat dengan mistar. Cara melakukannya adalah pertama pelompat mengambil awalan atau ancang-ancang dari samping dengan sudut antara 35° sampai 45° dari pada letak mistar. Misalnya jika si pelompat melakukan tolakan dengan kaki kiri, maka awalannya dari samping kid. larak awalan tergantung dari pelompat sendiri, apakah tiga langkah, lima langkah, tujuh langkah, dan seterusnya. Hal ini biasanya disesuaikan dengan ketinggian mistar yang akan dilompatinya. Hal yang harus diperhatikan adalah tiga langkah yang terakhir harus dilakukan dengan langkah yang lebih panjang dan lebih cepat. Kedua, melakukan tolakan sekuat-kuatnya ke atas agar dapat membawa atau mengangkat seluruh tubuh melayang ke udara setinggi-tingginya. Melakukan tolakan dengan kaki yang terdekat pada mistar. Ketiga, setelah kaki ayun (kaki kanan) mencapai ketinggian maksimum. secepatnya kaki tolakan (kaki kiri) diayunkan atau diangkat ke atas bersamaan dengan badan diputar ke samping kiri hingga sikap tubuh berubah (lay out). Seolah-olah seperti tidur miring pada sisi badan sejajar dengan mistar. Kemudian badan digulingkan ke kiri melewati mistar dengan kaki tolakan dilipat dekat ke badan, dan kaki ayun diluruskan. Keempat, setelah kaki tolakan melewati mistar segera turunkan, untuk mendarat dibantu dengan kedua tangan jika diperlukan dengan sikap badan.[7]

Gunting

Gaya gunting adalah gaya lompat tinggi tertua di dunia. Gaya ini muncul dengan hadirnya olahraga atletik lompat tinggi di olimpiade Skotlandia di abad ke-19. Pada gaya ini posisi kaki yang melompat, mengayun dan melewati mistar tampak seolah-olah seperti gerakan gunting. Gaya gunting diawali dengan lompatan yang berasal dari tolakan kaki terkuat dan dilanjutkan dengan ayunan kaki satunya ketika tubuh mendekati mistar sehingga akhirnya kedua kaki dan seluruh tubuh bisa lobos melewati mistar pada ketinggian tertentu. Selanjutnya gaya gunting ini disempurnakan oleh Michael Sweeney dan perbedaannya terletak pada awalan untuk melakukannya. Pada gaya gunting klasik, gaya lompat yang dilakukan merupakan gaya jongkok dan posisi tubuh berada di depan mistar, sementara Sweeney mengubahnya menjadi awalan dengan posisi tubuh berada di samping mistar segingga gerakan gunting ini dilakukan dengan posisi tubuh miring atau sejajar dengan mistar. [8]

Punggung

Lari awalan pada lompat tinggi gaya puggung yang diperhatikan adalah harus dapat dilakukan dengan cepat dan menikung (curved run up). Dari mulai start harus sedikit menikung, kemudian semakin tajam tikungannya. Bentuk lari awalan tersebut membawa pelompat kepada sikap lari yang khas pada lompat tinggi gaya punggung. Caranya badan akan condong atau miring ke dalam. Apabila pelompat menggunakan tolakan dengan kaki kanan, maka lari awalannya dilakukan dari sebelah kiri mistar. Tetapi bila menggunakan tolakan dengan kaki kiri, awalan dilakukan dari sebelah kanan mistar. Jumlah langkah dalam menentukan lari awalan antara 5 sampai 9 langkah. Sikap saat di atas mistar adalah badan seakan-akan terlempar mundur melintasi mistar, yaitu setelah menolak dari tanah. Badan di atas mistar terlentang agak serong di atas mistar, jadi perut dan muka menghadap ke atas. Arah badan pada saat melayang di atas mistar adalah serong menyilang di atas mistar dan arah kaki tolak (kaki kanan) pada saat menolak adalah serong menuju mistar. Mendarat pada lompat tinggi gaya punggung adalah dengan punggung dan seluruh pundaknya atau tengkuknya. [9]

  1. ^ Refiater, Ucok Hasian (2012-09-01). "HUBUNGAN POWER TUNGKAI DENGAN HASIL LOMPAT TINGGI". JURNAL HEALTH AND SPORT (dalam bahasa Inggris). 5 (03): 670. 
  2. ^ Soemawinata, Nenny (2016-02-05). Fusion Leadership (Harmoni dua dunia). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 178. ISBN 978-602-03-2464-7.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  3. ^ Nelistya, Anne (2007). MENJADI PEMAIN ATLETIK YANG TANGGUH. Jakarta: Be Champion. hlm. 10. ISBN 978-602-8884-07-5.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  4. ^ Susila, Wawan (Juli 2019). "EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN DRILL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT TINGGI GAYA GULING (STRADDLE) TERHADAP SISWA KELAS V SEMESTER 2 SD NEGERI NGABEYAN 01 KECAMATAN KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2017/2018". Konvergensi. 6 (29): 173. ISSN 2301-9050. 
  5. ^ a b Sriawan, Sriawan (2015). "IDENTIFIKASI KESALAHAN DALAM MELAKUKAN LOMPAT TINGGI GAYA GULING PERUT SISWA KELAS V sdn iii PENGASIH WATES KULONPROGO". Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia (dalam bahasa Inggris). 11 (1): 56–58. doi:10.21831/jpji.v11i1.8171. ISSN 2581-2300. 
  6. ^ Ilham, Zulfikar (2017-06-22). "HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DENGAN HASIL LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE SISWA PUTRA KELAS X SMK YPS PRABUMULIH". JURNAL ILMU KEOLAHRAGAAN (dalam bahasa Inggris). 16 (1): 17. doi:10.24114/jik.v16i1.6449. ISSN 2549-9777. 
  7. ^ Muhtar, Tatang; Irawati, Riana (2020). Atletik. Sumedang Utara: UPI Sumedang Press. hlm. 85. ISBN 978-602-6438-91-1.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  8. ^ Indarto, Pungki; Sistiasih, Vera Septi (2018). Pandai Mengajar dan Melatih Atletik. Surakarta: Muhammadiyah University Press. hlm. 91. ISBN 978-602-361-142-3.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Parameter |first3= tanpa |last3= di Authors list (bantuan)
  9. ^ Lengkana, Anggi Setia (2015-11-19). Belajar & Berlatih Atletik. Bandung: CV Salam Insan Mulia. hlm. 98. ISBN 978-602-74162-5-3.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)

 

Artikel bertopik olahraga ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lompat_tinggi&oldid=19065390"