Bolehkah sperma dikeluarkan didalam saat hamil 32 minggu?

KOMPAS.com - Salah satu pertanyaan yang paling sering diajukan ibu hamil adalah, bolehkah berhubungan seks ketika hamil? Menurut dr Tri Yuniarti, SpOG, spesialis kebidanan dan kandungan dari RS Yadika, hubungan seks sebenarnya aman dilakukan saat hamil, asalkan tahu batas-batas keamanan yang boleh dilakukan. "Sebenarnya yang berbahaya bukan hubungan seksnya, namun sperma yang masuk ke dalam rahim saat hamil," katanya, saat talkshow "Rahasia Hamil Sehat agar Janin Sehat dan Cerdas" yang diadakan oleh Tabloid Nakita di RS Yadika, Kebayoran Lama, Jakarta, Sabtu (4/2/2012) lalu.

Sperma mengandung suatu zat tertentu yang bisa menyebabkan reaksi sensitif pada mulut rahim, dan hal ini akan sangat berbahaya untuk janin. Maka ketika berhubungan seks saat hamil, sebaiknya sperma dikeluarkan di luar vagina atau dengan menggunakan kondom.

Meski mengandung protein, sperma sebenarnya tidak memiliki manfaat bagi perkembangan janin. Sperma justru akan berbahaya bagi janin. Zat dalam sperma ini akan memicu reaksi kontraksi dini, sehingga bisa menyebabkan kelahiran prematur, atau ancaman keguguran jika usia kehamilan masih muda. "Ketika melakukan hubungan seks dalam usia kehamilan yang masih muda, sebaiknya berhati-hati karena gerakan atau guncangan yang terlalu kuat bisa berbahaya bagi janin. Selain itu, si ibu juga jangan sampai  terlalu lelah," tukasnya.

Hubungan seks aman dilakukan selama kehamilan trimester pertama sampai usia kandungan tujuh bulan. Pengurangan frekuensi seks harus dilakukan ketika usia kandungan sudah mencapai tujuh sampai sembilan bulan. "Pada usia kehamilan ini, perut sudah lebih membesar sehingga lebih sulit untuk berhubungan seks, dan akan lebih menekan perut sehingga berbahaya bagi janin. Selain itu, sperma yang ada di dalam juga akan memicu kelahiran prematur," jelasnya.

Meskipun seks ini pada dasarnya aman dilakukan saat hamil, ada beberapa kondisi kehamilan yang tidak memungkinkan si ibu untuk melakukan hubungan seksual sama sekali, ataupun sedikit mengurangi frekuensinya:

1. Ancaman keguguran
Ada ibu hamil dengan kondisi kehamilan yang lemah, atau kehamilan yang berbahaya. Ketika kehamilan ini memiliki resiko yang tinggi terhadap ancaman keguguran, sebaiknya hindari hubungan seks sama sekali. "Konsultasikan tentang kekuatan si janin pada dokter. Karena kehamilan yang lemah bisa saja berubah setelah usia kehamilan beberapa minggu, dan janin menjadi kuat," tambahnya.

Pada beberapa kehamilan yang beresiko, hubungan seks -sekalipun tanpa memasukkan sperma ke dalam vagina atau sudah menggunakan kondom- akan tetap menimbulkan resiko, seperti flek atau rasa mulas. "Flek ini bisa berbahaya untuk kehamilan. Karena adanya flek menandakan bahwa ada masalah dengan janin Anda. Sedangkan rasa mulas bisa menandakan adanya kontraksi rahim dini sehingga bisa menyebabkan terjadinya keguguran atau lahir prematur," bebernya.

Tidak sedikit pasangan yang menghindari berhubungan seks ketika sang istri sedang hamil. Alasannya beragam, mulai dari takut muncul flek, takut keguguran, hingga takut kontraksi. Lantas, apakah benar ibu hamil trimester akhir tidak boleh berhubungan seks?

Kehamilan merupakan proses untuk mendapatkan sang buah hati. Sperma dari laki-laki akan membuahi sel telur wanita dan menjadi bakal janin. Bakal janin akan berkembang dan bertumbuh di dalam rahim sang calon ibu selama masa kehamilan.

Kehamilan normalnya terjadi antara 37-40 minggu. Waktu tersebut tentunya tidak sebentar. Sebagai pasangan, suami istri juga memiliki hasrat keinginan seksual. Hasrat tersebut bukanlah kesalahan atau dosa, tapi merupakan kebutuhan biologis. Selain itu, hubungan seks antar pasangan juga menjaga hubungan emosional antar-keduanya.

Tak ada larangan berhubungan seks saat hamil besar

Ketika kondisi kehamilan Anda sehat dan janin juga sehat, sebenarnya tidak ada larangan untuk berhubungan seksual ketika hamil besar. Anda dan pasangan tetap dapat berhubungan intim sesering yang Anda inginkan.

Namun, ada beberapa kondisi kehamilan yang menyebabkan pasangan sebaiknya menghindari berhubungan intim seperti:

  • Flek dalam kehamilan
  • Cairan ketuban merembes
  • Terdapat keputihan yang tidak normal
  • Terdapat kontraksi rahim terus-menerus
  • Terdapat riwayat keguguran berulang.

Berhubungan intim dan mengeluarkan sperma di dalam saat ejakulasi memang dapat menimbulkan kontraksi pada rahim. Pada saat orgasme juga akan terjadi kontraksi pada rahim. Namun, kedua kontraksi tersebut tidak cukup kuat untuk mencetuskan persalinan.

Janin dalam rahim ibu terlindung oleh dinding otot rahim, cairan ketuban, dan juga plasenta. Ketiga hal tersebut melindungi sang bayi dari gerakan dan aktivitas ibu. Hubungan intim tersebut tidak akan membahayakan sang calon bayi.

Selain itu, dapat pula terjadi perdarahan pasca senggama ketika berhubungan intim ketika hamil. Hal ini termasuk normal jika hanya terjadi setelah berhubungan intim dan dalam jumlah yang sedikit. Namun, ketika terjadi perdarahan yang terus-menerus dan cukup banyak, sebaiknya segera periksa ke dokter.

Trimester ketiga dimulai dari usia kehamilan ke 27 minggu. Pasangan masih dapat berhubungan intim ketika trimester ketiga. Namun, biasanya perut sang calon ibu sudah cukup besar, jadi posisi yang dianjurkan adalah woman on top. Posisi berbaring (missionary) selain kurang nyaman bagi pasangan juga dapat menekan pembuluh darah sang ibu sehingga mengurangi perdarahan ke janin.

Pada trimester ketiga akhir memasuki usia cukup bulan yaitu minggu ke 37 ke atas, sebaiknya pasangan sudah tidak melakukan hubungan seksual. Ini lantaran pada usia kehamilan tersebut, kepala janin bisa saja sudah memasuki rongga panggul sehingga dapat meningkatkan risiko perdarahan dan persalinan dini.

Berbagai manfaat berhubungan seks saat kehamilan seperti meningkatkan kualitas orgasme, kebugaran, ikatan emosional pasangan dan kekebalan tubuh. Berhubungan intim juga dapat meningkatkan kualitas tidur. Tidur bagi wanita hamil sangatlah penting untuk menjaga kesehatan sang ibu dan janin.

Berhubungan seks saat trimester akhir tidak dilarang jika kondisi ibu hamil sehat. Namun, jika usia kehamilan sudah mendekati 37 minggu, sebaiknya berhubungan seks tidak dilakukan karena bayi sudah matang dan siap dilahirkan.

Bolehkah mengeluarkan sperma di dalam saat hamil 8 bulan?

Letak janin yang berada di dalam rahim tidak akan terjangkau oleh penis karena janin terlindungi oleh otot rahim dan air ketuban. Jadi, tenang saja ya, aman kok berhubungan seks saat hamil. Jadi, boleh saja ya berhubungan seks dan mengelurkan sperma di dalam.

Bolehkah usia kandungan 32 minggu berhubungan intim?

Pada beberapa kejadian, sperma dapat menyebabkan rangsangan pada rahim sehingga dapat menyebabkan kontraksi. Tetapi jika hal tersebut terjadi pada usia 32 minggu maka dapat terjadi persalinan prematur. Maka jika anda ingin melakukan hubungan intim maka hal tersebut boleh saja dilakukan ataupun tidak dilakukan.

Bolehkah sperma dikeluarkan didalam saat hamil 34 minggu?

Namun, saat usia kehamilan sudah mendekati akhir trimester dua atau sekitar 30 minggu, sperma boleh dikeluarkan di dalam, Bunda. Dengan catatan, usia janin sudah lebih tua. Sehingga, apabila terjadi kontraksi kondisi bayi sudah siap untuk dilahirkan, di kisaran akhir trimester 2.

Apa yang harus dilakukan saat hamil 32 minggu?

Di usia kehamilan 32 minggu, Anda perlu menjaga kesehatan dan keselamatan diri dan janin dalam kandungan. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan, seperti: Melakukan gerakan pelvic tilt untuk memperkuat otot-otot perut serta membantu meringankan sakit punggung selama kehamilan dan persalinan.