Bentuk penilaian apa yang cocok untuk ranah afektif?

Penilaian Ranah Afektif

KONSEP DASAR

Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil belajar siswa yang sangat penting. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotorik sangat ditentukan oleh kondisi afektif siswa. Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap yang positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tersebut sehingga mereka akan dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal.

Menurut Krathwohl ( dalam Gronlund and Linn, 1990 ),ranah afektif terdiri atas lima level yaitu :

  • Receiving. Receiving merupakan keinginan siswa untuk memperhatikan suatu gejala atau stimulus, misalkan aktivitas dalam kelas,buku atau musik.
  • Responding. Responding merupakan partisipasi aktif siswa untuk merespon gejala yang dipelajari
  • Valuing. Valuing merupakan kemampuan siswa untuk memberikan nilai,keyakinan atau sikap dan menunjukkan suatu derajat internalisasi dan komitmen.
  • Organization. Organization merupakan kemampuan anak untuk mengorganisasi nilai yang satu dengan nilai yang lain dan konflik antar nilai mampu diselesaikan dan siswa mulai membangun sistem internal yang konsisten.
  • Characterization. Characterization merupakan level tertinggi dalam ranah afektif. Pada level ini siswa sudah memiliki system nilai yang mampu mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga menjadi pola hidupnya.

Sedangkan karakteristik yang penting dalam ranah afektif adalah sikap, minat, konsep diri dan nilai.

  • Sikap. Menurut Fishbein dan Ajzen seperti dikutip oleh Mardapi (2004), sikap didefinisikan   sebagai  predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negative terhadap suatu objek, situasi, konsep atau orang. Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila pihak sekolah mampu mengubah sikap siswa dari sikap negatif menjadi sikap positif.
  • Minat. Menurut Getzel (dalam Mardapi, 2004), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untukmemperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman dan ketrampilanuntuk tujuan perhatian dan pencapaian. Hal penting pada minat adalah intensitas untuk memperoleh sesuatu
  • Konsep diri. Konsep diri adalah penilaian yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan diri sendiri (Smith dalam Mardapi, 2004). Konsep diri penting untuk menentukan jenjang karir siswa. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri maka siswa akan dapat memilih alternative karir yang tepat bagi dirinya.
  • Nilai. Nilai merupakan suatu keyakinan yang dalam tentang perbuatan, tindakan atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap tidak baik (Rokeach dalam Mardapi, 2004). Sekolah perlu membantu siswa untuk menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna bagi siswa agar siswa mampu  mencapai kebahagiaan diri dan mampu memberikan hal-hal yang positif bagi masyarakat.

BEBERAPA CARA MENILAI RANAH AFEKTIF

Menurut Ericson (dalam Nasoetion dan Suryanto, 2002), penilaian afektif dapat dilakukan dengan cara.

  1. Pengamatan langsung, yaitu dengan memperhatikan dan mencatat sikap dan tingkah laku siswa terhadap sesuatu,benda, orang, gambar atau kejadian. Dari tingkah laku yang muncul kemudian dicari atribut yang mendasari tingkah laku tersebut.
  2. Wawancara, dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka atau tertutup. Pertanyaan tersebut digunakan sebagai pancingan.
  3. Angket atau kuesioner, merupakan suatu perangkat pertanyaan atau isian yang sudah disediakan pilihan jawaban baik berupa pilihan pertanyaan atau pilihan bentuk angka.
  4. Teknik proyektil, merupakan tugas atau pekerjaan atau objek yang belum pernah dikenal siswa. Para siswa diminta untuk mendiskusikan hal tersebut menurut penafsirannya.
  5. Pengukuran terselubung, merupakan pengamatan tentang sikap dan tingkah laku seseorang dimana yang diamati tdak tahu bahwa ia sedang diamati.

LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN AFEKTIF

  • Merumuskan tujuan pengukuran afektif Pengembangan alat ukursikap bertujuan untukmengetahui sikap siswa terhadap sesuatu objek, misalnya sikap siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Alat ukur minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat siswa terhadap sesuatu. Hasil pengukuran minat akan bermanfaat  bagi sekolah untuk mengidentifikasi dan menyediakan sarana dan prasarana sekolah sesuai dengan minat siswa. Sedangkan bagi siswa akan bermanfaat untuk mempelajari sesuatu objek sesuai dengan minatnya.
  • Mencari definisi konseptual dari afektif yang akan diukur Setelah tujuan pengukuran ditetapkan maka langkah berikutnya adalah merumuskan definisi konseptual dari afektif yang akan diukur.
  • Menentukan definisi operasional dari setiap afektif yang akan diukur Penentuan definisi operasional dimaksudkan untuk menentukan cara pengkuran    definisi  konseptual.
  • Menjabarkan definisi operasional menjadi sejumlah indicator Indikator merupakan petunjuk terukurnya definisi operasional. Dengan demikian indikator  harus operasional dan dapat diukur. Ketepatan pengukuran ranah konektif sangat ditentukan oleh kemampuan penyusun instrument dalam membuat atau merumuskan indikator.
  • Menggunakan indikator sebagai acuan menulis pernyataan-pernyataan dalam instrument. Penulisan instrument atau alat ukur dapat dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran. Skala pengukuran yang paling banyak digunakan adalah skala Liekert. Skala Likert merupakan salah satu jenis skala pengukuran ranah afektif yang terdiri dari sejumlah pertanyaan yang diikuti dengan penilaian responden terhadap setiap pernyataan dengan menggunakan lima skala mulai dari yang paling sesuai sampai  dengan yang paling tidak sesuai.
  • Meneliti kembali setiap butir pernyataan Penelitian kembali instrument yang selesai ditulis sebaiknya dilakukan oleh orang yang telah memiliki banyak pengalaman dalammengembangkan alat ukur afektif minimal dua orang.Kepada dua orang tersebut diberikan spesifikasi dari setiap butir (tujuan pengukuran,definisi konseptual, definisi operasioanl, indicator dan pernyataan yang dibuat) dan rambu – rambu penulisan pernyataan yang baik seperti yang disarankan oleh Edwards.
  • Melakukan uji coba Perangkat instrument yang telah ditelaah dan diperbaiki,disusun dan diperbanyak untuk kemudian di uji cobakan dilapangan. Tujuan uji coba adalah untuk mengetahui perangkat alat ukur tersebut sudah dapat memberikan hasil pengukuran seperti yang kita inginkan.
  • Menyempurnakan instrument Data yang diperoleh dari hasil uji coba selanjutnya kita olah untuk memperoleh gambaran tentang validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Berdasarkan data hasil uji coba kita akan dapat memperbaiki butir-butir pernyataan yang dianggap lemah. Dengan demikian pada akhir kegiatan ini kita sudah dapat memperoleh perangkat instrumen  yang memenuhi syarat sebagai alat ukur yang baik.
  • Mengadministrasikan instrument Yang dimaksud dengan mengadministrasikan instrumen  adalah melaksanakan pengambilan data di lapangan. Untuk mengadministrasikan instrumen  di lapangan perlu diperhatikan beberapa hal yaitu:
  1. Kesiapan perangkat instrument. Kesiapan perangkat instrumen  paling tidak terdiri dari petunjuk cara menjawab dan contoh  pengisian instrumen.
  2. Tenaga lapangan. Tenaga lapangan yang dibutuhkan disesuaikan dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Sebelum terjun ke lapangan, petugas perlu dilatih bagaimana melaksanakan pengumpulan data di lapangan. Pelatihan ini dimaksudkan agar semua petugas lapangan mempunyai persepsi yang sama dalam mengambil data.
  3. Kesiapan responden. Sebelum pengumpulan data dilakukan kita perlu menghubungi instansi atau unit yang terkait di lapangan agar pada saat pengambilan data dilakukan semua responden sudah siap.

Bentuk penilaian apa yang cocok untuk ranah afektif?

Pengukuran Ranah Afektif - Kompetensi rendah afektif di dalam kegiatan pembelajaran sangat penting dikembangkan, baik kompetensi afektif guru (pendidik) maupun afektif siswa (peserta didik). Ranah afektif merupakan objek yang sangat dominan diperhatikan, bahkan afektif sering dijadikan sebagai objek penelitian dan pembahasan dalam bidang psikolgi pendidikan, yaitu masalah fenomena sikap, tingkah laku, perasaan, motivasi, yang berkaitan dengan dunia pendidikan.

Pengukuran ranah afektif dapat diukur berdasarkan beberapa bentuk skala pengukuran yaitu: (1) Skala likert, (2) Skala pilihan ganda, (3) Skala thurstone, (4) Skala guttman, (5) Skala differential, dan (6) Pengukuran minat.

Skala likert

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap sesuatu. Sikap disini bisa diartikan sebagai perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek baik berupa kegiatan atau mata pelajaran. Misalnya pada mata pelajaran matematika siswa menunjukkan sikap dan prilaku gemar melafalkan rumus-rumus matematika, siswa menunjukkan sikap hormat pada guru, dll.

Skala likert terdiri dari dua unsur yaitu pernyataan dan alternatif jawaban. Pernyataan ada dua bentuk yaitu pernyataan positif dan negatif, sedangkan alternatif jawaban terdiri dari: sangat setuju, setuju, neteral, kurang setuju dan tidak setuju.

Langkah-langkah untuk membuat skala likert untuk menilai afektif, yaitu:

  1. pilih variabel afektif yang akan diukur, 
  2. buat pernyataan positif terhadap variabel yang diukur, 
  3. minta pertimbangan kepada beberapa orang tentang pernyataan positif dan negatif yang dirumuskan, 
  4. tentukan alternatif jawaban yang digunakan, 
  5. tentukan pensekorannya dan,
  6. tentukan dan hilangkan pernyataan yang tidak berfungsi dengan pernyataan lainnya.

Contoh : Saya menghafal rumus pelajaran matematika sebelum tidur.

               a. sangat setuju

               b. setuju

               c. netral

               d. kurang setuju

               e. tidak setuju

Skala Pilihan Ganda

Skala ini bentuknya seperti soal bentuk pilihan ganda yaitu suatu pernyataan yang diikuti oleh sejumlah alternatif pendapat.

Contoh: Dalam melaksanakan belajar kelompok, saya merasa:

              a. senang karena dapat berdiskusi dengan teman sekelompok

              b. mudah untuk mengerjakan tugas kelompok

              c. tidak begitu sulit untuk mengerjakan tugs kelompok

              d. dapat mengerjakan tugas kelompok tetapi mudah terganggu

              e. sulit untuk mengerjakan tugas kelompok

Skala Thurstone


Skala ini mirip dengan skala likert karena merupakan instrumen yang jawabannya menunjukkan adanya tingkatan thurstone menyarankan pernyataan yang diajukan lebih kurang 10 jam.Contoh:

Bentuk penilaian apa yang cocok untuk ranah afektif?

Skala Guttman

Skala ini sama dengan skala yang disusun Bogardus yaitu pernyataan yang diurumuskan empat atau tiga pernyataan. Pernyataan tersebut menunjukkan tingkatan yang beruurutan, apabila responden setuju persyaratan 2, diduga setuju persyaratan 1, selanjutnya setuju persayaratan 3, diduga setuju persyaratan 1, 2, dan 3.Contoh afektif yang indikatornya hormat pada orang tua.             1. saya permisi kepada orang tua bila bermain ketetangga             2. saya permisi kepada orang tua bila pergi kemana saja             3. saya permisi kepada orang tua bila pergi kapan saja dan kemana saja             4. saya tidak pergi kemana saja tanpa permisi kepada orang tua

Skala Differantial

Skala ini bertujuan untuk mengukur konsep-konsep untuk tiga dimensi. Dimensi yang akan diukur dalam kategori:baik - tidak baikkuat - lemahaktif - pasifContoh:              baik  1  2  3  4  5  6  7  tidak baik              kuat  1   2  3  4  5  6  7  lemah              aktif  1  2  3  4  5  6  7  pasif

Pengukuran Minat

Untuk mengetahui atau mengukur minat siswa terhadap mata pelajaran terlebih dahulu ditentukan indikatornya misalnya:
  • kehadiran di kelas,
  • keaktifan bertanya,
  • tepat waktu mengumpulkan tugas,
  • kerapian,
  • catatan,
  • mengerjakan latihan,
  • mengulan pelajaran, dan 
  • mengunjungi perpustakaan dan lain-lain.
Untuk mengukur minat ini lebih tepat digunakan kuesioner skala likert dengan skala lima yaitu; sangat sering, sering, netral, jarang, dan tidak pernah.

Bentuk penilaian apa yang cocok untuk ranah afektif?

Jawaban sangat sering diberi skor 5, sering diberi skor 4, netral diberi skor 3, jarang skor 2, dan tidak pernah skor 1. Selanjutnya tehnik pensekoran minat siswa terhadap mata pelajaran dengan item pernyataan 12 butir maka skor terendah 12 dan skor tertinggi 60, jika dibagi menjadi tiga kategori maka skala 12 sampai 27 termasuk minat rendah, 28 sampai 43 berminat dan 44 sampai 60 sangat berminat, maka dapat dikomfersi ke pengukuran kualitatif karena penilaian afektif dilakukan secara kualitatif, maka 12 - 27 = C, 28 – 43 = B, 44 – 60 = A.

Paling tidak ada dua komponen afektif yang penting untuk dinilai setiap mata pelajaran yaitu sikap dan minat. Sikap terhadap mata pelajaran bisa positif, netral dan negatif. Tentu diharapkan sikap siswa terhadap semua mata pelajaran positif sehingga akan muncul minat yang tinggi untuk mempelajarinya, karena minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.

Untuk mengukur sikap siswa tepat digunakan pengematan terhadap siswa dengan menggunakan skala lima yaitu : 1 = sangat kurang, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 = baik, 5 = amat baik. Skor untuk masing-masing sikap di atas dapat berupa angka, pada tahap akhir skor tersebut dirata-ratakan. Selanjutnya teknik pensekoran minat siswa dengan item 11 butir maka skor terendah 11 dan skor tertinggi 55, jika dibagi menjadi 3 kategori maka skala 11-24 termasuk cukup, 25-38 baik, dan 39-55 amat baik, maka dapat dikonfersikan ke penelitian kualitatif 11-24 = C, 25-38 = B, dan 39-55 = A.

Untuk menilai afektif dapat juga dilakukan dengan kolokium yaitu diskusi mendalam tentang suatu topik tertentu untuk mengungkapkan pengetahuan dan pengalaman seseorang. Kolokium ini dilakukan untuk pelengkap portopolio. 

Apabila dari sekian banyak siswa ternyata tidak berminat dan bersikap baik dengan substansi mata pelajaran pendidikan agama maka guru harus mencari sebab-sebabnya, perlu dikaji dan dilihat kembali secara menyeluruh hal yang terkait dengan pelajaran mata pelajaran tersebut atau guru belum menyampaikan diawal pembelajaran indikator yang dimiliki oleh siswa, oleh karenanya guru seharusnya menyampaikan kepada siswa kompetensi dasar yang harus dicapai siswa sekaligus indikator-indikator yang mesti dimiliki siswa.

Sumber Buku: Asrul, dkk. Evaluasi Pembelajaran. 2015. Bandung: Citapustaka Media.