adjar.id – Adjarian, ada beberapa pemikiran tahap sosialisasi yang biasa dilakukan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak akan bisa hidup tanda adanya sosialisasi yang dilakukan di dalam masyarakat. Sosialisasi merupakan dasar awal bagi setiap individu untuk menjalankan kehidupannya di dalam masyarakat. Nah, kali ini kita akan membahas mengenai pemikian para ahli mengenai tahap sosialisasi yang menjadi materi sosiologi kelas 10 SMA. Baca Juga: Faktor-Faktor Pembentuk Kepribadian Manusia Sosialisasi sendiri adalah sebuah proses belajar bagi seorang individu menjadi anggota masyarakat agar bisa berpartisipasi di dalam masyarakat itu sendiri. Agar tahap-tahap sosialisasi bisa berjalan maka perlu adanya proses sosialisasi yang dilakukan. Tahap-tahap sosial inilah yang membantu seorang individu agar bisa bersosialisasi di dalam kehidupan bermasyarakat. Yuk, kita simak pemikiran tahap sosialisasi menurut para ahli berikut ini! “Sosialisasi menjadi dasar bagi individu dalam melakukan kehidupannya di dalam masyarakat.” Page 2
Pemikiran Tahap Sosialisasi Berikut ini pemikiran mengenai tahap sosialisasi melalui sebuah proses sosial yang diutarakan oleh para ahli, di antaranya: 1. Pemikiran George Herbert Mead Menurut Mead, proses sosialisasi yang dilakukan oleh manusia melalui peran-peran yang dijalankan oleh individu, pemikirannya ini dikenal dengan Role Theory atau teori mengenai peranan. Melalui penguasaan peranan yang ada di dalam masyarakat maka seseorang bisa berinteraksi dengan orang lain sehingga tercipta tahap sosialisasi. Pengembangan diri manusia melalui interaksi dengan anggota masyarakat lainnya bisa berjalan secara bertahap melalui tahap-tahap sosialisi, yaitu: Baca Juga: Bentuk-Bentuk Sosialisasi dalam Masyarakat • Tahap Play Stage Tahap play stage atau tahap bermain ditandai dengan peran-peran yang dilakukan anak kecil yang menirukan peran-peran orang di sekitarnya, seperti orang tuanya. Hal ini bisa terjadi karena orang disekitarnya sering melakukan interaksi dengan anak sehingga anak bisa menirukan peran tersebut. Jadi, anak tersebut akan bermain dan menjalankan peran yang dilakukan orang dewasa tanpa memahami isi dari peran tersebut. Misalnya, anak yang berpura-pura menjadi doktek atau pilot tanpa mengetahui kenapa pilot berada di dalam pesawat. “Menurut George Herbert Mead, pengembangan diri manusia dilakukan melalui tahap sosialisasi.” Page 3
• Tahap Game Stage Tahap game stage atau atau permainan merupakan masa peniruan yang berganti dengan peran yang dilakukan secara langsung dengan penuh kesadaran. Selain itu, jumlah orang yang berinteraksi juga semakin banyak dan mulai bisa memahami peran yang harus dijalankan orang lain tersebut. Jadi, seorang anak mulai menyadari adanya norma-norma yang harus dipahami dengan baik yang berlaku di dalam keluarga dan juga masyarakat. Baca Juga: Mengenal Mekanisme Sosialisasi Politik dan Agen Sosialiasi Politik • Tahap Generalized Other Tahap generalized other atau penerimaan norma kolektif dilakukan seorang anak yang sudah dewasa dan mengambil peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat. Individu tersebut sudah mampu berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat karena sudah memahami perannya sendiri dan peran orang lain. Jadi, individu tersebut sudah memahami peranan yang dijalankan oleh orang tua, guru, dan lain sebagainya. Nah, dari pemikiran Mead ini, menggambarkan bahwa diri seseorang bisa terbentuk karena adanya interaksi dengan orang lain. Jika seorang individu tidak melakukan interaksi, maka individu tersebut akan sulit untuk tumbuh dan berkembang. “Pemikiran George Herbert Mead menjelaskan bahwa seorang individu akan bisa tumbuh dan berkembang karena adanya interaksi dengan orang lain.” Page 4
2. Pemikiran Charley Horton Cooley Pemikiran Cooley dikenal dengan nama Looking Glass-self atau cermin diri yang menekankan pada pentingnya peranan interaksi dalam sosialisasi. Jadi, seorang individu bisa berkembang melalui adanya interaksi yang dilakukan dengan orang lain. Dalam hal ini, seorang individu berkembang melalui tiga tahap sosialisasi, yaitu: • Persepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya. • Persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap penampilannya. • Seseorang memiliki perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya. Baca Juga: Pengertian Sosialisasi dan Cara-Cara Sosialisasi dalam Masyarakat Jadi, ada persepsi dari seorang individu mengenai pandangan orang lain kepada dirinya yang menjadi tolak ukur bagi individu tersebut. Misalnya, seorang anak yang merada pandai dan mendapat ranking di kelas bisa diminta oleh gurunya untuk mengikuti perlombaan. Hal ini terjadi karena adanya pandangan orang lain terhadap individu tersebut dikarenakan kecerdasannya. Nah, itulah tadi Adjarian pemikiran tahap sosialisasi menurut para ahli yang terbagi menurut George Herbert Mead dan Charley Horton Cooley. Sekarang, yuk, coba jawab soal di bawah ini!
Tonton juga video berikut ini, yuk! This Paper A short summary of this paper 25 Full PDFs related to this paper
April 09, 2020
Sosialisasi adalah sebuah proses yang dilalui individu untuk memperoleh nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat berperan secara efektif dalam masyarakat melalui cara berpikir, berperasaan dan berperilaku mengikuti norma-normal sosial untuk berpartisipasi sebagai anggota dalam kelompok masyarakatnya. Sosialisasi merupakan proses yang dialami individu dari masyarakatnya mencakup kebiasaan, sikap, norma, nilai-nilai, pengetahuan, harapan, ketrampilan yang dalam proses tersebut ada kontrol sosial yang kompleks sehingga anak terbentuk menjadi individu sosial dan dapat berperan sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakatnya. Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan, atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Melalui proses sosialisasi, individu-individu masyarakat belajar mengetahui dan memahami tingkah pekerti apakah yang harus dilakukan dan yang harus tidak dilakukan (terhadap dan sewaktu berhadapan dengan orang lain) di dalam masyarakat. Sosialisasi warga masyarakat menjadi saling mengetahui peranan masing-masing dan kemudian dapat bertingkah pekerti sesuai dengan peranan sosial sebagaimana yang diharapkan oleh norma-norma sosial yang ada. Sosialisasi mencakup pemeriksaan lingkungan kultural dan lingkungan sosial dari masyarakat yang bersangkutan, interaksi sosial dan tingkah laku sosial. Sosialisasi merupakan mata rantai paling penting di antara sistem-sistem sosial lainnya, karena dalam sosialisasi adanya keterlibatan individu-individu sampai dengan kelompok-kelompok dalam satu sistem untuk berpartisipasi. Berikut definisi dan pengertian sosialisasi dari beberapa sumber buku:
Masyarakat menuntut penguasaan diri pada anggota-anggotanya. Proses mendidik anak untuk menguasai diri ini dimulai pada waktu orang tua melatih anak untuk memelihara kebersihan dirinya. Ini merupakan tuntutan sosial pertama yang dialami anak untuk latihan penguasaan diri. Tuntutan penguasaan diri ini berkembang dari yang bersifat fisik ke penguasaan diri secara emosional. Anak harus belajar menahan kemarahannya terhadap orang tua atau saudara-saudaranya. Tuntutan sosial yang menuntut agar anak menguasai diri merupakan pelajaran yang berat bagi anak. Bersama-sama dengan proses berlatih penguasaan diri ini anak diajarkan nilai-nilai. Misalnya adalah melatih anak menguasai diri agar mau meminjamkan barang kepada temannya, maka di sini muncul suatu makna tentang arti dari kerja sama. Mempelajari peran-peran sosial ini terjadi melalui interaksi sosial dalam keluarga. Setelah dalam diri anak berkembang kesadaran diri sendiri yang membedakan dirinya dengan orang lain, dia mulai mempelajari peranan-peranan sosial yang sesuai dengan gambaran tentang dirinya. Sedangkan tujuan sosialisasi yang lain adalah sebagai berikut:
Sosialisasi primer adalah sosialisasi yang pertama dijalani oleh individu semasa kecil, dimana ia menjadi anggota masyarakat, dalam tahap ini proses sosialisasi primer membentuk kepribadian anak ke dalam dunia umum dan keluarga yang berperan sebagai agen sosialisasi. Sosialisasi primer berlangsung saat anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga, secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya. Peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting, sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya. Sosialisasi sekunder adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu yang telah disosialisasi ke dalam sektor baru dari dunia objektif masyarakatnya. Proses sosialisasi pada tahap ini mengarah pada terwujudnya sikap profesionalisme (dunia yang lebih khusus) dan dalam hal ini yang menjadi agen sosialisasi adalah lembaga pendidikan, peer group, lembaga pekerjaan, dan lingkungan yang lebih luas dari keluarga. Proses resosialisasi adalah pemberian suatu identitas diri yang baru kepada seseorang, sedangkan dalam proses desosialisasi seseorang mengalami pencabutan identitas diri yang lama. Adapun jenis sosialisasi yang lain adalah sebagai berikut:
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. Dalam tahap siap bertindak, peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan peran secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuan menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat, sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. kesadaran adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Lawan berinteraksi semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa, dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Individu dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya, dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadikan individu sebagai warga masyarakat dalam arti sepenuhnya. Menurut Nasution (1999), terdapat beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam sosialisasi, yaitu sebagai berikut: Kemampuan berbahasa dalam sosialisasi sangatlah penting, terutama kemampuan berbicara karena dengan mampu mengerti apa yang ingin disampaikan. Sehingga seseorang akan dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Salah satu contoh yang menyebabkan seseorang itu tidak mampu berbahasa dengan baik adalah orang yang cacat pada bibir sumbing. Orang yang cacat pada bibir sumbing akan sulit berbicara dengan orang lain, sehingga orang lain tidak mengerti apa yang ingin dia sampaikan. Contoh lain adalah orang yang kurang fasih menguasai bahasa. Misalkan orang yang datang dari negara Belanda ke Indonesia. Maka orang itu sulit berkomunikasi dengan warga Indonesia karena bahasa yang digunakan sudah berbeda, sehingga orang Indonesia tidak akan mengerti apa yang di katakan oleh orang belanda itu, begitu juga dengan orang belanda tidak mengerti apa yang dikatakan oleh orang Indonesia. Orang yang pandai bergaul dan bisa menempatkan dirinya akan mudah menjalankan proses sosialisasi. Sebaliknya, orang yang sulit berkomunikasi, bersikap kaku, kurang beretika akan cenderung menghambat sosialisasi. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti; perbedaan golongan, status, pendidikan, serta sosial ekonomi. Orang yang menganggap dirinya lebih tinggi sehingga orang tersebut tidak dapat bersosialisasi dengan baik. Contohnya: orang miskin akan merasa malu bila bergaul dengan orang kaya. Hal ini dapat menyebabkan kesenjangan sosial antara orang miskin dan orang kaya, sehingga orang kaya sering merendahkan orang miskin. Masyarakat yang terisolir biasanya hidup tersendiri dari masyarakat lainnya. Cenderung menutup diri dari masyarakat luar, sehingga mereka sulit untuk bersosialisasi. Mereka hanya bersosialisasi dengan masyarakat yang berada dalam satu perkampungan. Sehingga masyarakat itu tidak mengalami perkembangan yang berarti, baik dari segi pakaian, cara berpikir maupun tingkah laku. Dalam berkomunikasi terkadang kita mengalami kesulitan. Beberapa faktor yang menyebabkan kesulitan komunikasi, yaitu:
Seseorang dengan mudah melakukan sosialisasi dengan masyarakat luar, apabila tidak ada hambatan alam yang terjadi. Hambatan alam ini berupa bencana alam. Contohnya pasca gempa, masyarakat padang sulit berkomunikasi dengan masyarakat Jakarta, sehingga masyarakat padang yang berada di Jakarta tidak dapat berkomunikasi dengan keluarganya di padang. Daftar Pustaka
|