Jujur Menurut Imam Al-Ghazali Show BincangSyariah.Com – Dalam bahasa Arab, kata jujur semakna dengan as-sidqu atau siddiq yang berarti benar, nyata, atau berkata benar. Berikut adalah penjelasan tentang sifat jujur menurut Imam al-Ghazali: Secara istilah, jujur atau as-sidqu bermakna: pertama, kesesuaian antara ucapan dan perbuatan; kedua, kesesuaian antara informasi dan kenyataan; ketiga, ketegasan dan kemantapan hati; dan keempat, sesuatu yang baik yang tidak dicampuri kedustaan. Imam al-Ghazali menyatakan bahwa ada sifat-sifat jujur atau benar (siddiq) sebagai berikut: pertama, jujur dalam niat atau berkehendak, yaitu tiada dorongan bagi seseorang dalam segala tindakan dan gerakannya selain dorongan karena Allah Swt. Kedua, jujur dalam perkataan atau lisan yakni berita yang diterima dengan yang disampaikan sesuai. Setiap orang mesti mampu memelihara perkataannya. Ia tidak berkata kecuali dengan jujur. Barang siapa mampu menjaga lidah dengan cara selalu menyampaikan berita yang sesuai dengan fakta yang sebenarnya, maka ia termasuk jujur jenis yang kedua. Menempati janji termasuk jujur jenis kedua ini. Jujur dalam perbuatan atau amaliah adalah beramal dengan sungguh-sungguh. Sehingga, perbuatan żahirnya tidak menunjukkan sesuatu yang ada dalam batinnya dan menjadi tabiat untuk dirinya. Kejujuran adalah fondasi atas tegaknya nilai-nilai kebenaran. Sebab, jujur identik dengan kebenaran. Allah Swt. berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah Swt. dan ucapkanlah perkataan yang benar.” (Q.S. al-Ahzāb (33):70) Orang yang beriman perkataannya mesti sesuai dengan perbuatan. Sebab, ada dosa besar bagi orang-orang yang tidak mampu menyesuaikan perkataan dengan perbuatan, atau berbeda apa yang di lidah dan apa yang diperbuat. Allah Swt. berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apaapa yang tidak kamu kerjakan.” (Q.S. aś-Śaff (61):2-3) Terkait sifat jujur menurut Imam Al-Ghazali, maka bisa disimpulkan bahwa sifat jujur wajib dimiliki oleh setiap Nabi dan Rasul. Artinya, orang-orang yang selalu istiqamah atau konsisten mempertahankan kejujuran, sesungguhnya memiliki separuh dari sifat kenabian. Jujur adalah sikap tulus dalam melaksanakan sesuatu yang diamanatkan, baik berupa harta atau tanggung jawab. Orang yang melaksanakan amanat disebut sebagai al-Amin, yaitu orang yang terpercaya, jujur, dan setia. Mengapa dinamakan demikian? Sebab, segala sesuatu yang diamanatkan kepadanya menjadi aman dan terjamin dari segala bentuk gangguan, baik yang datang dari dirinya sendiri ataupun dari orang lain. Sifat jujur dan terpercaya adalah hal paling penting dalam segala aspek kehidupan, seperti dalam kehidupan rumah tangga, perniagaan, perusahaan, dan hidup bermasyarakat. Salah satu faktor yang menyebabkan Nabi Muhammad Saw. berhasil membangun masyarakat Islam adalah karena adanya sifat-sifat dan akhlaknya yang sangat terpuji. Salah satu sifat Nabi Muhammad Saw. yang menonjol adalah kejujurannya. Sejak kecil sampai akhir hayatnya, Rasulullah selalu bersikap jujur. Sehingga, ia pun mendapat gelar al-Amin dengan makna orang yang dapat dipercaya atau jujur. Kejujuran mampu mengantarkan seseorang untuk mendapat cinta kasih dan keridhaan Allah Swt. Kebohongan adalah kejahatan tiada tara sebab bisa menjadi faktor terkuat yang mendorong seseorang berbuat kemunkaran dan menjerumuskannya ke jurang neraka. Kejujuran mestinya bisa menjadi sumber keberhasilan, kebahagian, serta ketenteraman yang mesti dimiliki oleh setiap Muslim. Seorang Muslim wajib menanamkan nilai kejujuran dan mengajarkannya pada anak-anak sejak dini hingga pada akhirnya mereka menjadi generasi yang mampu meraih sukses dalam mengarungi kehidupan. Demikian penjelasan tentang tiga sifat jujur menurut Imam Al-Ghazali. Semoga bermanfaat.[] (Baca: Konsep Mengenali Diri Menurut Imam al-Ghazali) tirto.id - Perilaku jujur merupakan salah satu sifat yang wajib dimiliki oleh setiap orang dan perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan sekitar. Nilai kejujuran wajib ditanamkan sejak dini pada anak-anak, karena hal ini akan membawa pengaruh hingga usianya dewasa.
Arti Kejujuran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kejujuran berasal dari kata “jujur" yang berimbuhan ke- dan -an, dan mempunyai arti lurus hati, tidak berbohong, tidak curang dan tulus atau ikhlas. Dalam bahasa Arab, kata jujur semakna dengan aś-śidqu atau śiddiq yang artinya benar, nyata, atau berkata benar. Lawan kata ini adalah dusta, atau dalam bahasa Arab al-kalibu. Secara istilah, jujur atau aś-śidqu bermakna: 1. kesesuaian antara ucapan dan perbuatan; 2. kesesuaian antara informasi dan kenyataan; 3. ketegasan dan kemantapan hati; dan 4. sesuatu yang baik yang tidak dicampuri kedustaan. Sementara menurut Imam Ghazali, jujur dalam niat atau berkehendak, yaitu tiada dorongan bagi seseorang dalam segala tindakan dan gerakannya selain dorongan karena Allah SWT. 1. Jujur dalam perkataan atau lisan, yaitu sesuainya berita yang diterima dengan yang disampaikan. Setiap orang harus dapat memelihara perkataannya. Ia tidak berkata kecuali dengan jujur. Barangsiapa yang menjaga lidahnya dengan cara selalu menyampaikan berita yang sesuai dengan fakta yang sebenarnya, ia termasuk jujur jenis ini. Menepati janji termasuk jujur jenis ini. 2. Jujur dalam perbuatan/amaliah, yaitu beramal dengan sungguh sehingga perbuatan akhirnya tidak menunjukkan sesuatu yang ada dalam batinnya dan menjadi tabiat bagi dirinya. Kejujuran merupakan fondasi atas tegaknya suatu nilai-nilai kebenaran karena jujur identik dengan kebenaran.
Baca juga: Iman kepada Qada dan Qadar: Pengertian & Maknanya Menurut Islam
Ayat Al-Quran tentang Jujur
Kejujuran merupakan satu perbuatan yang mulia dan agama Islam menganjurkan agar kita senantiasa berperilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari. Ada banyak ayat Al-Quran yang menyebutkan tentang perilaku jujur, berikut di antaranya: 1. يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوۡلُوۡا قَوۡلًا سَدِيۡدًا Yaaa ayyuhal laziina aamanut taqul laaha wa quuluu qawlan sadiidaa Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar. (QS. Al-Ahzab: 70) 2. يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا كُوۡنُوۡا قَوَّا امِيۡنَ لِلّٰهِ شُهَدَآءَ بِالۡقِسۡطِ ۖ وَلَا يَجۡرِمَنَّكُمۡ شَنَاٰنُ قَوۡمٍ عَلٰٓى اَ لَّا تَعۡدِلُوۡا ؕ اِعۡدِلُوۡا هُوَ اَقۡرَبُ لِلتَّقۡوٰى وَاتَّقُوا اللّٰهَ ؕ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيۡرٌۢ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ Yaaa ayyuhal laziina aamaanuu kuunuu qawwaa miina lillaahi shuhadaaa'a bilqist, wa laa yajrimannakum shana aanu qawmin 'alaaa allaa ta'diluu; i'diluu; huwa aqrabu littaqwaa wattaqul laah; innal laaha khabiirum bimaa ta'maluun Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Maidah: 8) 3. وَالَّذِىۡ جَآءَ بِالصِّدۡقِ وَصَدَّقَ بِهٖۤ اُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الۡمُتَّقُوۡنَ Wallazii jaaa'a bissidqi wa saddaqa bihiii ulaaa'ika humul muttaquun Artinya: Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan orang yang membenarkannya, mereka itulah orang yang bertakwa. (QS. Az-Zumar: 33) 4. وَاِمَّا تَخَافَنَّ مِنۡ قَوۡمٍ خِيَانَةً فَانْۢبِذۡ اِلَيۡهِمۡ عَلٰى سَوَآءٍ ؕ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الۡخَآٮِٕنِيۡنَ Wa immaa takhaafana min qawmin khiyaanatan fambiz ilaihim 'alaa sawaaa'; innal laaha laayuhibbul khaaa'iniin Artinya: Dan jika engkau (Muhammad) khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berkhianat. (QS. Al-Anfal: 58). 5. وَلَقَدۡ فَتَـنَّا الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِهِمۡ فَلَيَـعۡلَمَنَّ اللّٰهُ الَّذِيۡنَ صَدَقُوۡا وَلَيَعۡلَمَنَّ الۡكٰذِبِيۡنَ Wa laqad fatannal laziina min qablihim fala ya'lamannal laahul laziina sadaquu wa la ya'lamannal kaazibiin Artinya: Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta. (QS. Al-Ankabut: 3)
Cara Menumbuhkan Sifat Jujur
Cara sederhana untuk memupuk sifat jujur dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
Baca juga: Tingkat Kejujuran: Indonesia di Jajaran Bawah, Unggul dari Malaysia
Contoh Perilaku Jujur
Ada beberapa hal yang menjadi indikator untuk seseorang selalu berperilaku jujur, yaitu:
Baca juga:
Baca juga
artikel terkait
AGAMA ISLAM
atau
tulisan menarik lainnya
Dhita Koesno
Subscribe for updates Unsubscribe from updates
|