Bahan pewarna buatan memiliki keindahan baik dibandingkan bahan pewarna alami salah satunya adalah

Belakang ini sering diberitakan banyaknya pedagang nakal yang menggunakan pewarna tekstil dijadikan sebagai pewarna makanan. Tentu saja hal semacam ini sangat menghawatirkan dan menimbulkan kecemasan bagi para konsumen. Namun tidak semua pewarna buatan berbahaya, bila takaran pemakaiannya tidak berlebihan. Berikut ini ulasan tentang perbedaan pewarna alami dan buatan semoga bermanfaat!

Pewarna Alami

Pewarna alami adalah pewarna yang dapat diperoleh dari alam, misalnya dari tumbuhan dan hewan. Banyak sekali bahan-bahan di sekitarmu yang dapat dipakai sebagai pewarna alami. Daun suji dan daun pandan dipakai sebagai pewarna hijau pada makanan. Selain memberi warna hijau, daun pandan

juga memberi aroma harum pada makanan. Kakao sering digunakan untuk memberikan warna cokelat pada makanan.

Keunggulan Pewarna Alami

Pewarna alami mempunyai keunggulan, yaitu :

  • umumnya lebih sehat untuk dikonsumsi dari pada pewarna buatan.

Kelemahan Pewarna Alami

Meskipun pewarna alami lebih sehat untuk dikonsumsi oleh manusia namun, pewarna makanan alami memiliki beberapa kelemahan, yaitu :

  • cenderung memberikan rasa dan aroma khas yang tidak diinginkan,
  • warnanya mudah rusak karena pemanasan,
  • warnanya kurang kuat (pucat),
  • macam warnanya terbatas.

Pewarna Buatan

Saat ini, sebagian besar orang lebih senang menggunakan pewarna buatan untuk membuat aneka makanan yang berwarna.

Keunggulan Pewarna Buatan

Bahan pewarna buatan dipilih karena memiliki beberapa keunggulan dibanding pewarna alami, antara lain adalah :

  • harganya murah,
  • praktis dalam penggunaan,
  • warnanya lebih kuat,
  • macam warnanya lebih banyak,
  • warnanya tidak rusak karena pemanasan.

Penggunaan bahan pewarna buatan untuk makanan harus melalui pengujian yang ketat untuk kesehatan konsumen. Pewarna yang telah melalui pengujian keamanan dan yang diijinkan pemakaiannya untuk makanan dinamakan permitted colour atau certified colour. Penggunaan pewarna buatan secara aman sudah begitu luas digunakan masyarakat sebagai bahan pewarna dalam produk makanan.

Kelemahan Pewarna Buatan

  • Di masyarakat masih sering ditemukan penggunaan bahan pewarna buatan yang tidak sesuai dengan peruntukannya.

Contoh penggunaan pewarna sintetis yang tidak sesuai peruntukannya adalah penggunaan pewarna tekstil untuk makanan yang dapat membahayakan kesehatan konsumen. Pewarna tekstil dan pewarna cat tidak boleh digunakan sebagai pewarna makanan karena pewarna cat dan tekstil biasanya mengandung logam-logam berat, seperti arsen, timbal, dan raksa yang bersifat racun bagi tubuh konsumennya.

tirto.id - Jenis pewarna tekstil terdiri dari dua macam, yaitu jenis pewarna alami dan buatan (sintetis). Pewarnaan bahan tekstil bertujuan untuk menghias produk kerajinan tekstil agar tampak menarik.

Jika produk itu akan dijual, pewarnaan tekstil berguna agar kerajinan itu diminati pembeli dan laku di pasaran.

Kerajinan tekstil sendiri adalah bahan yang berasal dari serat, diolah menjadi benang, kemudian dirajut atau ditenun menjadi kain. Biasanya, ia digunakan untuk pembuatan busana atau berbagai produk kerajinan tekstil lainnya

Salah satu kerajinan tekstil populer dan menjadi kebanggan bangsa Indonesia adalah produk kain batik yang sudah punya pasar internasional di mancanegara.

Selanjutnya, pembuatan kerajinan tekstil harus menyesuaikan dengan bahan-bahannya. Ragam jenis bahan tekstil dapat diketahui melalui perbedaan benang dan permukaan teksturnya. Benang yang berasal dari alam dan bahan buatan tentunya memiliki karakteristik yang berbeda pula.

Baca juga:

  • Rangkuman Kerajinan Tekstil: Fungsi, Jenis, Prinsip, Karakteristik
  • Mengenal Teknik Membuat Kerajinan dari Limbah Tekstil dan Contohnya

Jenis-Jenis Bahan Tekstil

Berikut merupakan jenis-jenis bahan tekstil dengan sifat yang berbeda-beda, dilansir laman Kemdikbud:

  1. Katun terbuat dari kapas, memiliki sifat menyerap air, mudah kusut, lentur, dan dapat disetrika dalam temperatur panas tinggi.
  2. Wol terbuat dari bulu domba, memiliki sifat sangat lentur, tidak mudah kusut, dapat menahan panas, dan apabila dipanaskan menjadi lebih lunak.
  3. Sutra terbuat dari kepompong ulat sutra, memiliki sifat lembut, licin, mengkilap, lentur, dan kuat. Bahan sutra banyak menyerap air dan memiliki rasa sejuk apabila digunakan.
  4. Bahan sintetis atau buatan berasal dari polyester dan nilon yang memiliki sifat tidak tahan panas, tidak mudah kusut, tidak perlu disetrika, kuat, dan jika dicuci cepat kering.

Jenis-Jenis Pewarna Tekstil Alami dan Buatan

Salah satu unsur yang menjadikan keindahan tekstil adalah unsur warna. Teknik pewarnaan pada ragam tekstil yang tidak monoton dapat membuat produk kerajinan tekstil lebih menarik dan variatif.

Bahan tekstil dapat diberi warna, baik dari bahan pewarna alami maupun buatan. Masing-masing bahan pewarna ini memiliki sifat dan jenis yang berbeda-beda.

1. Jenis Pewarna Tekstil Alami

Pewarna alami tekstil berasal dari ekstrak akar-akaran, daun, buah, kulit kayu, dan kayu, sedangkan pewarna buatan terbuat dari bahan kimia.

Dalam buku Seni Rupa (2020) yang ditulis Kirno Widarso, dijelaskan macam-macam bahan pewarna pada tekstil, baik yang alami maupun buatan. Adapun bahan pewarna alami adalah sebagai berikut:

a. Kunyit (Curcuma Domestica)

Kunyit merupakan pewarna alami yang menghasilkan warna kuning. Proses pembuatannya dengan cara diparut, kemudian diperas untuk menghasilkan cairan berwarna kuning.

b. Kayu Tinggi (Saga)

Kayu tinggi menghasilkan warna merah dan hitam. Caranya adalah dengan mengolah kulit kayu dan getahnya.

c. Kesumba

Kesumba menghasilkan warna merah atau kuning dengan cara mengolah bijinya.

d. Tarum atau Tom (Indigofera Tinctoria)

Tarum menghasilkan warna biru dengan cara merendam daunnya. Air rendaman itu dapat digunakan sebagai bahan pewarna tekstil.

e. Pinang (Areca Catechu)

Pinang yang sudah tua mampu menghasilkan warna alami dengan mengolah bijinya

f. Suji (Dracaena Angustifolia)

Suji dapat menghasilkan warna hijau melalui proses pengolahan dengan cara ditumbuk.

g. Kulit Manggis (Garcinia Mangostana)

Warna yang dihasilkan dari kulit manggis adalah merah, biru, dan ungu. Cara adalah dengan menumbuk halus kulit manggis hingga menjadi bubuk, lalu direndam dengan etanol dan dikeringkan.

h. Akar Mengkudu (Morinda Citrifolia)

Warna yang dihasilkan akar Mengkudu adalah merah kecoklatan. Cara pembuatannya adalah dengan merendam dan menumbuk akarnya.

i. Getah Gambir

Warna yang dihasilkan getah gambir adalah warna kecoklatan dan merah tua. Cara memperolehnya adalah dengan mengeringkan getah gambir dari ekstrak perasan daun dan tumbuhannya.

j. Daun Jati (Tectona Grandis)

Warna yang dihasilkan daun jati adalah merah kecoklatan. Cara memprosesnya adalah dengan menumbuk daun jati muda untuk diambil getahnya.

k. Angsana

Warna yang dihasilkan oleh kayu angsana adalah warna merah. Selain itu, daunnya juga dapat menghasilkan warna coklat.

l. Tanaman Jarak

Warna yang dihasilkan dari tanaman jarak adalah warna hijau yang diambil dari daunnya.

Baca juga:

  • Pengusaha Tekstil Khawatir 2021 Indonesia Jadi Net Importir Garmen
  • Babak Belur Industri Tekstil: Ekspor & Penjualan Terganjal Corona
  • Corona dan Produk Impor, Kombinasi Suntik Mati Industri Tekstil RI

2. Jenis Pewarna Tekstil Buatan

Selain pewarna alami yang telah dijelaskan di atas, berikut ini adalah berbagai jenis pewarna sintetis atau buatan.

a. Napthol

Zat warna napthol berasal dari napthol sebagai komponen dasar dan garam diazonium atau garam napthol sebagai komponen tambahan. Pewarna ini digunakan dengan teknik celup.

b. Indigosol

Zat warna indigosol memiliki ciri tidak mudah luntur. Warnanya merata dan cerah.

Proses pewarnaannya bisa dengan dicelup atau dicolet. Warna akan muncul setelah ditambahkan natrium nitrit atau asam sulfat.

c. Warna Rapit

Zat warna rapit yang digunakan untuk coletan biasanya adalah jenis rapit fast. Zat warna rapit merupakan komponen campuran dari warna napthol dan garam diazonium yang distabilkan. Rapit yang banyak dipakai adalah warna merah.

d. Zat Warna Pigmen

Zat warna pigmen merupakan unsur pengikat yang membantu menguatkan zat warna dengan serat. Zat warna pigmen biasanya digunakan untuk cetak saring dan kurang cocok digunakan pada teknik celup.

e. Cat Tekstil

Cat tekstil berbahan dasar air. Cat ini khusus digunakan untuk melukis di atas kain. Misalnya, melukis tas kain, t-shirt, hingga sepatu kain.

Setelah cat kering, kain yang diwarnai harus disetrika. Dalam proses penyetrikaan, harus ada lapisan di atas kain. Jadi, setrika tidak langsung mengenai cat.

f. Cat Akrilik

Cat akrilik biasa dipakai untuk melukis. Bahan dasarnya adalah plastik polietilen sehingga cepat mengeras dan cepat kering. Penggunaannya biasanya dicampur dengan air.

Baca juga:

  • Kemenperin Minta Seluruh Industri Tekstil Ikut Produksi APD
  • Kasus Corona: Masker Gratis Pengusaha Tekstil Terganjal Sertifikasi

Baca juga artikel terkait KERAJINAN TEKSTIL atau tulisan menarik lainnya Nirmala Eka Maharani
(tirto.id - nem/hdi)


Penulis: Nirmala Eka Maharani
Editor: Abdul Hadi
Kontributor: Nirmala Eka Maharani

Subscribe for updates Unsubscribe from updates