28 Sep 2021, 16:58 WIB - Oleh: Show
Bisnis.com, JAKARTA - Gerakan 30 September 1965 (G30S PKI) memiliki pengaruh bagi perkembangan gerak sejarah masyarakat Indonesia sampai saat ini. Pembantaian terhadap jutaan manusia, dengan alasan membasmi komunisme, mulai berlangsung setelah G30S PKI. Tak hanya itu, kejadian tersebut ikut berdampak pada kehidupan ekonomi, politik, dan kemanusiaan. Meletusnya G30S PKI akibat Sukarno semakin pro PKI. Sukarno melakukan langkah politik pembelaan terhadap PKI, melalui penghukuman terhadap para perwira AD, yang membekukan cabang-cabang PKI pada 1960 (Roosa, 2008: 297). Pelarangan terhadap Partai Murba yang anti PKI dan pelarangan terbit terhadap berbagai surat kabar yang anti PKI adalah beberapa contoh keberpihakan Soekarno terhadap PKI (Ricklefs, 2001: 336). Akan tetapi pihak TNI sadar bahwa usaha penggulingan Sukarno secara terang-terangan adalah sia-sia karena popularitas Soekarno yang tinggi di mata rakyat (Roosa, 2008: 300). Awalnya, PKI mendukung sikap nasionalis militan Soekarno dengan konsisten. Soekarno mulai terlihat dekat dengan PKI sejak 1959. Dengan dukungan PKI yang memiliki kekuatan massa yang cukup besar, Sukarno memiliki posisi tawar yang cukup kuat di hadapan TNI (militer) (Mortimer, 2006: 79). TNI mengambil langkah terang-terangan membasmi PKI dipimpin oleh Jenderal Angkatan Darat, Suharto. Pada pukul 18.00 WIB, tanggal 1 Oktober 1965, Soeharto dan pasukannya telah berhasil merebut Lapangan Merdeka dan RRI. Melalui RRI, Soeharto mengumumkan bahwa G30S PKI adalah sebuah gerakan kontra revolusioner (Roosa, 2008: 317). Gerakan ini dilanjutkan dengan pembasmian PKI. Pada tanggal 7 Oktober 1965, rumah-rumah para anggota PKI dan sekretariat-sekretariat milik PKI dibakar dan dihancurkan oleh kelompok-kelompok Islam antikomunis. Kejadian inilah yang kemudian menginspirasi pembasmian golongan komunis di seluruh Indonesia. Pembasmian PKI tersebut, juga diiringi dengan penyebaran propaganda hitam terhadap PKI. Propaganda hitam yang manipulatif itu menyatakan bahwa organisasi yang berafiliasi dengan PKI, yaitu Pemuda Rakyat, dengan Gerwani (Gerakan Wanita Indonesia), melakukan penyiksaan dan pembunuhan brutal terhadap para perwira Angkatan Darat di Lubang Buaya (Mortimer, 2006: 389). Melalui Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar), AD di bawah pimpinan Suharto resmi mengambil alih kekuasaan dari tangan Presiden Sukarno. Berbekal Supersemar ini juga Soeharto membubarkan PKI, dengan surat Keputusan Presiden No.1/3/1966 tanggal 12 Maret 1966. Surat keputusan presiden itu ditandatangani sendiri oleh Suharto. Pengambilalihan kekuasaan oleh Angkatan Darat di bawah kepemimpinan Soeharto terhadap Soekarno, adalah sebuah kudeta yang bersifat perlahan, atau kudeta merangkak (Wardaya, 2007: 111-112). Kehidupan politik Indonesia pasca pengambilalihan kekuasaan oleh Suharto berubah drastis. Soeharto dan militer berkuasa penuh tanpa ada pihak yang menandingi selayaknya pada masa pemerintahan Soekarno. Kekuasaan pada masa Orde Baru terpusat pada Suharto dan orang-orang militer yang merupakan lingkaran inti Suharto (Ricklefs, 2001: 356). Golongan Karya (Golkar) adalah kendaraan politik Soeharto dan militer untuk mendominasi perpolitikan Indonesia melalui pemilihan umum (Ricklefs, 2001: 360). Bidang ekonomi di Indonesia menjadi sebuah negara yang terbuka pada modal asing. Dasar hukum dari keterbukaan ini adalah Undang-Undang tahun 1967, tentang penanaman modal asing, Undang-undang No. 6 tahun 1968, tentang penanaman modal dalam negeri, dan Undang-undang No. 11 tentang pertambangan. Ketiga undang-undang ini disahkan oleh Suharto bahkan sebelum ia resmi menjabat sebagai presiden Republik Indonesia (Yuriandi, 2010: 3). Keterbukaan pada modal asing ini menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi tidak mandiri dan sumber daya alam Indonesia bisa dieksploitasi oleh kapitalisme internasional dengan leluasa (Caldwell & Utrecht, 2011: 291). Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini : pki, g30s/pki Simak Video Pilihan di Bawah Ini :
You're Reading a Free Preview Peristiwa Gerakan 30 September atau yang sering disebut dengan G30S/PKI 1965 yang sudah terjadi di Indonesia menimbulkan banyak dampak negatif bagi kehidupan sosial dan juga polemik pada masyarakat Indonesia, seperti yang kita ketahui bahwa Gerakan 30 September atau G30S/PKI 1965 ingin melakukan kudeta terhadap Pemerintahan Indonesia serta merubah ideologi negara Indonesia, yaitu Pancasila dengan paham komunis. Dampak sosial politik yang dirasakan bangsa Indonesia dengan adanya G30S/PKI 1965 antara lain kondisi politik Indonesia yang semakin tidak stabil dikarenakan muncul pertentangan didalam lembaga tinggi negara, sikap pemerintah yang belum bisa untuk mengambil keputusan untuk dapat membubarkan PKI, munculnya aksi demonstrasi yang dilakukan secara besar-besaran untuk menuntut agar PKI beserta ormas-ormasnya dibubarkan. Atau yang sering dikenal dengan istilah Tritura atau sering disebut juga Tiga Tuntutan Rakyat. Dampak yang dirasakan dengan adanya G30S/PKI 1965 antara lain memudarnya wibawa Presiden Soekarno di mata masyarakat, renggangnya hubungan antara pemerintah Indonesia dengan Cina, PKI sebagai kekuatan politik telah hancur karena tidak mendapat kepercayaan lagi di masyarakat. Jadi, jawaban yang tepat adalah A.
Dampak G30S/PKI – Peristiwa, Sosial, Politik, Ekonomi & Pengaruh – Terjadinya peristiwa G30 S/PKI 1965 di Indonesia telah memberikan dampak negative dalam kehidupan sosial dan politik masyarakat, G30S/PKI yang telah kita ketahui yang ingin mengkudeta pemerintahan Indonesia dan mengganti ideology negara yakni pancasila menjadi komunis, yang sangat ditentang oleh rakyat Indonesia. Gerakan 30 September 1965/PKISetelah pemberontakan PKI Madiun berhasil ditumpas, PKI ternyata tetap bergerak di bawah tanah. PKI muncul kembali pada tahun 1950 dalam kehidupan politik Indonesiadan ikut serta dalam pemilu I tahun 1955. Sebab-sebab Munculnya G30S/PKI
Baca Juga: Pancasila Sebagai Sistem Filsafat Gerakan G30S/PKI
Penumpasan G30S/PKI
Baca Juga: Pengertian Prasasti Menurut Ahli Sejarah Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
Penumpasan G30S/PKI di Jawa Tengah dan Yogyakarta
Didalam memuluskan tujuannya mereka melakukan apa saja termasuk dengan membunuh para TNI AD dan merenggut banyak nyawa serta melakukan berbagai pemberontakan di berbagai wilayah di Indonesia tetapi hal tersebut dapat ditumpas dan PKI di hanguskan. Dalam hal itu PKI membawa berbagai dampak Negatif dalam kehidupan sosial dan politik seperti berikut ini. Baca Juga: Sejarah Sumpah Pemuda Dampak Peristiwa G30 S/PKI 1965Terjadinya peristiwa G30 S/PKI 1965 di Indonesia telah memberikan dampak negatif dalam kehidupan sosial dan politik masyarakat Indonesia yaitu : Dampak Sosial-Politik Peristiwa G30S/PKI Terhadap Masyarakat IndonesiaSetelah peristiwa G30S/PKI berakhir, kondisi politik Indonesia masih belum stabil. Situasi Nasional sangat menyedihkan, kehidupan ideologi nasional belum mapan. Sementara itu, kondisi politik juga belum stabil karena sering terjadi konflik antar partai politik. Demokrasi Terpimpin justru mengarah ke sistem pemerintahan diktator. Presiden Soekarno menyalahkan orang – orang yang terlibat dalam perbuatan keji yang berakhir dengan gugurnya Pahlawan Revolusi serta korban – korban lainnya yang tidak berdosa. Namun Presiden Soekarno menyatakan gerakan semacam G30S/PKI dapat saja terajdi dalam suatu revolusi. Sikap Soekarno ini diartikan lain oleh masyarakat, mereka menganggap Soekarno membela PKI. Akibatnya, popularitas dan kewibawaan Presiden menurun di mata Rakyat Indonesia. Demonstrasi besar – besaran terjadi pada tanggal 10 januari 1966. Para demonstran ini mengajukan tiga tuntutan yang terkenal dengan sebutan TRITURA ( Tri Tuntutan Rakyat ), meliputi sebagai berikut : Baca Juga: Pengertian Epigrafi
Tindakan Pemerintah lainnya adalah mengadakan reshuffle ( perombakan ) Kabinet Dwikora. Pembaharuan Kabinet Dwikora terjadi tanggal 21 Februari 1966 dan kemudian disebut dengan Kabinet Dwikora Yang Disempurnakan. Mengingat jumlah anggota mencapai hampir seratus orang, maka kabinet itu sering disebut dengan Kabinet Seratus Menteri. Menjelang pelantikan Kabinet Seratus Menteri pada tanggal 24 Februari 1966, KAMI melakukan aksi serentak. Dalam demonstrasi itu gugur seorang mahasiswa Universitas Indonesia, Arief Rahman Hakim.
Di Istana Bogor ketiga perwira tinggi itu mengadakan pembicaraan langsung dengan Presiden yang didampingi oleh Dr. Subandrio, Dr. J. Leimena dan Dr. Chaerul Saleh. Sesuai dengan kesimpulan pembicaraan, maka ketuga perwira TNI – AD itu bersama dengan Komandan Resimen Cakrabirawa, Brigjen Sabur diperintahkan membuat konsep surat perintah kepada Letjen Soeharto yang kemudian Surat Perintah itu lebih dikenal dengan sebutan Surat Perintah 11 Maret ( Supersemar ). Isi pokoknya adalah memerintahkan kepada Letjen Soeharto atas nama Presiden untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan ketertiban serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya revolusi serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan presiden. Baca Juga: Lambang ASEAN dan Artinya Dampak Politik
Baca Juga: Romusha Adalah Dampak EkonomiUntuk dibidang Ekonomi, terjadinya Peristiwa G30 S/PKI telah menyebabkan akibat yang berupa inflasi yang tinggi yang diikuti oleh kenaikan harga barang, bahkan melebihi 600 persen setahun untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah mengeluarkan dua kebijakan ekonomi yaitu :
Dampak Negatif dan Positif G 30 S-PKI
Baca Juga: Perang Puputan Margarana Demikianlah pembahasan mengenai Dampak G30S PKI – Peristiwa, Sosial, Politik, Ekonomi & Pengaruh semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan anda semua, terima kasih banyak atas kunjungannya. 🙂 🙂 🙂 |