Bagaimana cara pengobatan pada penyakit penyakit sistem ekskresi

Bagaimana cara pengobatan pada penyakit penyakit sistem ekskresi

Squad! Kamu suka minum air putih, kan? Hayo, dalam sehari kamu bisa minum berapa gelas air putih? Minum air putih itu sangat baik untuk kesehatan, lho. Pasti kamu sudah sering dengar pernyataan bahwa kekurangan minum air putih itu bisa menyebabkan gangguan pada sistem ekskresi? Ternyata gangguan pada sistem ekskresi tidak hanya disebabkan oleh kurang minum air putih saja, lho. Apa saja ya macam-macam gangguan pada sistem ekskresi? Kuy, disimak! 

Oh iya Squad, gangguan pada sistem ekskresi itu bisa dibedakan menjadi 2, yaitu gangguan sistem urinaria dan gangguan hati. Kita bahas satu persatu, ya!

Gangguan Sistem Urinaria

Ada 6 jenis gangguan sistem urinaria. Keempat gangguan tersebut adalah albuminuria, batu ginjal, diabetes mellitus, diabetes insipidus, uremia, dan nefritis. Apa saja sih, bedanya? Yang dimaksud dengan Albuminuria adalah penyakit yang terjadi akibat ginjal tidak dapat melakukan penyaringan protein (albumin). Protein (albumin) yang tidak dapat disaring tersebut akan keluar bersama urin. Penyakit ini disebabkan oleh kerusakan pada glomerulus.

Kamu sudah sering dengar penyakit Batu Ginjal atau kencing batu? Batu ginjal atau kencing batu adalah penyakit karena adanya pengendapan pada rongga ginjal atau kandung kemih. Endapan bisa berupa senyawa kalsium dan penumpukan asam urat, kelainan metabolisme. Selain itu, ketika kamu sering menahan buang air kecil dan kurang minum, batu ginjal juga bisa terbentuk.

Selain kedua penyakit di atas, Diabetes mellitus (kencing manis) juga merupakan kelainan pada sistem ekskresi. Diabetes mellitus adalah penyakit yang terjadi karena terdapat glukosa dalam urin. Kondisi ini terjadi karena adanya penurunan produksi insulin yang dihasilkan oleh pankreas. Menurunnya hormon insulin menyebabkan terganggunya proses perombakan glukosa menjadi glikogen dan reabsorpsi glukosa dalam glomerulus.

Selain diabetes mellitus, ada juga yang namanya Diabetes insipidus. Diabetes jenis ini disebabkan oleh kurangnya hormon ADH (antidiuretic hormone) sehingga ekskresi urin meningkat. Pada umumnya urin yang diekskresikan berjumlah antara 4-6 liter perhari, tetapi penderita diabetes jenis ini dapat mencapai 12-15 liter setiap hari, tergantung dari jumlah air yang diminum. Penderita disarankan banyak minum agar tidak terjadi dehidrasi.

Kamu pernah dengar istilah uremia dan nefritis? Uremia adalah keadaan toksik dalam darah karena mengandung banyak urea. Hal ini terjadi karena adanya kegagalan fungsi ginjal dalam proses pembuangan urea keluar tubuh. Sedangkan nefritis adalah radang nefron pada ginjal yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan peredaran darah hingga ginjal.

Gangguan Hati

Gangguan hati yang pertama disebut dengan Sirosis hati (cirrhosia). Sirosis hati adalah kondisi berubahnya sel- sel hati menjadi jaringan ikat fibrosa, sehingga sel-sel hati itu kehilangan fungsinya. Sirosis dapat disebabkan oleh minuman keras. Makanya, kamu jangan minum minuman keras, ya! 

Gangguan hati yang kedua adalah Hemokromatosis. Yang dimaksud dengan hemokromatosis adalah kelainan secara genetik yang menyebabkan tubuh banyak menyerap zat besi dari makanan. Akibatnya, zat besi banyak tersimpan di dalam organ-organ tertentu, seperti hati, jantung dan pankreas.

Squad, semoga setelah membaca artikel tentang gangguan pada sistem ekskresi, kamu jadi lebih semangat untuk terus menjaga kesehatan, ya! Eh tapi jangan lupa, kamu juga harus tetap semangat belajarnya, dong! Yuk belajar pakai Ruangguru On-The-Go! supaya semangatnya nambah. Ya gimana nggak nambah, kamu bisa nonton video belajarnya bebas kuota, lho!  Kuy, dapatkan sekarang!

Bagaimana cara pengobatan pada penyakit penyakit sistem ekskresi

Referensi:

Irnaningtyas, Istiadi Y. (2016). Biologi untuk SMA/MA Kelas XI Kurikulum 2013 yang Disempurnakan Edisi Revisi. Erlangga: Jakarta.

Artikel ini diperbarui pada 18 Desember 2020.

tirto.id - Sistem ekskresi manusia adalah proses metabolisme tubuh yang menghasilkan zat-zat sampah, seperti karbondioksida, amonia, urea, asam urat, atau bahkan air. Disebut sebagai zat-zat sampah karena akan berbahaya apabila dibiarkan ada di dalam tubuh.

Untuk itu, zat-zat sampah harus dikeluarkan mulai dari sel, ke jaringan, kemudian tubuh. Proses pengeluaran zat-zat tersebut disebut dengan ekskresi.

Melansir dari modul berjudul Mata Pelajaran Biologi Sekolah Menengah Atas (SMA), keseimbangan cairan setelah pengeluaran air bersama zat-zat sampah dalam sistem ekskresi harus diatur melalui osmoregulasi.

Osmoregulasi merupakan kemampuan makhluk hidup mengontrol kelebihan atau kekurangan air berikut zat-zat terlarut di dalam cairan tubuhnya.

Sehingga, osmoregulasi berperan penting dalam setiap proses transfer zat antar sel yang menggunakan air sebagai pelarut. Transfer zat tersebut terjadi dalam proses ekskresi.

Proses ekskresi meliputi beberapa organ tubuh yang merupakan sistem pembuangan sisa metabolisme tubuh. Organ tersebut yaitu, ginjal, hati, kulit, dan, alat pernapasan.

Organ-organ Ekskresi

1. Ginjal (Ren)

Mengutip dari modul berjudul Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olah Raga, Dan Kesehatan Sekolah Menengah Pertama (SMP), bentuk dari ginjal manusia mirip dengan biji kacang merah. Letak ginjal ada di dalam rongga perut bagian belakang, di sebelah kanan dan kiri tulang pinggang.

Oleh karenanya, ginjal juga dikenal dengan sebutan buah pinggang. Letak ginjal di sebelah kanan tubuh manusia, sedikit lebih rendah karena terdesak oleh hati.

Setiap ginjal panjangnya 6 hingga 7½ cm. Sementara tebalnya yaitu, 1½ hingga 2½ cm. Berat ginjal orang dewasa, kira-kira 140 gram.

2. Kulit (Integumen)

Kulit merupakan lapisan jaringan yang terdapat di permukaan tubuh. Pada kulit, terdapat kelenjar keringat yang mengekskresi zat-zat sisa.

Zat-zat sisa tersebut dikeluarkan melalui pori-pori kulit yang disebut dengan keringat. Keringat tersusun dari air dan garam-garam mineral.

Kandungan garam mineral tersebut, terutama garam dapur (NaCl) yang merupakan hasil metabolisme protein. Kulit memiliki banyak fungsi, karena di dalamnya terdapat berbagai jaringan.

3. Paru-paru

Paru-paru (Pulmo) merupakan organ yang berperan sebagai alat pernapasan. Tidak hanya itu, paru-paru juga berperan sebagai alat ekskresi dengan mengeluarkan karbondioksida, dan uap air.

Kedua zat ini harus dikeluarkan supaya tidak mengganggu fungsi tubuh. Paru-paru terletak di dalam rongga dada, dan bagian bawahnya menempel pada diafragma.

Paru-paru masuk dalam sistem ekskresi karena, udara pernapasan yang dikeluarkan melalui paru-paru mengandung karbondioksida. dan air yang dihasilkan dari kegiatan sel.

4. Hati (Hepar)

Hati merupakan kelenjar terbesar pada manusia, warna dari hati adalah merah tua. Sementara pada orang dewasa beratnya sekitar 2 kg.

Hati dapat digolongkan sebagai alat sekresi dan ekskresi. Hati disebut sebagai alat sekresi karena, hati menghasilkan empedu.

Hati juga disebut sebagai alat ekskresi karena empedu yang dikeluarkan dari dalam tubuh mengandung zat sisa yang berasal dari sel darah merah. Sel darah merah tersebut, rusak, dan dihancurkan di dalam limpa.

Di dalam hati, sel-sel darah merah akan dipecah menjadi hemin dan globin. Hemin akan diubah menjadi zat warna empedu, yaitu bilirubin dan biliverdin. Zat empedu inilah yang memberi warna fases, dan urine menjadi kuning.

Gangguan pada Sistem Eksreksi

1. Nefritis

Dalam buku Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SMP/MTs Kelas VII Semester 2 dituliskan bahwa, nefritis merupakan bagian dari glomerulus ginjal. Akibat infeksi bakteri Streptococcus, tubuh akan mengalami nefritis.

Penyakit ini menimbulkan asam urat, urea ke pembuluh darah (uremia), dan terjadinya penimbunan air di kaki karena reabsorpsi air yang terganggu (edema). Proses cuci darah atau pencangkokan ginjal merupakan upaya penanganan nefritis.

2. Batu Ginjal (Nephrolithiasis/Renal Calculi)

Menurut laporan dari laman resmi Rumah Belajar Untuk Semua, penyakit batu ginjal disebabkan oleh adanya endapan garam kalsium, fosfat, atau asam urat urine. Endapan tersebut dapat terjadi dalam rongga ginjal, saluran ginjal, atau pun dalam kandung kemih.

Batu ginjal akan membuat proses ekskresi dari urine terhambat. Hal itu akan menimbulkan rasa sakit. Gejala terjadinya batu ginjal yaitu, rasa nyeri pada pinggang bawah menuju pinggul, hingga ke alat kelamin luar. Tidak hanya itu, terkadang penderita akan mengalami demam, merasa kedinginan, keluarnya nanah pada urine.

Cara mencegah penyakit ini adalah minum air putih secukupnya, konsumsi vitamin C, mengurangi konsumsi kalsium, dan fosfat. Selain itu, meminum air rebusan tumbuhan Desmodium stryracifolium juga dapat mencegah penyakit ini. Apabila sudah parah, maka dokter akan menganjurkan untuk mengangkat kelenjar paratiroid.

3. Albuminuria

Albuminuria merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya kerusakan pada glomerulus. Glomerulus merupakan bagian dari ginjal yang berperan dalam proses filtrasi, jika terjadi hal tersebut, umumnya ditemukan adanya protein pada urine.

Albuminuria dapat terjadi akibat kurangnya asupan air ke dalam tubuh, sehingga memperberat kerja ginjal. Tidak hanya itu, penyakit ini juga dapat disebabkan karena seseorang telah mengonsumsi terlalu banyak protein, kalsium, dan vitamin C.

Upaya pencegahan albuminuria adalah dengan mengatur jumlah garam, protein, serta mengatur keseimbangan gizi.

4. Hematuria

Gejala dari hematuria merupakan adanya sel-sel darah merah pada urine. Hal ini disebabkan adanya gesekan batu ginjal di dalam saluran kemih.

Hematuria juga dapat disebabkan oleh adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. Untuk mencegah terjadinya penyakit ini yaitu, tidak menahan buang air kecil, bersihkan tempat keluarnya urine dari arah depan ke belakang. Hal tersebut untuk menghindari masuknya bakteri dari dubur.

Kemudian, minum air putih secukupnya. Biasanya, dokter akan memberikan antibiotik untuk membersihkan infeksi bakteri pada saluran kemih.

5. Diabetes Insipidus

Diabetes insipidus berakibat pada tidak terserapnya air yang mesti masuk ke dalam tubuh. Sehingga, penderita akan sering buang air kecil.

Penyakit ini disebabkan karena seseorang kekurangan hormon ADH atau hormon antidiuretik. Upaya pencegahan dari penderita diabetes insipidus yaitu, memberikan suntikan hormon antidiuretik. Sehingga, penderita dapat mempertahankan keluarnya urine secara normal.

6. Kanker Ginjal

Kanker ginjal merupakan penyakit yang muncul akibat pertembuhan sel pada ginjal yang sudah tidak terkontrol. Pertumbuhan tersebut terjadi di sepanjang tubulus dalam ginjal.

Sehingga, menyebabkan adanya darah pada urine, kerusakan ginjal, dan pengaruh pada kerja organ lainnya. Jika kanker menyebar, maka dapat menyebabkan kematian. Penderita kanker ginjal mesti menghindari konsumsi bahan-bahan kimia pemicu kanker ginjal.

7. Jerawat

Jerawat atau acne vulgaris merupakan suatu kondisi kulit yang ditandai dengan terjadinya penyumbatan, dan peradangan pada kelenjar sebasea atau kelenjar minyak.

Timbulnya jerawat dapat terjadi karena beberapa faktor. Pertama, faktor kebersihan. Seseorang yang jarang memperhatikan kebersihan kulit, berpotensi mengalami penumpukan kotoran, dan kulit mati.

Kedua, faktor hormonal. Hormon akan merangsang kelenjar minyak pada kulit. Hal itu bisa terjadi karena penggunaan kosmetik yang berlebihan.

Kosmetik yang mengandung minyak dapat berpotensi menyumbatnya pori-pori. Ketiga, konsumsi makanan berlemak. Konsumsi makanan berlemak dengan porsi berlebihan, mampu menimbulkan jerawat pada wajah.

Tidak hanya pada wajah, jerawat juga bisa muncul di leher, ataupun di punggung. Cara mencegah terjadinya jerawat adalah, rutin membersihkan wajah, hindari makanan berminyak, konsumsi buah-buahan, serta menjaga aktivitas tubuh yang menyehatkan.

8. Biang keringat

Penyakit ini muncul karena ada penyumbatan kelenjar keringat oleh sel-sel kulit mati yang tidak dapat terbuang dengan sempurna.

Keringat yang terperangkap akan menyebabkan bintik-bintik kemerahan yang juga disertai dengan rasa gatal. Sama halnya dengan jerawat, seseorang perlu menjaga kebersihan kulit dari debu, dan penggunaan kosmetik yang dapat menyebabkan biang keringat.

Umumnya, orang yang tinggal di daerah tropis dan lembab akan lebih mudah terkena biang keringat. Biang keringat bisa muncul di leher, punggung, dan dada.

Apabila seseorang mengalami biang keringat, pengobatan yang dianjurkan adalah pemberian bedak ataupun salep yang mampu mengurangi rasa gatal.

Baca juga:

  • Kenali 3 Penyakit Reproduksi: Kanker Serviks, Endometriosis, & PCOS
  • 5 Bahan Alami untuk Atasi Biang Keringat: Daun Kemangi hingga Madu
  • Obat Jerawat Alami dan Mudah Ditemui: Teh Hijau hingga Lidah Buaya

Baca juga artikel terkait SISTIM EKSKRESI MANUSIA atau tulisan menarik lainnya Ega Krisnawati
(tirto.id - ega/ale)


Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Alexander Haryanto
Kontributor: Ega Krisnawati

Subscribe for updates Unsubscribe from updates