Bagaimana cara membangun sikap toleransi keberagaman khususnya pada anak

Bagaimana cara membangun sikap toleransi keberagaman khususnya pada anak
Bagaimana cara membangun sikap toleransi keberagaman khususnya pada anak

Raodhatul Jannah

Indonesia tercatat memiliki keberagaman terbanyak di dunia, khususnya dikawasan Asia Tenggara, Kemendikbud mencatat Indonesia memiliki 1.239 warisan budaya tak benda dan 718 bahasa daerah. Dan Indonesia memiliki 360 suku bangsa, dan 17.508 pulau yang tersebar di kawasan negara Indonesia, dan dihuni oleh 360 etnis tersebut. (Sumber: kompasiana.com). Sebab keberagaman itulah Indonesia disebut sebagai negara yang kaya akan budaya, suku, agama, dan adat istiadat. Masyarakat Indonesia pun sudah terbiasa hidup rukun dan damai di tengah keanekaragaman yang ada. Tetapi, adanya keberagaman budaya, suku, agama, dan adat istiadat kadangkala menimbulkan polemik yang berujung pada tindakan anarkis dan radikal. Di mana tindakan tersebut didasari oleh perilaku intoleran segelintir orang, kemudian berkumpul menjadi sebuah kelompok.

Anak-anak Indonesia merupakan generasi penerus yang harus mempunyai sikap toleransi agar mampu menjadi penerus yang dapat menjaga kedamaian dan melestarikan keanekaragaman budaya Indonesia. Di tangan generasi penerus inilah dapat dicegah tindakan anarkis dan radikalisme yang sampai sekarang masih menjadi PR kita bersama. Oleh sebab itu, sikap toleransi harus dikenalkan pada anak sedini mungkin, sehingga dalam hal ini orang tua memegang peranan penting untuk membangun sikap toleransi pada anak, khususnya menjadi role model yang baik. Selain menjadi role model, hal apa saja yang dapat orang tua lakukan untuk membangun perilaku toleransi pada anak? Berikut penjelasannya!

1. Membacakan Buku

Rata-rata orang tua milenial sudah sadar akan pentingnya membacakan buku cerita pada anak. Membacakan buku cerita memiliki segudang manfaat bagi perkembangan anak, mulai dari kemampuan bahasa, motorik halus, kognitif, hingga life skill (keterampilan hidup). Read aloud adalah metode sederhana yang dapat orang tua terapkan saat membacakan buku pada anak.

Berbagai pelatihan read aloud pun sudah tersedia secara online untuk para orang tua, maupun tenaga pengajar dalam meningkatkan keterampilan read aloud. Membacakan buku adalah cara paling mudah menumbuhkan keingintahuan anak akan cerita yang dibacakan. Selama membacakan buku cerita, anak akan mengajukan berbagai pertanyaan terkait isi buku. Ketika anak bertanya, artinya buku certa tersebut menarik perhatiannya, bahkan berulang kali meminta dibacakan buku yang sama. Buku yang bertema toleransi pun sudah banyak tersedia di toko maupun di platform digital yang menyediakan buku-buku digital secara gratis.

Dengan membacakan buku yang bertema tentang toleransi, orang tua dapat meningkatkan pengetahuan anak tentang sikap yang harus dilakukan dalam bertoleransi. Selain itu juga, anak selalu menjadikan orang lain sebagai role model dalam kesehariannya termasuk tokoh yang ada di dalam buku cerita. Cara ini adalah cara yang paling sederhana, sebab hanya dengan bermodalkan buku, anak bisa belajar banyak tentang toleransi.

2. Bermain

Bermain adalah hal yang paling menyenangkan bagi anak, di mana hampir seluruh aktivitas anak dilakukan dengan cara bermain. Adapun bermain dibagi menjadi 2 jenis yaitu bermain terstruktur (structured play) dan bermain bebas (free play). Dikuti dari laman www.littlegigglesbristol.com bermain terstruktur adalah ketika bermain direncanakan sebelumnya oleh orang dewasa.

Bermain terstrukur sering diterapkan oleh guru dan pembantu taman kanak-kanak ketika mereka ingin menyesuaikan permainan dengan tujuan pembelajaran tertentu. Misalnya, papan magnet dan huruf dapat digunakan dalam pengembangan bahasa dan literasi. Jenis permainan ini akan dipandu oleh orang dewasa, dan akan terstruktur di sekitar tahap perkembangan tertentu anak.

Sedangkan bermain bebas adalah saat anak-anak diizinkan untuk memilih bagaimana mereka ingin bermain. Bermain tidak direncanakan dan anak-anak memiliki kebebasan memilih. Jenis permainan ini sama sekali tidak terstruktur, anak-anak akan menggunakan pengalaman dan keterampilan mereka sendiri untuk mengatur waktu bermain mereka sendiri. Manfaat bermain bebas adalah dapat meningkatkan kemandirian dan kreativitas anak.

Baca Juga  Menghapus Stigma Negatif Sebuah Perceraian

Dalam membangun sikap toleransi pada anak, orang tua dapat memilih permainan terstruktur agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Misalnya permainan membuat prakarya gambar orang memakai baju keagamaan dan baju adat. Nantinya hasil prakarya tersebut digunakan untuk bermain peran (pretend play) mengenalkan berbagai agama dan suku yang ada di Indonesia.

3. Berwisata

Mengunjungi tempat wisata juga cara yang dapat orang tua lakukan dalam membangun sikap toleransi pada anak. Di tempat wisata, anak akan menemui banyak orang dari beragam agama, suku, dan budaya. Ajak anak untuk berkomunikasi dengan orang lain yang terlihat berbeda dengannya, baik dari postur tubuh, warna kulit, dan cara berpakaian. Beri pemahaman pada anak bahwa semua orang harus dihormati dan diperlakukan sama baiknya. Jelaskan juga jika kita bisa berbahasa daerah tertentu, kita harus belajar dengan penduduk asli daerah tersebut.  Sehingga penting untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Bagi yang beragama Islam, anak bisa diberi pemahaman bahwa semua manusia yang ada di dunia ini memiliki kedudukan yang sama dimata Allah, yang membedakan hanyalah tingkat ketakwaan yang mana hanya Allah yang bisa menilainya.

Penulis : Raodhatul Jannah (Ibu rumah tangga, Magister bimbingan dan konseling. Instagram @raodhatul.jannah. Facebook : Raodhatul Jannah)

Bagaimana cara membangun sikap toleransi keberagaman khususnya pada anak

“Mencerahkan pemikiran, menggerakan nurani, membentuk perempuan Islam yang progresif dan berdaya”

Ajarkan kedamaian dan keindahan toleransi

Sebagai negara yang terdiri dari banyak suku bangsa dan agama, di Indonesia memang rawan terjadi intoleransi baik di dunia nyata maupun dunia maya. Karenanya, penting mengenal cara mengajarkan anak toleransi.

Moms sendiri mungkin sudah sering melihat perilaku rasis bahkan menghina agama dalam komentar di media sosial, bukan?

Nah, itulah tanda bahwa toleransi agama di Indonesia masih rendah.

Jika tidak sejak dini menumbuhkan sikap toleran pada anak, bukan tidak mungkin dia bisa tumbuh dengan pemikiran radikal dan sempit lho, Moms.

Baca Juga : Moms, Begini Cara Mengajarkan Anak Menghargai Sesama

Cara Mengajarkan Anak Toleransi

Jangan sampai Si Kecil berpikiran kolot dan menganggap bahwa orang lain yang berbeda dengannya adalah salah dan layak untuk dihina bahkan dicaci.

Yuk Moms, mulai mengajarkan anak keberagaman dan bertoleransi agama dengan berbagai cara mudah ini:

1. Ajarkan Untuk Tidak Menilai Orang dari Agamanya

Bagaimana cara membangun sikap toleransi keberagaman khususnya pada anak

Foto: pinterest.com

Mungkin dulu Moms sering kali diberitahu oleh orang tua untuk tidak menilai seseorang berdasarkan agamanya saja.

Ajaran ini benar adanya, karena agama seseorang memang tidak bisa dijadikan tolak ukur mutlak atas kepribadian individu.

Cara mengajarkan anak toleransi yakni bisa dengan membebaskan mereka untuk bermain dengan siapa saja tanpa memandang agama.

Beritahu Si Kecil untuk melihat hal yang lebih penting, seperti cara seorang bersikap dan memperlakukan orang lain.

Dengan begitu nantinya mereka akan mengerti, bahwa baik atau jahatnya seseorang tidak ditentukan oleh agamanya.

Peran orang tua di sini pun cukup penting untuk mendukung mereka, Moms.

2. Pahami Kalau Dunia Penuh dengan Keberagaman

Bagaimana cara membangun sikap toleransi keberagaman khususnya pada anak

Foto: rockandrolldaycare.com

Dunia ini sangat luas, terdiri dari milyaran orang dengan berbagai macam ras dan suku bangsa, lho.

Kalau kita mengajarkannya untuk berpikiran sempit, bagaimana mungkin Si Kecil bisa mengerti arti dari toleransi beragama?

Moms bisa mengajarkan keberagaman pada Si Kecil sejak dini, dengan membawanya melihat berbagai macam tradisi dan budaya daerah yang berbeda.

Jangan lupa berikan contoh bahwa kita tetap bisa bersilaturahmi dan menjalin persaudaraan dengan orang yang berbeda budaya atau agama dengan kita.

3. Hindari Debat & Pembicaraan Buruk Tentang Agama

Bagaimana cara membangun sikap toleransi keberagaman khususnya pada anak

Foto: pinterest.com

Kalau debat dan pembicaraan buruk tentang agama sih rasanya sering sekali kita lihat di media sosial ya, Moms?

Pasti ada saja yang diributkan, mulai dari kebiasaan dan tradisi, hingga hal-hal yang sebenarnya remeh dan tidak perlu dibahas.

Sebisa mungkin hindari terlibat dalam perdebatan tentang agama atau budaya di hadapan Si Kecil.

Hal ini sangat penting agar ia tidak tumbuh menjadi orang dewasa yang bersifat pembenci penghasut, dan senang mengolok-olok agama orang lain.

Baca Juga: Mengenal Sindrom Savant, Kecerdasan Menonjol yang Dimiliki Anak Autisme

4. Berikan Contoh Nyata Tentang Toleransi Beragama

Bagaimana cara membangun sikap toleransi keberagaman khususnya pada anak

Foto: thoughtco.com

Cara mengajarkan anak toleransi satu ini juga tak kalah penting.

Menjadi contoh nyata tentang toleransi beragama tentu merupakan hal yang mutlak dilakukan oleh orang tua.

Percuma saja mulut kita berbusa mengajari Si Kecil tentang toleransi beragama, tapi memberikan contoh perilaku yang bertentangan.

Coba ajak Si Kecil untuk bersilaturahmi ke tetangga yang berbeda agama, Moms.

Biarkan dia melihat cara Moms tersenyum, berinteraksi, dan menjalin hubungan baik dengan tetangga tersebut.

Semakin sering Moms melakukannya, maka anak akan semakin mengerti bahwa toleransi beragama itu damai dan indah.

5. Mengajarkan Rasa Empati

Bagaimana cara membangun sikap toleransi keberagaman khususnya pada anak

Foto: Orami Photo Stocks

Tak cukup untuk mengajarkan anak toleransi sebatas lisan saja, Moms.

Cara mengajarkan anak toleransi perlu dari hatinya. Yuk, beritahu Si Kecil bahwa kita perlu menumbuhkan sifat empati dan simpati pada orang lain.

Ini adalah perilaku yang menunjukkan bahwa kita hormat dan menghargai kehadiran orang lain.

Yang terpenting, selalu tanamkan pada anak kebiasaan untuk berbuat baik terhadap siapapun.

Moms juga bisa memberikan contoh pada Si Kecil untuk menilai seseorang hanya dari perilaku serta kepribadian, dan bukan semata karena agamanya saja.

6. Berpartisipasi dalam Kelompok

Bagaimana cara membangun sikap toleransi keberagaman khususnya pada anak

Foto: Orami Photo Stocks

Yuk, berikan anak waktu untuk mengeksplor dunia sekitarnya, Moms. Ini adalah cara mengajarkan anak toleransi yang tak kalah penting untuk dilakukan.

Daftarkan anak ke acara sosial, taman bermain, ataupun preschool dan daycare.

Nantinya, mereka akan belajar untuk bersosialisasi dengan kepribadian orang yang berbeda-beda.

Apalagi di usianya tersebut, memang waktunya untuk Si Kecil mulai berinteraksi dengan orang lain.

Moms juga bisa mengenalkan anak ke dalam sekolah berkebutuhan khusus. Ini merupakan cara toleransi yang banyak orang tak sadari, lho!

Bahkan dari hal ini, anak juga bisa mengenal rasa bersyukur terhadap apa yang dimilikinya.

7. Mendengarkan Orang Lain

Bagaimana cara membangun sikap toleransi keberagaman khususnya pada anak

Foto: Orami Photo Stocks

Cara mengajarkan anak toleransi bisa dari hal yang mudah, seperti mendengarkan cerita orang lain.

Melansir Rasmussen University membiarkan orang menceritakan kisah mereka dan mendengarkannya dapat menunjukkan kepada anak bahwa setiap orang pantas dihormati.

Hal ini terlihat sepele, tapi masih banyak orang tak melakukannya, Moms.

Tak jarang sebuah masalah dapat timbul dari hal-hal kecil seperti ini, seperti tidak mendengarkan perkataan orang lain.

Bahkan, ini dapat memicu sebuah perselisihan besar, seperti halnya dalam rumah tangga.

Bayangkan saja apabila seorang ibu atau ayah tidak bisa mendengarkan masalah yang sedang dihadapi anak?

Untuk itu, ajarkan Si Kecil untuk selalu memberikan kesempatan orang lain untuk berbicara dan mendengarkannya, ya.

Apa Moms punya cara lain untuk mengajarkan Si Kecil tentang toleransi dalam hidup bersosialisasi?

  • https://www.rasmussen.edu/degrees/education/blog/teaching-tolerance-inclusive-classroom/