Apakah fibrosis hati bisa sembuh

Kondisi ini bervariasi, dapat sembuh sendiri atau menjadi fibrosis, sirosis atau kanker hati

Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Riset Kedokteran Preklinis dan Klinis Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Harimat Hendarwan mengatakan penyakit hepatitis memiliki kondisi yang bervariasi mulai dari dapat sembuh sendiri hingga menjadi kanker hati.

"Kondisi ini bervariasi, dapat sembuh sendiri (self-limiting) atau menjadi fibrosis (scarring), sirosis atau kanker hati,” kata Harimat dalam Sapa Media BRIN secara virtual dengan tema Mengenal Lebih Jauh Hepatitis Akut di Jakarta, Kamis.

Harimat menuturkan hepatitis adalah bentuk peradangan pada hati sebagai organ vital di dalam tubuh manusia yang antara lain berfungsi untuk memproses nutrisi, menyaring darah, detoksifikasi dan sintesa protein.

Baca juga: BRIN bersinergi dengan Kemkes telusuri penyebab hepatitis akut

Ketika hati mengalami peradangan atau kerusakan maka fungsi hati tersebut dapat terganggu.

Terdapat lima jenis virus hepatitis utama yang dikenal sebagai tipe A, B, C, D dan E. Kelima jenis virus tersebut mendapat perhatian yang besar karena berpengaruh terhadap beban penyakit dan kematian, serta potensinya untuk menjadi wabah dan penyebaran epidemi.

Bentuk umum dari penularan penyakit tersebut dapat melalui transfusi darah atau menerima darah/produk darah yang terkontaminasi, tindakan medis invasif menggunakan peralatan yang telah terkontaminasi, dan transmisi hepatitis B dari ibu pada bayi saat persalinan.

Baca juga: BRIN sebut kearifan lokal perkaya teknologi rumah tahan gempa

"Infeksi akut mungkin akan muncul dengan gejala minimal atau tanpa gejala, atau dengan sejumlah gejala seperti kulit dan mata berwarna kuning (jaundice), urin berwarna pekat, kelelahan ekstrem, mual, muntah dan nyeri abdomen," ujar Harimat.

Sementara hepatitis akut adalah kondisi peradangan atau inflamasi akut yang menyerang parenkim atau sel hepatosit pada hati, dengan masa inflamasi atau kerusakan sel hati berlangsung selama kurang dari enam bulan.

Hepatitis akut dapat disebabkan oleh infeksi yang disebabkan virus hepatitis (Hepatitis A, B, C, D, dan E), virus non hepatitis seperti virus Epstein-Barr (EBV), Cytomegalovirus (CMV), Herpes simplex virus (HSV), Coxsackievirus, Adenovirus, Dengue dan COVID-19, serta oleh bakteri, jamur dan parasit.

Penyebab hepatitis akut juga dapat bersifat non infeksi virus, seperti karena konsumsi alkohol, obat atau racun, autoimun, penyakit saluran hati dan turunan kehamilan.

Baca juga: BRIN: Mewujudkan Indonesia maju butuh SDM unggul

Baca juga: Menkes sebut investigasi hepatitis berkembang cukup baik

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Agus Salim
COPYRIGHT © ANTARA 2022

SIROSIS hati adalah suatu keadaan penyakit yang mengakibatkan cedera hati yang terjadi dalam jangka waktu lama dan menimbulkan kerusakan serius pada struktur hati. Akibatnya, kerja hati seperti produksl berbagai zat yang dibutuhkan tubuh dan fungsi penetralisasi zat racun yang masuk ke dalam tubuh menjadi berkuranq. Sirosis hati cenderung tidak mudah diobati. Penyaklt ini dapat berkembang sebagai akibat dari infeksi hepatitis B dan C menahun, penyakit hati karena konsumsi alkohol yang berlebihan, dan autoimun. Sirosis juga lebih sering terjadi pada orang dengan kelebihan berat badan (obesitas) dan perlemakan hati atau menumpuknya lemak di organ hati. Bila tidak diobati, sirosis hati dapat berujung pada komplikasi, berkembang menjadi kanker hati, hingga kematian.

Menurut Riset Kesehatan Oasar (Riskesdas, 2013), diperkirakan sebanyak 18 juta orang menderita hepatitis B dan 3 juta orang menderita  hepatitis C di Indonesia. Sekitar 50 persen dari orang tersebut memiliki penyakit hati yang berpotensi kronis dan 10 persen nya menuju sirosis hati. Sementara itu, satu kasus sirosis hati membutuhkan biaya pengobatan  sekitar Rp 1 miliar dan pengobatan kanker hati sekitar Rp 5 miliar dengan angka kesembuhan yang minimal. (Kemenkes, 2017)

Gejala sirosis hati umumnya berhubungan dengan komplikasinya. Pada tahap sirosis hati ringan, bisa tidak terlihat adanya gejala sama sekali. Jika sudah muncul gejala, kerusakan hati umumnya sudah meluas. Gejala sirosis hati, antara lain kehilangan selera makan, keletihan, kekurangan energi, dan mudah menqantuk; pembengkakan pada pergelangan kaki dan perut atau edema; penurunan atau kenaikan berat badan secara tiba-tiba; demam dan menggigil; sesak napas; kulit dan putih mata berwarna kuning atau sakit kuning (jaundice).

Komplikasi sirosis hati yang sering ditemukan, antara lain peritonitis  bakterial spontan, yaitu infeksi cairan pada rongga selaput perut. Gejala yang dapat muncul, antara lain berupa nyeri perut dan demam. Komplikasi sirosis pada susunan saraf pusat dapat berupa ensefalopati hepatik, yaitu kelainan neuropsikiatri karena gangguan detoksifikasi oleh hati. Pasien mula-mula mengalami gangguan tidur seperti insomnia atau sukar untuk tidur, kemudian kesadarannya terganggu hingga berlanjut menjadi koma. Gangguan fungsi ginjal juga dapat terjadi sebagai komplikasi sirosis yang ditandai dengan peningkatan ureum dan kreatinin. Komplikasi sirosis yang sering dijumpai adalah varises esofagus atau pelebaran pembuluh  darah yang berada di kerongkongan sehingga bila tekanan semakin tinggi dapat berakibat pecah pembuluh darah.

Dokter Anda akan melakukan terapi berdasarkan penyebab yang mendasari dan seberapa parah kerusakan hati yang ada yaitu dengan terapi obat-obatan yang harus dikombinasi  dengan terapi tanpa obat-obatan. Berikut ini akan dipaparkan mengenai terapi tanpa obat-obatan bagi pasien dengan strosis hati:

1. Diet seimbang. Insiden malanutrisi sering terjadi karena penyakit sirosis dapat mengambil nutrisi dan tubuh dan otot sehingga otot menjadi kecil. Diet pada hal ini berarti mengatur jumlah kalori yang dikonsumsi beserta menu makanan yang baik untuk hati. Kalori yang dianjurkan adalah 35-40 kkal/KgBB ideal dengan protein 1.2-1.5/KgBB/hari.

2. Aktivitas fisik. Aktivitas fisik seperti berolahraga dapat mencegah pengecilan ukuran otot (atrofi otot) dan sehat untuk tubuh.

3. Stop konsumsi alkohol. Untuk melindungi hati, Anda harus berhenti minum alkohol. Hal ini mungkin dapat menjadi hal yang tidak mudah, terutama bila Anda ketergantungan alkohol. Bila kesulitan, konsultasikan diri ke dokter.

4. Pembatasan obat-obatan yang berbahaya bagi hati (hepatotoksik) dan ginjal (nefrotoksik). Setiap obat memiliki efek samping,  tetapi bermanfaat bila digunakan sesuai anjuran dari dokter. Terdapat beberapa obat yang justru dapat berbahaya bagi hati dan ginjal di mana dapat memperparah kerusakan hati dan ginjal yang mempengaruhi perjalanan penyakit sirosis.

Penyakit sirosis hati tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat diobati. Dengan pengobatan yang adekuat, kerusakan hati lebih lanjut dapat dicegah, komplikasi menjadi berkurang, dan kualitas hidup menjadi lebih  baik. Konsultasikan dengan dokter untuk mengendalikan kondisi sirosis hati agar selalu stabil dengan komplikasi yang rendah.

Kami harap Anda sehat senantiasa.

Dapatkan info kesehatan RS St. Carolus di Harian KOMPAS setiap hari Minggu

Apa yang dimaksud dengan fibrosis hati?

Fibrosis pada liver (hati) adalah kondisi dimana jaringan normal pada hati tergantikan menjadi jaringan parut yang dapat menyebabkan sel-sel hati tidak dapat bekerja secara maksimal. Lama-lama, fibrosis akan menjadi sirosis yaitu dimana jaringan parut meluas dan fungsi hati menurun.

Apakah sirosis hati bisa sembuh total?

Dilansir dari WebMD, sirosis hati umumnya tidak bisa disembuhkan. Kerusakan hati ketika jaringan yang sehat tergantikan jaringan parut bersifat permanen.

Hati rusak apakah bisa sembuh?

Konsumsi obat antivirus diperlukan jika gangguan hati disebabkan oleh infeksi virus. Namun, jika sudah mengalami sirosis, hati yang rusak tidak dapat disembuhkan.

Berapa lama penyakit sirosis hati bisa bertahan hidup?

Sebelumnya, pengobatan penderita sirosis hati dekompensasi hanya bersifat suportif, dengan angka harapan hidup lebih dari satu tahun hanya sekitar 10 persen. Dengan cangkok hati, harapan hidup lima tahun pada penderita bisa dicapai 60-70 persen, bahkan ada yang bertahan lebih dari 32 tahun.