Apa yang dimaksud dengan analgesik

tirto.id - Obat analgesik adalah obat pereda rasa sakit atau rasa nyeri. Obat jenis ini biasanya digunakan untuk menahan rasa sakit, misalnya sakit gigi, nyeri urat, nyeri haid, dan sebagainya. Lazimnya, obat analgesik dapat dibeli secara bebas di apotek, namun ada juga yang hanya bisa ditebus dengan resep dokter. Yang mirip dengan obat analgesik adalah obat antipiretik. Lantas, apa pengertian obat analgesik dan perbedaannya dengan antipiretik?

Ketika mengalami sakit, biasanya dokter akan meresepkan 2 jenis obat yang paling umum ditemui di pasaran, yakni obat analgesik atau antipiretik. Dua jenis obat ini berguna untuk meredakan nyeri atau menurunkan suhu panas tubuh.

Bagaimanapun juga, orang yang sakit biasanya akan merasakan nyeri. Kemudian, respons tubuh terhadap sakit tersebut adalah naiknya suhu badan sebagai bentuk pertahanan diri fisik.

Obat analgesik akan meredakan nyeri tersebut, sedangkan jenis obat antipiretik adalah untuk menurunkan suhu panas tubuh.

Baca juga:

  • Apa Saja Manfaat Paracetamol dan Efek Sampingnya?
  • Bagaimana Cara Mengobati Penyakit Mulut dan Kuku Pada Sapi?

Pengertian Obat Analgesik dan Perbedaannya dari Antipiretik

Sederhananya, obat analgesik adalah obat yang bertujuan untuk menekan rasa sakit atau mengurangi nyeri tanpa menghilangkan kesadaran penggunanya. Tujuannya mirip dengan anestesi lokal atau regional atau bius yang tanpa menghilangkan kesadaran pasien.

Berbeda halnya dengan anestesi umum atau bius total yang menghilangkan rasa sakit, namun menghilangkan kesadaran individu yang dibius. Contoh-contoh obat analgesik adalah aspirin, acetaminophen atau parasetamol, hingga opioid yang harus menggunakan resep dokter.

Sementara itu, obat antipiretik adalah obat yang bekerja untuk menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Sebagai misal, apabila seseorang mengalami demam atau suhu badannya menjadi panas, ia dapat menggunakan obat antipiretik untuk menurunkan suhu tubuhnya.

Obat antipiretik bekerja dengan mempengaruhi hipotalamus, serta mencegah pembentukan prostaglandin dengan cara menghambat enzim siklooksigenase. Contoh obat antipiretik adalah naproksen, naprosyn, dan sebagainya.

Di sisi lain, karena kondisi sakit-nyeri kerap diiringi naiknya suhu tubuh, ahli farmasi juga menyediakan obat yang mengombinasi jenis analgesik dan antipiretik sekaligus.

Jenis-jenis merek obat yang merupakan kombinasi analgesik dan antipiretik adalah ibuprofen, salisilat, diclofenac, piroxicam, dan sebagainya.

Baca juga:

  • Nyeri Dada Sebelah Kanan: Apa Saja Penyebab dan Gejalanya?
  • Tips dan Cara Meredakan Nyeri Haid

Baca juga artikel terkait ANALGESIK atau tulisan menarik lainnya Abdul Hadi
(tirto.id - hdi/hdi)


Penulis: Abdul Hadi
Editor: Addi M Idhom

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Obat analgesik adalah golongan obat yang dirancang untuk meredakan nyeri tanpa menyebabkan hilangnya kesadaran. Obat ini dapat diresepkan atau dijual bebas di apotek. Meskipun demikian, obat analgesik tak boleh dikonsumsi sembarangan.

Baca Juga: Jangan Asal Konsumsi, Ini Bahaya Obat Anti Nyeri Tanpa Resep!

Untuk apa obat analgesik?

Seperti yang sudah diketahui bahwa obat analgesik adalah obat-obatan yang digunakan untuk meredakan nyeri. Golongan obat ini juga dikenal sebagai obat penghilang rasa sakit atau pereda nyeri.

Secara teknis, istilah analgesik mengacu pada obat yang dapat meredakan nyeri tanpa kamu tertidur atau membuatmu kehilangan kesadaran.

Hal itu dikarenakan obat analgesik meredakan nyeri secara selektif tanpa menghalangi konduksi impuls saraf, yang secara nyata mengubah persepsi sensorik atau memengaruhi kesadaran.

Apa fungsi dan manfaat obat analgesik?

Analgesik memiliki manfaat untuk meredakan nyeri atau rasa sakit yang dapat disebabkan oleh suatu kondisi medis tertentu. Beberapa penyakit yang dapat diatasi dengan obat analgesik termasuk:

  • Apendistis (radang usus buntu)
  • Kanker
  • Fibromyalgia (nyeri dan rasa sensitif pada otot)
  • Gangguan gastrointestinal
  • Sakit kepala
  • Infeksi
  • Kerusakan saraf
  • Oseteoarthritis (penyakit degeneratif sendi)
  • Sakit gigi
  • Rheumatoid arthritis.

Jenis-jenis obat analgesik

Banyak jenis obat yang berbeda memiliki sifat pereda nyeri. Dua jenis obat analgesik yang paling umum adalah obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dan opioid (narkotika).

Analgesik sendiri memiliki perbedaan dalam cara kerjanya. Ada juga perbedaan bagaimana mereka diserap, didistribusikan, dan dikeluarkan di dalam tubuh.

Berikut adalah penjelasan masing-masing dari jenis obat analgesik beserta dengan cara kerjanya.

1. Opioid (narkotika)

Opioid atau yang kadang-kadang disebut sebagai narkotika adalah obat yang hanya diresepkan oleh dokter untuk mengobati nyeri yang terus menerus terjadi atau berlangsung parah. Obat ini illegal jika dikonsumsi sembarangan.

Opioid bekerja dengan cara menempel pada protein yang disebut sebagai reseptor opioid pada sel saraf di otak, sumsum tulang belakang, usus, dan bagian tubuh lainnya. Ketika hal ini terjadi, opioid memblokir pesan yang dikirim dari tubuh melalui sumsum tulang belakang ke otak.

Meskipun dapat meredakan nyeri secara efektif, opioid memiliki beberapa risiko dan dapat menyebabkan ketagihan. Risiko kecanduan pun sangat tinggi jika opioid digunakan untuk mengatasi nyeri kronis dalam jangka waktu yang lama.

Beberapa jenis opioid di antaranya adalah morfin, oxycodone, metadon, hydromorphone, meperidine, fenatil, kodein.

2. Acetaminophen

Acetaminophen atau paracetamol termasuk dalam golongan obat yang disebut analgesik (pereda nyeri) dan antipiretik (pereda demam). Acetaminophen dapat mengurangi prostaglandin di otak. Prostaglandin sendiri merupakan bahan kimia yang menyebabkan peradangan serta pembengkakan.

Acetaminophen bekerja dengan cara mengurangi rasa sakit dengan meningkatkan ambang rasa sakit, yaitu dengan membutuhkan rasa sakit yang lebih besar untuk berkembang sebelum seseorang merasakannya.

Tak hanya itu, acetaminophen juga dapat mengurangi demam melalui aksinya di pusat pengatur panas otak, yang secara khusus memberitahu pusat untuk menurunkan suhu tubuh.

3. Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)

Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) adalah obat yang banyak digunakan untuk meredakan nyeri, mengurangi peradangan, dan menurunkan suhu tinggi.

Mereka sering digunakan untuk mengobati sakit kepala, nyeri menstruasi, keseleo dan tegang, pilek dan flu, radang sendi, dan nyeri jangka panjang lainnya.

Prostaglandin adalah bahan kimia yang mirip hormon dalam tubuh yang bekrontribusi pada peradangan, nyeri, serta demam dengan menaikan suhu tubuh dan melebarkan pembuluh darah, yang mana hal tersebut menyebabkan pembengkakan dan kemerahan di area tertentu.

NSAID bekerja dengan cara memblokir enzim yang disebut cyclooxygenase (COX) yang digunakan tubuh untuk membuat prostaglandin. Nah, dengan mengurangi produksi prostaglandin, NSAID ini membantu meredakan ketidaknyamanan, mengurangi peradangan serta nyeri terkait.

NSAID yang paling terkenal di antaranya adalah ibuprofen, naproxen, dan celecoxib.

4. Aspirin

Aspirin adalah salah satu obat yang dijual bebas paling umum untuk mengobati nyeri ringan akibat sakit kepala, nyeri otot, sakit gigi, dan kram menstruasi. Kamu juga dapat mengonsumsinya untuk menurunkan demam sementara.

Aspirin sendiri termasuk obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dan merupakan obat analgesik yang banyak digunakan. Sama seperti NSAID pada umumnya, aspirin juga bekerja dengan cara memblokir produksi prostaglandin yang mana hal ini dapat membantu mencegah dan meredakan nyeri.

Merek dan harga obat analgesik

Beberapa obat analgesik dapat diperoleh di apotek, sedangkan beberapa lainnya hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Untuk obat yang diresepkan oleh dokter sendiri biasanya opioid.

Sedangkan beberapa obat analgesik yang dapat kamu temukan di apotek di antaranya adalah paracetamol, obat golongan NSAID seperti ibuprofen, aspirin, naproxen, asam mefenamat, indometacin, serta diklofenak.

Untuk ibuprofen 400 mg memiliki kisaran harga Rp4.000 – Rp20.000 atau lebih. Aspirin (Aspilet) 80 mg 1 boksnya memiliki kisaran harga Rp35.000. Asam mefenamat 500 mg kisaran harganya sebesar Rp3.000 – Rp11.000.

Sedangkan untuk indometacin (Dialon) 100 mg memiliki kisaran harga Rp46.000 – Rp88.000. Sementara diklofenak (Kalium Diklofenak) 50 mg harganya berkisar antara Rp7.000 – Rp19.000.

Yang perlu diingat adalah obat-obatan tersebut memiliki harga yang berbeda-beda sesuai dengan apotek yang menjualnya. Maka dari itu untuk mengetahui harga pasti dari obat analgesik, sebaiknya bertanyalah pada apotek yang menjual obat-obatan tersebut.

Meskipun dijual bebas di apotek, akan lebih baik jika kamu mengonsumsi obat analgesik sesuai dengan anjuran dokter untuk menghindari efek samping yang dapat ditimbulkan.

Bagaimana cara pakai obat analgesik?

Cara penggunaan obat analgesik disesuaikan dengan bentuk obat yang digunakan. Untuk lebih jelasnya, simak bagaimana cara menggunakan obat analgesik berikut ini.

Obat analgesik oral

Analgesik oral dikonsumsi dengan menggunakan air mineral. Hindari berbaring setidaknya 10 menit setelah kamu mengonsumsi obat ini. jika sakit perut terjadi saat kamu meminum obat ini, kamu bisa mengonsumsinya menggunakan makanan.

Telanlah tablet secara utuh dan jangan meghancurkan atau mengunyahnya. Melakukan hal ini dapat meningkatkan sakit perut.

Jika kondisi yang kamu alami terus berlanjut atau semakin memburuk, atau jika kamu memiliki masalah medis baru, segeralah hubungi dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Obat analgesik topikal

Analgesik juga tersedia dalam bentu topikal, seperti krim. Untuk menggunakannya, ikutilah petunjuk dalam kemasan produk, atau jika petunjuk dirasa masih kurang jelas, bertanyalah pada apoteker atau dokter.

Obat ini hanya digunakan untuk kulit. Jangan oleskan obat di dekat mata, hidung, atau alat kelamin, kecuali atas anjuran dokter.

Oleskan obat secara tipis ke area yang terinfeksi tidak lebih dari 3 hingga 4 hari sekali. Oleskan secara menyeluruh. Setelah mengoleskan obat, cucilah tangan hingga bersih. Jika kamu mengoleskan di area tangan, tunggulah setidaknya 30 menit untuk mencuci tangan setelah menggunakan obat.

Berapa dosis obat analgesik?

Masing-masing jenis analgesik memiliki dosis yang berbeda. Dosis sangat bergantung pada usia, kondisi medis yang akan diobati, serta reaksi pertama setelah mengonsumsi obat.

Berikut adalah beberapa contoh dosis dari obat jenis analgesik yang perlu kamu tahu.

Dosis obat analgesik untuk dewasa

Ibuprofen

Untuk bentuk sediaan oral (tablet dan suspensi)

Untuk kram menstruasi: 400 mg yang dikosnumsi setiap 4 jam atau sesuai dengan kebutuhan

Untuk nyeri ringan hingga sedang: 400 mg yang dikonsumsi setiap 4 hingga 6 jam atau sesuai dengan kebutuhan

Untuk osteoarthritis dan rheumatoid arthritis: 1200 mg hingga 3200 mg per hari dibagi menjadi tiga atau empat dosis yang sama

Aspirin

Untuk bentuk sediaan oral (kapsul rilis)

Untuk mengurangi risiko serangan jantung dan stroke: 162,5 mg (satu kapsul) sehari sekali

Acetaminophen

Untuk sediaan obat oral dan rektal

Untuk nyeri atau demam: 650 hingga 1000 mg setiap 4 hingga 6 jam sesuai dengan kebutuhan. Dosis didasarkan pada bentuk dan kekuatan obat. Ikuti instruksi label dengan hati-hati untuk dosis maksimum per hari

Untuk informasi selengkapnya, sebaiknya bacalah label produk untuk mengetahui rekomendasi mengenai berapa banyak tablet, kapsul, maupun suspensi yang dapat dikonsumsi dalam periode 24 jam.

Untuk mengetahui dosis yang tepat, akan lebih baik jika kamu berkonsultasi terlebih dahulu pada dokter.

Dosis obat analgesik untuk anak-anak

Ibuprofen

Untuk bentuk sediaan oral (tablet dan suspensi)

Untuk demam

  • Anak-anak usia di atas 2 tahun: Penggunaan dosis pada anak-anak yang berusia di atas 2 tahun, harus ditentukan sendiri oleh dokter.
  • Anak-anak berusia 6 bulan hingga 2 tahun: Dosis didasarkan pada berat badan dan suhu tubuh, serta harus ditentukan sendiri oleh dokter. Untuk demam yang lebih rendah dari 39,2 ° Celcius, dosisnya biasanya 5 mg per kg berat badan. Obat dapat diberikan setiap 6 hingga 8 jam sesuai dengan kebutuhan
  • Bayi di bawah usia 6 bulan: Penggunaan dosis harus ditentukan oleh dokter

Untuk nyeri ringan hingga sedang

  • Anak-anak di atas udia 6 bulan: Dosis didasarkan pada berat badan dan harus ditentukan oleh dokter. Dosis biaasanya 10 mg per kg berat badan setiap 6 hingga 8 jam, yang disesuaikan dengan kebutuhan
  • Bayi di bawah usia 6 bulan: Penggunaan dosis harus ditentukan oleh dokter

Untuk osteoarthritis dan rheumatoid arthritis

  • Anak-anak: Dosis didasarkan pada berat badan dan harus ditentukan oleh dokter. Perharinya, dosis biasanya 30 mg  sampai 40 mg per kg berat badan yang dibagi menjadi 3 atau 4 dosis
  • Bayi di bawah usia 6 bulan: Penggunaan dosis harus ditentukan oleh dokter

Aspirin

Anak-anak dianjurkan tidak mengonsumsi aspirin karena dapat menimbulkan kondisi serius yang disebut sebagai sindrom Reye.

Acetaminophen

Untuk sediaan obat oral dan rektal

Penggunaan acetaminophen pada anak-anak tidak boleh sembarangan. Dosis harus didasarkan pada berat badan dan usia. Maka dari itu, sebaiknya berkonsultasilah terlebih dahulu pada dokter.

Apakah obat analgesik aman bagi ibu hamil dan menyusui?

Beberapa obat analgesik aman dikonsumsi bagi ibu hamil dan beberapa lainnya sebaiknya dihindari oleh ibu hamil dan menyusui. Berikut penjelasan selengkapnya:

Ibu hamil

Acetaminophen atau paracetamol memiliki profil keamanan yang sangat baik. Oleh karenanya, paracetamol banyak digunakan sebagai obat nyeri pertama selama kehamilan.

Dilansir dari NCBI, profil keamanan dari paracetamol telah dibuktikan dalam penelitian terbaru terhadap ribuan wanita hamil tanpa meningkatkan risiko anomaly kongenital atau kerugian lainnya.

Sedangkan penggunaan aspirin pada ibu hamil memiliki potensi risiko, karena dapat menghambat fungsi trombosit yang dapat menyebabkan perdarahan pada ibu dan janin.

Ibu menyusui

Dilansir dari NPS, paracetamol dianggap aman digunakan selama menyusui. Sedangkan aspirin umumnya tidak dianjurkan untuk mengobati nyeri selama menyusui karena mungkin saja dapat terjadi efek samping yang signifikan.

Jika kamu sedang menyusui dan ingin mengonsumsi obat pereda nyeri, akan lebih baik jika terlebih dahulu berkonsultasi pada dokter untuk mengetahui efek samping apa saja yang dapat ditimbulkan.

Apa efek samping obat analgesik?

Sama seperti obat pada umumnya, analgesik juga memiliki beberapa efek samping yang mungkin saja dapat ditimbulkan.

Analgesik narkotika memiliki banyak efek samping, beberapa efek samping yang sering ditimbulkan termasuk:

NSAID juga dapat menimbulkan efek samping, terutama jika dikonsumsi dalam dosis yang lebih tinggi dan jangka waktu yang lebih lama, efek samping ini dapat termasuk:

  • Kembung
  • Diare
  • Sembelit
  • Iritasi pada selaput lambung
  • Mual atau muntah
  • Memengaruhi fungsi ginjal

Agar terhindar dari efek samping yang dapat ditimbulkan, sebaiknya ikutilah instruksi penggunaan obat yang diberikan oleh dokter atau berkonsultasilah terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk mengonsumsi analgesik.

Baca juga: Jangan Asal Konsumsi, Ini Bahaya Obat Anti Nyeri Tanpa Resep!

Perhatian dan peringatan obat analgesik

Sebelum mengonsumsi obat ini, sebaiknya perhatikanlah hal-hal berikut ini:

  • Selalu berutahukanlah dokter mengenai kondisi medis apa yang kamu alami
  • NSAID dapat meningkatkan risiko pendarahan perut, serangan jantung, dan stroke. Tanyakanlah pada dokter mengenai efek samping ini
  • Sebelum mengonsumsi analgesik beritahu dokter mengenai semua obat yang kamu konsumsi, baik obat resep, non resep, herbal, atau bahkan obat diet
  • Selalu ikuti petunjuk dosis secara hari-hati. Jangan lebih banyak mengonsumsi obat dari yang dianjurkan
  • Jika gejala overdosis terjadi, sebaiknya segeralah kunjungi rumah sakit untuk penanganan yang tepat

Itulah beberapa informasi mengenai obat analgesik. Bagi kamu yang ingin meredakan nyeri dengan mengonsumsi analgesik, sebaiknya berkonsultasilah terlebih dahulu pada dokter ya.

Konsultasi kesehatan bisa ditanyakan pada dokter ahli di Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!