Apa tujuan seorang perawat melakukan tindakan Unoccupied Bed?

Tempat tidur merupakan suatu alat yang diperlukan pasien, jika pasien tersebut masuk ke Rumah Sakit dan menjalani rawat inap (Ely, 2011). Penataan tempat tidur (bed making) adalah keterampilan utama perawat yang sangat penting dan harus dimiliki oleh perawat untuk memberikan kenyamanan, kebersihan dan kesejahteraan bagi pasien. Penataan tempat tidur (bed making) membutuhkan keterampilan teknis dan praktis dan pertimbangan harus diberikan untuk masalah keamanan, bergerak, penanganan dan praktik pengendalian infeksi (Bloomfield, 2008). Keamanan dan kenyamanan pasien adalah yang utama pentingnya ketika menata tempat tidur, dalam beberapa pengaturan seprei tidak akan diganti setiap hari, namun setiap seprei

basah atau kotor harus diganti segera dan apabila diperlukan (Elkin et al, 2003). Ukuran seprei yang sering digunakan di Rumah Sakit 160 x 270 cm. Perencanaan sangat penting ketika menyiapkan tempat tidur dan memastikan bahwa seprei dan peralatan lainnya yang diperlukan berada di ruangan sebelum memulai melakukan tindakan dan akan membantu dalam manajemen waktu yang lebih efisien (Elkin et al, 2003). Adapun peralatannya mencakup : seprei bersih, selimut, seprei penutup, sarung bantal, celemek plastik, dan seprei melintang.

b. Jenis – Jenis Penataan Tempat Tidur (bed making)

Menurut Bloomfield (2008), jenis penataan tempat tidur (bed making) yang direkomendasikan di Rumah Sakit adalah :

1) An Unoccupied Bed

Teknik untuk membuat tempat tidur an unoccupied bed digunakan ketika pasien mampu pindah dari tempat tidur. Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut :

a) Siapkan lingkungan, periksa tempat tidur dalam keadaan terkunci untuk mencegah gerakan yang tidak terduga dan menyesuaikan tinggi tempat tidur. Bagian kepala tempat tidur harus direndahkan dan menurunkan pengaman samping tempat tidur. Hambatan lingkungan seperti lemari samping tempat tidur dan perabotan lainnya harus dipindahkan untuk memungkinkan akses yang mudah ke tempat tidur (Elkin et al 2003).

b) Setelah mencuci tangan selanjutnya mengenakan celemek plastik untuk mencegah penyebaran mikroorganisme dari seprei ke pakaian. Hal ini akan mengurangi resiko infeksi silang (Bloomfield, 2008).

c) Ambil bantal dari tempat tidur dan mengganti sarung bantal yang membutuhkan pergantian. Sarung bantal yang kotor letakkan ditempat seprei atau linen kotor yang kosong.

d) Dua perawat harus bekerjasama diseberang sisi tempat tidur, melonggarkan seprei dari kasur dan membuka dari tempat tidur, membuka seprei, dan selimut satu per satu secara teratur. e) Tempatkan dan bentangkan seprei bersih ditengah, atas dan sampai melebihi panjang kasur sehingga bisa ditarik sampai ke bawah kasur. Sebelum menyelipkan sisi lembar seprei, buat sudut dapat dengan cara menyelipkan seprei sampai berbentuk 90°. Pastikan lembaran bawah pada seprei tidak berkerut dan tetap kencang untuk mencegah timbulnya dekubitusdan pasien yang dalam kondisi tidak nyaman(Elkin et al 2003).

f) Tempatkan bantal yang bersih dibagian kepala tempat tidur. Menyesuaikan ketinggian tempat tidur yang tepat bagi pasien untuk menjamin keamanan dan kenyamanan (Elkin et al, 2003).

g) Lepaskan celemek plastik, mencuci tangan menggunakan teknik yang direkomendasikan untuk meminimalkan resiko infeksi silang.

2) An Occupied Bed

Mengganti alat tenun yang kotor pada tempat tidur pasien tanpa memindahkan pasien yang bertujuan untuk memberikan perasaan senang kepada pasien, untuk mencegah terjadinya dekubitus, dan memelihara kebersihan dan kerapian (Ely, 2011). Adapun prosedurnya sebagai berikut :

a) Jelaskan prosedur tindakan kepada pasien untuk mendapatkan persetujuan dari pasien, ini akan membantu mengurangi kecemasan dan memfasilitasi pasien untuk kerjasama selama prosedur.

b) Tutup pintu atau menarik pengaman tirai sekitar ruang tidur pasien, ini akan membantu menjaga privasi pasien.

c) Siapkan lingkungan, periksa kunci roda tempat tidur untuk mencegah gerakan yang tidak terduga dan menyesuaikan tinggi tempat tidur yang tepat untuk menjamin keamanan dan kendala lingkungan seperti tempat loker atau perabotan lainnya harus dipindahkan ketempat yang lain untuk mempermudah dalam melakukan tindakan.

d) Mencuci tangan dan selanjutnya mengenakan celemek plastik untuk mencegah infeksi silang (Bloomfield, 2008).

e) Pindahkan semua bantal kecuali yang dipakai pasien, untuk meningkatkan kenyamanan dan mempertahankan dukungan. Sarung bantal diganti dan ditempatkan pada keranjang kotor. Keranjang diposisikan dekat tempat tidur untuk mengurangi potensi penularan mikroorganisme dari seprei atau linen. Letakkan bantal pada dekat tempat tidur.

f) Dengan dua perawat bekerjasama berlawanan sisi tempat tidur, melonggarkan semua seprei dari kasur dan mengganti seprei. Ini harus rapi dilipat, sisanya seprei dan selimut harus dibiarkan dipakai pasien dan diambil dengan hati-hati untuk memastikan bahwa pasien tetap tertutup sepanjang waktu untuk menjaga privasi dan kenyamana pasien (Elkin et al, 2003).

g) Minta pasien untuk memiringkan badan ke salah satu sisi dengan dibantu oleh perawat. Perhatikan adanya alat medis terpasang pada pasien seperti kateter, infus, drainase luka, untuk mencegah terjadinya atau terlepasnya alat tersebut. h) Menggulung seprei yang terpasang atau yang akan diganti dari

satu sisi memanjang ketengah tempat tidur menuju pasien. Tempatkan seprei bersih di kasur dan gulung lagi memanjang kearah pasien.

i) Minta pasien untuk miring ke sisi berlawanan. Hal ini akan memungkinkan menarik seprei yang kotor dan segera menarik seprei yang bersih.

j) Tempatkan lembaran dalam seprei kotor pada keranjang kotor untuk mencegah kontak dengan pakaian dan resiko infeksi silang.

k) Tarik seprei yang bersih, sebelum menyelipkan sisi seprei pada bagian bawah tempat tidur dan setelah itu buat sudut 90°. Hal ini untuk memastikan bahwa lembaran bawah seprei tetap kencang dan bebas dari kerutan dan akan membantu untuk mencegah pengembangan dekubitus dan mengurangi ketidaknyamanan pasien (Elkin, et al, 2003).

l) Pastikan pasien memakai selimut untuk menjaga kenyamanan dan privasi pasien.

m) Selipkan bagian sisi atas seprei ke bawah matras begitu juga dengan bagian kaki. Untuk memudahkan pergerakan pasien dan kenyamanan bagian bawah tidak terlalu kencang.

n) Pastikan selimut bagian bawah pada kaki diselipkan dibawah kasur bersamaan dengan seprei.

o) Bagian atas seprei, selimut dilipat sekitar 30 cm dari atas tempat tidur untuk kenyamanan pasien.

p) Pasang sarung bantal bersih dan letakkan dibawah kepala pasien.

q) Bantu pasien untuk menentukan posisi yang nyaman termasuk tempat tidur, perangkat medis yang terpasang dengan menempatkan bel untuk memanggil perawat disisi tempat tidur.

Bantal tambahan mungkin diperlukan untuk membantu posisi pasien atau untuk mencegah perkembangan dekubitus.

r) Pastikan ketinggian tempat tidur dan pastikan kenyamanan dan keselamatan pasien. Letakkan kembali barang seperti kursi, meja disamping tempat tidur harus diatur kembali sesuai dengan kenyamanan pasien.

s) Lepaskan celemek plastik, cuci tangan atau dekontaminasi menggunakan tekhnik yang direkomendasikan untuk meminimalkan resiko infeksi silang.

c. Metode Penataan Tempat Tidur (Bed Making) Di Rumah Sakit Metode pemasangan seprei (bed making) telah diterapkan demi menjamin kenyamanan pasien khususnya di Rumah Sakit. Berbagai jenis metode pemasangan seprei yang digunakan diberbagai Rumah Sakit khususnya di Yogyakarta berdasarkan Sumara (2013) adalah sebagai berikut :

1) Metode sudut 90°

Pemasangan seprei dengan membuat sudut 90° pada setiap sudut seprei terhadap matras/kasur. Tempatkan dan bentangkan seprei bersih ditengah, atas dan sampai melebihi panjang kasur sehingga bisa ditarik sampai bawah kasur. Sebelum menyelipkan sisi lembar seprei, buat sudut dapat dengan cara menyelipkan seprei sampai terbentuk sudut 90°. Pastikan lembaran bawah pada seprei tetap tidak berkerut. Hal ini untuk memastikan bahwa

lembaran bawah seprei bebas kerut akan membantu untuk mencegah pengembangan dekubitus dan mengurangi ketidaknyamanan pasien (Bloomfield, 2008). Metode ini sama dengan prosedur pemasangan prosedur pemasngan seprei atau linen pada an occupied bed. Metode ini mempunyai ketegangan permukaan yang fleksibel untuk menahan berat badan.

2) Metode tali sudut

Metode tali sudut adalah pemasangan seprei dengan membuat tali pada setiap sudut seprei kemudian ditali dan ditarik kencang sehingga bisa dimasukkan dalam matras/kasur, metode ini mempunyai regangan yang lebih kuat sehingga dapat mengurangi kerutan ataupun lipatan pada seprei. Menurut Matsuo, et al (2011) tentang effect on air matress pressure redistributtion caused by different in bed making menyimpulkan bahwa metode “corner” atau sudut pojok menurunkan area kontak menjadi 0,6 dibandingkan dengan “No Treatment” yang meningkat 1,8 kali dari MIP (Maximum Interface Pressure) dan mengganggu tekanan redistribusi fungsi dari kasur, sedangkan metode “Tie” atau tali sudut bisa menghambat redistribusi fungsi tekanan dengan cara yang sama dengan metode “No Treatment”. Kesimpulan : disarankan menggunakan metode “Corner” karena yang memiliki efek redistribusi tekanan pada kasur udara.

Pada saat berbaring di matras busa permukaan matras ikut melengkung mengikuti lengkungan tubuh kita. Bagian tubuh yang bersentuhan dengan seprei dan kasur sangat luas sehingga tekanan yang dilakukan tubuh kecil. Apabila berbaring diatas papan keras, maka papan tidak bisa mengikuti lengkungan tubuh sehingga permukaan yang bersentuhan dengan tubuh kecil sehingga tekanan yang dilakukan tubuh terhadap papan lebih besar (Abdullah, 2004). Hal tersebut sama pada penerapan metode pemasangan seprei tali sudut yang mempunyai regangan yang kuat sehingga menciptakan suatu tahanan yang berefek pada tekanan yang meningkat. Sedangkan pada metode pemasangan seprei an occupied bed mempunyai gaya tarikan yang minimal sehingga tekanan yang diciptakan lebih kecil.

3) Metode karet

Metode karet adalah pemasangan seprei dengan menggunakan jenis seprei yang sudah terpasang karet disetiap sudutnya. Biasanya jenis ini sudah model dari perusahaan atau model dari pabrik seprei tersebut. Pada jenis ini diharapkan pemasangan seprei menjadi lebih mudah, cepat dan sangat praktis di tatanan Rumah Sakit. Ketegangan metode ini kurang dapat dikontrol apabila karet pada seprei telah aus, sehingga kurang mampu menahan berat badan pasien.

d. Hubungan Penataan Tempat Tidur Dengan Dekubitus

Penataan tempat tidur (bed making) berkaitan dengan tekanan, gaya geser dan gesek (shear dan friction). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sumara (2013) tekanan permukaan (interface pressure) pada metode bed making an occupied bed lipat sudut 90° lebih rendah dan stabil dibandingkan dengan metode bed making tali sudut. Gaya geser terjadi saat memindahkan pasien dari tempat tidur ke usungan dan kulit pasien ditarik melalui tempat tidur, saat geseran terjadi kulit dan lapisan subkutan yang melekat pada permukaan tempat tidur serta lapisan otot dan tulang meluncur searah dengan pergerakan tubuh. Kapiler yang berada dibawah jaringan teregang dan terjepit oleh gaya geser yang mengakibatkan terjadi nekrosis diantara jaringan. Kerusakan jaringan terjadi di jaringan dalam sehingga meyebabkan kerusakan dermis (Potter & Perry, 2010). Gesekan juga dapat menyebabkan cidera pada kulit pasien yang disebabkan oleh pergerakan kulit pasien pada seprei. Luka gesekan juga dapat terjadi pada pasien yang sakit tetapi tidak dapat merasakan sensasi nyeri, misalnya pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran (Langemo & Black, 2010).

Gaya geser adalah tekanan pada permukaan melintasi satu dan yang lainnya seperti tekanan mekanik yang digunakan saat kulit ditarik melintasi permukaan kasar seperti seprei atau linen tempat tidur (WOCN, 2003). Berbeda dengan cidera akibat gaya geser, cidera

akibat gesekan memengaruhi epidermis atau lapisan kulit yang paling luar. Gaya gesek ini terjadi pada pasien yang pada saat diubah posisinya atau dikembalikan ke posisi semula ditarik bukan diangkat dari permukaan tempat tidur (Potter & Perry, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Lahmann, et al (2011) menyatakan gaya geser dan gesek sebagai penyebab yang paling tinggi untuk terjadinya Dekubitus.

Apa yang dimaksud Unoccupied Bed?

Merupakan tempat tidur yang sudah disiapkan dan masih tertutup dengan sprei penutup (over laken) diatasnya.

Apa tujuan dari bed making?

Bed making merupakan salah satu kunci keterampilan keperawatan yang penting untuk promosi kenyamanan pasien, kebersihan dan kesejahteraan (Elkin et al, 2003).

Sebutkan langkah langkah dalam mempersiapkan tempat tidur?

Kasur dan bantal. Pasang seprai besar dengan garis temgah lipatan tepat di tengah kasur/tempat tidur, bagian atas seprai dimasukkan di bawah kasur kemudian bagian bawahnya. Atur sisi kedua samping seprai atau tempat tidur dengan sudut 90 derajat, lalu mesukkan ke bawah kasur. Pasang perlak di tengah tempat tidur.

Apakah yang dimaksud menyiapkan tempat tidur pasien?

Jawaban: Verbedent merupakan istilah lain dari prosedur menyiapkan tempat tidur pasien.