Apa saja yang termasuk syarat sah puasa brainly?

>>>
Tidak terasa bulan suci Ramadhan akan segera tiba. Berikut ini rukun puasa Ramadhan, syarat sah puasa Ramadhan, syarat wajib puasa Ramadhan dan hukum berpuasa Ramadhan pada hari syak untuk menyegarkan kembali ingatan kita dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

1. Rukun Puasa Ramadhan

Di dalam kitab Safinatun Najah, disebutkan bahwa seorang muslim yang mendapati datangnya bulan Ramadhan melalui salah satu dari 5 sebab berikut, maka wajib baginya untuk berpuasa Ramadhan[1]:

a. Bulan Sya’ban telah genap 30 hari

b. Bila telah melihat hilal (awal Ramdahan), meski dia seorang muslim yang fasik

c. Adanya kepastian terlihatnya hilal lewat kesaksian seorang yang adil, maka jatuh kewajiban berpuasa bagi seorang muslim yang tidak melihatnya

d. Adanya pemberitahuan terlihatnya hilal dari seorang yang adil dalam periwayatan dan sangat bisa dipercaya. Baik berita tersebut bisa diterima oleh hati orang yang mendengarnya atau tidak, atau berita tersebut berasal dari orang yang tidak dapat dipercaya namun hati orang yang mendengarnya dapat mempercayainya.

e. Dengan menduga masuknya bulan Ramadhan melalui ijtihad bagi orang yang tidak bisa membedakan antara bulan ramadhan dengan bulan lainnya, semisal bagi orang yang ditawan atau dipenjara.

Baca juga: Keutamaan Bulan Suci Ramadhan

Selanjutnya, berikut ini adalah Rukun Puasa Ramadhan yang terdiri dari 3 hal[1]:

a. Niat pada waktu malam setiap hari untuk puasa fardhu Ramadhan

b. Meninggalkan semua hal yang membatalkan puasa dalam keadaan ingat (sejak dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari), mengetahui (bila sedang puasa) tidak bodoh yang ma’dzur (dimaafkan)

c. Shoimun (orang yang berpuasa)

2. Syarat Sah Puasa Ramadhan

Syarat sahnya puasa Ramadhan ada empat hal:

a. Islam

b. Berakal

c. Suci dari haidh dan nifas

d. Mengetahui bahwa saat itu adalah hari diperbolehkannya puasa, yakni bukan hari yang diharamkan untuk berpuasa semisal telah masuk hari raya Idul Fitri (karena telah terlihat hilal awal Syawal pada malam harinya)

Catatan mengenai poin (d) di atas:

Termasuk hari yang tidak diperbolehkan untuk puasa Ramadhan adalah pada hari syak, yakni satu hari atau dua hari sebelum hari pertama Ramadhan, kecuali bila orang tersebut telah biasa berpuasa sunah sebelumnya, semisal hari syak tersebut jatuh pada hari Senin atau Kamis di mana ia telah biasa puasa sunah Senin-Kamis sebelumnya[2].

Dalil mengenai larangan berpuasa pada hari syak adalah hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim sebagai berikut[2],

“Janganlah kamu mendahului Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari, kecuali bagi orang yang sudah terbiasa puasa pada hari tertentu, maka puasalah di hari itu.”

Juga berdasarkan perkataan sahabat nabi Ammar bin Yassar RA,

“Barangsiapa berpuasa pada hari syak, maka ia pun telah mendurhakai Abal Qasim (yakni rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ed).” Hadis riwayat Ammar tersebut disahihkan oleh Imam Tirmidzi, Imam Ibnu Hibban dan Imam Al-Hakim, dan Imam Bukhari pun berkomentar, “Andaikata seseorang bernazar puasa pada hari syak, maka puasanya tidak sah.”

3. Syarat Wajib Puasa Ramadhan

Syarat wajibnya puasa Ramadhan ada lima hal:

a. Islam

b. Baligh dan berakal

c. Mampu melakukannya

d. Sehat (tidak dalam kondisi sakit)

e. Mukim / tidak sedang bepergian / bukan musafir

Demikianlah sedikit pembahasan untuk me-review kembali rukun, syarat sah dan syarat wajibnya puasa Ramadhan. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan kesehatan & kemudahan bagi kita untuk melaksanakan ibadah shaum serta ibadah lainnya di bulan suci Ramadhan ini. Aamiin….

Referensi:

[1] Salim bin Abdullah bin Sumair Al-Hadhrami As-Syafi’i. Terjemah Safinatun Najah Panduan Fiqih Dasar Madzhab Syafi’i. Mutiara Ilmu Agency, Surabaya, 2015.

[2] Ahmad Isa Asyur. Al Fiqhul Muyassar, Bagian Ibadat. Penerbit Pustaka Amani, Jakarta.
(Fikih mazhab Syafii yang ditulis seorang ulama terpandang dari Mesir)

Apa saja yang termasuk syarat sah puasa brainly?

Ilustrasi puasa ramadan. (Photo rawpixel.com Copyright by Freepik)

Bola.com, Jakarta - Kewajiban puasa merupakan satu di antara dari rukun Islam yang wajib ditunaikan setiap Muslim.

Kewajiban puasa telah disebutkan dalam Al-Qur'an pada surat Al-Baqarah ayat 183 dan berbagai hadis Rasulullah saw.

Puasa dapat diartikan sebagai ibadah yang wajib untuk ditunaikan pada bulan Ramadan dengan menahan lapar, dahaga, dan hawa nafsu dimulai sejak terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari (magrib).

Dalam menjalankan ibadah puasa Ramadan, penting bagi umat Islam untuk mengetahui rukun dan syarat puasa supaya dianggap sah.

Lantas, apa saja rukun dan syarat yang harus tuntas dipenuhi umat Muslim agar dapat dianggap sah?

Berikut ini macam-macam rukun dan syarat wajib puasa Ramadan, dikutip dari laman baznas.go.id, Selasa (22/3/2022).

- Muslim

Syarat pertama yang wajib untuk dipenuhi untuk menjalankan ibadah puasa adalah berstatus sebagai seorang Muslim. Lantaran puasa ini merupakan ibadah yang termasuk dalam rukun islam, dengan demikian ibadah ini wajib ditunaikan oleh seorang Muslim.

Bagi mereka yang keluar dari islam (murtad), tidak diwajibkan untuk berpuasa dan apabila dijalankan menjadi tidak sah.

- Balig atau Sudah Dewasa (Pubertas)

Syarat wajib yang kedua untuk menjalankan ibadah puasa adalah dengan umur di atas 15 tahun atau telah mencapai status balig atau pubertas. Status balig bagi perempuan ditandai dengan hadirnya menstruasi. Sedangkan, status balig bagi laki-laki ditandai dengan keluarnya air mani dari kemaluannya.

- Berakal Sehat

Syarat ketiga adalah berakal sehat, apabila seorang Muslim kehilangan akal sehatnya (gila) maka puasa tidak diwajibkan untuknya. Begitu pula dengan seorang Muslim yang kehilangan kesadarannya atau dalam keadaan mabuk.

- Mampu Menjalankan Ibadah Puasa

Jika seorang Muslim telah memenuhi syarat wajib puasa namun tidak bisa menjalankannya karena suatu alasan tertentu, diperbolehkan baginya untuk tidak berpuasa. Alasan-alasan tersebut, seperti dalam keadaan sakit, usia senja, dalam perjalanan, ibu hamil dan menyusui.

Namun, jika masih mampu, wajib baginya pula untuk menggantikan puasa Ramadan tersebut di hari lain. Namun, jika tidak bisa menggantikannya dengan berpuasa di hari lain, wajib baginya untuk membayar fidiah sesuai jumlah puasa Ramadan yang ditinggalkannya.

- Mengetahui Awal Ramadan

Syarat wajib puasa yang terakhir adalah dengan mengetahui waktu awal berpuasa hingga akhir puasa atau sebulan penuh.

- Niat untuk Berpuasa

Niat puasa diartikan sebagai sebuah penegasan untuk menjalankan ibadah puasa Ramadan. Niat puasa ini hendaknya dibaca setiap malam di bulan Ramadan, atau sebelum waktu fajar. Adapun berikut bacaan niat puasa:

"Nawaitu shauma ghadin ‘an adai fardhi syahri romadhana hadzihissaanati lillahi ta’ala".

Artinya: Aku niat puasa berpuasa besok hari untuk menunaikan kewajiban di bulan Ramadan tahun ini karena Allah Ta'ala.

- Menahan Diri dari Tindakan yang Membatalkan Puasa

Saat berpuasa hendaklah kita menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa dimulai sejak waktu fajar hingga terbenamnya matahari. Adapun hal-hal yang membatalkan puasa adalah makan, minum, keluar air mani yang disengaja, muntah yang disengaja, nifas, menstruasi, dan keluar dari Islam (murtad).

Sumber: baznas.go.id

Dapatkan artikel Islami dari berbagai tema lain dengan mengeklik tautan ini.

Rukun puasa perlu diketahui terlebih sebentar lagi kita sedang menjalankan ibadan puasa di bulan Ramadan.

Puasa atau shaum adalah sebuah ibadah yang luar biasa. Termasuk dalam rukun Islam yang lima, puasa diwajibkan untuk umat muslim saat Ramadan dan disunathkan di bulan-bulan dan waktu-waktu khusus lainnya.

Untuk menegaskan tentang wajibnya puasa, Allah SWT berfirman dalam Alquran, yakni: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Al-Baqarah: 183).

Baca Juga: Kumpulan Doa Menyambut Ramadan yang Bisa Dipanjatkan Menjelang Puasa di Bulan Suci

Bukan hanya berpahala, puasa juga baik untuk kesehatan.

Manfaat puasa salah satunya saat berpantang dari semua atau makanan dan minuman tertentu akan menurunkan asupan kalori secara keseluruhan, yang dapat menyebabkan peningkatan penurunan berat badan seiring waktu.

American Journal of Clinical Nutrition menemukan, puasa dapat meningkatkan metabolisme dengan meningkatkan kadar neurotransmitter norepinefrin, yang dapat meningkatkan penurunan berat badan.

Harus ada syarat dan rukun puasa yang dipenuhi agar puasa masuk dalam kategori sah.

ADVERTISEMENT

Apa saja yang termasuk syarat sah puasa brainly?

Menurut para ulama ushul fikih, syarat adalah: “Sesuatu yang jika ia tidak ada maka suatu amalan dianggap tidak ada. Namun dengan adanya dia, belum tentu suatu amalan dianggap ada, yang ia terletak di luar amalan.”

Baca Juga: Doa untuk Kelancaran Operasi, agar Tidak ada Hambatan dan Diberikan Kesembuhan Setelah Menjalaninya

Maksudnya, jika suatu amalan baik berupa ibadah atau akad muamalah, hilang darinya satu syarat saja maka amalan tersebut dianggap tidak ada atau tidak sah.

Contohnya, wudhu adalah syarat sah salat. Jika seseorang salat tanpa wudhu maka saalatnya tidak sah.

Sedangkan rukun adalah: “Sesuatu yang jika ia tidak ada maka suatu amalan dianggap tidak ada. Namun dengan adanya dia, belum tentu suatu amalan dianggap ada, yang ia terletak di dalam amalan.”

Rukun mirip dengan syarat, sebab jika tidak terpenuhi satu saja, amalan dianggap tidak ada atau tidak sah.

Bedanya, rukun berada di dalam amalan, sedangkan syarat berada di luar amalan. Contohnya terkait dengan rukuk dan sujud di dalam salat.

Shalat seseorang tidak sah jika kurang satu sujud atau kurang satu rukuk, baik karena sengaja atau lupa. Sedangkan rukuk dan sujud ada di dalam shalat. Berbeda dengan wudlu sebagai contoh di atas.

Dirangkum dari berbagai sumber, simak penjelasan rukun puasa dan syaratnya di bawah ini.

Baca Juga: Resep Tumis Udang Petai untuk Makan Malam Ramadan Istimewa

Syarat Puasa

Apa saja yang termasuk syarat sah puasa brainly?

Foto: Orami Photo Stock

Ada beberapa hal tentang syarat dan rukun puasa yang harus diperhatikan.

Dilansir Islam NU, puasa adalah ibadah yang menjadi keharusan atau rukun keislamannya.

Hal ini termaktub dalam hadits yang diriwayat kan oleh Imam Turmudzi dan Imam Muslim:

ADVERTISEMENT

Apa saja yang termasuk syarat sah puasa brainly?

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله وسلم يَقُوْلُ : بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامُ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَحَجُّ الْبَيْتِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ

“Dari Abi Abdurrahman, yaitu Abdullah Ibn Umar Ibn Khattab r.a, berkata: saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Islam didirikan dengan lima hal, yaitu

persaksian tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, didirikannya shalat, dikeluarkannya zakat, dikerjakannya hajji di Baitullah (Ka’bah), dan dikerjakannya puasa di bulan Ramadhan.” (Hadits Shahih, riwayat al-Bukhari: 7 dan Muslim: 19)

Yuk, ketahui lebih dalam di sini!

Baca Juga: Beda Karakter Anak, Beda Pula Cara Mengajarkan Puasa

1. Syarat Wajib Puasa

Maksudnya adalah seseorang dikatakan wajib menunaikan puasa apabila:

Sedang Sehat atau Tidak Dalam Keadaan Sakit, serta Sedang Menetap atau Tidak Dalam Keadaan Bersafar

Allah SWT berfirman: “Dan barangsiapa yang dalam keadaan sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (QS Al Baqarah: 185).

Suci dari Haid dan Nifas

Ini berdasarkan hadis dari Mu’adzah yang pernah bertanya pada ‘Aisyah RA tentang hal tersebut. Mu’adzah berkata:

“Saya bertanya kepada Aisyah ‘Kenapa gerangan perempuan yang haid mengqadha’ puasa dan tidak mengqadha’ shalat?’ Aisyah menjawab, ‘Apakah kamu dari golongan Haruriyah? ‘

Aku menjawab, ‘Aku bukan Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya.’ Dia menjawab, ‘Kami dahulu juga mengalami haid, maka kami diperintahkan untuk mengqadha’ puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha’ salat’.”

Islam

Jumhur ulama berpendapat bahwa orang-orang kafir juga mukhaththab bi furu’isy syar’iyyah (menjadi objek hukum-hukum syar’i dalam masalah furu’). Sehingga mereka juga terkena kewajiban salat, puasa, dan zakat.

Baligh

Ketika orang anak menginjak usia balig, barulah ia terkena beban syariat.

Rasulullah SAW bersabda: “Pena (catatan amal) diangkat dari tiga jenis orang: orang yang tidur hingga ia bangun, anak kecil hingga ia balig, dan orang gila hingga ia berakal.” (HR. An-Nasa`i no. 7307, Abu Dawud no. 4403, Ibnu Hibban no. 143).

Berakal

Seseorang dikenai beban syariat ketika ia memiliki akal. Orang yang gila, pingsan, koma, tidak dikenai beban syariat hingga kembali akalnya. Dasar dalilnya sama seperti dalil baligh di atas.

Mukim (tidak sedang safar)

Orang yang sedang dalam perjalanan jauh, tidak ada kewajiban untuk berpuasa. Allah SWT berfirman:

“Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (QS Al-Baqarah: 184).

Mampu berpuasa

Orang yang tidak mampu berpuasa karena ada udzur seperti sakit, atau sudah tua, atau uzur yang lain, maka tidak ada kewajiban berpuasa. Allah SWT berfirman:

“Allah tidak membebani manusia kecuali sesuai kemampuannya.” (QS Al-Baqarah: 286).

Baca Juga: 7 Cara Mudah Membangunkan Anak Sahur Agar Tidak Ngambek

2. Syarat Sah Puasa

Ada beberapa syarat sahnya puasa, yaitu:

Islam

Ini adalah syarat sah dari semua amalan. Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah hanya menerima amalan dari orang-orang yang bertakwa.” (QS Al-Ma`idah: 27).

Tamyiz

Anak kecil yang sudah mumayiz jika melakukan ibadah dengan memenuhi syarat dan rukunnya, maka sah ibadahnya.

Patokan tamyiz menurut para ulama adalah ketika seorang anak sudah bisa memahami perkataan orang lain secara umum dengan baik.

Ini berdasarkan hadis dari ‘Abdullah bin ‘Abbas RA, yakni: “Seorang perempuan mengangkat seorang anak kecil (ke hadapan Nabi SAW), kemudian ia berkata: ‘Apakah anak ini hajinya sah?’ Nabi menjawab: ‘Iya sah, dan engkau mendapatkan pahala’.” (HR Muslim no. 1336).

Berakal

Orang yang tertutup akalnya, tidak sah dan tidak teranggap amalannya karena tidak ada niat dari dirinya.

Suci dari Haid dan Nifas

Perempuan yang sedang haid dan nifas tidak sah ibadahnya karena berada dalam kondisi hadas akbar. Dasar hadisnya telah disebutkan di atas.

Masuk Waktu.

Puasa hanya sah jika dikerjakan pada waktunya. Salah satunya ketika bulan Ramadan dan antara terbit fajar shadiq sampai tenggelam matahari. Allah SWT berfirman:

“Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (QS Al-Baqarah: 185).

Berniat

Niat merupakan syarat sah puasa karena puasa adalah ibadah sedangkan ibadah tidaklah sah kecuali dengan niat sebagaimana ibadah yang lain.

Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi SAW: “Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dari niatnya.” Namun ada yang melafadzkan niat, tapi ada juga yang tidak. Ini tergantung dari pemahaman seseorang.

Baca Juga: Ini Dia 10 Manfaat Puasa untuk Kesehatan

Rukun Puasa

Apa saja yang termasuk syarat sah puasa brainly?

Foto: Orami Photo Stock

Berdasarkan kesepakatan para ulama, rukun puasa adalah menahan diri dari berbagai pembatal puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.

Hal ini berdasarkan firman Allah SWT: “Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.” (QS Al Baqarah: 187).

1. Niat

Ulama Syafi’iyyah dan Malikiyyah berpendapat bahwa niat adalah rukun puasa, bukan syarat.

Karena niat puasa selalu ada dalam diri seseorang, kecuali ia berniat membatalkan puasanya. Sedangkan ulama Hanabilah dan Hanafiyah berpendapat bahwa niat adalah syarat sah puasa, bukan rukun.

Karena niat dilakukan sebelum fajar, di luar puasa. Terlepas dari perbedaan ulama dalam masalah tersebut, orang yang berpuasa Ramadan wajib berniat di malam hari sebelum fajar. Tidak sah puasa orang yang tidak berniat.

2. Menahan diri

Tentunya mampu menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga tenggelam matahari.

Sebuah hadist dari ‘Umar bin Khaththab RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Jika datang malam dari sini, dan telah pergi siang dari sini, dan terbenam matahari, maka orang yang berpuasa boleh berbuka.” (HR Al-Bukhari no.1954, Muslim no. 1100).

Ketika orang yang puasa memenuhi syarat sah dan rukun puasa, maka sah puasanya. Selamat belajar menahan dan mengontrol diri selama puasa.

Sumber

  • https://islam.nu.or.id/ramadhan/syarat-wajib-dan-rukun-puasa-ramadhan-EoZoJ
  • https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/10837292/