Apa saja cara pengendalian konflik dan kekerasan?

adjar.id – Adjarian, tahu tidak cara pengendalian konflik yang terjadi di dalam masyarakat?

Konflik biasanya terjadi karena adanya perbedaan kepentingan yang berlawanan antarkelompok.

Konflik termasuk ke dalam gejala kemasyarakatan yang akan senantiasa melekat di dalam kehidupan masyarakat.

Kali ini, kita akan membahas mengenai cara yang dilakukan untuk pengendalian konflik dalam masyarakat yang menjadi materi sosiologi kelas 11 SMA.

Baca Juga: Pengelompokkan Jenis Integrasi Sosial Berdasarkan Pengertiannya

O iya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konflik merupakan percekcokan, perselihan, atau pertentangan.

Konflik sendiri termasuk ke dalam interaksi sosial yang berbentuk disosiatif, di mana jika dibiarkan akan menimbulkan terjadinya disintegrasi sosial suatu bangsa.

Nah, dalam ilmu sosial, konflik merupakan sebuah proses sosial, di mana orang per orang atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan menentang pihak lain.

Yuk, kita simak penjelasan mengenai cara pengendalian konflik berikut ini, Adjarian!


“Konflik biasanya disertai dengan kekerasan dan ancaman agar pihak lain merasa kalah.”

Cara Penyelesaian Konflik

Berikut ini, beberapa cara pengendalian konflik di dalam masyarakat, yaitu:

1. Konsiliasi

Konsiliasi merupakan usaha mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang mengalami konflik agar tercapai tujuan bersama.

Konsiliasi akan terwujud apabila ada peranan dari lembaga-lembaga tertentu dalam masyarakat.

Lembaga tersebut harus berfungsi efektif sebagai pengendali konflik, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh lembaga tersebut, di antaranya:

Baca Juga: Dampak-Dampak yang Diakibatkan oleh Konflik Masyarakat

• Lembaga harus memiliki sifat otonom dengan wewenang untuk mengambil keputusan tanpa adanya campur tangan dari lembaga lain.

• Kedudukan lembaga tersebut harus bersifat monopolistis di dalam masyarakat yang berkonflik.

• Lembaga tersebut harus berperan sebagai pengikat kelompok yang berkonflik, sehingga kelompok konflik akan merasa terikat pada lembaga.

• Lembaga tersebut harus bersifat demokratis yang memberi kesempatan dan mendengarkan pendapat kedua pihak sebelum mengambil keputusan.


“Dalam penyelesaian konflik dengan cara konsiliasi perlu adanya peran dari lembaga untuk mengendalikan konflik.”

Nah, adanya lembaga untuk menyelesaikan konflik tidak akan berarti jika tidak adanya keinginan dari pihak-pihak yang berkonflik untuk menyelesaikan konflik.

Maka dari itu, kelompok yang terlibat konflik harus berada dalam kondisi berikut:

• Menyadari bahwa mereka berada dalam kondisi konflik, sehingga perlu dilaksanakan prinsip keadilan yang jujur bagi semua pihak.

• Mengendalikan konflik hanya mungkin dilakukan apabila berbagai kekuatan sosial saling terlibat konflik terorganisasi dengan jelas.

• Setiap kelompok yang terlibat di dalam konflik harus mematuhi aturan tertentu yang ditetapkan lembaga.

Baca Juga: Penyebab Konflik Sosial di dalam Kehidupan Masyarakat

2. Mediasi

Mediasi merupakan cara pengendalian konflik dengan jalan meminta bantuan pihak ketiga sebagai penasihat.

Jadi, mediasi adalah usaha berupa kompromi yang tidak dilakukan secara langsung, tetapi dengan bantuan dari pihak ketiga sebagai penengah konflik.

Pihak ketiga di sini mencoba untuk mempertemukan dan mendamaikan pihak-pihak yang berkonflik.


“Cara mediasi dilakukan dengan melibatkan orang ketiga sebagai penasihat dari konflik yang terjadi.”

Nah, dalam mediasi ini, pihak ketiga sifatnya netral dan tugasnya untuk mengusahakan suatu penyelesaian konflik dengan jalan damai.

Dalam menyelesaikan konflik ini, pihak ketiga tidak memiliki wewenang untuk memberikan keputusan terhadap penyelesaian konflik.

Jadi, hanya berperan sebagai penasihat dan nasihat yang diberikan tidak mengikat pihak-pihak yang terlibat konflik.

Baca Juga: Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Konflik Sosial dalam Masyarakat

3. Arbitrasi

Arbitrasi merupakan bentuk penyelesaian konflik yang menggunakan jasa penengah sebagai pihak ketiga.

Pihak ketiga dalam arbitrasi ini dipilih langsung oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik itu, Adjarian.

Nah, yang membedakan pihak ketiga dalam arbitrasi dengan mediasi yaitu di dalam arbitrasi pihak ketiga menjadi perantara untuk mempertemukan kehendak dari pihak yang berkonflik.

Jadi, sebagai penengah, pihak ketiga dan kelompok yang berkonflik membuat keputusan bersama untuk menyelesaikan konflik atas dasar ketentuan yang sudah ada.

Nah, itulah tadi Adjarian, cara pengendalian konflik yang terjadi di dalam masyarakat, salah satunya dengan cara konsiliasi.

Sekarang, yuk, coba jawab pertanyaan berikut ini!

Pertanyaan

Apa perbedaan peran orang ketiga dalam cara asimilasi dengan arbitrasi?

Petunjuk: Cek halaman 3 dan 4.

Tonton juga video berikut ini!

Jika bermanfaat, jangan lupa bagikan artikel ini yaa..

Guys, elo masih ingat nggak sih, tentang berita seorang nenek yang mencuri buah kakao dari sebuah perkebunan? Yap, berita ini dulu sempat viral nih, karena si nenek dijatuhi hukuman 3 tahun penjara. 

Padahal, masih banyak upaya penyelesaian konflik sosial lainnya lho, selain menempuh jalur persidangan. Nah, kira-kira konflik apa saja ya, yang terjadi di Indonesia dan bagaimana cara penyelesaiannya? Yuk, kita simak artikel ini!

Upaya Penyelesaian Konflik Sosial

Apa saja cara pengendalian konflik dan kekerasan?
Upaya penyelesaian konflik sosial (Dok. Pixabay)

Selama ini, kita sering mendengar istilah mediasi, namun pernahkah kalian bertanya-tanya apa itu mediasi dalam sosiologi? 

Jadi, mediasi merupakan bentuk penyelesaian konflik yang melibatkan bantuan pihak ketiga (bersifat netral) sebagai penengah (kasih anjuran). 

Contoh mediasi yakni ketika Dini yang ketahuan mencuri kue di toko, tetapi ia tidak dituntut oleh pemilik toko ke ranah hukum karena ditengahi oleh Pak Joko. 

2. Arbitrase

Pengendalian konflik dengan cara arbitrase berarti menyelesaikan konflik dengan bantuan pihak ketiga (bersifat netral) yang bertindak sebagai pemberi keputusan. Keputusan-keputusan yang dibuat disertai dengan perjanjian tertulis dari pihak yang berkonflik. 

Contoh arbitrase yakni ketika wasit mengganjar kartu merah untuk Rano pasca keributannya dengan Aldo. Di sini, wasit bertindak sebagai pihak ketiga yang netral. Selain itu, keputusan wasit juga bersifat mutlak dan harus dipatuhi. 

Baca Juga: Materi Sosiologi Kelas 11: Multikulturalisme

3. Adjudikasi

Adjudikasi merupakan bentuk penyelesaian konflik melalui jalur pengadilan (sidang). Contoh adjudikasi yakni ketika hakim memutuskan hak asuh anak diberikan kepada sang istri setelah perceraian. 

4. Kompromi

Apa saja cara pengendalian konflik dan kekerasan?
Dengan berkompromi, konflik bisa mereda dengan berkurangnya tuntutan dari kedua belah pihak (Dok. Pixabay)

Upaya penyelesaian konflik sosial selanjutnya adalah dengan cara kompromi. Kompromi adalah bentuk penyelesaian konflik dengan adanya upaya masing-masing pihak untuk mengurangi tuntutan. 

Contoh kompromi adalah ketika Mia terlibat kecelakaan dengan Diana, lalu mereka pun saling menuntut ganti rugi. Namun, pada akhirnya mereka saling mengikhlaskannya. 

5. Konsiliasi

Konsiliasi adalah bentuk penyelesaian konflik dengan adanya upaya mempertemukan pihak yang berkonflik. Contoh konsiliasi yaitu ketika Pak RT memanggil Budi dan Damar setelah rebutan lahan parkir. 

6. Koersi

Apa saja cara pengendalian konflik dan kekerasan?
Bentuk penyelesaian konflik dengan ancaman bisa disebut dengan koersi (Dok. Pixabay)

Koersi merupakan bentuk akomodasi dengan menggunakan ancaman, baik fisik maupun psikologis agar pihak lain bertindak sesuai yang diharapkan. Contoh koersi yakni ketika polisi menggunakan gas air mata sebagai upaya menghentikan demonstrasi yang ricuh. 

7. Stalemate

Apa itu stalemate? Stalemate adalah situasi di mana ketika kedua belah pihak yang berkonflik memiliki kekuatan yang seimbang sehingga konflik terhenti pada titik tertentu. Contoh stalemate yakni berakhirnya Perang Dingin antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet. 

Baca Juga: Mobilitas Sosial: Materi Sosiologi Kelas 11

Apa saja cara pengendalian konflik dan kekerasan?

Download Aplikasi Zenius

Tingkatin hasil belajar lewat kumpulan video materi dan ribuan contoh soal di Zenius. Maksimalin persiapanmu sekarang juga!

Apa saja cara pengendalian konflik dan kekerasan?

Apa saja cara pengendalian konflik dan kekerasan?

Apa saja cara pengendalian konflik dan kekerasan?

Contoh Soal Upaya Penyelesaian Konflik Sosial

  1. Bentuk penyelesaian konflik yang dilakukan dengan cara paksaan hingga kekerasan disebut ….

A. Stalemate

B. Mediasi

C. Konsiliasi

D. Koersi

E. Arbitrasi

Jawaban dan pembahasan:

Koersi adalah penyelesaian konflik melalui proses-proses koersif atau paksaan, sehingga jawaban yang tepat adalah D. Koersi

Baca Juga: Faktor Penyebab Konflik Sosial – Materi Sosiologi Kelas 11

Yeay, selesai juga nih, pembahasan kita mengenai upaya penyelesaian konflik sosial. So, setelah melihat contoh di atas, kira-kira konflik apa lagi sih, yang sering elo temui dan bagaimana upaya penyelesaiannya? Yuk, coba komen di bawah!

Apa saja cara pengendalian konflik dan kekerasan?