Kematian merupakan kiamat mengapa demikian

Kematian merupakan kiamat mengapa demikian
Segala puji bagi Allah Subhanallahu wa ta’ala, kepada-Nya kita memuji, memohon pertolongan dan ampunan. Kita berlindung kepada Allah dari kejelekan jiwa dan keburukan amal perbuatan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah semata yang tidak memiliki sekutu, dan Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Kematian adalah takdir seluruh makhluk, manusia ataupun jin, hewan ataupun makhluk-makhluk lain, baik lelaki atau perempuan, tua ataupun muda, baik orang sehat ataupun sakit. Seperti dalam firman Allah Ta’ala berikut ini (yang artinya), “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran : 185).

Setiap manusia memiliki ajal, dan kematian tidak bisa dihindari dan kita tidak ada yang bisa lari darinya. Namun sayang, sedikit manusia yang mau bersiap menghadapinya. Seperti dalam firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari  daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu kan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Jumu’ah : 8).

“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An-Nisa’ : 78).

“ Sesuatu yang bernyata tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali ‘Imran : 145).

Semua yang bernyawa pasti akan mati sesuai ajalnya atas izin, takdir dan ketetapan-Nya. Siapapun yang ditakdirkan mati pasti akan mati meski tanpa sebab, dan siapapun yang dikehendaki tetap hidup pasti akan hidup.Dan sebab apapun yang datang menghampiri tidak akan membahayakan yang bersangkutan sebelum ajalnya tiba karena Allah Ta’ala telah menetapkan dan menakdirkannya hingga batas waktu yang telah ditentukan. Tidak ada satupun umat yang melampaui batas waktu yang telah ditentukan.

“Sering-seringlah mengingat pemutus segala kenikmatan, yaitu KEMATIAN, karena tidaklah seseorang mengingatnya dalam kesempitan hidup melainkan akan melapangkannya dan tidaklah seseorang mengingatnya dalam keleluasaan hidup melainkan akan mempersempitnya.” (HR. Baihaqi, Ibnu Hibban dan Bazzar, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih al-Jami’, hadist nomor 1222).

Mengingat kematian akan menimbulkan rasa khawatir di dunia yang fana karena kita akan menuju negeri akhirat yang abadi. Kematian tidak mengenal usia, waktu ataupun penyakit tertentu agar setiap orang mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Manusia tidak pernah lepas dari kondisi lapang dan sempit, sehingga dengan mengingat kematian, maka manusia tidak akan terlena ataupun berputus asa dari takdir. Manusia yang mengingat kematian akan dimuliakan dalam 3 (tiga) hal, yaitu :

  1. Segera bertaubat,
  2. Hati qanaah,
  3. Giat ibadah.

Bagaimana dengan manusia yang mengharapkan kematian segera datang?. “Janganlah salah seorang dari kalian mengharapkan kematian karena marabahaya yang menimpa, kalaupun harus mengharap (mati), hendaklah berdoa : Ya Allah, hidupkanlah aku selama kehidupan lebih baik bagiku dan matikan aku jika kematian lebih baik bagiku.” (HR. Al-Bukhari : 567 dan HR. Muslim : 2680).

“Janganlah salah seorang kalian mengharapkan dan berdoa (memohon) kematian sebelum waktunya tiba, sungguh bila salah seorang dari kalian meninggal dunia, amalnya terputus, sungguh umur orang mukmin itu menambahkan kebaikan.” (HR. Muslim : 2686). Hendaknya manusia senantiasa bersabar dengan ketetapan dari Allah Ta’ala dan senantiasa istiqomah dijalan-Nya. Janganlah berputus asa karena sesungguhnya putus asa itu memberikan peluang kepada setan untuk melemahkan hati manusia. (Soffi/drberbagaisumber)

Kematian merupakan kiamat mengapa demikian

Oleh: KH Abdul Muiz Ali
Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI

Dalam bahasa Arab kalimat kiamat (al-qiyamat) selain mempunyai arti hancurnya alam semesta, juga dapat diartikan dengan kematian (al-maut). Orang yang mati berarti sudah merasakan kiamat dan masuk ruang kehidupan dimensi akhirat (kiamat). Namun yang dimaksud dengan kiamat dalam kontek kematian adalah kiamat dengan skala kecil (sughra). Sedangkan kiamat dengan skala besar (kubra) adalah hancurnya alam semesta yang ditandai dengan tiupan pertama sangkakala atau terompet malaikat Israfil.

Setiap jiwa yang hidup pasti akan merasakan kematian, baik mati yang disebabkan penyakit tertentu, kecelakaan, disebabkan bencana alam atauh bahkan mati mendadak.كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS Ali Imran [3]: 185)

Datangnya hari kiamat adalah sebuah kepastian yang wajib di imani keberadaannya. Semua manusia termasuk para kekasih Allah SWT, seperti para Nabi dan orang-orang shalih tidak ada yang tahu kapan persisnya terjadi hari kiamat terjadi. Kepastian terjadinya hari kiamat hanya diketahui Allah, Dzat SWT Yang Mahatahu.يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ

“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: ‘Bilakah terjadinya?’ Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia’.” (QS Al Ahzab [33]: 187).

Dalam ayat yang lain, sejak Rasulullah SAW masih hidup sekitar 14 abad yang silam kemuculan kiamat sudah dianyatakan dekat.يَسْأَلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ اللَّهِ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا

“Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah”. Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.” (QS Al Ahzab [33]: 63)

Baca Juga  UEA, Arab, dan Budaya Barat

Tanda-tanda munculnya hari kiamat dijelaskan dalam beberapa hadits antara lain:عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ أَسِيدٍ الْغِفَارِيِّ قَالَ اطَّلَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْنَا وَنَحْنُ نَتَذَاكَرُ فَقَالَ مَا تَذَاكَرُونَ قَالُوا نَذْكُرُ السَّاعَةَ قَالَ إِنَّهَا لَنْ تَقُومَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ فَذَكَرَ الدُّخَانَ وَالدَّجَّالَ وَالدَّابَّةَ وَطُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَنُزُولَ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَأَجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَثَلَاثَةَ خُسُوفٍ خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَآخِرُ ذَلِكَ نَارٌ تَخْرُجُ مِنْ الْيَمَنِ تَطْرُدُ النَّاسَ إِلَى مَحْشَرِهِمْ

“Dari Hudzaifah bin Asid Al-Ghifari berkata bahwa Rasulullah SAW menghampiri kami saat kami tengah membicarakan sesuatu. Dia bertanya, ‘Apa yang kalian bicarakan?’ Kami menjawab, ‘Kami membicarakan kiamat.’ Dia bersabda, ‘Kiamat tidaklah terjadi sehingga kalian melihat sepuluh tanda-tanda sebelumnya.’ Rasulullah menyebut kabut, Dajjal, binatang (ad-dabbah), terbitnya matahari dari Barat, turunnya Isa bin Maryam AS, Ya’juj dan Ma’juj, tiga gerhana; gerhana di timur, gerhana di barat dan gerhana di jazirah Arab dan yang terakhir adalah api muncul dari Yaman menggiring manusia menuju tempat perkumpulan mereka.” (HR Muslim).

Kabar duka sering terdengar belakangan ini. Kabar kematian tersebut beragam faktor penyebabnya. Salah satunya adalah kabar kematian karena wabah. Dahulu ketika keadaan masih normal dan dunia bebas dari pandemi global seperti Virus Covid-19, faktor-faktor kematian yang didengar beraneka macam penyebabnya seperti kecelakaan, sakit kronis, tertimpa bencana, dan sebagainya. Namun yang terjadi sekarang, penyebab kematian mendadak karena wabah justru menjadi hal yang tak asing didengar.

Kematian mendadak karena wabah sebenarnya tidak terjadi pada masa sekarang saja, melainkan sejak zaman dahulu wabah virus sudah berevolusi dan tidak sedikit diantaranya yang menyebabkan kematian massal pada umat manusia.

Contohnya nyatanya adalah virus Flu Spanyol yang pernah mengguncang Indonesia dan merenggut nyawa jutaan orang sejak Maret 1918 sampai September 1919. Dikutip dari Arsip Nasional RI (ANRI) virus ini berhasil melumpuhkan 20 persen dari total populasi penduduk dunia. Artinya dalam konteks ini, kematian karena wabah itu merupakan hal yang memang sudah terjadi sejak dahulu.

Namun tak dapat dimungkiri bahwasannya tiap kejadian yang terjadi di dunia ini adalah kehendak Allah Ta’ala. Terkadang Allah SWT menghendaki terjadinya sesuatu agar kita dapat mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang terjadi. Kematian mendadak sebenarnya bukanlah hal yang ganjil untuk terjadi, karena pada hakikatnya kematian itu adalah hal yang pasti terjadi. Semua yang bernyawa pasti akan mati, akan tetapi bila kematian yang terjadi bersifat massal maka hal tersebut perlu menjadi bahan refleksi dan mawas diri.

Jika ditinjau dari perspektif dalil,Rasulullah pernah menjelaskan bahwa kiamat sudah dekat apabila suatu kaum sudah terang-terangan melakukan perzinaan maka akan menjalar berbagai wabah dan penyakit yang tidak dikenal sebelumnya. Penjelasan ini dapat terkonfirmasi dari hadits riwayat Ibnu Majah:يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ، وَأَعُوذُ بِاللهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ: لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ، حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا، إِلَّا فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ

Dalam hadits ini, Rasulullah SAW memberitakan kepada kita bahwa apabila umat manusia melakukan lima hal, maka mereka akan dihukum dengan lima hal. Dan kelima perbuatan itu adalah tanda-tanda semakin dekatnya hari kiamat. Pertama, apabila suatu kaum sudah terang-terangan melakukan perzinaan maka akan menjalar berbagai wabah dan penyakit yang tidak dikenal sebelumnya di kalangan mereka…(HR Ibnu Majah). Dalam hadits lain disebutkan:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، رَفَعَهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : مِنِ اقْتِرَابِ السَّاعَةِ أَنْ يُرَى الْهِلالُ قِبَلا ، فَيُقَالُ : لِلَيْلَتَيْنِ ، وَأَنْ تُتَّخَذَ الْمَسَاجِدَ طُرُقًا ، وَأَنْ يَظْهَرَ مَوْتُ الْفُجَاءَةِ
Dari Anas bin Mâlik, dia meriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW beliau SAW bersabda, “Di antara dekatnya hari kiamat, hilal akan terlihat nyata sehingga dikatakan ‘ini tanggal dua’, masjid-masjid akan dijadikan jalan-jalan, dan munculnya (banyaknya) kematian mendadak.” (HR Thabarani).

Baca Juga  Yang Boleh dan Tidak untuk Hubungan Suami Istri Selama Haid

Mati mendadak bagi orang yang beriman bisa jadi itu merupakan bentuk kasih sayang dari Allah SWT dan sebaliknya bisa disebut siksaan bagi orang yang tidak beriman. Rasulullah SAW bersabda:عَنْ عَائِشَةَ ، قَالَتْ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، يَقُولُ : مَوْتُ الْفُجَاءَةِ تَخْفِيفٌ عَلَى الْمُؤْمِنِ ، وَأَخْذَةُ أَسَفٍ عَلَى الْكَافِرِ

Dari ‘Aisyah, dia berkata, “Aku mendengar Rasûlullâh SAW bersabda, “Kematian mendadak adalah keringanan terhadap seorang mukmin, dan siksaan yang membawa penyesalan terhadap orang kafir.” (HR Abdurrazzaq).

Rasulullah SAW juga berlindung diri dari segala sesuatu yang berisiko pada kematian.اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ التَّرَدِّي ، وَالْهَدْمِ ، وَالْغَرَقِ ، وَالْحَرِيقِ ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ يَتَخَبَّطَنِي الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْمَوْتِ ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ فِي سَبِيلِكَ مُدْبِرًا ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ لَدِيغًا.

“‘Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari terjatuh dari tempat yang tinggi, dari tertimpa bangunan (termasuk terkena benturan keras dan tertimbun tanah longsor), dari tenggelam, dan dari terbakar. Aku juga berlindung kepada-Mu dari campur tangan setan ketika akan meninggal. Aku juga berlindung kepada-Mu dari meninggal dalam keadaan lari dari medan perang. Aku juga berlindung kepada-Mu dari meninggal karena tersengat hewan beracun.”

Terlepas dari pertanyaan apakah kematian mendadak merupakan suatu pertanda akhir zaman, tapi sebagai seorang muslim memang sudah seharusnya kita melakukan kontemplasi dan refleksi diri. Sudah siapkah kita dihadapkan dengan kematian yang datang secara tiba-tiba? Karena pada hakikatnya kematian memang datang tanpa diundang. Baik dengan adanya wabah atau pun tidak, kematian adalah suatu keniscayaan yang pasti akan terjadi pada tiap insan yang bernyawa. Wallahu’alam bisshawab.