Apa mark zuckerberg bermain facebook setiap hari

Opinions expressed by Entrepreneur contributors are their own.

Editor's Note: In the new podcast Masters of Scale, LinkedIn co-founder and Greylock partner Reid Hoffman explores his philosophy on how to scale a business -- and at Entrepreneur.com, entrepreneurs are responding with their own ideas and experiences in our hub. This week, we're discussing Hoffman's theory: if you're not embarrassed by your first product release, you released it too late.

Apa mark zuckerberg bermain facebook setiap hari
Jacqui Ipp

"Move fast and break things" are words Mark Zuckerberg has lived by for years. Before launching the biggest social media network on the planet, the New York native launched ZuckNet, a network to help his family communicate when he was a tween.

"My dad was a dentist, and growing up, one of the neat things was that his dental office was actually connected to our home. And the dentists and hygienists needed to share data on the patients," he shares with Reid Hoffman, the host of podcastMasters of Scale, a 10-episode series in which the LinkedIn co-founder and Greylock partner chats with big-name leaders about unconventional theories pertaining to scaling businesses. "So I built a system where he could communicate with folks across rooms, and can also can communicate with me and my sisters upstairs—and I called it ZuckNet, because it was basically our little network, inside the Zuckerberg home, and it was fun. Basically, that was the predecessor to probably a bunch of different social software ideas that I explored over time."

Later, in college, he created a crowdsourced platform for his art history class, along with a program to help students figure out classes they should take. All were launched haphazardly, imperfectly and quickly – an approach that allowed Zuckerberg to get user feedback, iterate and create a product people could use.

Related: Check Out a New Podcast Hosted by Reid Hoffman -- And Join the Conversation on Entrepreneur.com

"I think that there's really something to the strategy of just learn, and go as quickly as you can," he tells Hoffman. "Even if not every single release is perfect, I think you're going to end up doing better over a year or two than you would be if you just waited to get feedback for a year of all your ideas."

And at Facebook, this is what they do every single day, says Zuckerberg.

At any given point in time, there isn't just one version of Facebook running, there are probably 10,000. Any engineer at the company can basically decide that they want to test something. There are some rules on sensitive things, but in general, an engineer can test something, and they can launch a version of Facebook not to the whole community, but maybe to 10,000 people or 50,000 people—whatever is necessary to get a good test of an experience," he shares in the podcast. "And then, they get a readout of how that affected all of the different metrics, and things that we care about. How were people connecting? How were people sharing? Do people have more friends in this version? Of course, business metrics, like how does this cost the efficiency of running the service, how much revenue are we making?"

By doing so, Zuckerberg creates a constant feedback loop, allowing Facebook to test their assumptions.

"Giving people the tools to be able to go get that data, without having to argue whether their idea's good through layers of management before testing something, frees people up to move quicker," he says in the podcast. "If the thing doesn't work, then we add that to our documentation of all the lessons that we've learned over time. If it does work, then we can incorporate those small changes into the base of what Facebook is—that now everyone else who is trying to build an improvement, that's the new baseline that they need to get against."

This approach, the one Zuckerberg is famous for -- "move fast and break things" -- also has helped the social media platform scale quickly, in more than just the above example. And according to Hoffman, co-founder of LinkedIn and Greylock partner, this approach is the right one for entrepreneurs.

Related: Reid Hoffman: To Successfully Grow A Business, You Must 'Expect Chaos'

"If you're not embarrassed by your first product release, you've released it too late," Hoffman says on Masters of Scale. "The way for most entrepreneurs to create a great product is through a tight feedback loop with real customers using a real product."

For more from Hoffman's conversation with Zuckerberg, listen to the latest episode of this new series. Listeners can also access new episodes onApple, Google, Stitcher and other streaming platforms.

Mark Zuckerberg ingin membentuk ulang Facebook. Ia telah memberitahu beberapa analis dan wartawan seputar impiannya untuk menjadikan Facebook sebagai pelopor bentuk internet yang sama sekali berbeda.

Ia menyampaikan:

Di tahun-tahun yang akan datang, saya berharap orang-orang akan tidak lagi melihat kami sebagai perusahaan media sosial, tapi sebagai menjadi perusahaan metaverse … Metaverse adalah bentuk paling mutakhir dalam teknologi sosial.

Jadi apa yang dimaksud oleh sang CEO Facebook dengan “perusahaan metaverse” ini? Akan jadi seperti apa perusahaan itu kelak?

Asal-usul

Istilah “metaverse” digunakan untuk menggambarkan masa ketika internet akan berkembang menjadi dunia virtual.

Konsep ide ini pertama kali diajukan pada 1992 oleh novelis Amerika Neal Stephenson dalam karya fiksi ilmiah klasiknya, Snow Crash. Film tersebut meramalkan internet sebagai ruang hidup virtual 3D, tempat individu masuk dan keluar, berinteraksi satu sama lain dalam waktu sebenarnya (real time).

Banyak pihak di Silicon Valley memandang metaverse sebagai masa depan yang sesungguhnya. Misalnya, Google banyak berinvestasi dalam realitas berimbuh (augmented reality/AR), teknologi yang memungkinkan pengguna untuk melihat dunia nyata dengan objek 3D digital berlapis di atasnya. Selain itu, ada rumor bahwa Apple sedang membangun produk semacam kacamata yang berguna untuk menciptakan pengalaman berada di ruang virtual.

Namun, Facebook tampaknya paling berkomitmen pada semua visi baru ini. Dalam perjalanannya mengubah Facebook menjadi perusahaan metaverse, Zuckerberg berusaha membangun sistem yang memungkinkan orang dapat berpindah ke realitas virtual (VR), AR, dan bahkan perangkat 2D, menggunakan avatar mereka.

Di sana mereka dapat bekerja, bersosialisasi, berbagi sesuatu, dan pengalaman lainnya. Mungkin saja orang-orang masih bisa menggunakan internet untuk beberapa hal biasa seperti pencarian via internet sebagaimana sekarang.

Apa mark zuckerberg bermain facebook setiap hari

Selamat datang di 2030. Grande Duc

Zuckerberg tidak hanya memiliki platform Facebook, tapi juga WhatsApp, Instagram, dan Oculus - pembuat perangkat VR - sehingga memiliki kesempatan besar untuk mewujudkan dunia metaverse ini.

Lewat merek-merek ini, Facebook memiliki jumlah pelanggan yang tidak ada duanya. Raksasa teknologi ini juga mengantongi semua pengetahuan penting untuk menciptakan dunia maya yang diinginkan: bagaimana orang berperilaku online, kepribadian mereka, hal yang disuka dan tidak suka, kiprah, minat, bahkan keadaan emosional pengguna.

Untuk membangun metaverse, para insinyur Facebook harus mampu menciptakan realitas baru di dunia virtual. Situasi bernama immersion ini dapat membuat pengguna lupa bahwa ia berada di dunia virtual.

Bayangkan sebuah game komputer yang berisi 2,9 miliar avatar. Saat game berlangsung, kecerdasan buatan mengumpulkan semua informasi tentang aktivitas para avatar tersebut.

Berbekal informasi dari miliaran pengguna Facebook, peneliti Facebook kini bekerja untuk menciptakan kualitas kunci dari metaverse, yaitu “presence” atau kehadiran. Perasaan ini muncul kita ketika sedang berada di suatu ruang bersama orang lain.

Peneliti tersebut di bawah divisi khusus bernama Reality Labs. Banyak di antara mereka berlatar belakang gaming.

Facebook juga menggelontorkan uang ke perangkat lunak untuk mengaktifkan sistem “teleportasi” ke tempat lain (contoh: kantor) sehingga seolah-olah pengguna benar-benar ada di sana. Mereka juga menciptakan perangkat fisik seperti kacamata AR dan headset VR yang lebih canggih.

Kebutuhan metaverse

Zuckerberg berharap Facebook dapat melakukan transisi ini dalam lima tahun ke depan. Sehingga, pada akhir dekade ini, perangkat seperti headset dan kacamata AR dapat siap digunakan sehari-hari.

Agar berhasil, Facebook harus membuat VR miliknya dapat dapat beroperasi dengan sistem metaverse yang dibuat oleh perusahaan lain secara online. Sistem ini juga harus dibuat dengan skala besar atau masif supaya dapat berjalan dengan baik ketika semakin banyak orang ikut menggunakannya.

Proses transisi tentu akan memakan biaya yang sangat mahal. Namun, upaya integrasi teknologi ini memang dibutuhkan.

Facebook telah menghadapi gugatan dalam kasus antimonopoli untuk praktik anti-persaingan. Gugatan tersebut gugur, namun pemerintah Amerika Serikat (AS masih mengupayakan peraturan yang dapat memaksa Facebook dan raksasa teknologi lainnya untuk berhenti meraksasa.

Facebook pun memiliki banyak musuh – musuh yang cukup besar sebagai imbas dari skandal Cambridge Analytica. Dalam skandal itu, Facebook dituding mengambil data pengguna tanpa persetujuan mereka. Penanganan isu privasi oleh perusahaan juga dipersoalkan.

Menciptakan sebuah produk metaverse yang sepenuhnya dapat beroperasi dengan segala produk metaverse lain tidak hanya berpotensi meyakinkan orang-orang tentang tujuan utama Facebook. Sistem ini juga akan sulit dihentikan di masa depan.

Jika metaverse ini beroperasi, maka pesaing Facebook juga akan merasa kesulitan untuk membuat sistem tandingan. Sistem metaverse Facebook juga kian bernilai seiring semakin banyak orang menjadi bagian dari jaringan ini.

Adapun pandangan ini berasal dari gagasan efek jaringan (networking effect) yang dimanfaatkan Facebook dan raksasa online Amerika lainnya untuk menjadi perusahaan bernilai triliunan dolar.

Mengubah model bisnis bukanlah keputusan sepele. Banyaknya pelanggan yang terjebak di rumah selama lebih dari setahun karena COVID membuat seluruh sendi-sendi perusahaan kian membara. Facebook melaporkan penjualan iklan kuartal kedua 2021 meningkat 57%, dan sebesar 7% kenaikan pengguna aktif bulanan (yakni 170 juta lebih pengguna).

Torehan lainnya adalah kenaikan pendapatan bersih hampir dua kali lipat menjadi 10,4 miliar dolar (Rp 148,3 triliun). Hingga akhir Juni, perusahaan itu memiliki uang sebesar 64 miliar dolar (Rp 912 triliun).

Apa mark zuckerberg bermain facebook setiap hari

Likes = pemasukan. Vitya_M

Saat ini, iklan mendominasi bisnis sosial di Facebook. Namun ternyata, langkah Facebook menuju perusahaan metaverse justru meningkatkan menambah potensi sumber pendapatan baru.

Di Facebook, pengguna terbiasa membagikan pemikiran, gambar, posting, aktivitas, acara, dan minat secara daring tanpa membayar. Kelak, pengguna bisa saja bersedia merogoh kocek untuk pelayanan interaktivitas lebih baik yang akan tersedia di dunia metaverse. Misalnya untuk memasuki area pribadi tertentu atau untuk melakukan hal-hal tertentu, seperti berteleportasi selama lebih dari beberapa menit pada suatu waktu.

Zuckerberg menyampaikan keyakinannya bahwa Facebook akan menghasilkan uang dari penjualan barang dan pengalaman virtual tertentu. Apakah kita akan membayar untuk pakaian avatar paling keren di masa depan, misalnya? Atau mungkin kita juga akan rela membayar demi melihat film terbaru di bioskop virtual?

Di dunia baru ini, kita mungkin akan berinteraksi dengan satu sama lain lebih sering dibanding biasanya. Hal ini menunjukkan lebih banyak peluang pendapatan bagi para penjaga gerbang.

Singkatnya, upaya menciptakan dunia virtual bagi pengguna untuk berinteraksi dengan teman dan keluarga mereka bukan sekadar visi yang mewah, namun juga kebutuhan bisnis. Mark Zuckerberg berhasil menciptakan platform media sosial pertama yang menjadi standar global. Sekarang, dalam realitas virtual, ia sedang mencoba mengulang kesuksesan yang sama.


Rachel Noorajavi menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.

Apa tujuan Mark Zuckerberg membuat Facebook?

Jadi intinya, Zuckerberg tetap ingin membuat Facebook untuk para mahasiswa. Proyek pertama yang Ia buat diberi nama CourseMatch (coursematch.com). Proyek tersebut bisa memungkinkan siapapun yang berkuliah di kampus Harvard dan sekelas dengan Zuckerberg dapat saling berkomunikasi satu sama lain melalui website tersebut.

Kapan Facebook akan ditutup?

Google, Facebook, dan Twitter Terancam Diblokir Pada 20 Juli 2022.

Apa yang membuat Mark Zuckerberg terkenal?

Ia dikenal karena menciptakan situs jejaring sosial Facebook bersama temannya, yang dengan itu ia menjadi pejabat eksekutif dan presiden. Facebook didirikan sebagai perusahaan swasta pada tahun 2004 oleh Zuckerberg dan teman sekelasnya Dustin Moskovitz, Eduardo Saverin, dan Chris Hughes ketika menjadi mahasiswa di ...

Mark Zuckerberg buta warna apa?

Ya, ternyata tak banyak yang tahu kalau Mark Zuckerberg adalah seorang pengidap buta warna.