Apa maksud frekuensi dalam saham


Apa maksud frekuensi dalam saham

Salah satu faktor penting bagi trader dalam menentukan saham incaran adalah likuiditas saham. Saham yang likuid artinya saham yang aktif diperdagangkan, ditandai dengan selalu adanya antrian order pada fraksi-fraksi harga di harga permintaan (bid price) maupun penawaran (offer price). Selain dari antrian bid offer, saham likuid juga dapat dinilai berdasarkan bid offer split dan lot saham.

Minat pasar terhadap suatu saham akan tercermin dari frekuensi dan volume perdagangan. Saham tidak likuid biasanya ditransaksikan dengan volume yang kecil. Trader sebaiknya menghindari saham tidak likuid karena susah dibeli dan susah dijual. Harganya bisa naik cepat, tapi juga turun dalam waktu sekejap karena jumlah saham beredar atau jumlah permintaan penawarannya kecil.

Trader tentunya memiliki target realisasi keuntungan dalam jangka waktu tertentu. JIka salah memilih saham yang ternyata tidak likuid, trader akan repot saat menjual saham. Karena sedikitnya bid offer, perlu waktu untuk menjual saham tersebut. Harga saham tidak likuid juga cenderung di situ-situ saja, sehingga trader harus sabar menunggu harganya bergerak dulu baru bisa melakukan penjualan.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk identifikasi saham likuid adalah dengan mengecek kapitalisasi pasarnya. Saham dengan kapitalisasi pasar di atas Rp4 triliun termasuk kategori kapitalisasi pasar besar, range Rp2 triliun - Rp4 triliun termasuk kapitalisasi sedang dan di bawah Rp1 triliun termasuk kapitalisasi kecil.

Trader disarankan untuk memilih saham dengan kapitalisasi besar (big caps) yang termasuk sebagai saham dengan likuiditas tinggi. Biasanya, harga saham-saham big caps relatif lebih mudah naik dan volatilitasnya menarik untuk trading. Saham likuid ini cocok untuk mendapatkan profit jangka pendek.

Bursa Efek Indonesia (BEI) mengakomodir saham-saham yang termasuk dalam kategori likuid dalam bentuk indeks saham seperti IDX80. Kehadiran indeks saham ini menyempurnakan indeks saham yang sudah ada sebelumnya, yaitu IDX30 dan LQ45. Indeks saham IDX80 terdiri dari 80 saham yang paling likuid di BEI. Cara praktis untuk memilih saham yang likuid, jelas Fifi, adalah mengecek saham-saham apa yang termasuk di IDX80.

Untuk memantau pergerakan indeks IDX80 dan indeks saham lainnya yang ada di Bursa Efek Indonesia, trader dapat mengecek menu Index Composite yang ada di aplikasi MotionTrade. Daftar saham yang termasuk indeks ini dievaluasi Bursa Efek Indonesia secara berkala dan dapat dicek melalui website Bursa Efek Indonesia di www.idx.co.id.

Back

Studi empiris ini berbasiskan data di Bursa Efek Jakarta pada periode Maret 2001. Kondisi Pasar di BEJ merupakan pasar yang fluktuatif. Informasi baru yang diterima menyebabkan perubahan ekuilibrium menjadi kondisi ekuilibrium baru. Hal itu menunjukkan informasi memotivasi investor dalam perdagangan saham. Informasi yang mana? Efisiensi pasar di Bursa Efek Jakarta belum dapat digolongkan ke dalam bentuk setengah kuat. Pelaku pasar masih memusatkan perhatiannya pada saham berkapitalisasi besar. Bagaimana saham yang berkapitalisasi kecil? Aktivitas perdagangan berdasarkan pada dua aktifitas yaitu frekuensi perdagangan dan volume perdagangan. Studi in1 menggunakan frekuensi perdagangan sebagi proksi trading activity. Frekuensi perdagangan lebih informative dibandingkan volume perdagangan. Gopinath dan Krishnamurti (2001) menunjukkan bahwa volume perdagangan tergantung pada motivasi untuk berdagang, tipe dari informasi, perilaku resiko dan market micro structure. Banyak pedagang lebih menyukai membeli saham lebih dari sekali dalam sehari (frekuensi besar) dari pada membeli dalam jumlah banyak sekaligus (trade size besar). Hal ini berkaitan dengan strategi perdagangan. Studi dilakukan memakai model regresi linier dengan beberapa aktivitas perdagangan sebagai proksi dari variabelnya. Model digunakan untuk menerangkan hubungan antara frekuensi perdagangan dengan volatilitas, frekuensi perdagangan dengan informasi, dan frekuensi perdagangan dengan bid ask spread. Informasi dibedakan menjadi firm specific information dan market wide information . Penelitian ini menghasilkan hubungan positif antara frekuensi perdagangan dan volatilitas saham ' berkapitalisasi besar serta hubungan negative untuk saham berkapitalisasi kecil dan menengah. Frekuensi perdagangan dipengaruhi secara positif oleh firm specific ,information untuk saham berkapitalisasi kecil. Frekuensi perdagangan saham berkapitalisasi besar dipengaruhi oleh firm specific information maupun market wide information. Closing spread untuk perusahaan berkapitalisasi besar dipengaruhi secara negative oleh frekuensi perdagangan. Implikasinya pedagang lebih menyukai perdagangan saham berkapitalisasi besar pada periode transaksi yang padat. BEJ perlu melakukan usaha agar informasi dapat disebarkan secara luas kepada pelaku pasar. Hal ini akan meningkatkan likuiditas pasar karena konsentrasi investor tidak hanya pada saham-saham berkapitalisasi besar.

My empirical study based on trading activity data of Jakarta Stock Exchange in period March 2001. The stocks market conditions in Jakarta Stock Exchange were volatile. New information that was received by traders caused change price equilibrium to be new condition. That saw information motivated market investor in the trading activities. Which kind of the information? Market efficiency of Jakarta Stock Exchange didn't group in semi strong form yet. Traders still concentrate to big market capital stocks. How about information from small market capital stocks? Trading activity has two base conditional, trading frequency or trading volume. This study use trading frequency as trading activity proxy. Trading frequency is more informative than trading volume. Gopinath and Krishnamurti (2001) show that trading volume was determined by trader motivation to trade, type of information, attitude to risk and market microstructure factor. Many traders buy more stocks more once in one day (more number of transactions) than buy in large number of stocks. That refers to trading strategic. The study uses linier regression model and few kind daily trading activities as proxy of variable. Model was used to explaining association between trading frequency and volatility, trading frequency and kind of information, and trading frequency and bid ask spreads. Information were differenced be market wide information and firm specific information. The study confirms the positive relation between trading frequency and volatility for large firm and the negative relation for small and medium firm. Trading frequency for small and medium firm is positively associated with firm specific information. Large firm trading frequency depends on both of firm specific and market wide information. Closing spread of large firm are negatively associated with trading frequency. The implication refers to the reason that traders for large capitalization wishing to transact shares on high trading activity period. JSX should spread the information because trading for small and medium firm still depend on firm specific information. It may build liquid market in JSX. Traders will not concentrate for large capital stock market only .

Kata Kunci : Saham,Volatilitas,Perusahaan Besar dan Kecil, frekuensi perdagangan, market wide information, firm specific information, volatilitas, bid ask spread, kaptalisasi

Istilah frekuensi trading saham pasti tidak asing lagi bagi anda para trader. Saya rasa semua trader sudah mengetahui arti dari frekuensi trading. Yap, frekuensi trading menunjukkan jumlah (banyak sedikitnya) trading saham (buy dan sell) yang anda lakukan dalam kurun waktu tertentu.  

Semua trader pasti sudah memahaminya. Jadi yang ingin saya bahas di pos ini adalah: Seberapa banyak frekuensi trading yang sebaiknya anda lakukan sebagai trader? Dan apa kaitan antara frekuensi trading dengan target take profit trading?

Kenapa saya bahas ini? Karena dua hal inilah yang seringkali belum dipahami oleh para trader, sehingga trader cenderung sering salah mengambil keputusan trading.  

Terkait berapa banyak sedikitnya frekuensi trading yang anda lakukan, itu semua tergantung dari preferensi anda. Maksud saya begini, kalau anda mau menjadi swing trader / trading mingguan, maka frekuensi trading anda otomatis harus lebih sedikit. 

Sedangkan jika anda ingin meningkatkan frekuensi trading anda lebih banyak, maka ada baiknya melakukan trading dengan jangka waktu yang lebih pendek, misalnya trading harian (intraday) atau trading beberapa hari saja. Baca juga: Strategi Trading Intraday & One Day Trading Saham.

Banyak sedikitnya frekuensi trading saham juga sangat menentukan target take profit ideal yang harusnya terapkan dalam trading.  

Jika frekuensi trading anda semakin sering / banyak, maka target take profit anda hendaknya semakin "KECIL". Sebaliknya, semakin sedikit frekuensi trading, maka target take profit hendaknya semakin TINGGI. 

Nah, disinilah trader seringkali salah. Banyak trader yang ingin trading harian, yang aktif mengincar saham2 yang bisa naik jangka pendek, tapi trader juga ingin untung 5%, 15% terus setiap harinya. 

Hal inilah yang saya katakan sebagai tindakan tidak rasional seorang trader. Bisakah anda mencari saham yang naik terus 10% tiap hari? Adakah saham yang bisa naik 15% tiap hari? 

Jawabannya: Ada. Tapi bukankah saham2 seperti ini sangat berisiko, tidak likuid, dan sering terkena suspensi? Anda mungkin bisa untung 10% hari ini. Tapi apakah anda bisa terus konsisten selama 1 tahun? 3 tahun? 

Faktanya, banyak trader yang mencoba meningkatkan frekuensi trading dan target profit yang terlalu tinggi, ujung2nya trader rugi besar, tidak bisa untung konsisten. 

Justru sebaliknya, trader yang mengincar take profit yang logis, yaitu sekitar 1-3% harian, dengan memilih saham2 yang lebih berkualitas, trader bisa mendapatkan keuntungan konsisten dalam jangka panjang. 

Apalagi saham2 yang naik dalam jangka pendek, dan yang risikonya kecil, pada umumnya saham2 tersebut tidak akan naik sangat tinggi, kecuali dalam jangka yang lebih panjang.

Itu artinya semakin sering frekuensi trading, maka ada baiknya anda mengambil target profit yang lebih rendah namun konsisten.  

Meskipun secara kasat mata persentasenya terlihat kecil, tetapi akumulasi profit anda sebenarnya sangat BESAR. Anda yang sudah punya pengalaman trading, anda akan mengetahui bahwa profit harian 1-3% secara konsisten itu bukanlah profit yang kecil. 

Sebaliknya, banyak juga penganut swing trader yang nggak sabaran. Maunya incar untung 10% dalam beberapa minggu, sudah analisa saham ini itu, tapi saham baru naik 0,7% sehari-dua hari langsung dijual. 

Padahal kalau ada saham itu pasti memiliki fluktuatif. Kalau ada saham yang bisa anda simpan dan naik berpotensi tinggi dalam mingguan, harusnya anda meningkatkan target profit anda, tetapi frekuensi trading anda lebih sedikit. Baca juga: Panduan Simpel & Efektif Menemukan Saham Bagus

Itulah yang ingin saya sampaikan pada anda mengenai frekuensi trading saham. Anda harus pahami bahwa semakin banyak frekuensi trading, target take profit harus ditetapkan lebih kecil, demikian juga sebaliknya. 

Anda yang jeli baca pos ini kemudian bertanya: "Untungnya banyak mana, frekuensi trading dikit atau banyak?"

Semua sama2 untung. Saya tidak bisa mengatakan lebih untung yang mana, lebih baik yang mana. Karena semua tergantung dari strategi yang anda gunakan, tingkat kecocokan anda terhadap tipikal trading, besar kecilnya modal anda, pengalaman anda dan lain2.

Namun intinya, anda yang sudah baca pos ini, anda harus bisa menerapkan frekuensi trading dan target take profit yang benar.