Apa fungsi sengat pada lebah

Halodoc, Jakarta - Sengatan lebah tentu sangat menyakitkan. Namun, beberapa orang justru sengaja ingin mendapatkan racun dari sengatan lebah untuk mengatasi berbagai penyakit melalui terapi yang dikenal dengan terapi sengat lebah atau apitherapy.

Racun lebah memiliki sifat asam, tetapi tidak memiliki warna. Racun ini akan dikeluarkan dari tubuh ketika lebah merasa ada ancaman. Kabarnya, racun lebah memiliki kandungan zat kimia yang bersifat anti-inflamasi yang tersusun dari mineral, gula, asam amino, dan beberapa jenis enzim. 

Kandungan inilah yang dipercaya mampu mengurangi rasa nyeri sekaligus mempercepat proses penyembuhan beberapa jenis gangguan kesehatan. Nah, salah satu senyawa yang bersifat anti-inflamasi dan terkandung dalam sengatan lebah ini adalah melittin. 

Terapi Sengat Lebah dan Rematik

Lalu, benarkah terapi sengat lebah membantu meringankan rematik? Ternyata, sebuah studi berjudul Clinical Randomized Study of Bee-Sting Therapy for Rheumatoid Arthritis yang dipublikasikan dalam Acupuncture Research, berhasil menemukan bahwa sengatan lebah mampu meringankan kondisi rematik. 

Baca juga: Ketahui 9 Jenis Rematik yang Umum Terjadi

Studi yang dilakukan melibatkan 100 orang partisipan yang mengidap rematik. Peserta dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pertama dengan mengonsumsi obat dan kelompok kedua yang diobati menggunakan terapi sengat lebah. Ternyata, setelah menjalani pengobatan selama tiga bulan, kedua kelompok mengaku bahwa radang sendi yang mereka alami mengalami penyembuhan. Namun, kelompok yang menggunakan terapi sengat lebah mengaku rematik tidak sering kambuh, berbeda dengan kelompok yang hanya menggunakan obat-obatan. 

Studi lain berjudul Treatment of Rheumatoid Arthritis by Bee-venom Acupuncture yang dipublikasikan dalam Acupuncture Research, juga berhasil membuktikan bahwa terapi sengat lebah dengan akupuntur memberikan efek pereda gejala yang serupa dengan pengobatan rematik dengan obat. 

Baca juga: Ini Beberapa Tanda Sakit Pinggang karena Rematik

Namun, jika terapi ini tidak membantu, kamu harus memeriksakan kondisimu ke dokter atau rumah sakit terdekat. Kalau mau tanya dokter atau berobat ke rumah sakit lebih mudah, pakai saja aplikasi Halodoc. Kapan dan di mana saja kamu butuh bantuan seputar masalah kesehatan, dokter spesialis di aplikasi Halodoc siap membantu. 

Manfaat Lain Terapi Sengat Lebah

Selain meredakan gejala rematik, ternyata terapi sengat lebah juga memiliki banyak manfaat untuk masalah kesehatan lainnya, seperti:

  • Memiliki Sifat Anti-inflamasi

Salah satu manfaat racun lebah yang paling banyak ditemui adalah sifat anti-inflamasi yang kuat. Banyak komponennya yang telah terbukti mengurangi peradangan, terutama melittin sebagai komponen utamanya. Dalam dosis ringan, efek anti-inflamasi akan bekerja dengan efektif. Namun, jika digunakan berlebihan, justru akan menyebabkan gatal, nyeri, dan pembengkakan. 

Baca juga: Siapa Saja yang Berisiko Alami Penyakit Rematik?

  • Menunjang Kesehatan Kulit

Beberapa produk serum dan pelembap untuk menunjang kecantikan kulit ternyata telah mengandung racun lebah. Pasalnya, bahan ini dapat meningkatkan kesehatan kulit dengan beberapa cara, termasuk mengurangi peradangan, kerutan, dan memberikan efek antibakteri. Bahkan, racun ini juga memiliki efek antibakteri dan antiperadangan yang kuat terhadap bakteri penyebab jerawat.

  • Meningkatkan Imunitas Tubuh

Racun lebah ternyata juga memiliki efek positif pada sel kekebalan yang memediasi respons alergi dan inflamasi. Racun dari serangga ini juga mampu mengurangi gejala yang terkait dengan kondisi autoimun, seperti lupus dan encephalomyelitis dengan mengurangi peradangan dan menguatkan respons kekebalan tubuh

Ternyata, terapi sengat lebah memang terbukti efektif untuk mengatasi gejala yang terkait dengan kondisi rematik. Meski begitu, jika terapi ini tidak berhasil meringankan gejala yang kamu alami, tetap harus mempertimbangkan pengobatan medis, ya!

Apa fungsi sengat pada lebah

Referensi: 
Healthline. Diakses pada 2020. Bee Venom: Uses, Benefits, and Side Effects.
Chen SY, et al. 2018. Diakses pada 2020. Treatment of Rheumatoid Arthritis by Bee-venom Acupuncture. Acupuncture Research 43(4): 251-4.
Xi-De Liu, et al. 2008. Diakses pada 2020. Clinical Randomized Study of Bee-Sting Therapy for Rheumatoid Arthritis. Acupuncture Research 33(3): 197-200.

Lebah adalah serangga luar biasa. Sengatan dan produk turunannya membantu mengatasi berbagai penyakit, dari alergi hingga gangguan saraf, dan meningkatkan daya tahan. Pengobatan dengan lebah dan produknya disebut apiterapi.

Disebutkan dalam Alquran surat An Nahl ayat 68-69, di dalam madu lebah terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Produk turunan yang dihasilkan lebah ada 13 buah, di antaranya madu, propolis, royal jelly, pollen, bee venom, lilin lebah, madu sarang, roti lebah, larva lebah, dan phedra.

Kata aphitherapy (apiterapi) adalah perpaduan bahasa Latin, aphis berarti lebah dan therapy, pengobatan. Apiterapi didefinisikan sebagai upaya pengobatan komplementer untuk tujuan prefentif, kuratif, dan rehabilitasi menggunakan lebah dan produk turunannya.

Penggunaan madu lebah untuk kesehatan, kata Dr. Adji Suranto, Sp.A, dari Perhimpunan Dokter Indonesia Pengembang Kesehatan Tradisional Timur (PDPKT) DKI Jakarta, telah diketahui sejak ribuan tahun lalu. Lukisan karang zaman batu (6000 SM) memperlihatkan kegiatan honey hunting. Bukti tertua penggunaan madu untuk mengobati infeksi kulit dan luka, borok, penyakit mata dan telinga, tertulis dalam keramik bangsa Samaria (2000 SM).

The Ebers Papyrus (1550 SM) mencatat resep-resep madu untuk pemakaian luar, yaitu untuk terapi kebotakan, luka bakar, abses, dan pereda nyeri. Madu juga dimanfaatkan untuk menyembuhkan luka usai pembedahan, termasuk sunat, supositoria, mengurangi peradangan, serta meredakan kaku sendi.

Hingga tahun 1990, katun yang direndam dalam jus lemon dan madu masih digunakan sebagai alat kontrasepsi. Penggunaan sengat lebah untuk terapi nyeri sendi dan artritis telah lama dilakukan oleh bangsa Yunani. Pelopornya adalah bapak kedokteran modern, Hippocrates. Tahun 1888, Dr. Philip Tere dari Perancis meneliti hubungan antara sengat lebah dan rematik.

Apipuntur

Sebelumnya, tahun 1864, Prof. Libowsky melaporkan kesembuhan pasiennya yang menderita rematik dan neuralgia setelah diterapi dengan sengatan lebah. Pengobatan menggunakan sengat (bisa) lebah dikenal sebagai apipuntur. Apipuntur, kata Dr. Adji, adalah bagian dari apiterapi. Apipuntur memanfaatkan bee venom dan metode akupuntur. Lebah untuk terapi ini jenis Apis mellifera dan Apis cerana.

Apipuntur sendiri merupakan bagian dari apiterapi. Sengat atau racun lebah sangat baik untuk menormalkan segala aktivitas pembuluh darah dan saraf. “Hasil penelitian menunjukkan bahwa sengat lebah mengandung melitin, apamin, peptida 401 (MDC), inhibitor protease, dan norepinephrine,” kata dokter yang mendalami pengobatan komplementer sejak tahun 1999 ini.

Apiterapi secara umum dimanfaatkan untuk meredakan gangguan rematik, masuk angin, flu, salah urat, hingga penyakit berat, seperti darah tinggi, diabetes, dan kanker. Cara ini pun diklaim efektif untuk mengobati penyakit degeneratif, seperti stroke. Dalam praktik apipuntur, dituturkan Dr. Adji, sengat lebah yang dimasukkan ke dalam tubuh dilakukan dengan dua cara, yakni langsung (direct bee sting) dan lewat suntikan berisi racun lebah.

“Racun lebah diambil dari antibodi murni seseorang yang sudah sering disengat lebah,” katanya. Jumlah sengatan tergantung pada jenis penyakit. Namun, satu sengatan di titik-titik tertentu dianggap cukup sebagai perkenalan. “Dalam terapi berikutnya, titik-titik tersebut disengat lagi, tetapi tidak boleh lebih dari 10 sengatan,” ujar pria satu anak ini.

Sengatan lebah yang sedang bereaksi di tubuh ditandai dengan ketidaknormalan sejenak yang sifatnya individual. Reaksi pasien berbeda-beda, apakah sebelumnya pernah disengat lebah atau tidak. Biasanya pasien akan mengalami reaksi lokal dan sistemik. Ciri reaksi lokal adalah pembengkakan di sekitar lokasi sengatan, gejala klinisnya gatal, nyeri, dan kaku. Reaksi sistemik berupa demam, lemas, telinga berdengung, dan pusing.

Menurut Dr. Adji, bila reaksi itu terjadi pada pasien yang sensitif, diganti dengan pemberian obat antihistamin selama 10 hari. Selanjutnya baru boleh dilakukan apiterapi lagi. Kondisi di atas, kata dokter lulusan FKUI 1988 ini, adalah alamiah karena racun lebah sedang bereaksi di dalam tubuh. Seperti saat kita diimunisasi.

Untuk menetralkan kondisi tersebut, ia menganjurkan konsumsi madu dan mengoleskan minyak gosok di bagian yang bengkak dan gatal. Karena itu, terapi sengat lebah akan lebih efektif bila dikombinasikan dengan pemberian madu, propolis, pollen, atau royal jelly.

Meski dikombinasi, tidak semua jenis penyakit bisa disembuhkan dengan terapi yang sama. Contohnya, untuk kencing manis, terapi tambahan yang digunakan adalah pollen dan propolis. Untuk gangguan katarak, selain sengat lebah, terapinya berupa tetes mata madu trigona dan madu lebah. Untuk gangguan rematik, ada dua titik yang disengat, yakni titik lokal di mana yang sakit dan titik sistemik, yaitu titik akupuntur zusanli (daerah bercekung di bawah lutut).

Selain sengatan di titik itu ditambah konsumsi royal jelly, propolis, dan citosan. Terapi apipuntur dilakukan dalam 12 kali pertemuan. “Biasanya pada kunjungan pertama titik yang disengat hanya satu. Hari berikutnya ditambah satu titik sengatan lagi. Begitu seterusnya. Lamanya sengatan antara 10-15 menit. Setelah itu bisa diulang lagi,” katanya.

Pemanfaatan apipuntur, tambah Dr. Adji, ditentukan oleh jenis penyakit, umur pasien, dan kontraindikasinya. Wanita hamil, bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia dianjurkan tidak menjalani terapi ini.

Author : Hendra Priantono

Source : Gaya Hidup Sehat

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Page 2

Lebah adalah serangga luar biasa. Sengatan dan produk turunannya membantu mengatasi berbagai penyakit, dari alergi hingga gangguan saraf, dan meningkatkan daya tahan. Pengobatan dengan lebah dan produknya disebut apiterapi.

Disebutkan dalam Alquran surat An Nahl ayat 68-69, di dalam madu lebah terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Produk turunan yang dihasilkan lebah ada 13 buah, di antaranya madu, propolis, royal jelly, pollen, bee venom, lilin lebah, madu sarang, roti lebah, larva lebah, dan phedra.

Kata aphitherapy (apiterapi) adalah perpaduan bahasa Latin, aphis berarti lebah dan therapy, pengobatan. Apiterapi didefinisikan sebagai upaya pengobatan komplementer untuk tujuan prefentif, kuratif, dan rehabilitasi menggunakan lebah dan produk turunannya.

Penggunaan madu lebah untuk kesehatan, kata Dr. Adji Suranto, Sp.A, dari Perhimpunan Dokter Indonesia Pengembang Kesehatan Tradisional Timur (PDPKT) DKI Jakarta, telah diketahui sejak ribuan tahun lalu. Lukisan karang zaman batu (6000 SM) memperlihatkan kegiatan honey hunting. Bukti tertua penggunaan madu untuk mengobati infeksi kulit dan luka, borok, penyakit mata dan telinga, tertulis dalam keramik bangsa Samaria (2000 SM).

The Ebers Papyrus (1550 SM) mencatat resep-resep madu untuk pemakaian luar, yaitu untuk terapi kebotakan, luka bakar, abses, dan pereda nyeri. Madu juga dimanfaatkan untuk menyembuhkan luka usai pembedahan, termasuk sunat, supositoria, mengurangi peradangan, serta meredakan kaku sendi.

Hingga tahun 1990, katun yang direndam dalam jus lemon dan madu masih digunakan sebagai alat kontrasepsi. Penggunaan sengat lebah untuk terapi nyeri sendi dan artritis telah lama dilakukan oleh bangsa Yunani. Pelopornya adalah bapak kedokteran modern, Hippocrates. Tahun 1888, Dr. Philip Tere dari Perancis meneliti hubungan antara sengat lebah dan rematik.

Apipuntur

Sebelumnya, tahun 1864, Prof. Libowsky melaporkan kesembuhan pasiennya yang menderita rematik dan neuralgia setelah diterapi dengan sengatan lebah. Pengobatan menggunakan sengat (bisa) lebah dikenal sebagai apipuntur. Apipuntur, kata Dr. Adji, adalah bagian dari apiterapi. Apipuntur memanfaatkan bee venom dan metode akupuntur. Lebah untuk terapi ini jenis Apis mellifera dan Apis cerana.

Apipuntur sendiri merupakan bagian dari apiterapi. Sengat atau racun lebah sangat baik untuk menormalkan segala aktivitas pembuluh darah dan saraf. “Hasil penelitian menunjukkan bahwa sengat lebah mengandung melitin, apamin, peptida 401 (MDC), inhibitor protease, dan norepinephrine,” kata dokter yang mendalami pengobatan komplementer sejak tahun 1999 ini.

Apiterapi secara umum dimanfaatkan untuk meredakan gangguan rematik, masuk angin, flu, salah urat, hingga penyakit berat, seperti darah tinggi, diabetes, dan kanker. Cara ini pun diklaim efektif untuk mengobati penyakit degeneratif, seperti stroke. Dalam praktik apipuntur, dituturkan Dr. Adji, sengat lebah yang dimasukkan ke dalam tubuh dilakukan dengan dua cara, yakni langsung (direct bee sting) dan lewat suntikan berisi racun lebah.

“Racun lebah diambil dari antibodi murni seseorang yang sudah sering disengat lebah,” katanya. Jumlah sengatan tergantung pada jenis penyakit. Namun, satu sengatan di titik-titik tertentu dianggap cukup sebagai perkenalan. “Dalam terapi berikutnya, titik-titik tersebut disengat lagi, tetapi tidak boleh lebih dari 10 sengatan,” ujar pria satu anak ini.

Sengatan lebah yang sedang bereaksi di tubuh ditandai dengan ketidaknormalan sejenak yang sifatnya individual. Reaksi pasien berbeda-beda, apakah sebelumnya pernah disengat lebah atau tidak. Biasanya pasien akan mengalami reaksi lokal dan sistemik. Ciri reaksi lokal adalah pembengkakan di sekitar lokasi sengatan, gejala klinisnya gatal, nyeri, dan kaku. Reaksi sistemik berupa demam, lemas, telinga berdengung, dan pusing.

Menurut Dr. Adji, bila reaksi itu terjadi pada pasien yang sensitif, diganti dengan pemberian obat antihistamin selama 10 hari. Selanjutnya baru boleh dilakukan apiterapi lagi. Kondisi di atas, kata dokter lulusan FKUI 1988 ini, adalah alamiah karena racun lebah sedang bereaksi di dalam tubuh. Seperti saat kita diimunisasi.

Untuk menetralkan kondisi tersebut, ia menganjurkan konsumsi madu dan mengoleskan minyak gosok di bagian yang bengkak dan gatal. Karena itu, terapi sengat lebah akan lebih efektif bila dikombinasikan dengan pemberian madu, propolis, pollen, atau royal jelly.

Meski dikombinasi, tidak semua jenis penyakit bisa disembuhkan dengan terapi yang sama. Contohnya, untuk kencing manis, terapi tambahan yang digunakan adalah pollen dan propolis. Untuk gangguan katarak, selain sengat lebah, terapinya berupa tetes mata madu trigona dan madu lebah. Untuk gangguan rematik, ada dua titik yang disengat, yakni titik lokal di mana yang sakit dan titik sistemik, yaitu titik akupuntur zusanli (daerah bercekung di bawah lutut).

Selain sengatan di titik itu ditambah konsumsi royal jelly, propolis, dan citosan. Terapi apipuntur dilakukan dalam 12 kali pertemuan. “Biasanya pada kunjungan pertama titik yang disengat hanya satu. Hari berikutnya ditambah satu titik sengatan lagi. Begitu seterusnya. Lamanya sengatan antara 10-15 menit. Setelah itu bisa diulang lagi,” katanya.

Pemanfaatan apipuntur, tambah Dr. Adji, ditentukan oleh jenis penyakit, umur pasien, dan kontraindikasinya. Wanita hamil, bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia dianjurkan tidak menjalani terapi ini.

Author : Hendra Priantono

Source : Gaya Hidup Sehat

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya