Apa balasan yang diberikan oleh Allah bagi orang yang bakhil

Apa balasan yang diberikan oleh Allah bagi orang yang bakhil
ILUSTRASI

SultengTerkini.Com, JAKARTA– Apakah di antara kita masih ada yang takut miskin apabila menyedekahkan harta kita?

Jika masih ada, ingatlah firman Allah dalam Surat Al-Baqarah Ayat 268 yang berbunyi :

“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Kita juga diingatkan bahwa harta yang kita miliki merupakan cobaan dari Allah, apakah kita mampu amanah dalam menggunakannya.

Seperti firman Allah dalam Surat Al-Imran Ayat 186, “Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang menyekutukan Allah, gangguan yang banyak menyakitkan hati.”

Selain itu, dalam Surat Al-Imran Ayat 180 digambarkan pula balasan bagi orang yang bakhil dengan harta yang dimiliki, “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya, kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (sumber: liputan6.com)

Apa balasan yang diberikan oleh Allah bagi orang yang bakhil

Apa balasan yang diberikan oleh Allah bagi orang yang bakhil

Apa balasan yang diberikan oleh Allah bagi orang yang bakhil

Oleh Umi Septia pada 03 Jun 2017, 10:00 WIB

Diperbarui 18 Feb 2021, 09:31 WIB

Apa balasan yang diberikan oleh Allah bagi orang yang bakhil

Perbesar

Sedekah Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Apakah di antara kita masih ada yang takut miskin apabila menyedekahkan harta kita? Jika masih ada, ingatlah firman Allah dalam Surat Al-Baqarah Ayat 268 yang berbunyi :

"Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui."

Kita juga diingatkan bahwa harta yang kita miliki merupakan cobaan dari Allah, apakah kita mampu amanah dalam menggunakannya.

Seperti firman Allah dalam Surat Al-Imran Ayat 186, "Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang menyekutukan Allah, gangguan yang banyak menyakitkan hati."

Selain itu, dalam Surat Al-Imran Ayat 180 digambarkan pula balasan bagi orang yang bakhil dengan harta yang dimiliki, "Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya, kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Oleh: Abdullah Jejangkit

-Bakhil(البخل) adalah mencegah memberikan harta ketika semestinya harus memberikannya baik sesuatu yang dituntut oleh agama, seperti Zakat, Nafkah keluarga, maupun tuntutan kehormatan(seperti: ada orang yang kesusahan dibantunya, ada orang yang memerlukan diberinya dengan sesuatu yang layak, dan mau kurang lebih seperti orang kaya tidak pantas membantu tentangganya dgn memberikan uang 5 ribu).

-Jika ia telah melaksanakan tuntutan agama dan tuntutan kehormatan, maka ia terbebas dari sifat bakhil(بخل), namun dia belum bisa berstatus Pemurah (سخي) selama ia belum melebihi kadar kewajiban dalam rangka mencari keutamaan dan derajat yang tinggi.

RASULULLAH ﷺ Bersabda:

لا يدخل الجنة بخيل… (رواه أحمد و الترمذي)

“Tidak akan masuk syurga orang yang Bakhil/Pelit/Kikir/Pamalar” -Walaupun dia ahli ibadah dan banyak bermacam-macam amalan wirid.

-Allah benci terhadap orang yang kikir saat ia masih hidup(ketika masih sehat bersifat kikir, tidak mau/jarang bersedekah), dan bersifat pemurah ketika hendak mati (sudah mau meninggal, baru mau bersedekah(babari-bari)

أبخل الناس بماله أجودهم بعرضه
-Perkataan Ibnu Al-Mu’taz : “Manusia yang paling kikir dengan hartanya namun paling pemurah terhadap harga dirinya”

-Maksudnya yaitu Dia lebih menjaga harta/uangnya dibanding menjaga kehormatannya, padahal harta diciptakan Allah Swt untuk keselamatan harga dirinya. Dia malah mau dikatakan “orang Kikir/pamalar” dari pada mau bersedekah/memberikan uang, oleh karena itu dia telah mengorbankan harga diri asalkan dapat menyelamatkan hartanya.

Sebagai Contoh:
“Masyarakat berkumpulan/menyumbang harta untuk kebaikan dalam rangka membangun mesjid dan atau kebersihan lingkungan, malah dia enggan untuk menyumbangkan hartanya-padahal dia termasuk warga punya kelebihan harta-walaupun disambat/dikatakan orang “dia pelit” tetap tidak dia tidak mau menyumbang, karena dia memahami “lebih mahal uang dibanding kehormatannya”.

قال علي رضي عنه : “والله ما اقتقصى كريم قط حقه”
Ali bin Abi Thalib berkata: “Demi Allah, orang yang Mulia(termasuk pemurah/dermawan)adalah orang yang tidak akan meminta haknya secara penuh”

Maksudnya: Orang yang mulia tidak mau mengambil haknya(dalam urusan apapun, seperti uang, makanan, dsb yang ada bagian dari haknya)dengan secara penuh(karena ditakutkan kelebihan/terambil hak orang lain) Dan jika ia memberikan hak orang lain, ia dengan senang hati akan melebihkannya. Jika mengambil bagiannya, niscaya ia mengambil kurang dari haknya.

Contoh: Haknya ada lima(5)buah, maka dia tidak mengambil secara penuh, mungkin yang diambilnya cuma 3 atau 4 saja, dan atau kurang dari 5. Contoh lain: Jika menerima takaran atau timbangan, misalkan beras, maka ia tidak mau (karena takut hatinya) mengambil lebih. Dan Jika menakar untuk orang lain, maka akan melebihkannya (memastikan agar tidak mengurangi).

Firman Allah Swt:

وَيْلٌ لِلْمُطَفِّفِينَ﴿١﴾الَّذِينَ إِذَا اكْتَالُوا عَلَى النَّاسِ يَسْتَوْفُونَ﴿٢﴾وَإِذَا كَالُوهُمْ أَوْ وَزَنُوهُمْ يُخْسِرُونَ﴿٣﴾أَلَا يَظُنُّ أُولَٰئِكَ أَنَّهُمْ مَبْعُوثُونَ﴿٤﴾لِيَوْمٍ عَظِيمٍ﴿٥﴾يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ. [6]

Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang itu yakin bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan. Pada suatu hari yang besar (Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam (QS. al-Muthaffifîn/83:1-6)

Sumber: Mauidzatul Mu’minin (Ringkasa Ihya Ulumiddin Al-Ghazali), h. 154-155

Alquran memberikan informasi hukuman untuk orang-orang yang bakhil.

Republika/Agung Supriyanto

Alquran memberikan informasi hukuman untuk orang-orang yang bakhil. Ilustrasi bakhil menumpuk harta.

Rep: Ali Yusuf Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Harta yang ditumpuk dan tak disedekahkan akan menjadi ular lalu memakan orang yang menumpuk hartanya itu. 

Baca Juga

Harta orang-orang yang bakhil itu kelak di akhirat akan dikalungkan di lehernya seperti diterangkan dalam QS Ali Imran ayat 180: 

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ ۖ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ ۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

"Dan sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu lebih baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan di leher mereka kelak pada hari kiamat. Dan kepunyaan Allah segala warisan yang ada dilangit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al Kandahlawi dalam kitabnya Fadhilah Sedekah, menerangkan ayat di atas merujuk pada kitab Shahih Bukhari disebutkan tentang hadits Rasulullah SAW. 

"Barangsiapa yang diberi harta lebih oleh Allah,  tetapi ia tidak membayar zakatnya maka harta itu pada hari kiamat akan berubah menjadi seekor ular yang botak. Di bawah mulutnya ada dua. Ular ini akan dikalungkan di lehernya yang akan mematuk kedua bibirnya dan berkata aku adalah hartamu, Aku adalah harta simpanan.” Setelah itu, Rasulullah membaca ayat Ali Imran 180." 

Sementara itu Hasan Basri RA berkata bahwa ayat ini turun berkenaan dengan orang kafir dan orang beriman yang kikir, yang enggan membelanjakan harta dijalan Allah SWT. 

Ikrimah mengatakan, jika hak-hak Allah, dalam hal harta benda tidak ditunaikan, maka harta itu akan berubah menjadi ular botak yang mengejarnya pada hari kiamat, dan orang itu akan meminta perlindungan dari ular tersebut.   

Hal ini seperti juga telah diriwayatkan beberapa orang sahabat Masruq berkata bahwa ayat ini berkenaan dengan orang yang diberi harta oleh Allah tetapi ia tidak menunaikan hak-hak keluarganya yang dibebankan oleh Allah kepadanya. 

"Maka hartanya akan dijadikan seekor ular dan dikalungkan di lehernya. Orang itu akan berkata kepada Allah tersebut mengapa kamu mengejarku? "Lagi menjawab aku adalah hartamu."

Imam Razi RA dalam Tafsir Kabir menjelaskan, ayat 180 itu menekankan dan mendorong kita agar membelanjakan harta untuk berjihad dan diperingatkan, Barangsiapa tidak membelanjakan harta dalam berjihad maka harta itu akan berubah menjadi ular dan menjadi kalung di lehernya."

Menurut Imam Razi ancaman yang keras dalam ayat ini sulit dipahami jika itu adalah ancaman karena meninggalkan perkara-perkara yang sunnah, tetapi ancaman itu adalah karena meninggalkan perkara yang wajib.”

Imam Razi membagi kewajiban kepada empat macam. Pertama kewajiban membelanjakan harta untuk dirinya dan untuk keluarganya yang menjadi kewajibannya dan kedua zakat.

Dan ketiga, pada waktu orang-orang kafir menyerang orang Islam untuk menghancurkan diri dan harta mereka, maka pada waktu itu setiap orang kaya wajib membelanjakan hartanya sesuai yang diperlukan untuk menolong orang-orang yang melawan musuh. "Karena pada dasarnya kata yang dibelanjakan itu juga untuk menjaga diri dan hartanya," katanya.

Sementara keempat, membelanjakan harta untuk menolong orang-orang yang dalam keadaan terjepit, yang dikhawatirkan akan membahayakan jiwanya. ”Semua pengeluaran yang demikian itu wajib hukumnya," kata Imam Razi.  

Apa balasan yang diberikan oleh Allah bagi orang yang bakhil